Contoh PBLK Swot Poa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

6 Votes

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang
Kebutuhan kesehatan seseorang tidak sama dengan tuntutan kesehatan dimana kebutuhan kesehatan
pada dasarnya bersifat objektif sehingga untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan dilakukan upaya
pemenuhan secara mutlak sedangkan tuntutan kesehatan lebih bersifat subjektif walaupun demikian
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dinilai sebagai suatu upaya penting dalam mewujudkan keadaan
sehat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
(Azwar, 1996).

Dewasa ini diketahui bahwa telah terjadi peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dimana diperlukan pemberian asuhan keperawatan secara prima. Pemberian pelayanan kesehatan secara
prima juga membutuhkan manajemen kesehatan sebagai suatu system yang merupakan suatu proses
yang dapat mendukung dan menseragamkan proses pelayanan kesehatan. Dimana keberhasilan suatu
proses manajemen tergantung pada jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang pada para pekerja
dimana upaya-upaya manajemen tersebut diterapkan. Sebagaimana halnya proses keperawatan maka
manajemen kesehatan juga terdiri atas langkah-langkah pengumpulan data, pendiagnosaan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Gillies, 1999).

Manajemen kesehatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata yaitu Rumah Sakit
dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai
adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data,
analisa dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan
melakukan pengawasan serta pengendalian (Arwani, 2005)

Rumah sakit adalah salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan upaya
kesehatan rujukan. Tujuan program kesehatan rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan
dan efisiensi rumah sakit, melalui penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standard,
peralatan, profesi dan manajemen rumah sakit (Aditama, 2003.)

Dalam rangka menuju era globalisasi, rumah sakit juga dihadapkan pada berbagai perubahan eksternal,
seperti perubahan tata ekonomi dunia, arus informasi tanpa batas, pola penyakit, pola demografi
penduduk, teknologi, peralatan rumah sakit, yang semua itu akan berdampak pada perubahan tata nilai
dan tuntutan masyarakat yang merupakan sebuah system, salah satunya Praktek keperawatan.

Keperawatan adalah salah satu bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psikoso-sosio-
spiritual yang komprehensif, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia
(Lokakarya Ners Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1983 dalam Aditama 2003:82).

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep


manajemen yang di dalamnya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang meliputi
orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto, 2006)

Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan Keperawatan di masa depan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global
bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2002).
Peran dan fungsi manajemen keperawatan masa sekarang masih sekarang masih berorientasi pada
senteralisasin kewenangan dan tanggung jawab yang menjadi desentralisasi dengan pendelegrasian
wewenang dan tanggung jawab yang berfokus pada kegiatan koordinasi yang memungkinkan manajemen
keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata. ,salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kemampuan untuk mengelola (manajemen), baik dalam bidang
keperawatan maupun dalam bekerja sama dalam melaksanakan fungsi koordinasi dengan bidang yang
lain sebagai bagian dari pelaayanan yang teritegrasi. Semua bentuk organisasi keperawatan kesehataan
termasiuk RS, pusat perawatan jalan dan rumah sakit pendidikan memerlukan manajemen keperawatan.
Oleh karena itu semakin berkembangnya profesi keperawaatan maka perawat harus mengetahui tentang
tehnik manajemen serta meningkatkan pengetahuan dan menerapkan teori berbagai penelitian yang
dilakukan dalam bidang manajemen kedalam praktik pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu
dan menyeluruh (Soeroso, 2003).

Manajeman asuhan sebagai bagian dari manajemen keperawatan diterapkan sebagai seluruh tatanan
praktik keperawatan. Perawat secara tepat harus dapat mengidentifikasi, menentukan dan melakukan
proses keperawatan yang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing sehingga tugas keperawatan
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan dan kenyamanan perawatan pasien dapat
diberikan secara maksimal. Hal tersebut tentunya tidak dapat dicapai begitu saja, karena mencapai
kesuksesan sebuah proses manajemen tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan pada pekerja, dimana
upaya-upaya manajemen diterapkan setiap perawat disuatu unit tertentu perlu selalu bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas dirinya baik dengan meningkatkan pengetahuan maupun meningkatkan
keterampilan masing-masing pribadi, dengan demikian akan dicapai suatu pemberian asuhan keperawatan
yang maksimal.

Rumah Sakit Umum Daearah Sumedang adalah rumah sakit tipe B non Pendidikan yang merupakan rumah
sakit rujukan, untuk itu Rumah Sakit Umum Sumedang harus dapat meningkatkan predikatnya dengan
meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan semua perawat di semua ruangan yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Sumedang. Salah satunya di ruang rawat Inap Melati (Ruang Perinatologi).

Ruang Melati merupakan ruang rawat inap diperuntukan bagi pasien bayi baru lahir baik laki-laki dan
perempuan dengan kelahiran normal maupun Patologis yang mengalami gangguan fisiologis baik aktual
maupun potensial yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan perawatan secara intensif.

Ruang Melati perlu mengantisipasi keadaan tersebut dengan cara upaya perbaikan dan peningkatan pada
kualitas pelayanan di berbagai sub-sistem yang ada anatara lain pelayanan keperawatan dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi khususnya di Kabupaten Sumedang.

Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan
memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di
masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi.

Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman
bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai
dengan adanya manajemen yang baik.

Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan keterampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.

Dengan demikian kami mahasiswa Program Pendidikam Profesi Ners S.I Keperawatan Angkatan IV Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon, merasa perlu untuk mengkaji situasi dan kondisi Ruangan Melati
yang hasilnya diharapkan dapat menemukan masalah untuk dicari solusinya, sehingga pelayanan dan
asuhan keperawatan di Ruang Melati meningkat.

1. B. Tujuan Penulisan
1. 1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 21 hari mulai tanggal 24 Agustus s/d 17
September 2009, calon praktisi keperawatan mampu melakukan pengolahan manajemen asuhan dan
manajemen unit pelayanan di ruang rawat inap Melati (Perinatologi) sesuai dengan konsep dan langkah-
langkah manajemen keperawatan.

1. 2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik kepaniteraan selama 21 hari mulai tanggal 24 Agustus s/d 17 September 2009,
calon praktisi keperawatan mampu :

1. Melakukan kajian situasi di unit rawat inap Anggrek sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasional unit.
2. Menyusun rancangan strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan tertentu berdasarkan hasil kajian
bersama-sama penanggung jawab unit.
3. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan sesuai kondisi unit.
4. Melakukan implementasi sesuai dengan rancangan strategis dan operasional.
5. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program
1. C. Manfaat
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan dan mutu asuhan keperawatan melalui
manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap Melati ( Perinatologi) Rumah Sakit Umum Daerah
Sumedang Bagi Perawat atau Tenaga Kesehatan lainnya.

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau alternatif dalam menjalankan profesionalisme di lahan
praktek guna meningkatkan mutu pelayanan dan mutu asuhan keperawatan.

1. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen keperawatan secara
langsung pada tatanan unit pelayanan.
2. Untuk mengaplikasikan dan meningkatkan keterampilan dalam manajemen keperawatan.
1. D. Metode Penulisan
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah dilakukan dengan
metode :

1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan, keadaan inventaris
ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.

1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat pelaksana, keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.

1. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi
proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
1. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan keluarga pasien terhadap asuhan keperawatan, penerapan
standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional.

1. E. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, manfaat metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II PERSPEKTIF RUANG RAWAT INAP PERINATOLOGI

Meliputi : filosofi keperawatan, pengertian ruang perintologi, tujuan dan prinsip, sifat kekaryaan ruang
perinatologi manajemen asuhan dan manajemen unit di ruang perinatologi.

BAB III PENGKAJIAN ( KAJIAN SITUASI )

BAB IV PERENCANAAN, IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

PERSPEKTIF KEPERAWATAN PERINATOLOGI

1. A. GAMBARAN UMUM
1. 1. Filosofi Keperawatan
Filosofi keperawatan adalah mengupayakan agar buah kehamilan lahir selamat, sehat dan utuh serta
sanggup berkembang secara optimal sehingga tercipta generasi masa depan yang bermutu.

1. 2. Pengertian
Ruang perinatologi merupakan ruang rawat inap yang disediakan khusus untuk pasien baru lahir 0 – 28
hari. Baik bayi dalam keadaan sehat ataupun bayi dalam keadaan patologis dan kelainan konginetal
dimana beberapa penyakit patologis diantaranya sebagai berikut : Asfiksia, Hiperbilirubin, Sepsis
neonaturus, Tetanus neonaturus, ARDS, Prematur, BBLR, Imaturus. Dan dengan kelainan konginetal antara
lain: CHD, Atresia ani, Hisprung.

1. 3. Tujuan dan prinsip keperawatan


1. Terselenggaranya pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, memfasilitasi bonding attecment serta melibatkan keluarga dalam perawatan bayi.
2. Menurunkan angka kematian bayi
3. Terselenggaranya pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
4. Terselenggaranya pelayanan keperawtan dengan menggunakan pedoman asuhan keperawatan.
1. 4. Sifat Kekaryaan
1. Fokus telaahan
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang perinatologi dalah bayi baru lahir 0 – 28 hari, baik dari bayi
sehat sampai dengan bayi resiko tinggi, bayi dengan kelainan bawaan sampai dengan bayi sakit.

1. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat perinatologi merupakan salah satu bagian dari pelayanan perinatal resiko
tinggi (Peristi) merupakan sebuah unit pelayanan khusus bagi bayi baru lahir normal atau yang
mempunyai indikasi KPD, ketuban hijau, asfiksia berat, dan distres sehingga memerlukan penanganan
segera dan perawatan khusus agar bayi dapat diselamatkan dan mempunyai kualitas hidup yang baik.

1. Lingkup garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan adalah pemenuhan dasar manusia.
Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garapan ruang inap perinatologi adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan
segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah / gangguan fisiologis pada satu atau berbagai
sistem tubuh yang dialami bayi baru lahir.

Secara umum lingkup garapan ruang rawat inap pernatologi meliputi:

1) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir dan meningkatkan sumberdaya manusia berkualitas.

2) Menekan angka kematian bayi serendah mungkin

3) Memberikan pelayanan masyarakat

4) Meningkatkan konsep”life born Baby” menuju ”well born Baby”

5) Pemberian pelayanan untuk memenuhi kenyamanan pada klien selama dirawat.

Elemen-elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap perinatologi meliputi:

1) pemeliharaan pola-pola normal dari fungsi-fungsi dasar kebutuhan dasar manusia.

2) Pengelolaan jalan nafas dan oksigenasi

3) Pemberian perawatan pada bayi baru lahir baik fisiologis maupun patologis

4) Menurunkan angka kematian bayi baru lahir

5) Pembuatan keputusan

6) Memfasilitasi minimal care (perawatan sementara) pada klien.

1. 5. Berdasarkan keadaan pasien pelayanan neonatus


1. Pelayanan Keperawatan neonatus level I yaitu perawatan neonatus sehat : pelayanan neonatus dasar dan
bayi beresiko rendah yang memerlukan asuhan keperawatan minimal, dimana perawat bayi yang utama
dilakukan oleh ibu.
2. Pelayanan Keperawatan Neonatus level II yaitu perawatan neonatus khusus perawatan bayi dengan sakit
sedang dan diharapkan pulih secara cepat yang memerlukan observasi dan pengobatan yang melebihi
asuhan perawatan normal.
3.
Pelayanan Keperawatan Neonatus level III yaitu perawatan intensif neontus subspecialis yang
memerlukan pengawasan yang terus menerus dari perawat dan dokter didukung dengan fasilitas
berteknologi tinggi.
1. 6. Sarana dan prasarana
Perencanaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan keperawatan yang tepat disetiap level
pelayanan keperawatan neonatus yang berkualitas.

1. Adanya kebijakan rumah sakit yang mengatur sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik
keperawatan dalam pelayanan neonatus setiap level. Seperti peralatan inkubator, lampu sorot, meja tindakan,
suction, tabung oksigen, lampu biru, dll.
2. Adanya standart sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan.
3. Adanya mekanisme pemeliharaan peralatan
4. Adanya perancanaan gedung dan fasilitas dengan melibatkan tenaga keperawatan
5. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan peralatan kesehatan logistik keperawatan
6. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya jadwal pemeliharaan.
1. 7. SDM
2. Adanya kebijakan yang mengatur klasifikasi tenaga perawat yang bertugas dipelayanan neonatus.
Level I : Pendidikan D3 Keperawatan/ kebidanan pengalaman klinik 2 tahun sertifikat minimal kegawat
daruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan management laktasi.

Level II : pendidikan D3 Keperawatan, pengalaman kerja 3 tahun dan sertifikasi minimal minimal kegawat
daruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan menejement laktasi.

Level III : pendidikan S1 Keperawatan pengalaman klinik 2 tahun atau D3 Keperawatan dengan
pengalaman klinik 5 tahun, minimal kegawatdaruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan
menejement laktasi.

1. Ada kebijakan tentang pola standar ketenagaan per shiff adalah:


Level I : 1 perawat : 6-8 neonatus

Level II : 1 perawat : 2-3 neonatus

Level III : 1 perawat : 1-2 neonatus

1. Tersedia data dan informasi di pelayanan neonatus level I, II, III tentang kapasitas tempat tidur, BOR, beban kerja
dan tata ruang
2. Semua tenaga keperawatan memberikan pelayanan keperawatan neonatus teregistrasi ( memiliki SIP dan SIK ).
3. Semua tangan perawat yang memberikan pelayanan keperawatan neonatus mempunyai sertifikat pelayanan
keperawatan neonatus mempunyai sertifikat pelayanan sesuai level.
1. 8. Visi dan Misi
2. Visi
Visi ini mengandung arti bahwa kelak dimasa depan rumah sakit harus mampu menjadi pusat rujukan
sarana dan prasarana memadai, serta masyarakatnya merasa ikut memiliki dan bangga terhadap rumah
sakit, karena mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan masyarakat luas, yaitu
professional, bermutu, ramah, nyaman, dan terjangkau. Dengan kondisi rumah sakit yang seperti ini
diharapkan perwujudan pembangunan kesehatan di Kabupaten Sumedang lebih baik.

1. Misi
Memberikan pelayanan medis prima didukung SDM professional, sarana prasarana memadai, peran serta
masyarakat yang kreatif”

Telaah :

Prima : Bermutu tinggi dan memuaskan yang dijabarkan sebagai berikut :


1) Pelayanan keperawatan diutamakan untuk memenuh kebutuhan dasar klien keluarga cepat, tepat,
dan tanggap.

2) Mengupayakan paparan yang jelas atau informasi yang tepat.

3) Setiap prosedur atau tata cara dilakukan secara tepat, konsisten dan konsekwensi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima layanan.

5) Penganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang, kompeten,
mampu, terampil, dan professional sesuai spesifikasi tugasnya.

6) Menciptakan pola pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan.

7) Biaya dan tariff layanan harus ditetapkan secara wajar dengaan memperhitungkan kemampuan
masyarakat.

8) Pemberian layanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil.

9) Kebersihan dan sanitasi lingkungan, tepat, fasilitas pelayanan harus dijamin.

Profesional : sesuai dengan standar asuhan keperawatan

1) Perawat bekerja sesuai dengan etika profesi keperawatan.

2) Perawat memperhatikan hak-hak pasien dan keluarga.

3) Unit perawatan memiliki protap-protap tindakan keperawatan dan standar asuhan keperawatan.

4) Mendokumentasikan secara benar setiap asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sehingga
dapat dipertanggung jawabkan.

5) Pelayanan yang diberikan membawa kebaikan atau kepuasan bagi pasien dan keluarga.

1. B. Pengorganisasian
1. 1. Stuktur organisasi
1. Money
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

1) Sistem pengelolaan rumah sakit : sentralisasi dan desentralisasi

2) Sumber keuangan : ASKES/JPKM/Umum/Tidak mampu, dll.

Untuk terselenggaranya perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat
dan untuk lain-lainnya seperti pengelolaan keuangan harus jelas dan trasparan.
3) Metode

Metode asuhan keperawatan pada klien, sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien. Mac Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan
keperawtan tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan keperawatan primer. Tetapi setiap unti keperawatan mempunyai riwayat dalam
menyeleksi model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan sesuai ketenagaan, sarana dan
prasarana serta kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan ( Marqius and Huston, 1998 : 148)

1. Sesuai visi dan misi institusi


Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah
sakit.

1. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan


Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungnan asuhan keperawatan kepada
pasie. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam penentuan asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

1. Efisien dan efektif dalam menggunakan biaya


Setiap suatu perubahan harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran
pelaksanaanya. Bagaimanapun baiknya suatu model tanpa ditunjang oleh biaya maka tidak akan
didapatkan hasil yang sempurna.

1. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat


Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah tercapainya kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan
yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model asuhan keperawatan yang menunjang terhadap
kepuasaan pasien.

1. Kepuasan kinerja perawat


Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu
model yang dipilih harus dapat dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru menambah beban
kerja dan frustasi dalam pelaksanaanya.

1. Terlaksananya komunikasi antara perawat dan tim kesehatan lainnya


Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan
penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainya.

Tabel.1 jenis model asuhan keperawatan menurut Ann Mariner-Toney (1991), Grant & Huston (1998).

Model Deskripsi Penaggung jawab


Tim memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien
Terdiri dari perawat profesional, sejumlah perawat pelaksana dan perawat
pemula, dengan sejumlah 6-7 orang bekerja sebagai suatu tim.
Tim Ketua tim

Ketua tim melaksanakan fungsi perencanaan, koordinasi, supervisi dan evaluasi


keperawatan. Pengembangan dan revisi rencana keperawatan dilakukan melalui
konverensi rutin 15-20 menit perhari.

Berdasarkan pada tindakan yang konfrehensif dari pilosofi keperawatan


Rasio 1 : 4 atau 1 : 5 ( perawat : pasien ) dari penguasaan metode kasus.

Metode penguasaan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap semua asuhan keperawatan pasien, dari mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.

Primer Perawat primer


Mendorong praktik mandiri perawat, ada kejelasan antara pembuatan asuhan
dengan pelaksanaan.

Adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasi asuhan
keperawatan selama pasie dirawat.

1.
2. Metode Tim
1. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 group yang jumlahnya 6 -7
orang bekerja sebagai suatu tim dan terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam suatu
grup kecil yang saling membantu.
2. Ketua tim sebagai penanggung jawab melaksanakan fungsi perencanaan, koordinasi, supervisi dan
evaluasi keperawatan. Pengembangan dan revisi rencan keperawatan dilakukan melalui konferensi
secara rutin 15 -20 menit setiap hari.
3. Kelebihan
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3) Memungkinkan antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim

1. Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

1. Konsep metode tim


1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.

2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin.

3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruangan penting dalam metode ini.

1. Tanggung jawab ketua tim


1) Membuat perencanaan.

2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.


3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.

1. Tanggung jawab anggota tim


1) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dibawah tanggung jawabnya.

2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

3) Memberikan laporan.

4) Mengembangkan kemampuan anggota.

5) Menyelenggarakan konferensi.

BAGAN METODE TIM

1. T
a
n
ggung jawab kepala ruangan
1) Perencanaan

a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan masing-masing.

b) Mengikuti serah terima pasien pada waktu penggantian shift.

c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan bersama ketua tim.

d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

e) Mengikuti visite dokter.

f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.

g) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

h) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan pelatihan diri.

j) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.

k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.

2) Pengorganisasian

Merumuskan metode penugasan yang digunakan


a) Merumuskan tujuan metode penugasan

b) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas,

c) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan

d) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

e) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di tempat

f) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien

g) Mengidentifikasi masalah dan cara penyelesaiannya

3) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan
pasien

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

4) Pengawasan

a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

b) Melalui supervisi : pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan tidak langsung dengan
mengecek daftar hadir ketua tim

5) Evaluasi

Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim

1. 3. Metode Keperawatan Primer


2. Berdasarkan pada tindakan yang konprehensif dari filosofi keperawatan.
3. Rasio perawat : pasien adalah 1 : 4 atau 1 : 5 penugasan metode kasus
4. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap semua asuhan
keperawatan, dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
5. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dengan pelaksana.
6. Adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
7. Kelebihan
1) Bersifat kontinue dan konfrehensif

2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

3) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.

1. Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yeng memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
1. Konsep dasar metode primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

2) Ada otonomi

3) Ketertiban pasien dan keluarga

1. Tugas perawat primer


1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan

3) Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini

4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain.

5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

6) Menerima dan menyesuaikan rencana.

7) Menyiapkan penyuluhan pulang.

8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.

9) Membuat jadwal perjanjian klinik.

10) Mengadakan kunjungan rumah.

1. Ketenagaan metode primer


1) Setiap perawat primer adalah perawat “ bed side”
2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat

3) Penugasan ditentukan oleh kepala jaga

Peran dari pembagian tugas modifikasi tim primer

Kepala Perawat Perawat primer Perawat Associate


1. Membuat perencanaan
asuhan keperawatan
2. Mengadakan tindakan
kolaborasi

3. Memimpin timbang terima

1. Memimpin rapat
2. Evaluasi kinerja 4. Mendelegasikan tugas
perawat

5. Memimpin ronde 1. Memberikan asuhan keperawatan


3. Membuat daftar dinas keperawatan 2. Mengikuti timbang terima
3. Melaksanakan tugas yang didelegasikan
1. Mendokumentasikan tindakan
4. Menyediakan material 6. Evaluasi pemberian asuhan 2. Melaporkan asuhan
keperawatan keperawatan yang
dilaksanakan.
5. Perencanaan,
pengawasan, pengarahan 7. Bertanggung jawab terhadap
klien

8. Memberi petunjuk jika klien


akan pulang

9. Mengisi resume keperawatan

1. 4. Metode pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery)


Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan untuk pasien
dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.

1. Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan terkait erat dengan metode penugasan perawat. Perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pada akhir manajemen
asuhan keperawatan diharapkan perawat memiliki kemampuan intelektual (pengkajian, penetapan
masalah dan diagnosa keperawatan), teknikal (implementasi tindakan keperawatan), dan interpersonal
(interaksi interpersonal antara perawat dengan pasien dan atau keluarga, sehingga perawat yang bekerja
diruang MPKP benar-benar mempraktekan keperawatan yang profesional.

1. Pengkajian lengkap pada bayi baru lahir


1) Penilaian Apgar Skore

Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 > 100
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif

Refleks Tidak bereaksi seluruh Gerakan sedikit Reaksi melawan


tubuh

Warna kulit Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh kemerahan


Biru / pucat ekstremitas biru

Penilaian ini dapat dilakukan pada menit pertama setelah lahir dengan penilaian sebagai berikut : 7-10
(baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat), kemudian penilaian selanjutnya
dilakukan setelah lima menit.

2) Pemeriksaan cairan amnion

Pemeriksaan cairan amnion ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang
jumlah volumenya, apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut
hidramnion sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.

3) Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan tali pusat ini menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri,
adanya tali simpul pada tali pusat atau tidak.

4) Pengukuran Atropometri

a) Berat badan

– Berat badan 2500-3500 gram maka dinyatakan normal.

– Berat badan kurang dari 2500 maka dinyatakan prematur.

– Jika ditemukan lebih dari 3500 gram maka bayi dinyatakan macrosomia.

b) Panjang badan normal bayi baru lahir 45-50 cm

c) Lingkar kepala bayi baru lahir normalnya 33-35 cm

d) Lingkar dada bayi baru lahir normalnya 30-33 cm

Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami
hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil dari 3 cm dari lingkar dada maka bayi tersebut
mengalami microcephalus.

5) Pemeriksaan fisik

a) Kepala
Palpasi dan pantau fontanel. Fontanel depan paling lebar dan berbentuk lunak. Fontanel belakang
berbentuk segitiga. Penonjolan fontanel (peningkatan tekanan intrakanial), fontanel yang tertekan
(dehidrasi), penonjolan sutura sagital (molding), kaput sucedaneum (edema pada jaringan akibat traum),
sefalhematoma (perdarahan kerongga periosteum), waspada terhadap penutupan prematur pada sutura
anterior maupun posterior (kraniosinostosis), yang memerlukan pengkajian lebih lanjut.

b) Mata

Inspeksi area mata dan kelopak mata. Mata harus didapati bersih, tanpa drainase, dan kelopak tidak
bengkak.

Waspada terhadap drinase purulen, hal ini merupakan indikasi diperlukannya pengkajian lebih lanjut
terhadap adanya infeksi dan pengobatan.

c) Telinga

Inspeksi telinga luar. Bayi cukup usia mempunyai dua pertiga ujung pinna yang tidak melengkung. Rotasi
telinga harus ada digaris tengah dan tidak mengenai bagian depan atau belakang.

Waspada terhadap telinga yang letaknya rendah, yang berhubungan dengan masalah kongenital yang
beragam.

d) Hidung

Inspeksi lubang hidung harus didapati bersih dan tanpa mukus.

Waspada terhadap adanya pernafasan cuping hidung. Jika ada, kaji frekuensi pernafasan, retraksi dan
bunyi mengorok, serta warna kulit. Penentuan karakteristik nadi dengan menggunakan oksimetri dapat
memberikan keterangan lebih lanjut.

e) Mulut

Inspeksi mulut bagian dalam dan palpasi palatum atas. Palatum atas dan bawah biasanya tidak utuh bisa
dilihat saat bayi menangis, atau dipalpasi dengan jari.

Waspada terhadap terbukanya palatum (celah palatum), dan adanya bercak putih pada membran mukosa,
yang tampak seperti penumpukan susu, yang tidak dapat dihilangkan bisa mengidentifikasi jamur
(candida albicans) serta mukus yang berlebihan dapat berhubungan dengan atresia esofagus.

f) Dada

Dada harus berbentuk simetris. Waspada terhadap retraksi (interkostal atau sternal), jika ada kaji
frekuensi pernapasan dan tentukan kebutuhan oksigen pada bayi.

g) Jantung

Auskultasi frekuensi nadi apikal berkisar dari 120-160 kali/menit, tetapi kisaran ini dapat menjadi lebih
rendah dari 100 kali/menit pada saat tidur.
Waspada terhadap bradikardi (<100 kali/menit) atau takikardi (>160 kali/menit).

h) Abdomen

Inspeksi, auskultasi, dan palpasi. Abdomen harus berbentuk datar hingga sedikit melingkar (tanpa
distensi), dan bunyi usus halus dapat didengar pada setiap kuadran. Tali pusat sebaiknya didapati dalam
keadaan kering dan tidak ada kemerahan, rabas atau perdarahan.

Waspada terhadap perdarahan dan/atau drainase yang purulen yang berasal dari tali pusat, yang berarti
membutuhkan peengkajian dan pengobatan lebih lanjut.

i) Genital

Genital biasanya dapat dibedakan secara jelas. Pada laki-laki kedua testis harus dapat diraba pada skrotum
dan waspada terhadap saluran urine pada penis bagian bawah (hipospadia).

j) Punggung

Inspeksi punggung biasanya halus, tidak ada tumpukan rambut pada punggung bawah, terdapat banyak
lanugo.

k) Paha

Inspeksi dan lakukan gerakan Ortolani untuk menemukan adanya dislokasi kongenital pada paha. Cara
melakukan gerakan Ortolani yaitu :

– Baringkan bayi telentang.

– Letakkan telapak tangan anda pada lutut kiri dan kanan bayi.

– Lebarkan jari telunjuk dan tengah kearah paha, ujung jari anda harus ada diujung atas trokanter
mayor.

– Dengan paha dan lutut yang difleksikan sebesar sudut 90°, angkat ujung persendian paha kearah
asetabulum dan lakukan abduksi dengan lembut.

– Rasakan adanya bunyi klik dibawah ujung jari, jika ada bunyi klik tandanya bayi mengalami
dislokasi paha.

l) Ekstremitas

Inspeksi seluruh ekstremitas seharusnya didapati simetris, dan bergerak dengan serentak, waspada
terhadap pergerakan asimetris, atau tidak ada pergerakan ekstremitas, yang membutuhkan pelaporan dan
pengkajian lebih lanjut.

m) Warna kulit
Inspeksi pantau tanda-tanda jaundis, jaundis dapat dideteksi pertama kali pada wajah, mukosa membran
mulut dan sklera. Keadaan ini dievaluasi dengan cara melakukan pemutihan pada hidung, dahi dan
sternum atau garis gusi. Jika terdapat jaundis maka area tersebut akan muncul warna kekuning-kuningan
dengan cepat setelah pemutihan. Uji laboratorium akan membuktikan kadar bilirubin total. Jaundis dapat
diterapi dengan fototherapi.

Waspada terhadap sianosis bila ada maka memerlukan pengkajian dan pengobatan segera. Pucat mungkin
dihubungkan dengan anemia dan wajah yang memancarkan warna kemerah-merahan dapat
mengindikasikan peningkatan hematrokit (>65%) berkemih dalam 24 jam.

n) Eliminasi

Bayi baru lahir sebaiknya berkemih dan mempunyai pergerakan usus dalam 24 jam setelah kelahiran.

Waspada jika bayi tidak terkaji jumlah cairan yang dikonsumsi dan bukaan uretra. Jika tidak ada keluaran
feses kaji distensi abdomen dan bising usus. Diare dapat menjadi kondisi serius pada bayi. Pantau
karakteristik feses, bekuan darah pada feses (Hematest) dan hilangnya glukosa (Klinites atau uji glukosa
lain).

 o) Perilaku
Pemantauan bayi dapat dengan mudah mengisap, dipeluk, diselimuti. Bergerak sepanjang fase tidur.

Waspada terhadap tangisan yang berlebihan, kesakitan, ketidakmampuan berdiam diri, yang mungkin
berhubungan dengan gejala putus obat neonatus.

p) Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien

Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket asuhan keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan dari asuhan keperawatan pada pasien.

Alur masuk pasien

NO Aspek Standar
1. Pelayanan Flow of Care – Pasien datang dari ruang vk baik bayi yang lahir spontan, tindakan
2. APGAR vacum ektraksi maupun sectio caesarea. Kemudian masuk keruang
perinatologi di bagian triase dan mendapatkan tindakan.
– AFGAR dihitung dengan kriteria
3. Oksigenasi

8 – 10 : tanpa aspiksia
4. Pemenuhan KDM

4 – 7 : asfiksia ringan sedang


5. Therapy obat

0 – 3 : asfiksia berat
6. Perawatan tali pusat

– Melaksanakan pembersihan saluran pernafasan dengan alat


7. Mempertahankan suhu tubuh
penghisap lendir, baik melalui hidung , mulut maupun trachea. Pembersihan
jalan nafas dilakukan pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan
8. Pemberian minum pada bayi secara normal.
9. Discharge planning – Membersihkan tubuh bayi dari sisa cairan amnion dan darah dengan
menggunakan minyak kelapa.

– Menimbang berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala,


lingkar dada, lingkar lengan atas, mengkaji reflek pimitif, dan melakukan
colok dubur untuk mengidentifikasi adanya saluran cerna/anus atau tidak.

– pengambil cap kaki dan memasang peneng.

– Catat berat badan setiap hari pada bayi yang dirawat dirumah sakit.

– Jika neonatus BB nya ≥ 4000 gram maka pantau glukosa darah


sesuai dengan perintah dokter.

– Bayi baru lahir diberi salep mata antibiotik profilaksis segera setelah
kelahiran dan berikan vit K dengan dosis 0,1 gram segera setelah kelahiran.

– Jika bayi baru lahir dengan indikasi KPD, ketuban hijau diberi
therapi obat antibiotik ampisilin 1 mg/ kg BB 2x sehari (IV/IM)

– Mandikan neonatus ketika suhu tubuh sudah stabil, melakukan


perawatan tali pusat dengan teknik septik aseptik, agar tali pusat tetap
kering dan mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat lepasnya tali
pusat.

– Menghangatkan bayi dengan menggunakan inkubator yang memiliki


BB ≤ 2500 gram.

– Menghangatkan bayi menggunakan lampu sorot pada bayi dengan


BB ≥ 2500 gram untuk mencegah terjadinya hipotermi.

– Memberikan minum pada bayi sesuai dengan kebutuhan dan


memenuhi kebutuhan tubuh akan zat makanan, cairan dan elektrolit sesuai
dengan menggunakan program pengobatan. Dengan cara disusukan
langsung pada ibunya, menggunakan botol, menggunakan sendok atau
pipet.

