Rhodophyta
Rhodophyta
Rhodophyta
Rumusan masalah
Rhodophyta berasal dari bahasa latin yaitu (Rhodon= merah, rose;phykos= alga). Alga ini
memiliki pigmen merah mengandung zat makanan agar-agar (Floridean) (lihat gambar 1),
beberapa jenis ada yang mengandung zat kapur (Corallina), zat pektin (Chondrus, Gigartina).
Divisi Rhodophyta hanya terdiri satu kelas yaitu Rhodophyceae dengan kurang lebih terdiri
atas 4000 jenis (Saptasari et al, 2006). Ganggang merah (Rhodophyta) adalah eukariotik yang
berbeda garis keturunan yang anggotanya bersatu dalam analisis filogenetik nukleus, plastid,
dan mitokondria (Burger et al. 1999). Ciri karakteristik Rhodophyceae adalah:
Habitat
Sebagian besar hidup di laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar,
contohnya adalah Batrachospermum (Saptasari et al, 2006). Alga merah genus Laurencia
(Rhodomelaceace, Ceramiales) umumnya ditemukan pada perairan tropis maupun subtropis
(Yoon et al, 2006). Genus Acanthophora juga merupakan alga merah yang paling banyak
ditemukan di perairan tropis maupun subtropis. Akan tetapi penelitian tentang spesies ini
masih sedikit. Beberapa dari alga ini juga hidup epifit pada tumbuhan angiospermae yang
hidup di dalam air atau pada ganggang jenis lain contohnya Phaephyceae.
Ukuran dari tumbuhan juga berbeda menurut daerah geografisnya. Jenis yang hidup di
daerah beriklim dingin banyak yang mempunyai talus lebih lebar dan berdaging
dibandingkan di daerah tropis ukuran lebih kecil dan tipis. Rhodophyceae mempunyai
kemampuan untuk hidup pada kedalaman lebih besar dibanding kelompok ganggang yang
lain. Ganggang merah dapat hidup pada kedalaman lebih dari 200 m, kemampuan ini
berhubungan dengan fungsi dari pigmen tambahan pada fotosintesis (Saptasari et al, 2006).
Susunan Tubuh
Pada umumnya adalah multiseluler, tersusun filamen yang bercabang-cabang bebas
satu sama lain atau saling menjalin didalam suatu matriks menyerupai atau membentuk talus
yang parenkimatik. Secara morfologi berbentuk lembaran silinder yang sederhana dan
melekat erat pada subtrat yang keras atau batu karang (lihat gambar 2). Tetapi beberapa ada
yang tersusun uniseluler misalnya Porphridium.
3. Cadangan makanan
Cadangan makanan berupa tepung florida terdapat di luar plastisida. Tepung florida
serupa dengan amilopektin pada tumbuhan tingkat tinggi. Apabila diuji dengan iodine
akan berwarna merah keungunan. Pada Rhodophyceae yang sederhana, butir tepung
mengelompok sebagai lapisan di sekitar pirenoid dari kloroplas, sedangkan
Rhodophyceae yang sudah maju butir tepung tersebar dalam sitoplasma.
4. Mobiitas
Pada ganggang tidak dijumpai sel yang memiliki alat gerak. Sel gamet jantan terbawa
gerakan air menuju sel gamet betina.
Reproduksi
Rhodophyta berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
Vegetatif
Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan
pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang
diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya
haploid.
Generatif
Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel
kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermativum). Alat perkembangbiakan
jantandisebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak
ber flagel.Sedangkan alat kelamin betina disebutkarpogonium,yang menghasilkan ovum.Hasil
pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan
tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan
pembelahan meiosis.Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet.Jadi
pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.
Rhodophyceae dibagi menjadi dua anak kelas yakni Bangiophycidae dan
Florideophycidae. Florideophycidae mempunyai sel yang berhubungan satu sama lain yang
dihubungkan oleh benang-benang sitoplasma, sedangkan Bangiophycidae mempunyai tubuh
berbentuk filamen atau lembaran, sel yang banyak, terdiri dari satu bangsa (Bangiales) dan
marga Poryphyra.
Sumber: Wikipedia
Klasifikasi
Bangiophycidae
Sebuah kelas ganggang merah. Ini mencakup 24 genera, menyatukan 90 spesies alga
sel tunggal dan multicell atau alga lamellar, yang sel mononuklearnya berbeda dengan alga
merah lainnya, biasanya memiliki satu kromatofor stellata dengan pyrenoid dan tidak
bergabung dengan pori-pori. Sel tunggal bangio-phyceae bereproduksi dengan pembelahan
biner, dan multicell biasanya bereproduksi secara aseksual dengan menggunakan monospora
(Kylin et al, 1956).
Florideophycidae
Siklus pertumbuhan terdiri dari beberapa generasi sporofit dan gametofit. Sporofit,
yang biasanya diploid, menghasilkan tetraspora atau kadang monospora atau spora poli. Pada
gametofit, setelah pembuahan, filamen yang membawa karospora tumbuh dari carpogonium,
baik secara langsung atau dari sel yang terhubung secara khusus (Kylin et al, 1956).
Kelas ini mencakup sekitar 540 marga, dengan 3.700 spesies, namun beberapa di
antaranya adalah spesies laut. Beberapa spesies parasitisasi anggota kelas lainnya. Beberapa
anggota Florideophyceae digunakan untuk memproduksi zat pembentuk gelatin dan untuk
tujuan medis (Kylin et al, 1956).
Peranan
Rhodophyta jenis tertentu dapat menghasilkan agar atau jeli yang dimanfaatkan
sebagai bahan makan dan kosmetik, misalnya Euchema spinosum. Di beberapa negara
misalnya Jepang, Rhodophyta atau alga merah ditanam sebagai sumber makanan dan dipakai
dalam industri sebagai bahan untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan
bakteri. Beberapa alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral menghasilkan kalsium
karbonat pada dinding selnya. Kalsium ini sangat kuat dalam mengatasi terjangan ombak dan
berperan penting dalam pembentukan terumbu karang.
Selain itu Rhodophyta juga dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi
ikan dan hewan lain yang hidup di laut dan juga untuk manusia misalnya Chondrus crispus
(lumut Irlandia) dan beberapa genus Poryphyra.Chondrus crispus menghasilkan karagen
yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krim, dan obat pencuci rambut.
Rhodophyta jenis lainnya seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan
Agardhielladibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai
agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium bakteri dan fase padat pada
elektroforesis gel, untuk pengental dalam makanan, perekat tekstil, obat pencahar (laksatif)
atau sebagai makanan penutup.
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
Setelah membaca makalah ini seharusnya masyarakat dapat memanfaatkan alga Rhodophyta
dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.
DAFTAR RUJUKAN
Burger, G., Saint-Louis, D., Gray, M. W. & Lang, B. F. 1999. Completesequence of the
mitochondrial DNA of the red alga Porphyra purpurea. Cyanobacterial introns and
shared ancestryof red and green algae. Plant Cell 11:1675–94.
Kylin, H. DieGattungenderRhodophyceen, Lund,1956.TheGreatSovietEncyclopedia
Saptasari, M., Triastono, Mahanal, S. 2006. Botani Tumbuhan Bertalus Alga. Malang:
Universitas Negeri Malang
Sulisetijono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Malang
Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta
Yoon, HS., Muller, KM,. Sheath, RG., Ott, FD., Bhattacharya, D. 2006. Defining The Major
3Lineages Of Red Algae (Rhodophyta) J. Phycol. 42, 482–492