Drosophila SP Tbio B Kel 6
Drosophila SP Tbio B Kel 6
Drosophila SP Tbio B Kel 6
A. Dasar Teori
Drosophila Sp. merupakan jenis serangga yang umumnya tidak berbahaya dan
merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.1 Drosophila Sp. di Indonesia
ada sekitar 600 jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophiladae. Lalat
buah mempunyai konstruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen ini
menyusun tiga bagian tubuh utama yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Seperti
hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila Sp. mempunyai poros anterior dan
posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Berikut
merupakan klasifikasi Drosophila Sp. :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Spesies : Drosophila Sp.
Adapun ciri-ciri umum dari Drosophila Sp. diantaranya adalah sebagai
berikut2:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di bagian tubuh
belakang.
2. Berukuran kecil antara 3 - 5 mm.
3. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptur dekat
dengan tubuhnya.
4. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7 – 12 percabangan.
5. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah.
7. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding dengan mata majemuk.
1
Neil A. Campbell, Biologi Jilid I Edisi kelima, (Jakarta : Erlangga, 2002), hal. 281
2
Nur Aini, Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila Sp.. Skripsi. (Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan: Institut Pertanian Bogor, 2008)
1
8. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen
lima dan bergaris hitam.
9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Ciri-ciri yang membedakan jenis kelamin lalat jantan dan betina dapat diamati
sebagai berikut :
Kriteria Lalat betina Lalat jantan
Ujung abdomen Memanjang dan Membulat
meruncing
Jumlah segmen abdomen 7 5
Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil
Sex Comb(sisir kelamin) Tidak ada Terdapat pada
permukaan distal dari
tarsus terakhir dari
kaki depan
2
pupa, larva perlahan meninggalkan medium dan menempel di permukaan yang
relatif kering, seperti sisi botol atau di bagian kertas kering yang diselipkan ke
pakannya .
3. Fase Pupa: pupa yang baru terbentuk awalnya bertekstur lembut dan putih
seperti kulit larva tahap akhir, tetapi secara perlahan akan mengeras dan
warnanya gelap Tahap akhir fase ini ditunjukkan dengan perkembangan dalam
pupa seperti mulai terlihatnya bentuk tubuh dan organ dewasa (imago). Ketika
perkembangan tubuh sudah mencapai sempurna, maka Drosophila Sp. dewasa
akan muncul melalui ujung anterior dari pembungkus pupa. Lalat dewasa yang
baru muncul ini berukuran sangat panjang dengan sayap yang belum
berkembang. Dalam waktu yang singkat, sayap mulai berkembang dan
tubuhnya berangsur menjadi bulat.
4. Fase Dewasa (Imago): perkawinan biasanya terjadi setelah imago berumur 10
jam, tetapi meskipun demikian lalat betina biasanya tidak segera meletakkan
telur sampai hari kedua. Jumlah telur tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik,
temperatur lingkungan dan volume tabung yang digunakan.4
4
Ibid,
3
4. Intensitas cahaya, dimana Drosophila Sp. lebih menyukai cahaya remang-
remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di
tempat yang gelap.5
Kromosom Raksasa
Kromosom raksasa pertama kali ditemukan saat E.G Balbiani (1881) meneliti
kelenjar ludah serangga pada pada kelenjar ludah Drosophila Sp. dan Chironomus
tentans (Passarge 2007: 289). Selanjutnya Theophillus Painter (1933-1934) adalah
orang pertama yang menemukan keberadaan kromosom raksasa pada Drosophila
Sp. dan menekankan pentingnya kromosom raksasa untuk mempelajari struktur
kromosom dan wilayah dari gen itu sendiri. Lalu Calvin Bridges (1935-1937) segera
membuat peta yang mendetail tentang kromosom raksasa yang terdapat pada
Drosophila Sp. dan menghubungkannya dengan peta genetik. Lalu penelitian
pemetaan kromosom raksasa dilanjutkan oleh Phillip Bridges (1939) hingga terus
berkembang menjadi standar penelitian. Praktikum penelitian kromosom raksasa
pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila Sp. dilakukan untuk membuktikan
penemuan kromosom raksasa pada Drosophila Sp..6
Kromosom pada eukariotik terdiri dari untaian molekul DNA yang bergabung
menjadi helaian kompleks kromatin. Kromosom terdiri dari berjuta juta gen. Gen ini
terdapat didalam DNA. DNA memiliki struktur yang sangat panjang dan tipis yang
dapat setiap saat rusak dan kusut. Setiap molekul DNA mengandung dua rantai
polinukleotida yang bersusun melingkar menjadi double helix atau dua untai
benang. DNA kemudian akan dikemas mengelilingi protein histon dan memadat.