Bayi diizinkan pulang merupakan tanggung jawab dokter. Dengan kriteria :

– Bayi telah menunjukkan tanda vital stabil di boks terbuka selama 24-
48 jam

– Keberhasilan menyusui sudah mulai tercapai

– Penambahan berat badan dengan pemberian asupan peroral yang


telah diberikan.

– Berat badan minimal 1800gram telah tercapai


– Semua obat yang diperlukan dapat masuk peoral

– Nilai laboratorium telah normal

– Ibu dan ayah memperlihatkan kemampuan untuk mengasuh neonatus

– Telah menyeleaikan administrasi keuangan

1. C. Manajement Unit
1. Pelayanan
2. Kriteria minimal ruang rawat inap perinatologi
Ruang inap perinatologi mempunyai kriteria minimal ruangan seperti ruangan harus tetap bersih,
penerangan baik sirkulasi udara cukup, lantai tidak licin, rungan luas. Standart peralatan yang harus ada
diantaranya: inkubator, meja tindakan, boks bayi, tabung oksigen, lampu sorot, lampu biru.

1. Lingkungan kerja
a. Fisik

1) Ruangan

Lingkungan kerja untuk mencapai proses menejerial keperawatan di ruang rawat inap perinatologi
keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur / boks dan kamar pojok asi,
ruang perasat, ruang perawat atau nurse station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan,
ruang tamu, kamar mandi, ruangan ganti perawat ruang confference, mushola, ruang administrasi, dapur,
gudang, dan depo farmasi.

2) Peralatan dan bahan kesehatan

a) Peralatan

Berdasarkan standar ruang perinatologi

Standart
No Nama barang Ratio pasien : alat

Level I : Sesuai kapasitas


– Tempat tidur neonatus 5:1

– Radian warner 5:1

1 – Continual suction 10 :1

– Transport incubator 5:1

– Emenrgency troly 5:1


– Laringoscope daun lurus no. 0 5:1

– Ambubag neonatus Sesuai kapasitas

– Stetoscope neonatus 5:1

– Flast light Sesuai kapasitas

– Central oxygen dan flow meter 5:1

– Lampu sorot 1:2

– Standart infus 1

– Sterilisator 3:1

– Breast pump elektrik 1

– Refrigerator 5:1

– Vena sectie set 5 :1

– Umbilical set 5 :1

– Tromol, korentang, bengkok 5 :1

– Safety set 10:1

– Tempt alat tenun bersih dan kotor 2;1

– Tempat sampah medis dan non medis 5:1

– Timbangan BB 1

– Pengukur panjang badan

Level II ( Perawatan I & II) : Sesuai kapasitas


– Incubator Sesuai kapasitas

– Bed side monitor 1:2

2
– Syringe pump 1:2

– Infuction pump 3:1


– Oxymetri 3:1

– Head box 3:1

– Iglo 3:1

– Buble CPAP 3:1

– Blood Warmer 3:1

– Nebulizer

Level III ( I,II,III) :


– Ventilator 2:1
10 :1
– EKG

3 1
– USG
1
– X ray portable

Peralatan tambahan alat tenun : 1:4


– Sarung kaur 1 : kap tt x 3

– Bedong 1 : kap tt x 3

– Popok 1 : kap tt x 3

– Baju bayi 1 : kap tt x 3

– Handuk 1:4

4 – Barak schort 1: 3

– Alas bayi ( wizak ) 1:3

– Perlak 1:2

– Kelambu kelas I 1:2

– Kelambu kelas II dan III 1:4

– Alas baki 1:4


– Alas tindakan 1:3

– Bayal bayi –

– Bantal besar Sesuai kap + ekst

– Kasur bayi –

– Kasur besar 1:4

– Sprai bayi –

– Sprai besar 1:4

– Sarung oksigen kecil 1:4

– Sarung oksigen besar –

– Sarung bantal besar 1:4

– Sarung bantal bayi 1:2

– taplak meja 1:4

– Tutup photo therapi Habis pakai

– Waslap Sesuai kap

– Sarung kasur pinil Sesuai kapasitas

– Kasur incubator

Alat kesehatan : Tiap level 1


– Meja tindakan 1 ruang : 1

– Lemari obat kaca Sesuai fototherafi

– Box foto therapy 6:1

5
– Troly stainles –

– Pediatrik set Kap t level II/III : 2

– Standart infus Level : 2


– Bak instument bear Level : 3

– Bak instrument sedang Level : 4

– Bak instrument kecil –

– Tromol besar –

– Tromol kecil Level : 3

– Bak spuit sedang Level : 3

– Bak spuit kecil Level : 3

– Termometer axila Level : 3

– Termometer elektrik Level : 3

– Termometer rektal TT level II/III : 1

– Manometer –

– Baki alumunium 4

– Gunting tali pusat Level : 8

– Pinset anatomis Level : 4

– Pinet sirugis Level : 4

– Klem arteri sedang Level : 4

– Klem pean Level : 1

– Korentang Level : 1

– Tempat korentang Level : 2

– Kom tutup stainles Level : 1

– Gunting perban TT level II/III : ½

– Lampu foto therapi TT level II/III : 2


– Masker O2 pedriatrik TT level II/III : 1

– Stetoscope anak Level : 1

– Stetoscope dewasa Level : 1

– Mithlen Level : 2

– Bengko Level : 1

– Komalkohol tertutup Ruangan 1

– Meja resusitasi Level : 2

– Tabubag O2 kecil

b) Bahan Kesehatan

Plester, kasa, betadine, alkohol, savlon, klorin, kapas, cairan infus, obat- obatan emergensi, dan cairan
kimia lainya.

c) Non fisik

 Hubungan perawat dengan klien


Komunikasi antar perawat dengan klien atau keluarga klien berjalan dengan baik.

 Hubungan perawat dengan perawat


– Komunikasi antara perawat berjalan dengan baik

– Pengambilan keputusan dilakukan secara tepat sesuai situasi yang ada.

– Kegiatan serah terima tugas dan pasien dilakukan pada setiap pergantian dinas dan berorientasi
pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

– Mengadakan ronde keperawatan dan supervisi khusus.

– Mengadakan rapat bulanan secara rutin.

– Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, catatan asuhan keperawatan (rekam
medis), buku ronde, white board.

 Hubungan perawat dengan profesi lain


 Bekerjasama sebagai sebuah tim
BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG MELATI (PERINATOLOGI) RSUD SUMEDANG

TAHUN 2009

A. GAMBARAN UMUM

1. 1. Visi Misi Rumah Sakit Umum Sumedang


“ Terwujudnya RS yang berkinerja terbaik di Jawa Barat 2013”

1. a. Telaah Visi:
Rumah Sakit yang berkinerja terbaik yaitu mempunyai penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan,
ketenagaan yang profesional, standar peralatan yang sesuai dengan kondisi RS tipe B non pendidikan,
pelayanan kesehatan yang terpadu.

1. b. Misi RSU Daerah Sumedang


Memberikan medis prima yang didukung oleh SDM profesional, sarana dan prasarana yang memadai,
peran serta masyarakat yang kreatif menuju RS Umum.

1. c. Telaah Misi
Medis prima :
Suatu pelayanan yang diberikan secara komprehensif.

SDM Profesional :
Bertanggung jawab terhadap tindakan, bertanggung gugat, respectable.
Sarana dan prasarana yang memadai:
Sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Masyarakat yang kreatif:


Masyarakat yang mampu memanfaatkan sumber daya yang ada.

1. d. Motto RSU Daerah Sumedang


Cepat, Efisien, Ramah, Bermutu, Asri, Terjangkau (CERMAT)

1. e. Tujuan RSU Daerah Sumedang


– Meningkatkan kemampuan SDM untuk menunjang pelayanan prima

– Meningkatkan/ mengembangkan unit pelayanan

– Meningkatkan peran serta masyarakat dalam memacu kinerja rumah sakit untuk menunjang
masyarakat Sumedang sehat

– Terwujudnya otonomi pengelolaan RS menuju badan layanan umum (BLU)

1. f. Fungsi RSU Daerah Sumedang


– Pelayanan medis

– Pelayanan penunjang medis

– Pelayanan keperawatan
– Pelayanan rujukan

– Pendidikan dan pelatihan

– Administratif, keuangan, kepegawaian

1. 2. Visi, Misi, Tujuan Bidang Keperawatan


1. a. Visi Bidang Keperawatan
Terwujudnya pelayanan keperawatan profesional yang menjadi pelayanan unggulan di RSUD Sumedang
melalui penerapan MPKP tahun 2010

Telaah Visi:

1) Pelayanan keperawatan profesional

a) Tenaga keperawatan S1

b) Bertanggung jawab terhadap tindakan

c) Bertanggung gugat

d) Respectable
2) Pelayanan unggul: aman, mudah, terjangkau, ramah, dan bermutu

3) Penerapan MPKP:

a) Menjalankan pelayanan yang komprehensif dan terpadu secara profesional

b) Metode penugasan : metode tim (lebih banyak diidentifikasi), metode primer, metode case study

c) Metode tim :

– Ada elemen yang bertanggung jawab terhadap askep

– Ada mekanisme operan, briefing dalam melakukan tindakan


d) SDM keperawatan S1

– Pada aspek struktur : ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah pasien sesuai
dengan derajat ketergantungan pasien, jenis tenaga disuatu ruang, yaitu kepala ruangan, clinical care
manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat associate (PA) serta standar rencana keperawatan.
– Pada aspek proses : ditetapkan penggunaan metode modifikasi perawatan primer merupakan
kombinasi kedua metode tim dan primer, diharapkan kontinuitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada keperawatan primer. Pelayanan keperawatan sebagai inti dari praktek
keperawatan professional menuntut kemampuan perawat untuk dapat berperan sebagai pengolahan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan MPKP sehingga mutu pelayanan asuhan keperawatan dapat
ditingkatkan.

– 2010 : tujuan tersebut maksimal dicapai pada akhir bulan Desember 2010
1. b. Misi Bidang Keperawatan
1) Meningkatkan profesionalisme SDM keperawatan

2) Meningkatkan metode asuhan keperawatan profesinonal

3) Meningkatkan sarana dan prasarana keperawatan

4) Meningkatkan kesejahteraan tenaga keperawatan

5) Mengembangkan pelayanan keperawatan secara kreatif

Telaah :

1) Meningkatkan profesionalisme keperawatan :

a) Memiliki kompetensi keilmuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan latihan.

b) Menerapkan standar asuhan keperawatan dalam setiap intervensi yang diberikan.

c) Dibekali pendidikan minimal S-1

d) Mampu mengembangkan, menerapkan, dan mampu menggunakan hasil penelitiannya.

2) Meningkatkan metode asuhan keperawatan professional :

Menerapkan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan dalam setiap intervensi keperawatan

3) Meningkatkan sarana dan prasarana keperawatan :

Benar dan tepat dalam merencanakan kebutuhan peralatan dalam mendayagunakan peralatan
keperawatan, laporan berkala dan laporan khusus tentang pendayagunaan pemeliharaan dan perbaikan
sarana dan peralatan keperawatan.

4) Meningkatkan kesejahteraan tenaga keperawatan:

Tercapainya tingkat kesejahteraan pada tenaga keperawatan. Tingkat kesejahteraan mencakup pangan,
pendidikan, kesehatan dan seringkali diperluas kepada perlindungan social lainya seperti kesempatan
kerja, perlindungan hari tua, keterbatasan dari kemiskinan dan sebagainya.

5) Mengembangkan pelayanan keperawatan secara kreatif:

Kreatif adalah :

a) Kemampuan berfikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru semungkinkan diaplikasikan
baik dalam bidang keilmuan maupun praktek keperawatan.
b) Mampu meningkatkan hubungan yang baik antara dirinya dan lingkunganbaik secara material
maupun psikis.

c) Kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

d) Pelayanan yang dimana perawat itu terlibat tatanan dan mampu bereksplorasi dan melengkapi hasil
penelitian disamping melakukan penelitian sendiri.

1. 3. Visi, Misi, Tujuan Ruang Melati ( Perinatologi )


1. a. Falsafah
“Megupayakan agar buah kehamilan lahir selamat, sehat dan utuh serta sanggup berkembang secara
optimal sehingga terciptanya generasi masa depan yang bermutu”.

1. b. Visi Ruang Melati ( Perinatologi )


Visi : “Semua bayi lahir dengan komplikasi mempunyai kesempatan yang sama dan optimal seperti
bayi yang lahir normal”

Telaah : ”Pelayanan asuhan keperawatan yang komperhensif dalam meningkatkan kualitas dan
kelangsungan hidup semua bayi baru lahir dengan metode standar asuhan keperawatan profesional.

1. c. Misi Ruang Melati (Perinatologi)


Misi : “Memberikan pelayanan perinatal yang professional melalui tindakan-tindakan pencegahan,
pengobatan dan rehbilitasi pada bayi beresiko tinggi sehingga tercapai kondisi perinatal yang optimal.”

Telaah :

1) Tindakan Pencegahan

Melaksanakan tindakan keperawatan terhadap semua Bayi baru lahir sesuai dengan SOP dan SAK untuk
meminimalisasi adanya resiko tinggi terjadinya kegawatan neonatus.

2) Tindakan Pengobatan

Indikasi pengobatan sesuai dengan keadaan dan gangguan yang didapatkan pada bayi baru lahir resiko
tinggi atas kolaborasi dengan dokter.

3) Rehabilitasi

Pemulihan kesehatan bayi beresiko didasarkan pada perawatan yang prima dan pemenuhan KDM secara
continue.

1. d. Tujuan Keperawatan Ruang Melati ( Perinatologi )


1) Terselenggaranya pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif untuk pemenuhan
kebutuhan dasar, memfasilitasi bonding attacment serta melibatkan keluarga dalam perawatan bayi.
2) Menurunkan angka kematian bayi.

3) Terselenggaranya pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

4) Terselenggaranya pelayanan keperawatan dengan menggunakan pedoman asuhan keperawatan.


1. 4. Sifat Kekaryaan
1. a. Fokus Telaahan
Fokus telaahan ruang rawat inap perinatologi (Melati) adalah bayi baru lahir di RSUD Sumedang baik bayi
lahir normal maupun beresiko tinggi (BBLR, maupun kelainan Kongenital) dalam memenuhi kebutuhna
dasar manusia untuk meningkatkan kualitas hidup bayi.

1. b. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat inap Melati yaitu Memberikan pelayanan perinatal yang professional melalui
tindakan- tindakan pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi pada bayi beresiko tinggi sehingga tercapai
kondisi perinatal yang optimal dan mempunyai kualitas hidup yang baik, sesuai dengan misi ruang Melati.

1. c. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan adalah pemenuhan dasar manusia.
Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garapan ruang inap perinatologi adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan
segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah/gangguan fisiologis pada satu atau berbagai
sistem tubuh yang dialami bayi baru lahir.

1) Secara umum lingkup garapan ruang rawat inap pernatologi meliputi:

a) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir dan meningkatkan sumberdaya manusia berkualitas.

b) Menekan angka kematian bayi serendah mungkin

c) Memberikan pelayanan masyarakat

d) Meningkatkan konsep”life born Baby” menuju ”well born Baby”

e) Pemberian pelayanan untuk memenuhi kenyaman pada klien selama dirawat

2) Elemen-elemen penting dalam stabilitasi pasien adalah

a) Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi

b) Menghentikan sumber pendarahan

c) Mengganti cairan tubuh yang hilang

d) Pembuatan keputusan

1. 5. Data BOR
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 24-29 Agustus 2009 didapatkan hasil RGP sebanyak 57 bayi dan
RGK sebanyak 60 bayi. Maka penghitungan BOR sebagai berikut :

BOR= jumlah hari perawatan x 100%

Jumlah periode X jumlah tempat tidur


Level 1 BOR = 60 x 100%

6 x 18

= 55,55 %

Level 2 BOR = 57 x 100%

6x9

= 105,55 %

Adapun hasil kinerja perinatologi sebagai berikut :

Angka Mortlitas dan Morbiditas 3 bulan terakhir

Angka Kelahiran

No Bulan Jumlah
1 Juni 265
2 Juli 302

3 Agustus 335

Angka Kematian

No Bulan Jumlah
1 Juni 19
2 Juli 16

3 Agustus 24

1. 6. Sumber Daya
2. Sumber ketenagaan/SDM
Ketenagaan yang ada diruang Melati sebanyak 20 orang yang terbagi dalam 3 tim, dengan tingkat
pendidikan S.Kep, Ners sebanyak 1 orang, D3 sebanyak 14 orang, SPK sebanyak 4 orang dan 1 orang staf
administrasi.

a) Menurut Douglas

Sesuai dengan klasifikasi derajat ketergantungan pasien, pasien di Ruang Melati adalah sebagai berikut :

Minimal care : 4 orang

Intermediate care : 4 orang


Total care : 11 orang

Jumlah kebutuhan perawat ialah :

Shift pagi : Minimal care : 4 pasien x 0,17 = 0.68

Intermediet care: 4 pasien x 0,27 = 1,08

Total care : 11 pasien x 0,36 = 3,96

Jumlah = 5,72 = 6

Shift Sore : Minimal care : 4 pasien x 0,14 = 0,56

Intermediete : 4 pasien x 0,15 = 0,6

Total care : 11 pasien x 0.30 = 3,3

Jumlah = 4,46 = 4

Shift Malam : Minimal care : 4 pasien x ,07 = 0,28

Intermediete care : 4 pasien x 0,10 = 0,4

Total care : 11 pasien x 0,20 = 2,2

Jumlah = 2,88 = 3

Jadi kebutuhan jumlah tenaga perawat selama 24 jam ialah :

5,72 + 4,46+2,88 =13,06 = 13 orang

Menurut perhitungan Douglas di Ruang Melati dibutuhkan 13 orang perawat dalam 24 jam untuk merawat
pasien, sehingga jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan ditambah lagi dengan kepala ruang 1, PP 3,
jadi jumlah keseluruhannya adalah 17 orang.

b) Menurut Gillies (1994)

BOR (rata-rata seminggu 2009) adalah

Level I = 55,55 %

Level II = 105,55 %

Jam efektif :
Kriteria pasien :

Perawatan minimal : 4 orang

Perawatan intermediate : 4 orang

Perawatan total : 11 orang

Rata-rata jam perawatan : 1-2 jam x 4 = 8 jam

3-4 jam x 4 = 16 jam

5-6 jam x 11 = 66 jam

Jumlah = 90 jam
Jadi jam efektif = 90
19

= 4,7 jam

( BOR x TT) x jam efektif x hari dalam 1 tahun

X=

( Hari dalam satu tahun – hari libur ) x 7

( 55,55×9)x 4,7 x 365

X=

(365 – 56 – 14 – 12) x 7

8576,6

1981

Level I = 4,3 à 4 perawat

Menurut perhitungan Gillies maka jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati pada level I adalah 4
orang.

( 105,55×18)x 4,7 x 365

X=
(365 – 56 – 14 – 12) x 7

32592,7

1981

Level II = 16,4 à 16 perawat

Menurut perhitungan Gillies maka jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati pada level II adalah
16 orang.

Total kebutuhan perawat level 1 + level 2 = 4+16 = 20 orang ditambah 3 orang PP jadi keseluruhannya 23
orang

c) Menurut Depkes

 Klasifikasi pasien :
Perawatan minimal : 4 orang

Perawatan intermediate : 4 orang

Perawatan total : 11 orang

 Jumlah jam perawatan/efektif per hari


Askep minimal : 1-2 jam x 4 = 8 jam

Askep intermediate : 3-4 jam x 4 = 16 jam

Askep total : 5-6 jam x 11 = 66 jam

Jumlah = 90 jam

1) Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas

= jumlah jam perawatan di ruangan/hari


Jam efektif perawat

= 90
7

= 12,8 (A)

2) Jumlah tenaga keperawatan yang libur


= jumlah hari libur minggu/tahun + jumlah hari libur besar/tahun x A
Jumlah hari kerja/tahun

= 52 + 12 + 14 x 12,8
365- (52+12+14)

= 78 x 12,8
287

= 3,47 (B)

3) Tugas non keperawatan

= (A + B) x 25 %

= (12,8 + 3,47) x 25 %

= 4,06 (C)

4) Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

=A+B+C

= 12,8 + 3.47 + 4,06

= 20,33

Jadi menurut perhitungan Depkes, di ruang Melati dibutuhkan 20 orang perawat dalam 24 jam untuk
merawat pasien, sehingga jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan ditambah lagi dengan PP 3 orang,
seharusnya adalah 23 orang.

Jumlah tenaga di Ruang Melati terdiri dari 19 orang, dengan distribusi sebagai berikut :

Kepala Ruang : 1 orang

Perawat Primer : 3 orang

Perawat Assosiate : 15 orang

Pengkajian pada tanggal 24 sampai 27 Agustus 2009 didapatkan jumlah pasien 80 orang dengan
perincian :

Perawatan minimal : 4 orang

Perawatan intermediate : 4 orang

Perawatan total : 11 orang


Analisis
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga perawat, maka masing-masing teori di atas akan diperoleh
hasil yang berbeda, hal ini disebabkan oleh karena masing-masing punya indikator. Secara kuantitas,
jumlah tenaga keperawatan di Ruang Melati jika dilihat dari konsep diatas adalah sebagai berikut :

a) Menurut Douglas

Jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 17 orang, berarti jumlah perawat yang ada sudah mencukupi.

b) Menurut Gillies

Dengan jam efektif 4,7 jam didapatkan kebutuhan perawat 23 orang sehingga Ruang Melati belum
tercukupi tenaga keperawatanya.

c) Menurut Depkes

Kebutuhan tenaga perawat di ruang Melati sebanyak 23 orang sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan
belum mencukupi.

Gambaran kualitas tenaga perawat di Ruang Melati seperti pada tabel berikut:

Tabel. Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan di Ruang Melati

No. Jenis Pendidikan ∑ % Keterangan


1. SI Keperawatan 1 5,27 PA
2. DIII 14 78,95 Karu, PP, PA

3. SPK 4 15,78 PA

Jumlah 19 100
Perawat yang telah mengikuti pelatihan penatalaksanaan ruang perinatologi sebanyak 3 orang dari 19
orang perawat. Perlu adanya dan merekomendasikan untuk mengikutsertakan dalam pelatihan.

1. Sarana dan prasarana


1) Sarana fisik

No Aspek Pelayanan Fisik Deskripsi Situasi


Ruangan atas terbagi menjadi 5  Ruangan Triase berada tepat di atas ruang IGD anak, dekat
ruangan: dengan ruang VK dan Bank Darah. Lebarnya 3 x 8 cm.
 Ruang Triase  Lantai ruangan seluruhnya terbuat dari keramik, kering, bersih,
 Ruang RGP tidak licin, dibersihkan oleh petugas POS sebanyak 2 kali
1.  Ruang Administrasi sehari.
2.  Dapur  Dinding terbuat seluruhnya dari tembok paten, cat berwarna
 Ruang penyimpanan biru, bersebelahan dengan ruangan RGP dan Nursing Stasion.
baju bayi  Terdapat Tv 1 buah, wastafel 1, kaca 1, meja resusitasi 1,
Ruangan bawah terbagi menjadi 6 suction 1, box bayi panjang berisi 4 tempat tidur dan 4 bantal,
ruangan: oksigen 1, timbangan BB 1, pengukur TB 1, meja 1 buah, jam
dinding 1, bak instrumen 1, bak instrumen kecil, kom sedeang
2 ( berisi minyak goreng dan klem tali pusat ), termometer 2,
 Ruangan RGK stempel 2, metrik 1 buah, lampu sorot 3, meja tindakan 1,
 Ruang administrasi loker 1 berisikan peneng, kartu bayi, status, kastok baju, sabun
pencuci tangan, lap tangan, tempat sampah 1, telepon 1,
 Ruang ganti perawat
bengkok 1.
 Dapur
 Ruang RGP berdekatan dengan ruang triase dan nursing
 Kamar mandi stasion.
 Terdapat 8 inkubator, 2 box penghangat, 1 lampu biru, 4
standar infus, 1 meja tindakan, 1 jam dinding, oksigen 6, 4
manometer, 2 kom sedang ( 1 kom berisi kassa tali pusat dan 1
kom berisi kapas cebok ), 1 botol alkohol, 1 botol bethadin,
plester, 1 gunting, 3 stetoskop bayi, 10 bantal bayi, terdapat 4
jendela besar.
 Ruang RGP dengan lebar 6 x 5 cm, cat berwarna biru.
 Ruang administrasi bergabung dengan ruang ganti perawat,
ruang sterilisasi, terdapat 1 meja berisi 1 komputer, 1 printer, 2
lemari, 1 loker perawat, 1 box bayi panjang, 1 kulkas, 1
sterillsator, 1 trolli obat, 3 buah kasur, 3 buah bantal, 2 oksigen
kecil, 1 kranjang bayi, 2 Ac, korentang 1.
 Terdapat 3 kran, 1 rak piring, 1 tempat sampah, 1 trolli
pembuatan susu, 2 termos, 1 teko, 2 baskom plastik, 1 baskom
stenlis.
 Terdapat 5 lemari pakaian bayi, 10 ember besar.
 Ruang RGK diapit oleh 2 ruangan : sebelah kanan ruangan
ICU dan sebelah kiri ruang Dahlia, lantai terbuat dari keramik,
tembok berwarna cat putih. Ruang RGK berdekatan dengan
ruang nursing station.
 Di ruang RGK terdapat 1 box panjang berisi 4 tempat tidur dan
4 bantal, stetoskop 1, lampu sorot 2, suction 1, oksigen 3,
wastafel 1, trolli 1, lemari 1, meja nursing 1, kursi 4, kasur
tindakan 1, rak obat 1, kipas angin 1, jam dinding 1, struktur
organigram 1, kasur kecil 5, kaca 1, timbangan bayi 1, alat
sterilisasi 1, kom kecil 3, standar cuci tangan 1, tempat sampah
kecil 1, meteran 1, bengkok 1, bak instrumen besar 1, baki
tindakan 5, telepon 1, loker 1.
 Ruang administrasi terdapat 2 rak buku, 1 meja, 1 kursi
 Terdapat lebih dari 10 kursi meja
 Terdapat 1 kasur besar, 3 bantal 1 meja pembuatan susu, 1
cermin,
 Dapur bersebelahan dengan kamar tidur perawat, terdapat 1
wastapel, 1 kompor gas, 1 tempat sampah, 2 panci besar, 2
ember baju kotor, 3 baskom, 2 ember mandi bayi
 Terdapat 2 ember, 1 gayung, 1 bak penampung air
Alat-alat medis

No. Nama Alat Jumlah


1 Manometer 11
2 Slem scher 2

3 Lampu sorot 6

4 Incubator 9

5 Standart infuse 6
6 Trombol gas kecil 1

7 Trombol gas besar 1

8 Kom tutup 9

9 Bak/ spuit kecil 2

10 Bak instrument besar 2

11 Thermometer axial 3

12 Bengkok 4

13 Korentang 2

14 Timbangan bayi 2

15 Meteran 2

16 Stetoskop besar 3

17 Stetoskop kecil 3

18 Gunting tali pusat 4

19 Gunting perban 2

20 Klem koher 1

21 Kleam pean 1

22 Mitlhen 1

23 Pinset anatomi 2

24 Pencukur rambut 2

25 Ambu bag 1

26 Laringoskop 1

27 Masker O2 4
28 Infant masment 1

29 Ambulanct incubator 1

30 Infus pam 1

31 Thermometer elektrik 3

32 Thermometer rectal 1

33 Sterilisator 11

34 Peripanatom 1

35 Arteri klem 2

36 Kom kecil 2

37 Bak instrument 1

Alat-alat tenun

No Nama Alat Jumlah


1 Alas kaki 6
2 Alas tindakan 16

3 Baju shot putih 5

4 Baju shot kuning 12

5 Baju shot biru 14

6 Baju shot pink 15

7 Bantal bayi 24

8 Bantal besar 5

9 Fltrase 9

10 Gorden flit coklat besar 4

11 Gorden flit coklat TTR 4


12 Gorden flit hijau TTR 3

13 Gorden flit salem 6

14 Handuk sedang 7

15 Kasur besar 2

16 Kasur bayi 34

17 Kelambu kelas III 14

18 Kelambu kelas I 15

19 Sprei bayi 51

20 Sprei besar biru 4

21 Sprei besar putih 2

22 Sarung oksigen kecil 8

23 Sarung oksigen besar 16

24 Sarung bantal besar biru 1

25 Sarung bantal besar putih 2

26 Sarung bantal bayi panel 25

27 Sarung bantal bayi kain 8

28 Sarung guling bayi kain 0

29 Sarung kasur panel 10

30 Taplak meja strip hijau 6

31 Talak meja filtrase 2

32 Tutup foto therapy 14

33 Masker lap 12
34 Whizak putih 49

35 Whizak hijau 6

36 Whizak pink 13

37 Sarung kasur panel bayi 27

38 Kasur inkubator 10

39 Stik laken 4

40 Kasur tindakan panjang 1

41 Selimut besar 2

2) Sarana non fisik

Interaksi klien berlangsung pada keluarga klien ketika keluarga klien menjenguk klien, dan ketika klien di
pindahkan ke ruangan RGK perawat memberikan penkes pada ibu tentang perawatan tali pusat setelah
bayi pulang

Dari hasil pengamatan, proses komunikasi berjalan dengan baik, komunikasi berjalan 2 arah, pengambilan
keputusan dilakukan dengan bermusyawarah. Komunikasi antara perawat dilakukan baik dengan verbal
yaitu dengan cara operan dan non verbal yaitu dilakukan dengan menulis melalui buku laporan.dan operan
juga hanya kadang-kadang dilakukan. Serah terima pasien dilakukan secara langsung dan kadang-kadang
hanya dilakukan nursing area saja.
– Dengan dokter komunikasi bersifat sosial dan komunikasi yang berhubungan dengan pasien
bersifat delegatif dan belum kolaboratif.

– Komunikasi perawat dengan bagian laboratorium dilakukan dengan 2 arah.

– Hubungan perawat dengan klining servise saling menghargai.

1. 7. Dokumen
2. Aplikasi proses keperawatan
Di ruang melati pendokumentasian meliputi : Pendokumentasian dalam status pasien serta laporan per
tim, Format laporan per tim : tanggal, nama pasien, dokter penanggung jawab, keterangan berisi
implementasi. Adapun format-format pendokumentasian sebagai berikut

RM 1

Berisikan ringkasan masuk klien sampai keluar dimana di dalamnya meliputi : no dokumen medic, no.
register RSU, identitas klien meliputi: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat lengkap, agama, jenis
kelamin, status perkawinan, tanggal masuk, tanggal keluar, ruang perawatan, diagnosa masuk, lama
dirawat, diagnosa medis, tindakan yang akan dilakukan, golongan darah, tanda tangan dokter yang
merawat.

RM 3
Berisikan tentang anamnesa pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, no RM, tanggal masuk, Ruangan,
kelas, keluhan utama , riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit keluarga.
Pemeriksaan fisik biasanya diisi oleh dokter di mana meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan
diagnosa beserta pengobatanya dan tanda tangan dokter yang merawat.

RM 4

Berisikan tentang lembaran observasi meliputi grafik untuk observasi tanda-tanda vital meliputi : suhu
tubuh, nadi, nafas, tekanan darah, BB, catatn input dan output.

RM 5

RM 5 berisikan perjalanan perkembangan penyakit dan pengobatan dalam RM 5 di isi oleh dokter yang
merawat selama di ruangan, dimana isinya meliputi : No RM, tanggal masuk, Ruang, kelas, nama, umur,
jenis kelamin, tanggal, perjalanan penyakit, pengobatan dan tindakan dan tanda tangan dan nama jelas
dokter.

RM 6

Pengkajian keparawatan di ruang rawat inap meliputi beberapa point:

1. Identitas pasien :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, alamat.

1. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu,riwayat kesehatan keluarga.

1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tekanan darah, suhu, respirasi, nadi

Dan pemeriksaan fisik lengkap head to too.

RM 6.2 dan RM 6.3

Berisikan tentang asuhan keperawatan: no, tanggal, jam, diagnose, rencana keperawatan: tujuan dan
rencana, tindakan keperawatan, evaluasi dan tanda tangan perawat penanggung jawab.

RM 6.4

Catatan perkembangan meliputi : diagnosa, data subjektif dan objektif, analisa, planning, implementasi di
bagi menjadi 3 shiff, dan evaluasi.

RM 9

Dimana isinya tentang daftar istimewa pasien meliputi: jam, suhu, resprasi, nadi, tekanan darah,
kesadaran, pemberian per OS, Cairan intra vena, Diuresis, muntah dan keterangan.