Gabungan antara DNA dan protein histon disebut dengan nukleosom. Protein histon
adalah susunan dari asam amino (arginin dan lisin) yang menempel pada sisi
negatif DNA. Selanjutnya nukleosom akan bergabung menjadi kromatin. Lalu
kromatin akan memadat dan bergulung membentuk kromosom.
Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian yaitu telomer, sentromer, dan
lengan kromosom. Telomer merupakan pelindung dan penutup kromosom dan tidak
mengandung kode informasi genetik. Sentromer membagi kromosom menjadi dua
lengan, yaitu lengan pendek (p) dan lengan panjang (q). Sentromer dapat terletak
5
Ibid,
6
Nadia Rizki Shabrina, Pengamatan Kromosom Raksasa Pada Drosophila Sp. ( Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2015), hal.6
4
pada sepanjang lengan kromosom dan berfungsi sebagai tempat melekatnya benang
spindel pada saat pembelahan sel.
Kromosom dapat diamati pada saat pembelahan mitosis. Struktur kromosom
terlihat berpola gelap-terang, pola tersebut bergantung pada kepadatan kromatin
penyusun kromosom yang disebut dengan eukromatin dan heterokromatin.
Eukromatin adalah pola terang pada kromosom, yang mengandung konsentrasi gen
yang padat. Eukromatin mengandung paling banyak jumlah genom dalam sel hingga
92%. Heterokromatin adalah segmen dari kromosom yang amat padat sehingga
membentuk warna hitam pada lengan kromosom.
Eukromatin mengandung satu salinan DNA yang aktif secara genetik,
sedangkan heterokromatin mengandung sekuens repetitif yang tidak aktif secara
genetik karena daerah tersebut mengandung gen non-koding yang tidak bisa
diterjemahkan menjadi protein.7
Struktur kromatin dapat mengalami modifikasi atau perubahan secara alami
dalam segi bentuk, seperti contohnya adalah kromosom raksasa. Kromosom raksasa
adalah kromosom raksasa yang biasanya ditemukan di dalam organ Drosophila Sp.
dan organ hewan lainnya. Kromosom raksasa memiliki struktur kromosenter, band,
interband dan puff. Kromosenter merupakan pengganti sentromer pada kromosom
raksasa yaitu bagian dimana lengan-lengan kromosom saling menempel pada satu
titik. Band dan interband adalah pola pita gelap dan terang yang berselang-seling
atau disebut dengan kromomer. Band adalah pola gelap yang mengandung 80% dari
DNA pda kromosom sedangkan interband adalah pola terang dan hanya
mengandung sisa 15% dari daerah band. Kromatin yang berada pada pita gelap atau
band, terkondensasi lebih besar daripada kromatin di daerah interband. Hal ini yang
menyebabkan lebih banyak kromosom yang berlipat-lipat di daerah band, sehingga
terlihat gelap jika diamati. Pola pita ini dapat terlihat jika kromosom diberi pewarna.