RM 15
Surat keterangan kelahiran dimana di dalamnya berisikan pernyataan kelahiran.

B. MANAGEMENT ASUHAN PERINATOLOGI

1. Pengkajian keperawatan
Anamnesa : dilakukan pada ibu diruang VK sebelum melahirkan dikaji tentang HPHT, riwayat kehamilan,
nama ibu/ayah, umur ibu/ayah, pekerjaan ibu/ayah, alamat serta cap jempol ibu.

Pengkajian fisik bayi baru lahir dilakukan oleh perawat meliputi : APGAR Skore, mengukur berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, mengambil cap kaki bayi serta memberikan
peneng pada bayi

Dari hasil study sebanyak 10 askep, didapatkan 95 % Perawat kurang mengkaji aspek masalah yang
dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

1. Diagnosa keperawatan
Didapatkan 3 diagnosa yang sama pada semua pasien baru yang sudah menjadi standar asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir diruangan melati RSUD Sumedang.

Dari hasil study sebanyak 10 askep didapatkan 90% Diagnosa keperawatan sudah mencerminkan PE/PES.

1. Perencanaan keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dicatat sebelum pasien masuk ke ruangan, Dari hasil study sebanyak 10
askep didapatkan 100% Intervensi keperawatan mencantumkan kriteria waktu dan kriteria hasil, serta
Intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan.

1. Tindakan keperawatan
Didapatkan 92,3% dalam implementasi perawat kurang mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan terhadap beberapa yang tidak dilakukan revisi berdasarkan hasil evaluasi. Dari hasil
observasi terhadap implementasi keperawatan didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien mayoritas merupakan tindakan delegatif dari dokter

1. Evaluasi keperawatan
Dari hasil obervasi didapatkan 100% evaluasi dibuat dalam bentuk SOAP, mencantumkan data subjektif
dan objektif pasien, asessment dan planning.

1. Peran fungsi kepala ruangan


No Aspek yang dinilai Hasil
A Melaksanakan fungsi perencanaan 100%
B Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan 82,64%
C Melaksanakan fungsi pengawasan pengendalian dan penilaian 100%
1) Dimana dalam point pelaksanaan fungsi perencanaan meliputi:

a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawat serta tenaga lain sesuai kebutuhan.

b) Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan sesuai dengan kebutuhan.

c) Merencanakan dan menentukan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan yang akan


diselenggarakan bersama PP. Dimana pada point tersebut kepala ruangan selalu melaksanakan tugas-
tugas tersebut. Sehingga hasil presentasi akhir di dapatkan perhitungan 100%.
2) Dalam point Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan meliputi:

a) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat inap.

b) Mengatur dan menyusun daftar dinas tenaga keperawatan, sesuai peraturan yang berlaku.

c) Melaksanakan program orientasi tenaga perawat baru

d) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan standart.

e) Mengadakan pertemuan dengan pelaksana perawat dan tenaga lain.

f) Melakukan serah terima setiap pergantian dinas.

g) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan.

h) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lainya yang diperlukan
ruangan.

i) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai

j) Mengatur cuti perawat di ruangan

k) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventaris peralatan

l) Memelihara dan mengembangkan system pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan,


pengisian formulir, sensus harian klien, buku register dan catatan medic

m) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang rawat lain, kepala bidang.koordinator
perawatan, kepala seksi, kepala instalasi dan tim kesehatan lainya

n) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yan baik antara klien, keluarga, dan petugas sehingga
memberikan ketenangan

 o) Memberikan motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara kebersihan ruangan


p) Menghadiri rapat dengan kepala bidang

q) Melakukan kegiatan peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan.

r) Tugas kepala ruangan yang sudah dipaparkan di atas dimana sebanyak 14 pertanyaan kepala
ruangan selalu melakukan, dan 3 di antara pertanyaan lainya kepala ruangan, kepala ruangan kadang-
kadang melakukanya dimana tugas no. 5,7 dan 17.

3) Fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian dimana dalam point ini tugas kepala ruangan
meliputi :
a) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan askep yang telah ditentukan

b) Melakukan penilain kinerja tenaga keperawtan yang berada di bawah tanggung jawabnya

c) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga perawat, peralatan dan obat-obatan

d) Melaksanakan supervise kegiatan asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan

e) Mengadakan ronde keperawatan bersama ketua tim

f) Membuat laporan tahunan kegiatan pelayanan keperawatan di ruangan. Di mana dari 6 tugas terebut
kepala ruangan melakukan tugas tersebut shingga pada point fungsi pengawasan, pengendalian dan
penlaian mendapatkan presentasi 100%

1. Pendokumentasian
Dari hasil obervasi didapatkan 82% pencatatan sudah ditulis dengan jelas dan ringkas, Setiap melakukan
tindakan/kegiatan, perawat sudah mencantumkan kadang di paraf dan kadang tidak, dalam penulisan
nama jelas perawat jarang mencantumkan tanggal dan jam saat dilakukannya tindakan.

Kajian Situasi Manajemen Asuhan Ruang Melati

No Aspek Yang Dinilai N Prosentase


1 Pengkajian Keperawatan 10 95 %
2 Diagnosa Keperawatan 10 90 %
3 Perencanaan Keperawatan 10 100 %
4 Tindakan Keperawatan 10 92,3%
5 Evaluasi Keperawatan 10 100%
6 Catatan Askep/Dokumentasi 10 82 %
Pencapaian Rata-rata 93,25 %
1. Alur masuk pasien
1. Pelayanan flow of care

Ruang VK/OK
Triase
– APGAR

– Dibersihkan

– Dihangatkan

– Pengkajian fisik

Resusitasi

RGP

RGK

Jika membaik

Jika
me
mb
uru
k

Diberikan penkes tentang :


1. D
– Cara perawatan tali pusat i
Perawatan s
intensif – Cara menyusui yang benar c
h
a
r
g
e

p
l
a
n
n
Pulang i
n
g
Perencanaan pasien pulang merupakan tanggung jawab dokter, pasien dibolehkan pulang apabila pasien
dalam keadaan normal, reflek menyusu baik dan dengan persetujuan dokter.

Sebelum pasien pulang diberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga agar dapat melenjutkan perawatan
bayi dirumah dengan baik, Selama waktu pengkajian pada beberapa pasien mau pulang diberikan
penyuluhan tentang perawatan tali pusat, pentingnya asi, cara/posisi memberikan asi yang baik, serta cara
memandikan bayi. Penyuluhan diberikan oleh perawat, bidan, atau mahasiswa yang sedang praktek
dilakukan diruangan RGK atau diruang transit pada saat pasien mau pulang.

1. Implementasi
PENGKAJIAN

NO ASPEK DESKRIPSI SITUASI


Dari hasil pengkajian tanggal 24-29 Agustus 2009 didapatkan data sebagai berikut :
– Klien diberikan susu berdasarkan kebutuhan cairan setiap 3 jam sekali

– Klien di berikan nutrisi melalui NGT dilakukan oleh perawat


Pemenuhan KDM,
Oksigenasi.
1 dan Nutrisi – Pada pasien di Ttriase pemberian nutrisi menggunakan sendok, dari banyak
2 pasien menggunakan hanya dengan satu sendok.
Cairan dan Elektrolit
3 – Spuit untuk pemberian susu tidak direbus
Eliminasi
4 – Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien dilakukan dengan
cara parenteral. Penggantian alat infuse dilakukan hanya bila infuse macet.
Pencegahan terhadap
5 infeksi
– Pasien yang memakai infuse hanya pasien yang berada di ruang RGP
sebanyak 10 orang.
6 Sirkulasi

– Tidak ada label observasi cairan.


Integritas kulit

– Pemenuhan kebutuhan eliminasi pada pasien di ruang triase dan RGP


dilakukan oleh perawat, dengan mengganti popok dan parnel jika klien BAB dan
BAK tapi tidak dilakukan pembersihan oleh kapas cebok.
– Dari hasil observasi pada tanggal 24-29 Agustus 2009, westaple berjumlah 2.
Sabun untuk mencuci tangan ada. Lap atau tisue untuk mengeringkan ada. Kegiatan
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan jarang dilakukan oleh perawat.

– Untuk penggunaan sarung tangan hampir 85% menggunakan sarung tangan


walau ada sebagian pasien yang tidak menggunakan sarung tangan ketika
membersihkan bayi baru lahir.

– Penggunaan air untuk mandi klien, dalam 1 baskom kecil di gunakan untuk
bersama-sama (untuk klien yang diseka).

– 100% menggunakan masker ketika perawat terkena penyakit influenza.

– Sterilisasi di lakukan dengan menggunakan alat sterilisator dan terdapat


diruangan.

– Tidak ada pencantuman tanggal pada alat-alat kesehatan (infuse) yang


dipasang.

– Pemeriksaan TTV tidak pernah dilakukan oleh perawat, dilakukan apabila


ada pasien apnoe.

– Dari hasil pemenuhan kebuthan personal hygine dilakukan oleh perawat :

Air panas yang digunakan berasal dari kran.

ANALISA DATA

No. ITEM IDEAL AKTUAL PROBLEM


1. Perawat mencuci tangan : Dari hasil observasi pada Resiko tinggi
Alat : tanggal 24-29 Agustus terjadinnya
2009: infeksi
 Kegiatan mencuci nosokomial
Flow of care : – Air bersih yang mengalir atau dalam tangan sebelum dikarenakan
Pemenuhan KDM: baskom melakukan – Kurangnya
tindakan jarang kesadaran
1. dilakukan oleh perawat
Pencegahan infeksi – Sabun
2. perawat.
 Untuk – Kurangnya
Tindakan – Sikat lunak (bila perlu) penggunaan sarana dan
3.
keperawatan sarung tangan prasarana
hampir 85%
– Handuk atau lap bersih dan kering menggunakan
4.
Metode sarung tangan Belum
walaupun ada optimalnya
1. Mencuci tangan biasa
sebagian perawat implementasi
Pendokumentasian – Jika memakai arloji dilepas
yang tidak keperawatan
menggunakan disebabkan
– Tangan sampai siku harus dibasahi sarung tangan karena
ketika kurangnya
membersihkan sarana dan
– Kemudian disabuni atau disikat bila bayi baru lahir. prasarana
perlu  Pada pasien di ruangan.
triase pemberian
nutrisi
– Tangan selanjutnya dibilas sampai menggunakan Belum
bersih dan dilap sampai kering sendok, dari optimalnya
banyak pasien pengelolaan
menggunakan ruangan sesuai
1. Mencuci tangan dengan cara dengan standar
desinfeksi hanya dengan satu
sendok. MPKP.
– Tangan dibasahi mulai dari ujung jari
sampai dengan siku dengan air mengalir  Pada ruangan
RGP terdapat Belum sesuainya
incubator yang pengkajian
– Kemudian rendam sekurangnya 2 jaraknya kurang asuhan
menit didalam larutab desinfektan dari 1 meter keperawatan
 Dalam satu sesuai standart
incubator kadang- berhubungan
– Bilas dengan air bersih
kadang berisi 2 dengan belum
pasien yang tersedianya alat
– Keringkan dengan handuk atau lap memiliki kelainan pengkajian
kering. penyakit seperti
pasien yang
hiperbilirubin
1. Prinsip-prinsip untuk disatukan dengan
memcegah infeksi pasien BBLR
nasokomial :  Incubator yang
1. Bila petugas akan telah dipakai tidak
menolong bayi baru pernah disterilkan
lahir, dalam dahulu sebelum
pemasangan infuse dipakai bayi yang
dan NGT harus lain
memakai sarung  Dalam pemberian
tangan terapi IVFD
2. Menjaga kesterilan kurang terpantau
dalam untuk kebutuhan
melaksanakan cairan perhari
pemberian minum,
setiap satu pasien
 Untuk pasien
yang di RGP
memiliki satu dot
dalam melakukan
dan sebelum bayi
observasi tidak
mendapat minum
dilakukan secara
harus dilihat saluran
berkesinambunga
cerna (retensi cairan
n hanya
lambung)
dilakukan pada
3. Jarak antara
pagi hari.
incubator satu
dengan yang  Timbang terima,
lainnya harus lebih pre conference
dari 1 meter, hal ini dan post
untuk mencegah conference belum
terjadinya optimal
penularan/infeksi dilakukan.
nasokomial.  Pembagian tugas
4. Incubator oleh ketua tim
seharusnya diisi kepada anggota
oleh satu pasien tim belum
dikarenakan suhu berjalan dengan
dalam incubator baik karena
disetting hanya keterbatasan
untuk satu pasien. tenaga terutama
1. Sebelum incubator digunakan pada pagi hari.
seharusnya dilakukan  Pembagian tugas
penyeterilan terlebih dahulu oleh ketua tim
untuk mencegah terjadinya kepada anggota
infeksi penularan. tim belum
 Kebutuhan cairan dalam perhari berjalan dengan
disesuaikan dengan berat badan baik karena
bayi dengan cara perhitungannya: keterbatasan
keb.cairan x faktor tetesan tenaga.
24 x 60  Letak ruangan
yang terpisah,
sehingga dalam
Terbagi dalam tiga sift proses
pengawasan
tenaga kerja
 Bayi neonatus harus mendapatkan kurang efektif.
special care selama satu jam sekali
dimana special care terdiri dari :
 Tidak adanya
kantor kepala
– Neonatus yang membutuhkan
ruangan sehingga
pengawasan respirasi, denyut jantung, atau
kerja kepala
SPO 2
ruangan bersatu
dengan perawat
– Neonatus yang membutuhkan oksigen lainnya.
yang cukup  Tidak tersedianya
tempat untuk ibu
menyusui
– Neonatus yang mendapatkan minum  Rencana asuhan
melalui NGT keperawatan
dicatat sebelum
– Neonatus yang mendapatkan pasien masuk ke
pemasangan fototerapi ruangan.
 Alat Pengkajian
pada neonates
– Neonates yang mendapatkan belum lengkap.
pengawasan pemeriksaan glukosa dan
bilirubin darah yang sering

– Neonatus yang membutuhkan


perawatan yang terus menerus

 Sebelum pertukaran shif harus


dilakukan pre conference dan post
conference sebagai alat
komunikasi verbal
Perwat ruangan dibagi menjadi 2-3 grup
yang jumlahnya 6-7 orang bekerja sebagai
suatu tim dan terdiri dari tenaga profesional,
teknikal dan pembantu dalam suatu grup
kecil yang saling membantu. Ketua tim
sebagai penanggung jawab melaksanakan
fungsi perancanaan, kordinasi, supervisi dan
evaluasi keperawatan. Pengembangan dan
revisi rencana keperawatan dilakukan
melalui konferensi secara rutin 15-20 menit
setiap hari.

 Model asuhan keperawatan


diharapkan akan dapat
meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan
lainya.
 Lingkungan kerja untuk
mencapai manajerial
keperawatan diruang
rawat inap dewasa
secara keseluruhan
mempunyai ruang
perawatan, box bayi,
ruang tindakan, ruang
perawat atau nurse
statian berada ditengah
ruangan perawatan,
ruang kepala ruangan,
ruang tamu, kamar
mandi, ruang peralatan,
kamar ganti perawat,
ruang conference,
mushola, ruang
administrasi, dapur,
gudang, dan depo
farmasi.
 Pendokumentasian di harapkan
ditulis pada kolom pengkajian
yang telah di sediakan dan di beri
tanda tangan, nama jelas tanggal
pengkajian petugas jaga / perawat
jaga
 Pengkajian yang harus dilakukan:
– HPHT

– Riwayat kehamilan

– ANC

– Skala Deboik

– APGAR score

– Reflek

– Head to too

Perumusan Masalah

No ANALISIS MASALAH
Berdasarkan hasil pengkajian selama 1 minggu di temukan Resiko tinggi terjadinnya infeksi nasokomial
1. problem infeksi nosokomial yang ditandai dengan : dikarenakan kurangnya fasilitas untuk
2.  Kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan menerapkan kewaspadaan universal
tindakan jarang dilakukan oleh perawat. Hal ini Belum optimalnya implementasi keperawatan
sangat bertentangan dengan tindakan idealnya disebabkan karena kurangnya sarana dan
3.
bahwa mencuci tangan harus di lakukan sebelum prasarana ruangan.
ataupun sesudah melakukan tindakan.
 Untuk penggunaan sarung tangan hampir 85%
4. menggunakan sarung tangan walaupun ada sebagian Belum optimalnya pengelolaan ruangan sesuai
perawat yang tidak menggunakan sarung tangan dengan standar MPKP
ketika membersihkan bayi baru lahir.
 Berdasarkan hasil pengamatan hal tersebut bisa
terjadi oleh beberapa faktor salah satu di antaranya : Belum sesuainya pengkajian asuhan
1. Kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya keperawatan sesuai standart berhuungan
mencuci tangan dengan belum tersedianya alat pengkajiana
2. Karena padatnya pasien yang datang
3. Kurangnya sumber daya manusia di ruangan
 Pada pasien di triase pemberian nutrisi
menggunakan sendok, dari banyak pasien
menggunakan hanya dengan satu sendok.
 Pada ruangan RGP terdapat incubator yang jaraknya
kurang dari 1 meter
 Dalam satu incubator kadang-kadang berisi 2 pasien
yang memiliki kelainan penyakit seperti pasien yang
hiperbilirubin disatukan dengan pasien BBLR
 Incubator yang telah dipakai tidak pernah disterilkan
dahulu sebelum dipakai bayi yang lain
Dari data yang di temukan sebagaimana terpapar di atas, bisa
disimpulkan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena adanya
berbagai hal atau kekurangan yang di miliki di antaranya :

– Sarana dan prasarana seperti incubator yang dimiliki di


ruangan sangatlah minimal .

– Jarak antara incubator kurang dari 1 meter hal ini terjdi


karena mengikuti kondisi ruangan yang ada pada saat ini.

– Incubator yang sudah dgunakan tidk di sterilkan


mungkin bisa disebabkan karena padatnya pasien sehingga
tidak ada waktu untuk menyeterilkan incubator.

Dalam masalah tindakan keperawatan di temukan beberapa


data yang sedikit menyimpang antara ideal dan kenyataan di
antaranya:

 Dalam pemberian terapi IVFD kurang terpantau


untuk kebutuhan cairan perhari beberapa hal yang
bisa memepengaruhi hal- hal tersebut, berdasarkan
perkiraan analisis, kami menyimpulkan bahwa hal
tersebut bisa terjadi karena kurangnya sarana dan
prasarana seperti alat untuk membantu mengukur
cairan seperti mikroburret, tidak adanya protap
untuk cara perhitungan kebutuhan cairan untuk
neonatus.
 Untuk pasien yang di RGP dalam melakukan
observasi tidak dilakukan secara berkesinambungan
hanya dilakukan pada pagi hari. Hal in bisa terjadi
mungkin disebabkan karena padatnya waktu perawat
untuk mengelola pasien
 Timbang terima, pre conference dan post conference
belum optimal dilakukan. Hal ini bisa disebabkan
karena kurangnya pengetahuan perawat tentang
prosedur timbang terima pasien.
 Jam datang dan jam pulang perawat tidak tepat,
dikarenakan kurangnya kesadaran dari individu
masing-masing.
 Pembagian tugas oleh ketua tim kepada anggota tim
belum berjalan dengan baik karena keterbatasan
tenaga terutama pada pagi hari. Pembagian tugas
oleh ketua tim kepada anggota tim belum berjalan
dengan baik karena keterbatasan tenaga. Hal ini bisa
terjadi karena padatnya jumlah pasien yamg pasien
yang masuk. Pembagian tugas yang belum jelas.
 Letak ruangan yang terpisah, sehingga dalam proses
pengawasan tenaga kerja kurang efektif. Tidak
adanya kantor kepala ruangan sehingga kerja kepala
ruangan bersatu dengan perawat lainnya. Tidak
tersedianya tempat untuk ibu menyusui. Beberapa
hal mungkn bisa disebabkan karena belum
menetapnya ruangan perinatologi, kurangnya sarana
dan prasarana.
 Rencana asuhan keperawatan dicatat sebelum pasien
masuk ke ruangan. Hal ini di lakukan mungkin utuk
meringankan tugas perawat ruangan dalam
melakukan tindakan.
 Alat Pengkajian pada neonatus belum lengkap.hi ini
mungkin bisa terjadi disebabkan oleh beberapa hal :
belum lengkapnya alat pengkajian pada neonates
atau belum pahamnya perawat tentang penggunaan
alat pengkajian
Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di Ruang Melati

Bobot Jml Prioritas


NO Masalah
I P S R P D T R
Resiko terjadinya infeksi
1 nasokomial dikarenakan 5 4 5 5 5 4 5 4 37 2
kurangnya kesadaran perawat
Belum optimalnya implementasi
keperawatan disebabkan karena
2 5 4 5 5 4 4 4 4 35 3
kurangnya sarana dan prasarana
ruangan.
Belum optimalnya pengelolaan
3 ruangan sesuai dengan standar 3 4 2 2 3 5 3 4 26 4
MPKP
Belum sesuainya pengkajian
asuhan kperawatan sesuai
4 standart berhuungan dengan 5 5 3 3 3 5 4 4 40 1
belum tersedianya alat
pengkajiana
Keterangan

I ( Importancy) : Pentingnya masalah

P ( Prevalency) : masalah lebih banyak ditentukan

S ( severity) : akibat yang ditimbulkan lebih serius

RI ( Rate of increase : kenaikan jumlah masalah lebih cepat


PC ( Public Concern ) : keprihatinan masyarakat

DU ( Degree of Unmeet Need) : tingkat kebutuhan yang tidak terpenuhi

PC ( political climate ) : iklim politik tidak mendukung

T ( Tecnologi ) : teknologi yang tersedia

R ( Resources ) : sumber daya yang ada ( manusia, dana, alat dan lain-lain )

Keterangan bobot :

1. 1. Sangat rendah
2. 2. Rendah
3. 3. Cukup
4. 4. Tinggi
5. 5. Sangat tinggi
BAB IV

PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI DAN PEMBAHASAN

1. A. PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH


( PLAN OF ACTION )

Intervensi
Kegiatan Sumber
No Masalah Tujuan Strategi Operasional Daya
Waktu

Tupan : 1. Perencanaan
Belum 1. Koordinasi dengan kepala
Pengisian pembuatan draf
optimalnya ruangan mengenai penerapan
asuhan pengkajian neonatus 1. Kepal
pengisian asuhan standart asuhan keperawatan
keperawatan sesuai standar, 5, 6, 7, 8 1. Maha
keperawatan 2. Pembuatan standart pengkajian
bisa dilakukan menambahkan dan 9 PPN S
sesuai standart pada neonatus
secara referensi dan September Cireb
pengkajian 3. Sosialisasi tentang standar
lengkap mengkonsulkan draf 2009 1. Peraw
perinatologi pengkajian pada neonatus
pengkajian neonatus 10 ruang
1. Rasiko tinggi 1. Memasangkan gambar cara
kepada pembimbing september 1. Kepal
2. terjadinnya Tupen : mencuci tangan yang benar
lapangan, kepala 2009 1. Peraw
infeksi 2. Resosialisasi protap tentang
ruangan dan ruang
nasokomial pencegahan infeksi
supervisior ruang 1. Maha
3. dikarenakan Proses 1. Penyediaan sarana dan prasarana
melati. 10 prakte
kurangnya pengisian tindakan pencegahan infeksi
2. Lakukan sosialisasi september 1. Kepal
pasilitas untuk asuhan 1. Pembuatan struktur organigaram
4. pengkajian neonatus 2009 2. Peraw
menerapkan keperawatan sesuai dengan pembagian tim
pada seluruh perawat ruang
kewaspadaan sesuai dengan 2. Pembuatan papan ronde piket
ruangan . 3. Maha
universal standar 3. Mensosialisasikan pre dan post 11
3. Tempatkan standart prakte
pengkajian conprence september
pengkajian neonatus 1. Kepal
perinatologi 1. Pembuatan protap yang 2009
Belum pada setiap meja 2. Peraw
dibutuhkan dalam pemantauan
optimalanya perawat ruang
cairan IVFD
pengelolaan Tupan : 4. Menempelkan 3. Maha
2. Pembuatan protap pemantauan
ruangan sesuai tentang tata cara prakte
suhu incubator
dengan standart melakukan
3. Pembuatan papan observasi
Infeksi pengkajian neonatus
MPKP nasokomial di dekat meja
tidak terjadi tindakan.
5. Mengusulkan pada
Belum kepala ruangan untuk
optimalanya Tupen : memeriksa setiap
perawat askep yang sudah
melakukan dikerjakan
tindakan Selama
6. Memberdayakan
keperawatan implementasi
mahasiswa praktek di
disebabkan mahasiswa
ruang melati untuk
karena kurangnya praktek
melakukan
sarana dan manajement
pengkajian pada bayi
prasarana ruangan keperawatan,
baru lahir
pencegahan
7. Koordinasi dengan
infeksi
kepala ruangan untuk
nasokomial
memotivasi perawat
dilaksanakan
agar melakukan
dengan baik
pengkajian secara
ditanda
lengkap pada bayi
dengan:
baru lahir.
1. Tingkatkan
– Mencuci kerjasama dengan
tangan pihak yang
sebelum dan berwenang dalam
sesudah mensosialisasikan
melakukan protap pencegahan
tindakan infeksi nasokomial
2. Anjurkan
pelaksanaan protap
– pencegahan infeksi
Penggunaan terhadap tenaga
sarung tangan kesehatan
100% dalam 3. Penempelan protap
melakukan tata cara mencuci
penanganan tangan 10 benar
bayi baru 4. Menempelkan label
lahir. medis dan non medis
pada tempat sampah
1. Tingkatkan
– jarak kerjasama dengan
antara kepala ruangan untuk
incubator 1 memantau post dan
meter pre conprence
2. Memantau waktu
– pulang
menyeterilan 1. Menempelkan protap
dalam memantau
incubator
cairan IVFD
sebelum
digunakan 2. Menempelkan protap
pasien pemantauan suhu
incubator
3. Memasang papan
Tupan: observasi
Pengelolaan
ruangan
sesuai dengan
stndart MPKP

Tupen :
Selama
implementasi
mahasiswa
praktek
diharapkan
pengelolaan
rangan dapat
optimal yang
ditandai
dengan :


Pembagian
tugas oleh
ketua tim,
kepada
anggota tim
supaya
berjalan
dengan baik


Operan selalu
dilakukan
setiap hari

Tupan :

Tindakan
keperawatan
data
dilakukan
secara optimal

Tupen:

Selama
dikakukan
implementasi
mahasiswa
praktek
diharapkan
tidakan
keperawatan
dapat
dilakuakn
dengan
optimal
ditandai
dengan :


Pemantauan
cairan IVFD


Pemantauan
TTV setiap 2
jam


Mencatat
setiap
tindakan yang
sudah
dilakukan
pada lembar
observasi


Memantau
suhu
inkubator

1. B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARIAN


No Masalah Waktu Implementasi Evaluasi harian

Belum sesuainya pengkajian  Kepala ruangan


asuhan kperawatan sesuai dan perawat tim
standart berhubungan dengan 1,2,3 menyetujui
belum tersedianya alat rencana
pengkajian yang sesuai standar implementasi
asuhan keperawatan ruang yang akan
dilaksanakan,
perinatologi di tandai dengan :  Melakukan rapat dengan yaitu tentang
 Rencana asuhan Kepala ruangan tentang pengkajian fisik
keperawatan dicatat pelaksanaan pengisian standart pada bayi baru
sebelum pasien asuhan keperawatan sesuai lahir sesuai protap
masuk ke ruangan. dengan pengkajian pada yang sudah di
Hal ini di lakukan Rabu, 9
neonatus. Agenda rapat : buat.
mungkin utuk september
sosialisasi masalah pengkajian
meringankan tugas 2009  Perbaikan redaksi
fisik lengkap sesuai prosedur
1. perawat rungan Pukul protap sesuai
pada neonatus pada klein baru
dalam melakukan 12.00 masukan dan
masuk ke ruang perinatologi,
tinakan. WIB saran dari Kepala
dan penjelasan teknik pelaksanaan,
ruangan, Kepala
 Alat Pengkajian pada implementasi dan diskusi.
SIE Asuhan dan
neonatus belum Kepala SIE Mutu
lengkap. ini mungkin dan Etika
bisa terjadi  Membuat format pengkajin
Keperawatan agar
disebabkan oleh neonatus sesuai standart asuhan
lebih operasional.
beberapa hal : belum keperawatan neonatus
lengkapnya alat  Format pengkajian
pengkajian pada sudah di buat dan
neonates atau belum diujicobakan
pahamnya perawat untuk bayi baru
tentang penggunaan lahir dengan
alat pengkajian format yang telah
di buat.

Belum sesuainya pengkajian  Mengkonsultasikan protap  Protap penerimaan


asuhan keperawatan sesuai pengkajian neonatus kepada pasien baru
Kamis , kepala ruangan
standart berhubungan dengan disetujui oleh
10
2. belum tersedianya alat
september  Melaksanakan resosialisai kepala ruangan
pengkajian yang memenuhi
2009 kepada perawat pelaksana  Berdasarkan hasil
standar asuhan ruang setiap pergantian shift penelitian pada
perinatologi.  Menerima 10 pasien baru dan tanggal 10
dilakukan pengkajian lengkap september 2009 di
sesuai protap yang di buat ( 1 dapatkan data 8
orang klien dilakukan oleh bayi baru lahir, di
mahasiswa praktikan dan 6 mana pengisian
klien lainya dilakukan oleh askep pengkajian
perawat pelaksana ) yang terisi
Protap : lengkap sebanyak
5 askep, dan 3
buah askep yang
– Sebelum bayi masuk ke tidak terisi
ruang perinatologi perawat lengkap
menganamnesa orang tuanya terlebih
dahulu meliputi:

1.identitas ayah dan ibu, pekerjaan, umur,


alamat, pendidian, riwayat ANC, riwayat
penyakit dan riwayat imunisasi.

2. setelah bayi masuk kedalam ruangan di


lakukan perhitungan APGAR, TTV,
Antopometri dan pengkajian lengkap.

3. mengkaji masa gestasi dengan


menggunakan skala Dubowik kemudian
di hitung masa gestasinya

4. mengkaji BB bayi dengan


menggunakan skala Lubchenko.