Dalam beberapa situasi, kromosom mengalami kondisi puff atau disebut dengan
pembengkakan atau penonjolan beberapa daerah pada lengan kromosom. Puffing
terjadi ketika beberapa bagian dari kromatin mengalami relaksasi sehingga legan
kromosom terbuka sedikit. Puffing mengindikasikan bahwa ada beberapa daerah
pada lengan kromosom yang sedang aktif mentranskripsikan DNAnya.
Kromosom raksasa ini terjadi akibat pengulangan berulang dari replikasi DNA
namun tidak melalui tahap pembelahan sel yang disebut dengan peristiwa
7
Ibid, hal.7
5
endoreduplikasi, sehingga menyebabkan banyak terdapat DNA berganda yang
saling bersinapsis. Kromosom raksasa memiliki fungsi untuk mengontrol perubahan
fisiologi suatu organisme karena mengandung gen dalam kromosomnya, pertukaran
antara heterokromatin dan eukromatin disebut dengan position effects yang dapat
menyebabkan mutasi pada hewan.
Peran penting kromosom raksasa adalah untuk mengakumulasi mRNA dalam
jumlah besar yang nantinya akan diperlukan pada tahap embrionik. Kromosom
raksasa memproduksi banyak protein dikarenakan Kromosom raksasa memiliki
lebih banyak DNA berganda pada lengannya dibandingkan kromosom pada
umumnya. Protein sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan.8
B. Tujuan
1. Mengetahui siklus hidup lalat buah Drosophila Sp.
2. Dapat membedakan jenis kelamin Drosophila Sp.
3. Dapat membuat media pemeliharaan Drosophila Sp.
4. Mengetahui kromosom raksasa Drosophila Sp.
C. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mikroskop stereo Pisang rajamala
Mikroskop cahaya Tape ketela pohon
Gelas arloji Gula merah
Cawan petri Alkohol 70%
Jarum pentul Klorofom atau eter
Kaca benda Acetokarmin atau Safrain
Kaca penutup Yeast
Botol biakan Air secukupnya
Botol atau Plastik ampul
Kantongan plastik
Kapas
Tutup botol spon
Selang plastik
Kuas
kain kasa
Silet
Safrain
Kertas hisap
Kertas pupasi sebagai peletakan pupa
lalat
Tisu
Lalat Drosophila Sp
8
Ibid, hal.8
6
D. Cara Kerja
1. Persiapan Medium
Pembuatan medium dilakukan sebelum pengambilan sampel, untuk medium
pemeliharaan Drosophila hasil tangkapan. Medium yang digunakan adalah :
(a) Bahan- bahan dengan komposisi : pisang rajamala 350gr, tape ketela pohon
100 gr, dan gula merah 50 gr (perbandingan 7:2:1)
(b) Mencampur ketiga bahan tersebut (butir a) menjadi adonan yang halus dan
homogen dengan menggunakan blender
(c) Menambahkan air ke adonan secukupnya dan memanaskannya kurang lebih
selama 15 menit atau sampai adonan masak
(d) Menaungkan medium tersebut ke dalam botol biarkan sekitar sepertiga
tinggi botol, kemudian didinginkkan dan ditambah yeast kira-kira 7 butir
(e) Memassukkan kertas populasi ke dalam botol yang telah berisi medium
tersebut
(f) Selanjutnya menutup botol dengan penutup spon
7
7. Lakukan pengamatan dengan cepat. Apabila pengamatan selesai lalat sudah
sadar, lakukan pembiusan sekali lagi
8. Setelah pengamatan, lalat dimasukkan kembali pada botol medium semula
Pengamatan
1. Pengamatan jenis kelamin
Mengamati lalat buah yang sudah ditangkap
Membedakan jenis kelamin lalat betina dan jantan, kemudian
menggambar kedua janis lalat tersebut, memberi keterangan bagian-
bagiannya, sehingga tampak jelas perbedaan kedua jenis kelamin lalat
tersebut
2. Pengamatan siklus hidup lalat
Memelihara 3 pasang lalat buah dalam botol yang telah berisi media
Memberi catatan pada botol : tanggal mulai pemeliharaan, neme
kelompok
Mengamati perubahan yang terjadi setiap hari, misalnya terdapatnya
telur, larva instar 1,2,3, prapupa, pupa, pigmentasi pupa dan keluarnya
lalat dewasa
Setelah terbentuk pupa, mengeluarkan lalat parental dari dalam botol,
memasukkan ke dalam botol
8
a. Mata berbentuk bulat dan a. Mata berbentuk bulat dan
berwarna merah berwarna merah
b. Kepala berwarna merah pudar b. Kepala berwarna merah pudar
c. Thorax berwarna coklat c. Thorax berwarna coklat
kehitaman kehitaman
d. Abdomen bergaris-garis hitam 3 d. Abdomen bergaris-garis hitam 6
e. Sayap berbentuk pendek dan e. Sayap berbentuk elips dan
berwarna transparan kecoklatan. berwarna transparan kecoklatan.
f. Memiliki sisir kelamin
Siklus
Minggu/ 2 April Memulai pengembangan
2017 Drosophila Sp. dengan
memasukkan betina dan jantan
ke dalam botol media dan
9
ditutup dengan spons.
Minggu/ 2 April Telur Berbentuk bulat lonjong,
2017 berwarna putih susu, pada
ujung anteriornya terdapat dua
tangkai kecil menyerupai
Tidak Terdapat Gambar sendok yang berfungsi agar
telur tidak tenggelam, terdapat
pada kertas kupasi dan di atas
permukaan media, terlihat
seperti titik. Lama fase : ± 20
jam
Senin/ 3 April Larva instar I Berbentuk lonjong pipih,
2017 berwarna putih bening,
berukuran ± 1 mm, bersegmen,
dan bergerak seperti cacing,
belum memiliki spirakel
anterior.
Lama fase: 1 hari
Selasa/ 4 April Larva instar II Ukuran lebih besar dibanding
2017 larva instar I, berwarna putih,
terlihat adanya warna
kehitaman pada bagian anterior
larva (mulut larva) untuk
makan.Memiliki spirakel
anterior. Lama fase: 1 hari
10
spirakel anterior dan terdapat
beberapa tonjolan pada spirakel
anteriornya. Mulut hitam
terlihat jelas berbentuk sungut,
bergerak lebih aktif, ukuran
menjadi lebih besar.
Lama fase: 1 hari
Kamis/ 6 April Pre-pupa Berwarna kuning kecoklatan,
2017 tidak bergerak dan menempel
pada tutup botol dan dinding
botol.
Lama fase: 10 jam
11
F. Analisis Data dan Pembahasan
Praktikum Genetika topik 5 ini berjudul “Mengenal Lalat Buah Drosophila
Sp.” Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 01 April 2017, di laboratorium
Biologi IAIN Tulungagung dan di Kost Saudara Anisa Fajar. Adapun tujuan dari
praktikum adalah dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila
Sp., dapat membedakan Drosophila Sp. jantan dan betina, dapat membuat media
pemeliharaan Drosophila Sp., serta dapat mengetahui kromosom raksasa. Terdapat 3
macam pengamatan dalam praktikum, berikut adalah uraian penjelasannya:
1. Pengamatan Jenis Kelamin Lalat Buah (Drosophila Sp.)
Pada percobaan ini, praktikan menggunakan media olahan pisang, tape,
dan gula merah yang telah dimasak lalu dimasukkan ke dalam botol kaca,
menabur ragi/fermipan di atas media dan sedikit irisan buah busuk diatasnya.
Hal ini bertujuan untuk menangkap lalat buah dengan adanya bau busuk
tersebut. Pembusukan disebabkan karena rusaknya jaringan maupun sel-selnya.