1. Dari
pengkajian
bayi baru
lahir 6 format
terisi lengkap
sesuai acuan
dan 2 format
tidak terisi
pada bagian
1. Menerima pasien baru riwayat
sebanyak 8 bayi baru lahir penyakit,
dilakukan pengkajian pada riwayat
sesuai dengan format imunisasi dan
Jumat, 11 untuk pengkajian pemeriksaan
September neonatus. fisik bagian
2009 2. Mensosialisaikan kembali kepala, dan
format pengkajian pada nadi. Pada
perawat asosiet yang skala
bertugas shift siang dan dubowit dan
shift malam maturitas
fisik dan
grafik
lubchenkco
tidak terisi.
2. Perawat
asosiet yang
bertugas
siang
mendapat
penjelasan
tentang
pengkajian
menggunaka
n format
yang baru
dengan
antusias,
perawat
mulai
menerapkan
pada saat
menerima
bayi baru
lahir, tetapi
hasilnya
belum
maksimal
karena
mereka
masih
bingung dan
kondisi bayi
asfiksia
sedang,
sehingga
pengkajian
ditunda
sampai
kondisi bayi
membaik.
1. Dari 8 format
pengkajian 5
terisi lengkap
sesuai
dengan
kondisi bayi
baru lahir 2
format tidak
terisi
lengkap, satu
format belum
diisi lengkap
karena
Sabtu, 12 Menerima pasien baru sebanyak 8 bayi menurut
september baru lair mengevaluasi kelengkapan perawat yang
2009 format pengkajian neonatus shift kondisi
bayi belum
stabil dan
nilai Apgar 5
pada menit
pertama dan
7 pada menit
kelima dan
kesepuluh,
fengkajian
fisik ditunda
menunggu
kondisi bayi
stabil.
Rasiko tinggi terjadinnya
infeksi nasokomial
dikarenakan
kurangnya pasilitas untuk
menerapkan kewaspadaan
universal atau komitment
kewaspadaan universal  Kepala ruangan
ditandai dengan : menyetujui protap
– protap
pencegahan
 Kegiatan mencuci infeksi dan
tangan sebelum 1. Melakukan rapat dengan penyediaan sarana
melakukan tindakan kepala ruangan tentang dan prasarana
jarang dilakukan pembuatan protap tindakan
oleh perawat. Hal ini pencegahan infeksi dan pencegahan
sangat bertentangan penyediaan sarana dan infeksi.
dengan tindakan prasarana tindakan Dilaksanakan oleh
idealnya bahwa pencegahan infeksi sesuai mahasiswa
mencuci tangan kebutuhan. STIKes Cirebon.
harus di lakukan 2. Menempelkan protap Perawat mulai
sebelum ataupun penatalaksanaan cara melaksanakan
sesudah melakukan mencuci tangan 10 protap pencegahan
tindakan. langkah. infeksi dengan
1. Penggunaan sarung tangan
 Untuk penggunaan cara mencuci
steril sebelum melakukan tangan sebelum
sarung tangan
tindakan dapat mengurang dan sesudah
hampir 85%
infeksi silang penyebab tindakan.
menggunakan sarung
infeksi nosokomial.  Protap cuci tangan
tangan walaupun ada
1. Memberikan gambaran telah dibuat
sebagian perawat
Kamis , pada perawat pelaksana
yang tidak
10 bahwa menggunakan satu  Pearawat
3 menggunakan sarung pelaksana dan
september sendok makan untuk bayi
tangan ketika mahasiswa yang
2009 lebih dari satu dapat
membersihkan bayi memberikan
menyebabkan infeksi
baru lahir. tindakan terhadap
nosokomial.
Berdasarkan hasil pengamatan bayi baru lahir,
1. Merekomendasikan
hal tersebut bisa terjadi oleh melaksanakan
kepada kepala ruangan
beberapa faktor salah satu di cuci tangan
untuk penataan kembali
antaranya : sebelum dan
jarak incubator 1 meter.
1. Merekomendasikan sesudah tindakan
kepada kepala ruangan serta
1. Kurangnya menggunakan
kesadaran agar tidak menempatkan
bayi dalam satu inkubator sarung tangan
perawat akan steril sebelum
pentingnya pada pasien yang memiliki
penyakit infeksi melakukan
mencuci tangan tindakan.
2. Karena 1. Merekomendasikan
kepada perawat pelaksana  Pemberian nutrisi
padatnya pasien
untuk menyeterilkan untuk bayi di
yang dating
incubator terlebih dahulu triase sudah
3. Kurangya
untuk incubator yang telah menggunakan satu
sumber daya
dipakai. sendok satu bayi.
manusia di
ruangan  Penyeterilan
incubator dengan
 Pada pasien di triase
menggunakan
pemberian nutrisi
caran desinfektan
menggunakan
telah dilakukan
sendok, dari banyak
pasien menggunakan
hanya dengan satu
sendok.
 Pada ruangan RGP
terdapat incubator
yang jaraknya
kurang dari 1 meter
 Dalam satu incubator
kadang-kadang berisi
2 pasien yang
memiliki kelainan
penyakit seperti
pasien yang
hiperbilirubin
disatukan dengan
pasien BBLR
 Incubator yang telah
dipakai tidak pernah
disterilkan dahulu
sebelum dipakai bayi
yang lain
Dari data yang di temukan
sebagaimana terpapar di atas,
bisa disimpulkan bahwa hal
tersebut dapat terjadi karena
adanya berbagai hal atau
kekurangan yang di miliki di
antaranya :

– Sarana dan prasarana


seperti incubator yang dimiliki
di ruangan sangatlah minimal .

– Jarak antara incubator


kurang dari 1 meter hal ini
terjdi karena mengikuti kondisi
ruangan yang ada pada saat ini.

– Incubator yang sudah


dgunakan tidk di sterilkan
mungkin bisa disebabkan
karena padatnya pasien
sehingga tidak ada waktu
untuk menyeterilkan incubator.

Belum optimalnya perawat 1. Melakukan rapat dengan kepala 1. Kepala


melakukan tindakan ruangan tentang pembuatan protap – ruangan
keperawatan disebabkan protap yang di butuhkan dalam menyetujui
karena kurangnya sarana dan mendukung tindakan keperawatan di untuk
prasarana ruangan di tandai ruang perinatologi di antaranya tentang pembuatan
dengan : – kebutuhan cairan IVFD pada neonatus untuk
 Dalam pemberian pembuatan
terapi IVFD kurang Rabu, 09 protap-protap
terpantau untuk – cara reusitasi pada bayi baru lahir
4 september yang di
kebutuhan cairan 2009 butuhkan:
perhari beberapa hal – pemantauan suhu incubator – Kebutuhan cairan
yang bisa IVFD
memepengaruhi hal-
hal tersebut, – pembuatan papan observasi guna sarana
berdasarkan pendukung untuk pendokumentasian – Cara resusitasi
perkiraan analisis,
kami menyimpulkan
bahwa hal tersebut 2. pembuatan alur pasien masuk dan – Pemantauan suhu
bisa terjadi karena: tindakan sesuai dengan kondisi bayi baru incubator
(1). Kurangnya lahir di ruang triase sesuai dengan protap
sarana dan prasarana tatalaksana yang harus dilakukan pada
seperti alat untuk bayi baru lahir – Dan pembuatan
membantu mengukur papan observasi.
cairan seperti
mikroburret, tidak
Di mana saat dilakukan
adanya protap untuk
pengkajian selama 3 hari
cara perhitungan
tindakan observasi
kebutuhan cairan
dilakukan secara tercatat
untuk neonatus.
dan terkontrol
 Untuk pasien yang di
RGP dalam
melakukan observasi 2 Kepala ruangan
tidak dilakukan menyetujui tentang
secara pembuatan alur pasien
berkesinambungan masuk keruang melati, dan
hanya dilakukan telah dibuat.
pada pagi hari. Hal in
bisa terjadi mungkin
di sebabkan karena
(1). Karena padatnya
waktu perawat untuk
mengelola pasien

Belum optimalanya 1. Rekomendasi kepada


pengelolaan ruangan sesuai kepala ruangan untuk
dengan standart MPKP di pelaksanaan pre dan post
tandai dengan : conference pada
 Timbang terima, pre pergantian shift
conference dan post 2. Melakukan rapat dengan
conference tidak kepala ruangan dalam
dilakukan. pembuatan struktur
organigram dan
 Pembagian tugas pemasangan visi, misi dan
oleh ketua tim falsafah ruang melati
kepada anggota tim 3. Pembuatan papan ronde
belum berjalan shif harian sesuai dengan
dengan baik karena tim masing- masing.
keterbatasan tenaga 4. Merekomendasikan
terutama pada pagi kepada kepala ruangan
hari. Pembagian untuk membuat ruangan
tugas oleh ketua tim Senin, 06 pojok ASI dan dan
5. kepada anggota tim september ruangan konsultasi.
belum berjalan 2009 1. Kepala ruangan
dengan baik karena menginstruksika
keterbatasan tenaga. n adanya pre dan
Hal ini bisa terjadi post conference
karena padatnya pada pergantian
jumlah pasien yamg shift dari shift
pasien yang masuk. malam ke pagi.
Pembagian tugas Post conference
yang belum jelas. dilakukan hanya
 Letak ruangan yang pada petugas
terpisah, sehingga sesama tim
dalam proses 2. kepala ruangan
pengawasan tenaga menyetujui
kerja kurang efektif. untuk
Tidak adanya kantor pembuatan
kepala ruangan struktur
sehingga kerja organigram yang
kepala ruangan baru di tambah
bersatu dengan dengan pegawai
perawat lainnya. baru.
Tidak tersedianya 3. Kepala ruangan
tempat untuk ibu setuju untuk
menyusui. Beberapa pembuatan
hal mungkn bisa papan ronde shif
disebabkan karena harian dan mulai
belum menetapnya di gunakan pada
ruangan perinatologi, tanggal 10 dan
kurangnya sarana ini berfungsi
dan prasarana. untuk
pembagian tugas
per tim.
4. Kepala ruangan
setuju dengan
rekomendasi
ruangan pojok
ASI, tapi karena
berhubung ruang
melati sedang
mengalami
renovasi maka
rekomendasi
hanya jadi bahan
pertimbangan.
1. C. EVALUASI HASIL
NO MASALAH STRATEGI WAKTU EVALUASI HASIL RENCANA TINDA
1. Telah adanya format pengkajian 1. Lanjutkan
neonatus pada catatan atau pelaksana
askep bayi baru lahir apakah pengkajia
terisi atau tidak sesui stan
2. Berdasarkan implementasi dari telah dibu
tanggal 10 sampai 12 protap
september 2009 telah diterima 2. Sosialisai
Belum 1. Koordinasi dengan bayi baru lahir sebanyak 22 terntang t
sesuainya pihak terkait. orang oleh perawat sesuai shif. pengkajia
pengkajian 2. Resosialisasi protap Sebagian besar format sesuai sta
asuhan format pengajian khusus pengkajian sudah diisi lengkap perinatolo
keperawatan tentang Neonatus sesuai protap dan petunjuk, perawat p
sesuai 3. Koordinasi dengan analisa format menggunakan yang belu
standart kepala ruangan, staf SPSS setiap item: memaham
berhubungan perawat pelaksana 1. I. Identitas mendapat
dengan 4. Menempakan format Senin, 14 yang diisi lengkap 15 diawal se
1. belum standar pengkajian pada September ( 68%) dan tidak diisi petugas y
tersedianya neonatus pada status 2009 lengkap 7 (31,8%), dan juga p
alat atau catatan 2. Riwayat prenatal diisi baru di ru
pengkajian keperawatan yang akan lengkap sebanyak 21 3. Rekomen
yang sesuai digunakan untuk calon (95,5%) dan tidak Usulkan u
standar bayi lahir. diisi lengkap(4,5%) membaku
asuhan 5. mengambil sampel 3. Riwayat penyakit pengkajia
keperawatan seluruh bayi yang lahir terisi lengkap 100% standar pe
ruang selama waktu yang tergantung pasien saat kepada pi
perinatologI ditentukan yaitu 3 hari dikaji apakah ada 4. Lakukan
riwayat penyakit oleh kepa
4. Riwayat imunisasi katim dan
terisi lengkap mengenai
18(81,8%) dan tidak kelengkap
terisi lengkap pengisian
4(18,2%) pengkajia
5. Data bayi terisi sesuai sta
lengkap 21(95,5%) perinatolo
dan tidak lengkap 1
(4,5%)
6. Antopometri diisi
lengkap 20(90,9%)dan
tidak terisi lengkap
2(9,1%)
7. Tanda vital terisi
lengkap 16(72,7%)
dan tidak terisi
lengkap 6 (27,3%)
8. Pengkajian fisik
ü Kulit, kepala dan mata terisi lengkap semua
100%

ü Mulut terisi lengkap 19 (86,4%) dan tidak


terisi lengkap 3 (13,6 %)

ü THT terisi lengkap 19(86,4%) dan tidak


terisi lengkap 3(13,6%)

ü Thorak terisi lengkap 17( 77, 3%)dan tidak


terisi 5(22,7%)

ü Paru-paru terisi lengkap 12 (54,5 %) dan


tidak terisi lengkap 10 (45.5%)

ü Jantung terisi lengkap 13 (59,1%) dan tidak


terisi lengkap 9 (40, 9%)

ü Nadi ferifer terisilengkap 12( 54,5%) dan


tidak terisi lengkap 10(45,5%)

ü Abdomen terisi lengkap 19( 86,4%) dan


tidak terisi lengkap 3(13,6%)

ü Genital terisi lengkap 20( 90, 9%) dan tidak


terisi lengkap 2(9,1%)

ü Anus terisi lengkap 100%

ü Tulang belakang terisi lengkap 21 (95,5%)


dan tidak terisi lengkap 1 (4,5%)

ü Ektrimitas terisi lengkap 20(90,9%) dan


tidak terisi lengkap 2(9,1%)

ü Suhu terisi lengkap 12(54,5%) dan tidak


terisi lengkap 10(45,5%)

ü Reflek terisi lengkap 20(90,9%) dan tidak


diisi lengkap 2 (9,1%)

ü Ballandskore terisi lengkap 15 (68,2%) dan


tidak lengkap 7 ( 31,8%)

ü APGAR terisi lengkap 17 ( 77,3%) dan tidak


terisi lengkap 5( 22,7%).

Sebayak 81,8 % format pengkajian fisik diisi


secara lengkap sesuai dengan kondisi bayi baru
lahir format belum terisi lengkap sekitar 18,2
%. Jadi rata – rata dalam pengisian pengkajian
neonatus adalah diisi lengkap yaitu 85,65 %
dan yang diisi tidak lengkap yaitu 14,2 %.

1. Format pengkajian neonatus


yang sesuai. Standart
perinatologi telah disetujui oleh
forum saat sosialisasi
1) Koordinasikan dengan pihak
berwenang diruangan
2) Resosialisasi 1. Lanjutkan
1) Telah terpasang protap universal
pelaksana
precaution:
kan protap pencegahan infeksi pencegah
Cuci tangan sepuluh langkah(didekat wastafel)
nosokomial yang sering terjadi pada 2. Membuda
bayi baru lahir. kebiasaan
Resiko
2) Telah tersedia tempat sampah medis bersih dan
tinggi
untuk benda tajam, dan pemasangan labeling dengan m
terjadinnya
3) Perawatan bayi dan pemilahan pada tempat sampah desinfekta
infeksi
bayi hiperbilirubin dan bayi BBLR, sabun seb
nasokomial
cuci tangan sebelum dan sesudah Senin, 14 sesudah t
dikarenakan
2. tindakan dan memegng bayi. September 3) Perawat telah melaksanakan protap akan men
kurangnya
2009 pencegahan infeksi dengan cara memakai 3. Modifika
fasilitas
sarungtangan, tetapi masih terlewat untuk menggabu
untuk 4) Penyediaan sarana dan prasarana mencuci tangan terlebih dahulu hanya sebagian hiperbilir
menerapkan tindakan penceghan infeksi: kecil. bayi BBL
kewaspadaan
4. Pemeliha
universal
pencegah
Tanggal pemasangan Sonde, tanggal 4) Pembuangan sampah medis benda tajam yang telah
pemasangan infuse. Penyediaan tempat sudah dilaksanakan dengan tepat oleh perawat. 5. Lanjutkan
sampah medis untuk benda tajam dan pengguna
pemasangan protap tentang 10 cara pada alat
cuci tangan.