Gejala busuk tersebut disebut juga gejala nekrosis. Kemudian dimasukkan juga
kertas pupasi untuk melekatnya telur dan pupa lalat buah. Botol kaca yang
digunakan dibiarkan terbuka sehingga lalat buah dapat masuk ke dalamnya.
Setelah didapatkan beberapa jenis lalat buah, selanjutnya adalah
memindahkan beberapa jenis lalat buah ke dalam cawan petri yang dilengkapi
dengan kapas yang sebelumnya ditetesi dengan kloroform dan melakukan
pembiusan selama beberapa menit. Lalat buah yang sudah dalam keadaan
pingsan lalu diamati di bawah mikroskop stereo untuk memudahkan pengamatan
morfologinya baik lalat buah jantan maupun lalat buah betina.
12
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, beberapa kriteria yag digunakan
adalah jenis kelamin, mata (bentuk dan warna), kepala (warna), thorax (warna),
abdomen dan sayap (bentuk, panjang, dan warna) serta sisir kelamin. Hal ini
sesuai dengan Borror bahwa ciri-ciri yang membedakan lalat buah jantan
maupun betina adalah pada ukuran tubuh, panjang sayap, bentuk abdomen, dan
ada tidaknya sex comb. Berikut morfologi lalat buah Droshophila Sp. Berdasar
literature:
13
Gambar 4. Sisir Kelamin
4. Ujung abdomen tumpul ditemui pada ciri lalat buah jantan sedangkan pada
lalat buah betina ujung abdomennya runcing. Hal ini menyesuaikan dengan
struktur tubuhnya dengan penis pada lalat buah jantan dan terdapat “vaginal
plate” pada lalau buah betina.
5. Segmen abdomen dengan garis hitam pada lalat buah jantan sejumlah 3,
sedangkan pada lalat buah betina terdapat 6 garis hitam. Hal ini
menyesuaikan dengan ukuran tubuhnya, dimana ukuran tubuh betina lebih
panjang dari ukuran tubuh lalat buah jantan. Berikut adalah gambar
literaturnya:
14
terdapat di dalam media yang menjadi sumber pakannya. Bagi lalat buah ini,
terletak pada medium yang busuk. Drosophila Sp. yang menyukai bau busuk ini
dikarenakan suatu bentuk adaptasi untuk mempertahankan hidup, yaitu mencari
makan dan memakan ragi-ragi yang dihasilkan oleh buah yang busuk. Selain itu,
fenomena tersebut ditengarahi dengan adanya bau busuk, bisa meningkatkan
gairah seks bagi lalat buah. Dengan kata lain buah yang busuk sebagai media
lalat buah untuk berkembangbiak menghasilkan keturunan.
Sebelum menghasilkan keturunan, lawan jenis lalat buah akan berkawin
dengan adanya zat yang dikeluarkan berupa feromon sex volatile, yang berfungsi
untuk menarik lawan jenis. Feromon sex volatile ini bisa memberikan informasi
tentang spesies, gender, dan pengiriman induksi perilaku perkawinan oleh si
penerima. Setelah terjadi perkawinan, makan akan ditemui beberapa siklus
hidup lalat buah sampai terbentuk lalat buah dewasa.9 Berikut adalah
penjelasannya:
1. Telur
Betina yang siap untuk bertelur segera mencari tempat perindukan yang
cocok, dipandu oleh rangsangan fesikokimia yang dilepaskan oleh buah
busuk yaitu berupa zat kimia. Selain sebagai sumber makanan, zat kimia ini
merupakan situs oviposisi bagi lalat buah. Oviposisi adalah proses peletakan
telur pada medium buah yang membusuk.
Pada percobaan yang dilakukan, diperkirakan telur Drosophila Sp.
muncul pada hari Minggu tanggal 2 April 2017 beberapa jam setelah
parental masuk dalam botol. Telur Drosophila Sp. ini berukuran kecil, bulat,
berwarna putih, dan menempel pada permukaan buah. Berikut merupakan
kondisi telur berdasarkan gambar literatur.
9
Shorrocks, Drosophila, (London: Ginn & Company Limited, 1972)
15
Gambar 6. Telur Drosophila
Telur akan diletakkan pada tempat/media yang diduga kaya sumber
makanan untuk menjamin perkembangan telur. Bentuk dan ukuran telur
lalat buah ini sangat bervariasi bergantung pada jenisnya. Secara umum,
telur lalat buah yang dijumpai di tempat-tempat yang semi akuatik atau
daratan berbentuk oval memanjang berukuran kecil sekitar 1-2 mm,
berdinding tipis warna pucat dan permukaannya lunak, diletakkan
berkelompok atau terlepas satu demi satu. Telur akan segera menetas setelah
diletakkan induknya sehingga lalat buah ini bersifat ovolarvipary (telur
segera menetas setelah dikeluarkan induknya). Oleh karena itu, fase telur
seharusnya hanya berlangsung kurang lebih 1 hari sedangkan berdasarkan
data hasil pengamatan lama fasenya kurang lebih 20 jam.
Umumnya telur tidak akan berkembang secara maksimal sebelum
faktor lingkungan medium sekitarnya cocok. Hal ini berkaitan dengan suhu
lingkungan, ketersediaan media makanan, tingkat kepadatan, dan intensitas
cahaya. Suhu ideal, dimana lalat akan mengalami satu putaran siklus secara
optimal, yaitu berkisar 25-28oC. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar
180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif
lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat
dewasa yang tumbuh akan steril.
Selain itu, kondisi ideal untuk lalat buah bila tidak terlalu padat
(longgar) dan ventilasi yang cukup sehingga udara dapat keluar masuk
secara bebas. Kondisi sekitar buah yang berair (akibat pembusukan) akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan telur. Karena telur akan
berkembang pada kondisi yang tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering.
Apabila kondisi ideal tidak tercukupi maka akan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan telur.
2. Larva
Berdasarkan literatur, telur yang berkembang baik akan segera
membentuk larva. Larva yang baru menetas disebut sebagai larva fase
(instar). Dalam perkembangannya, instar ini akan berganti kulit secara
periodik hingga mencapai ukuran dewasa. Kutikula Chitincus exoskeleton
lama akan dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan
16
yang tinggi. Pada fase larva ini, terdapat 3 tahapan larva instar, yaaitu larva
instar I, larva instar II, dan larva instar III. Berikut berdasarkan gambar
literatur:
17
Tubuhnya yang bersegmen ini merupakan persiapan untuk membentuk
struktur tubuh yang bersegmen pada lalat buah dewasa. Jika larva instar II
ini berkembang baik maka akan berlanjut menuju fase larva instar III.
Larva instar III ini muncul pada hari Rabu 5 April 2017 setelah 1 hari
larva instar II terbentuk. Kondisi yang teramati adalah terjadi perubahan
warna menjadi putih kekuningan, berukuran lebih besar dari fase larva instar
II, pergerakan paling aktif, dan tubuh bersegmen. Pada fase ini, larva
bergerak aktif dalam bergerak maupun makan. Hal ini bertujuan untuk
sumber tenaga untuk proses/fase selanjutnya. Selain itu, ukuran tubuh juga
ikut mempengaruhi banyaknya makanan yang dibutuhkan bagi tubuh si
larva. Ciri-ciri lain yang teramati adalah mulut terlihat lebih hitam dan
ukurannya lebih besar.
Dari penjelasan siklus hidup fase larva, baik larva instar I dilanjutkan ke
larva instar II, dan terakhir larva instar III, lama fase yaitu 4 hari dari
terbentukya telur pertama kali. Umumnya larva tidak akan berkembang
optimal sebelum faktor-faktor lingkungan medium sekitarnya cocok. Hal ini
berkaitan dengan suhu lingkungan, ketersediaan media makanan, tingkat
kepadatan dan intensitas cahaya. Faktor-faktor tersebut harus tetap terjaga
agar kondisi ideal tercukupi guna fase selanjutnya. Apabila kondisi ideal
tercukupi maka akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dan sebaliknya apabila kondisi ideal tidak tercukupi maka akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan larva. Berikut adalah
gambaran kondisi larva bila dalam keadaan ideal.
3. Pupa
Pupa merupakan fase setelah tahap larva selesai atau berhenti. Tahap
pupa ini terdiri dari 2 fase yaitu prepupa dan pupa. Fase pre pupa terlihat
pada hari Kamis 6 April 2017 waktu siang hari pukul 13.00 WIB. Sehingga
lama fasenya adalah 10 jam setelah berakhirnya fase larva. Larva yang sudah
dewasa akan merayap naik pada dinding botol/pada tutup bagian dalam
botol. Di tempat tersebut, larva akan melekatkan diri dengan cairan lem yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga akan terlihat pada fase ini banyak
terbentuk prepupa yang menggantung. Larva akan membentuk tanduk pupa,
18
pergerakan berkurang bahkan diam berada di tempat. Tanduk pupa tersebut
akan membentuk kulit pupa yang mengeras dan menggelap dengan adanya
imaginal discs. Bentuk terluar pupa menggunakan kutikula pada fase larva
instar III. Pada stadium ini, larva dalam keadaan tidak aktif dan tubuhnya
memendek serta muncul selaput yang mengelilingi larva. Berikut adalah
kondisi pada fase pupa berdasar literature.
19
Bentuk dewasa biasanya dilalui dalam selang waktu yang singkat. Hal
ini terlihat setelah lalat buah muda terbentuk, tepat pada hari Rabu 12 April
2017, lalat buah berukuran lebih besar dan dapat terbang bebas. Kemampuan
terbang ini terutama ditujukan untuk mencari mangsa, mencari tempat
peletakan telur, mencari makanan, mempertahankan daerah teritorialnya atau
untuk mencari pasangannya (melanjutkan keturunan).
Berdasarkan percobaan fase total dari telur hingga lalat dewasa
berlangsung selama 10 hari. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa lama fasenya berlangsung selama 8-11 hari. Dengan
demikian bahwa faktor lingkungan seperti, kepadatan lalat, medium dalam
botol, dan intensitas cahaya telah sesuai kadar yang ditentukan atau memadai
sehingga lalat buah tumbuh secara optimal.
20
menggunakan jarum agar sel pada jaringan tidak saling tertumpuk dan tersebar
secara merata sehingga memudahkan pengamatan. Kemudian preparat diamati
di bawah mikroskop cahaya sampai ditemukan kromosom politen.
Larutan digunakan untuk membuat preparat kromosom Drosophila Sp.
adalah larutan Asetokarmin diberikan pada kelenjar ludah yang sudah
dibersihkan dan berfungsi sebagai pewarna kromosom. Pastikan jaringan sudah
tertutupi dengan larutan asetokarmin dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit
agar kromosom terwarnai sempurna.10
Berdasarkan hasil pengamatan, pada sel larva instar III didapatkan gambar
kromosom raksasa dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x40. Hal
tersebut sesuai dengan kajian literatur yang menyatakan bahwa pada kelenjar
ludah terdapat banyak kromosom raksasa.
Kromosom raksasa merupakan gabungan dari beberapa kromosom yang
saling bersinapsis menjadi satu kromosom, bentuknya seperti kromosom normal
namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran besar. Struktur
kromosom raksasa memiliki pola gelap atau band dan pola terang atau
interband. Kromosom raksasa terbentuk saat replikasi DNA tanpa diiringi oleh
pembelahan sel atau disebut dengan peristiwa endoreduplikasi. Kromosom
raksasa mempunyai lengan kromosom yang lebih banyak sehingga memiliki
jumlah Salinan DNA yang lebih banyak pula dan dapat memproduksi protein
lebih banyak sehingga membantu proses tumbuh dan berkembang lebih cepat.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
kromosom raksasa banyak ditemukan pada kelenjar saliva larva instar III
Drosophila Sp. karena larva terus berkembang dan membutuhkan energi yang
banyak untuk persiapan menjadi pupa. Pada kelenjar ludah larva instar III ini,
kromosom mengalami replikasi hingga mencapai 1000 kopi. Kelenjar ludah juga
mengandung banyak enzim untuk proses pencernaan makanan, karena
mempersiapkan memasuki tahap pupa. Hal ini menyebabkan massa dan volume
sel bertambah, sehingga ukuran jaringan besar.
G. Bahan diskusi
1. Mengapa botol biakan yang telah berisi lalat di tutup dengan kain, atau
busa plastik?
10
Ibid, hal. 9
21
Jawab : Karena agar lalat yang sudah masuk tidak dapat keluar dan agar tidak
ada pula hewan lain yang masuk ke dalam botol biakan tersebut.
2. Mengapa lalat yang dipelihara pada temperatur yang lebih rendah
mempunyai siklus yang lebih panjang?
Jawab: Karena setiap pergantian fase memerlukan suatu kondisi ideal yang
mendukung, apabila tidak, maka lalat akan menghentikan pertumbuhannya
sementara sampai di lingkungan sekitar mendukung.
3. Apakah fungsi kertas pupasi yang diletakkan pada media?
Jawab: Sebagai tempat melekatnya pupa-pupa selain itu kertas ini berfungsi
untuk menyerap air atau cairan yang berlebih dimedia.
4. Mengapa kromosom kelenjar ludah pada Drosophila disebut sebagai
kromososm raksasa?
Jawab: Karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang
memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga
kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut
semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa
endoreduplikasi, yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom
yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom raksasa ini
tersusun atas pita terang dan pita gelap.
H. Kesimpulan
1. Siklus hidup lalat buah Drosophila Sp. Dapat dikatakan mengalami
metamorphosis sempurna dimana melalui tahapan-tahapan fase pertumbuhan
antara lain telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – prepupa –
pupa – imago.
2. Perbedaan jenis kelamin lalat buah jantan dan betina :
Drosophila Sp. jantan :
a. Mata berbentuk bulat dan berwarna merah
b. Kepala berwarna merah pudar
c. Thorax berwarna coklat kehitaman
d. Abdomen tumpul dan terdapat tiga garis hitam
e. Sayap berbentuk oval, pendek, berwarna transparan kecoklatan
f. Memiliki Sisir Kelamin (Sex Comb)
Drosophila Sp. betina :
a. Mata berbentuk bulat dan berwarna merah
b. Kepala berwarna kuning kecoklatan
c. Thorax berwarna coklat
d. Abdomen runcing dan terdapat enam garis hitam
e. Sayap berbentuk oval, dengan warna transparan dan sedikit warna coklat
f. Berukuran lebih besar daripada jantan.
22
3. Media tempat pembiakan Drosophila Sp. terdiri dari adonan pisang, tape dan
gula merah dengan perbandingan 7 : 2 : 1 yang kemudian dipanaskan lalu
dimasukkan ke dalam botol kaca lalu ditabur ragi dan diberi kertas pupasi
sebagai tempat melekatnya telur dan pupa, serta disediakan spons yang diukur
sebesar mulut botol untuk penutup agar lalat tidak kabur.
4. Kromosom raksasa merupakan gabungan dari beberapa kromosom yang saling
bersinapsis menjadi satu kromosom, bentuknya seperti kromosom normal
namun memiliki banyak lengan panjang yang berukuran besar.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2008. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila Sp. Skripsi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
23
Shabrina, Nadia Rizki. 2015. Pengamatan Kromosom Raksasa Pada Drosophila Sp..
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Indonesia
24