1. koordinasi dengan pihak 1. Telah tersusun protap SAK dan 1. Menguna


Belum
terkait, SOP Ruang perinatologi untuk sebagai p
optimalanya
2. koordinasikan kepada digunakan diruang Melati. penyusun
perawat
kepala ruangan dan 2. Berdasarkan implementasi yang asuhan ke
melakukan
katim mengenai dilaksanakan dari tanggal 09-11 dan tinda
tindakan
penerapan Standar Senin, 14 september 2009, telah ada keperawa
keperawatan
3. asuhan keperawatan dan September kesesuaian implementasi 2. Pelaksaan
disebabkan
pelaksanaan 2009 keperawatan dengan koordinas
karena
implementasi perencanaan berkala se
kurangnya
disesuaikan dengan 3. Pendokumentasian dilaksanakan sarana ev
sarana dan
prioritas masalah setelah selsai dilakukan peningkat
prasarana
3. Pemantaun berkala pengkajian pada bayi baru lahir perawat r
ruangan
tindakan asuhan oleh perawat pelaksana. Tetapi 3. Pembekal
keperawatan dan masih ada sebagian kecil oleh kepa
pendokumentasiannya. pendokumentasian telah diisi katim dan
sebelum bayi lahir dan dikirim tentang p
keruang melati. implemen
4. Seluruh status mencantumkan 3 keperawa
diagnosa keperawatan yang SAK kep
sama untuk pasien satu dengan pelaksana
pasien yang lain. maupaun
5. Telah terpasang papan observasi praktikan
untuk ruang RGP selama 4. Perbaiki a
implement asi 3 hari papan pasien ya
observasi tercatat dan terkontrol. keruang m
6. Telah dibuat protap untuk alur dengan pr
masuk klien keruang melati dan operasona
protap tindakan resusitasi serta kompeten
pengatuaran kebutuhan cairan 5. Papan ob
untuk bayi baru lahir dengan terpasang
resiko. dan tindakan observ
secara berkesinamb

1. Optimalk
pelaksana
1. Struktur organigram telah
terima pre
dibuat, papan ronde
comfrenc
keperawatan telah berjalan ada
1. Koordinasi dengan adanya pe
pembagian jadwal serta
kepala ruangan tugas dan
tugasnya masing-masing, visi
mengenai pembuatan saat opera
misi dan falsafah telah
struktur organigram dan 2. Adanya k
terpasang, kegiatan timbang
Belum pembuatan ronde untuk jam
terima dilaksanakan belum
optimalanya keperawatan sesuai shift dinas dan
optimal baik pre dan post
pengelolaan 2. Koordinasi dengan dinas bag
Senin, 14 comfrence, karena ketidak
ruangan kepala ruangan jadwal ya
4. September tepatan jam datang dan jam
sesuai mengenai protap dibakukan
2009 pulang.
dengan timbang terima pre dan 3. Rekomen
2. Belum adanya pembagian
standart post comfrence untuk pem
ruangan menurut fungsinya
MPKP 3. Merekomendasikan ruangan s
masing-masing Kepala ruangan
kepada kepala ruangan fungsinya
setuju dengan rekomendasi
untuk membuat ruangan untuk rua
ruangan pojok ASI, tapi karena
pojok ASI dan dan ASI dan k
berhubung ruang melati sedang
ruangan konsultasi 4. Rekomen
mengalami renovasi maka
pembuata
rekomendasi hanya jadi bahan
organigra
pertimbangan.
dengan tu
wewenan
1. D. PEMBAHASAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep
manajemen yang di dalamnya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang meliputi
orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto, 2006). Manajemen keperawatan dan
kepemimpinan merupakan hal yang saling berkaitan. Proses kepemimpinan dan manajemen keperawatan
didasarkan pada pendekatan ilmiah yang disebut metode pemecahan masalah (problem solving). Adapun
fungsi dari metode ini adalah meningkatkan keberhasilan seorang manajer dalam meningkatkan
keberhasilan dalam manajemen situasi yang unik(Monica,1998). Manajemen keperawatan di ruang
perinatologi meliputi manajemen unit dan manajemen asuhan dengan penerapan metode MPKP.
Pelaksanaan manajemen keperawatan di Ruang melati (perinatologi) meliputi penerapan manajemen
asuhan dan manajemen unit dengan objek kajian bayi baru lahir yang normal dan beresiko yang
dikelompokan berdasarkan level. Sesuai hasil kegiatan pengkajian dan evaluasi praktek manajemen
keperawatan di Ruang Melati RSUD Sumedang yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners S 1 Keperawatan STIKes Cirebon mulai tanggal 24 Agustus sampai 17 September 2009 selama 21
hari akan membahas permasalahan yang didapat sesuai prioritas dengan pendekatan problem solving
meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun permasalahan diantaranya adalah:

1. Belum Optimalnya Pengisian Asuhan Keperawatan Sesuai Standart Pengkajian Perinatologi

Berdasarkan hasil pengkajian selama 3 hari dari tanggal 10 September 2009 pukul 08.30 WIB sampai 12
september 2009 pukul 20.00 WIB didapatkan sebanyak 22 bayi baru lahir:

Pada tanggal 10 September 2009 terdapat 8 bayi baru lahir, di mana pengisian askep pengkajian yang
terisi lengkap sebanyak 6 askep, dan 2 buah askep yang tidak terisi lengkap

Tanggal 11 September 2009 terdapat 6 bayi baru lahir. Dari pengkajian bayi baru lahir 4 format terisi
lengkap sesuai acuan dan 2 format tidak terisi pada bagian riwayat penyakit, pada riwayat imunisasi dan
pemeriksaan fisik bagian kepala, dan nadi. Pada skala dubowik dan maturitas fisik dan grafik lubchenkco
tidak terisi. mana pengisian askep sudah di isi lengkap.

Tanggal 12 september 2009 terdapat 8 bayi baru lahir dari evaluasi pengkajian sebanyak 5 format yang
suadak diisi lengkap 2 format tidak tidak tercantum identitas orang tua secara lengkap dan pada skala
dubowit dan grafik lobchenco, 1 format tidak mencantumkan hasil tanda-tanda vital dan ketidak
lengkapan pengisian pemeriksaan fisik.

Menurut terori ( Dona L. Wong,2002 ) pengkajian fisik merupakan suatu proses berkelanjutan, dari
pemeriksaan fisik seorang perawat dapat merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dapat
mengevaluasi keefektifan intervensi teurapeutik. Karena perbedaan-perbedaan penting dalam pengkajian
fisik terhadap bayi baru lahir, sehingga pengkajian fisiknya dilakukan secara terpisah. Berdasarkan teori di
atas maka penulis berinisiatif untuk membuat pengkajian lengkap pada bayi baru lahir dan di terapkan di
ruangan melati, guna mengkaji keadaan fisik bayi baru lahir agar kelainan yang di alami oleh bayi baru
lahir dapat tertanggulangi lebih cepat dan dapat merencanakan tindakan / intervensi selanjutnya.

Dalam protap pengkajian yang penulis buat juga mencakup skala duboit dan grafik lubchenko dimana
skala ini juga sangat dan pengkajian masa gestasi merupakan kriteria penting karena morbiditas dan
mortilitas perinatal berhubungan dengan usia gestasi dan berat badan janin dan salah satu yang paling
sering digunakan tentang usia penentuan usia gestasi berdasarkan pada temuan fisik dan neurologic. Dan
hasil evaluasi sebayak 81,8 % format pengkajian fisik diisi secara lengkap sesuai dengan kondisi bayi baru
lahir format belum terisi lengkap sekitar 18,2 %. Jadi rata – rata dalam pengisian pengkajian neonatus
adalah diisi lengkap yaitu 85,65 % dan yang diisi tidak lengkap yaitu 14,2 %.

2. Rasiko tinggi terjadinnya infeksi nasokomial dikarenakan kurangnya pasilitas untuk menerapkan
kewaspadaan universal atau komitment kewaspadaan.

Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 24 – 29 september kami menemukan problem resiko tinggi
infeksi nasokomial di antaranya:

 Kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan jarang dilakukan oleh perawat.
 Untuk penggunaan sarung tangan hampir 85% menggunakan sarung tangan walaupun ada sebagian perawat yang tidak
menggunakan sarung tangan ketika membersihkan bayi baru lahir.
 Pada pasien di triase pemberian nutrisi menggunakan sendok, dari banyak pasien menggunakan hanya dengan satu
sendok.
 Pada ruangan RGP terdapat incubator yang jaraknya kurang dari 1 meter.
 Dalam satu incubator kadang-kadang berisi 2 pasien yang memiliki kelainan penyakit seperti pasien yang hiperbilirubin
disatukan dengan pasien BBLR.
 Incubator yang telah dipakai tidak pernah disterilkan dahulu sebelum dipakai bayi yang lain
Resiko tinggi infeksi nosokomial ini penting untuk di bahas karena infeksi nosokomial dapat menimbulkan
masalah lebih lanjut, karena pada bayi baru lahir masih sangat rentan sekali terkena infeksi selain
mencegah infeksi terhadap bayi baru lahir juga sebagai proteksi diri terhadap penyakit yang di bawa oleh
pasien.

Dimana di ruang perinatologi beberapa perkiraan yang dapat menimbulkan infeksi nosokomial
diantaranya :

1. Infeksi nasokomial merupakan suatu infeksi yang timbul atau di dapat pada waktu pasien / bayi baru lahir di rawat
dirumah sakit terutama di ruang perinatologi.
2. Infeksi ini timbul sebagai akibat seringnya di lakukan tindakan seperti member minum personde, pengambilan
darah dan pemasangan infuse.
Beberapa prinsip untuk mencegah infeksi nasokomial:

– Cuci tangan

– Menggunakan sarung tangan dalam menolong bayi baru lahir, dalam mengambil darah dan
memasang infus

– Menjaga keseterilan dalam melaksanakan pemberian air minum

– Monitor kondisi fungsi saluran cerna sebelum bayi mendapat minum

– Perhatikan teknik septic dan aseptic

Hal ini penting dilakukan dan diperhatikan untuk melakukan tindakan di ruang perinatologi.

1. Belum optimalnya implementasi keperawatan disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana
ruangan di tandai dengan :
– Dalam pemberian terapi IVFD kurang terpantau untuk kebutuhan cairan perhari

– Untuk pasien yang di RGP dalam melakukan observasi tidak dilakukan secara berkesinambungan
hanya dilakukan pada pagi hari.

Tindakan montoring sangat penting dilakukan karena keadaan fisik neonatus belum stabil dimana
neonatus belum bisa membentuk panas tubuh, permukaan tubuh neonatus lebih besar dari pada berat
badan, lemak subkutan masih transfarant karena hal tersebut mempermudah terlepasnya suhu tubuh
pada neonatus, sehingga pemantauan suhu tubuh sangat perlu di pantau.

1. Belum optimalnya pengelolaan ruangan sesuai dengan standar MPKP ditandai dengan:
1. Timbang terima, pre conference dan post conference tidak dilakukan.
2. Pembagian tugas oleh ketua tim kepada anggota tim belum berjalan dengan baik karena keterbatasan
tenaga terutama pada pagi hari.
3. Pembagian tugas oleh ketua tim kepada anggota tim belum berjalan dengan baik karena keterbatasan
tenaga.
4. Letak ruangan yang terpisah, sehingga dalam proses pengawasan tenaga kerja kurang efektif.
5. Tidak adanya kantor kepala ruangan sehingga kerja kepala ruangan bersatu dengan perawat lainnya.
6. Tidak tersedianya tempat untuk ibu menyusui
Dimana pembentukan standart MPKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan neonatus di
sarana kesehatan, adapun strategi dalam penerapan standart pelayanan keperawatan neonatus sebagai
berikut:
– Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya keperawatan dalam pelayanan keperawatan
neonatus: SDM yang efisien dan berketerampilan. Mendorongnya terwujunya profesionalisme tenaga
keperawatan neonatus temasuk intensif dan gawat darurat.

– Membuat kebijakan tentang pelayanan kesehatan neonatus yang meliputi : kualifikasi tenaga,
sarana dan prasarana dan peralatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan neonatus

– Menyediakan tenaga, sarana dan prasarana dan peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan keperawatan neonatus.

Oleh karena itu pengelolaan ruangan dengan standart MPKP sangat perlu di terapkan guna meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.

Hal-hal yang mendukung implementasi pada stase manajemen ini diantaranya :

1. Kerja sama dari kepala ruangan dan seluruh perawat ruang melati yang telah membantu penulis atas saran dan
masukannya sehingga memudahkan penulis untuk melaksanakan kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Kerja sama dari pembimbing lapangan dan seluruh elemen terkait yang telah menerima dam mempermudak
penulis dalam mendapatkan data yang diperlukan guna melengkapi laporan ini.
3. Dukungan dari rekan sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam melakukanpenyusunan laporan ini sebagaimana
mestinya.
Selain itu didapat juga sedikit hambatan dimana dalam melaksanakan implementasi sesuai permasalahan
yang didapat diantaranya :

1. Keterbatasan waktu yang kami miliki dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan
2. Sarana dan prasarana yang terdapat dilapangan dan yang kami miliki y masih terbatas.
Berdasarkan perhitungan jumlah ketenagaan dengan menggunakan rumus Gillies idealnya jumlah perawat
adalah 20 orang perawat asosiet/pelaksana di tambah dengan perawat primer sebanyak 3 orang.
Sedangkan jumlah perawat yang ada diruangan melati berjumlah 19 orang dimana terdapat 14 orang
perawat pelaksana 3 orang perawat assosiet dan 1 orang untuk karu dan wakaru. Sehingga untuk
memenuhi jumlah perawat di ruangan perlu diadakan penambahan jumlah perawat pelaksana agar
pelayanan di ruang melati lebih optimal lagi. Serta mengadakan pelatihan khusus bagi perawat
perinatologi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 24-26 Agustus 2009 di Ruang Melati
telah didapatkan perumusan masalah yang berhubungan dengan manajemen asuhan dan manajemen unit
keperawatan di ruangan tersebut.

Masalah-masalah dalam manajemen asuhan meliputi pengkajian, dan pendokumentasian serta


implementasi keperawatan. Sedangkan dalam manajemen unit membutuhkan sosialisasi format
pengkajian neonatus yang sesuai standart asuhan ruang perinatologi, resosialisasi pembuatan alur masuk
dan pengelolaan ruangan berdasarkan fungsi untuk mencapai pelayanan keperawatan yang aman, optimal
dan berkualitas baik untuk bayi maupun ibu bayi dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir
sehingga terciptanya SDM yang berkualitas kedepannya.

Implementasi manajemen keperawatan di Ruang Melati RSUD Sumedang dimulai dari kegiatan validasi
data hasil kajian situasi kelompok sebelumnya. Kegiatan validasi data dilakukan selama 3 hari. Hasil dari
validasi data dirumuskan masalah yang berkaitan dengan manajemen unit dan manajemen asuhan
keperawatan di Ruang Melati RSU Sumedang.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara berkelanjutan diperlukan bergbagai komponen sebagai
dasar yaitu manajemen visi dan komitmen, akuntabilitas, evaluasi dan umpan balik, pemecahan masalah
dan perbaikan proses, komunikasi, pelatihan dan pengembangan staf, pelibatan care provider, pengakuan
dan penghargaan, pemberdayaan karyawan, serta peningkatan dan penyegaran. Komponen-komponen
tersebut harus solid dan dikerjakan terus-menerus serta saling mendukung sehingga dapat dicapai
pelayanan yang prima.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk mengembangkan protap pengkajian yaitu dengan membuat format
khusus untuk pengkajian neonatus yang sesuai dengan stansar perinatologi, manajemen penerimaan bayi
baru lahir serta tindakan yang harus segera dilakuakn apabila menerima bayi baru lahir normal maupun
beresiko serta pengkajian secara terperinci. Selain itu juga resosialisasi protap pencegahan infeksi
nosokomial meliputi pengadaan saran dan prasarananya, rekomendasi untuk pengelolaan ruangan untuk
pengadaan pojok ASI dan konseling bagi ibu bayi yang dirawat. Pelayanan asuhan keperawatan di ruang
Perinatologi dengan menggunakan metode MPKP per level terdiri dari 3 tim. Kami mengharapkan
program ini dapat memecahkan masalah, tantangan, serta hambatan yang selama ini untuk meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan pada Bayi baru lahir sesuai dengan falsafah, visi dan misi di Ruang melati
RSUD Sumedang.

1. B. REKOMENDASI TINDAK LANJUT


2. 1. UNTUK RUANGAN/RUMAH SAKIT
1. Mempertahankan pelaksanaan asuahan keperawatan pada bayi baru lahir baik normal maupun beresiko
dengan tambahan pengadaan format pengkajian pada neonatus yang sesuai standart perinatologi.
2. Resosialisasi format pengkajian neonatus yang sesuai standar asuhan keperawatan ruang perinatologi
kepada perawat ruangan.
3. Membakukan format pengkajian pada neonatus yang sesuai standar asuhan ruang perinatologi.
4. Mempertahankan pelaksanaan implementasi keperawatan sesuai dengan perencanaan asuhan
keperawatan yang sudah ada.
5. Mempertahankan kolaborasi dengan profesi lain tanpa mengesampingkan fungsi independen perawat.
6. Mempertahankan pendidikan kesehatan tentang cara baru lahir di rumah tanpa mengesampingkan
pendokumentasian.
7. Melaksanakan pemenuhan KDM yang sudah sesuai dengan SAK dengan berorientasi kepada respon
klien.
8. Melakukan pendokumentasian sesuai dengan prinsip dokumentasi.
9. Melaksanakan timbang terima/operan pasien dengan melihat kondisi pasien secara langsung sampai
tahapan evaluasi yang sudah dilakukan, timbang terima alat.
10. Mempertahankan penelitian yang ada di ruangan dengan sosialisasi hasil penelitian pada ruangan
11. Rekomendasi penambahan jumlah perawat di ruang Melati sesuai dengan jumlah kebutuhan dan
perhitungan jumlah ketenagaan diatas
12. Rekomendasi untuk penambahan alat penunjang medis, misalnya penambahan boks bayi dan inkubator
1. 2. UNTUK INSTITUSI AKADEMIK
Sebagai bahan masukan bagi disiplin ilmu khususnya ilmu keperawatan bahwa praktek manajemen
membutuhkan keteilitian keseriusan serta bimbingan yang komprehensif guna menperoleh hasil yang
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai