Contoh PBLK Swot Poa
Contoh PBLK Swot Poa
Contoh PBLK Swot Poa
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Kebutuhan kesehatan seseorang tidak sama dengan tuntutan kesehatan dimana kebutuhan kesehatan
pada dasarnya bersifat objektif sehingga untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan dilakukan upaya
pemenuhan secara mutlak sedangkan tuntutan kesehatan lebih bersifat subjektif walaupun demikian
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dinilai sebagai suatu upaya penting dalam mewujudkan keadaan
sehat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat
(Azwar, 1996).
Dewasa ini diketahui bahwa telah terjadi peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dimana diperlukan pemberian asuhan keperawatan secara prima. Pemberian pelayanan kesehatan secara
prima juga membutuhkan manajemen kesehatan sebagai suatu system yang merupakan suatu proses
yang dapat mendukung dan menseragamkan proses pelayanan kesehatan. Dimana keberhasilan suatu
proses manajemen tergantung pada jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang pada para pekerja
dimana upaya-upaya manajemen tersebut diterapkan. Sebagaimana halnya proses keperawatan maka
manajemen kesehatan juga terdiri atas langkah-langkah pengumpulan data, pendiagnosaan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Gillies, 1999).
Manajemen kesehatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata yaitu Rumah Sakit
dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai
adalah konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data,
analisa dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan
melakukan pengawasan serta pengendalian (Arwani, 2005)
Rumah sakit adalah salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan upaya
kesehatan rujukan. Tujuan program kesehatan rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan
dan efisiensi rumah sakit, melalui penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan tenaga, standard,
peralatan, profesi dan manajemen rumah sakit (Aditama, 2003.)
Dalam rangka menuju era globalisasi, rumah sakit juga dihadapkan pada berbagai perubahan eksternal,
seperti perubahan tata ekonomi dunia, arus informasi tanpa batas, pola penyakit, pola demografi
penduduk, teknologi, peralatan rumah sakit, yang semua itu akan berdampak pada perubahan tata nilai
dan tuntutan masyarakat yang merupakan sebuah system, salah satunya Praktek keperawatan.
Keperawatan adalah salah satu bentuk layanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psikoso-sosio-
spiritual yang komprehensif, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia
(Lokakarya Ners Kelompok Kerja Keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1983 dalam Aditama 2003:82).
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan Keperawatan di masa depan. Hal ini bekaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global
bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia (Nursalam, 2002).
Peran dan fungsi manajemen keperawatan masa sekarang masih sekarang masih berorientasi pada
senteralisasin kewenangan dan tanggung jawab yang menjadi desentralisasi dengan pendelegrasian
wewenang dan tanggung jawab yang berfokus pada kegiatan koordinasi yang memungkinkan manajemen
keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata. ,salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kemampuan untuk mengelola (manajemen), baik dalam bidang
keperawatan maupun dalam bekerja sama dalam melaksanakan fungsi koordinasi dengan bidang yang
lain sebagai bagian dari pelaayanan yang teritegrasi. Semua bentuk organisasi keperawatan kesehataan
termasiuk RS, pusat perawatan jalan dan rumah sakit pendidikan memerlukan manajemen keperawatan.
Oleh karena itu semakin berkembangnya profesi keperawaatan maka perawat harus mengetahui tentang
tehnik manajemen serta meningkatkan pengetahuan dan menerapkan teori berbagai penelitian yang
dilakukan dalam bidang manajemen kedalam praktik pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu
dan menyeluruh (Soeroso, 2003).
Manajeman asuhan sebagai bagian dari manajemen keperawatan diterapkan sebagai seluruh tatanan
praktik keperawatan. Perawat secara tepat harus dapat mengidentifikasi, menentukan dan melakukan
proses keperawatan yang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing sehingga tugas keperawatan
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan dan kenyamanan perawatan pasien dapat
diberikan secara maksimal. Hal tersebut tentunya tidak dapat dicapai begitu saja, karena mencapai
kesuksesan sebuah proses manajemen tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan pada pekerja, dimana
upaya-upaya manajemen diterapkan setiap perawat disuatu unit tertentu perlu selalu bekerja sama untuk
meningkatkan kualitas dirinya baik dengan meningkatkan pengetahuan maupun meningkatkan
keterampilan masing-masing pribadi, dengan demikian akan dicapai suatu pemberian asuhan keperawatan
yang maksimal.
Rumah Sakit Umum Daearah Sumedang adalah rumah sakit tipe B non Pendidikan yang merupakan rumah
sakit rujukan, untuk itu Rumah Sakit Umum Sumedang harus dapat meningkatkan predikatnya dengan
meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
ini dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan semua perawat di semua ruangan yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Sumedang. Salah satunya di ruang rawat Inap Melati (Ruang Perinatologi).
Ruang Melati merupakan ruang rawat inap diperuntukan bagi pasien bayi baru lahir baik laki-laki dan
perempuan dengan kelahiran normal maupun Patologis yang mengalami gangguan fisiologis baik aktual
maupun potensial yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dan perawatan secara intensif.
Ruang Melati perlu mengantisipasi keadaan tersebut dengan cara upaya perbaikan dan peningkatan pada
kualitas pelayanan di berbagai sub-sistem yang ada anatara lain pelayanan keperawatan dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi khususnya di Kabupaten Sumedang.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional
dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan
memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di
masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang
terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman
bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai
dengan adanya manajemen yang baik.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial
yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan
manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan
meningkatkan keterampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Dengan demikian kami mahasiswa Program Pendidikam Profesi Ners S.I Keperawatan Angkatan IV Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon, merasa perlu untuk mengkaji situasi dan kondisi Ruangan Melati
yang hasilnya diharapkan dapat menemukan masalah untuk dicari solusinya, sehingga pelayanan dan
asuhan keperawatan di Ruang Melati meningkat.
1. B. Tujuan Penulisan
1. 1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen selama 21 hari mulai tanggal 24 Agustus s/d 17
September 2009, calon praktisi keperawatan mampu melakukan pengolahan manajemen asuhan dan
manajemen unit pelayanan di ruang rawat inap Melati (Perinatologi) sesuai dengan konsep dan langkah-
langkah manajemen keperawatan.
1. 2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik kepaniteraan selama 21 hari mulai tanggal 24 Agustus s/d 17 September 2009,
calon praktisi keperawatan mampu :
1. Melakukan kajian situasi di unit rawat inap Anggrek sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasional unit.
2. Menyusun rancangan strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan tertentu berdasarkan hasil kajian
bersama-sama penanggung jawab unit.
3. Mengorganisasikan pelayanan keperawatan sesuai kondisi unit.
4. Melakukan implementasi sesuai dengan rancangan strategis dan operasional.
5. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi program
1. C. Manfaat
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan mutu pelayanan dan mutu asuhan keperawatan melalui
manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap Melati ( Perinatologi) Rumah Sakit Umum Daerah
Sumedang Bagi Perawat atau Tenaga Kesehatan lainnya.
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau alternatif dalam menjalankan profesionalisme di lahan
praktek guna meningkatkan mutu pelayanan dan mutu asuhan keperawatan.
1. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen keperawatan secara
langsung pada tatanan unit pelayanan.
2. Untuk mengaplikasikan dan meningkatkan keterampilan dalam manajemen keperawatan.
1. D. Metode Penulisan
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk identifikasi masalah dilakukan dengan
metode :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik ruangan, proses pelayanan, keadaan inventaris
ruangan, dan asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat pelaksana, keluarga pasien untuk
mengumpulkan data tentang proses orientasi pasien baru dan pelayanan pasien.
1. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi
proses keperawatan, manajemen ruangan, prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
1. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan keluarga pasien terhadap asuhan keperawatan, penerapan
standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional.
1. E. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan, manfaat metode penulisan dan sistematika penulisan.
Meliputi : filosofi keperawatan, pengertian ruang perintologi, tujuan dan prinsip, sifat kekaryaan ruang
perinatologi manajemen asuhan dan manajemen unit di ruang perinatologi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
1. A. GAMBARAN UMUM
1. 1. Filosofi Keperawatan
Filosofi keperawatan adalah mengupayakan agar buah kehamilan lahir selamat, sehat dan utuh serta
sanggup berkembang secara optimal sehingga tercipta generasi masa depan yang bermutu.
1. 2. Pengertian
Ruang perinatologi merupakan ruang rawat inap yang disediakan khusus untuk pasien baru lahir 0 – 28
hari. Baik bayi dalam keadaan sehat ataupun bayi dalam keadaan patologis dan kelainan konginetal
dimana beberapa penyakit patologis diantaranya sebagai berikut : Asfiksia, Hiperbilirubin, Sepsis
neonaturus, Tetanus neonaturus, ARDS, Prematur, BBLR, Imaturus. Dan dengan kelainan konginetal antara
lain: CHD, Atresia ani, Hisprung.
1. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat perinatologi merupakan salah satu bagian dari pelayanan perinatal resiko
tinggi (Peristi) merupakan sebuah unit pelayanan khusus bagi bayi baru lahir normal atau yang
mempunyai indikasi KPD, ketuban hijau, asfiksia berat, dan distres sehingga memerlukan penanganan
segera dan perawatan khusus agar bayi dapat diselamatkan dan mempunyai kualitas hidup yang baik.
1. Lingkup garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan adalah pemenuhan dasar manusia.
Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garapan ruang inap perinatologi adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan
segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah / gangguan fisiologis pada satu atau berbagai
sistem tubuh yang dialami bayi baru lahir.
1) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir dan meningkatkan sumberdaya manusia berkualitas.
3) Pemberian perawatan pada bayi baru lahir baik fisiologis maupun patologis
5) Pembuatan keputusan
1. Adanya kebijakan rumah sakit yang mengatur sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan dan logistik
keperawatan dalam pelayanan neonatus setiap level. Seperti peralatan inkubator, lampu sorot, meja tindakan,
suction, tabung oksigen, lampu biru, dll.
2. Adanya standart sarana dan prasarana dan peralatan kesehatan sesuai dengan tingkat pelayanan.
3. Adanya mekanisme pemeliharaan peralatan
4. Adanya perancanaan gedung dan fasilitas dengan melibatkan tenaga keperawatan
5. Adanya tempat dekontaminasi dan penyimpanan peralatan kesehatan logistik keperawatan
6. Adanya tenaga yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan tersedianya jadwal pemeliharaan.
1. 7. SDM
2. Adanya kebijakan yang mengatur klasifikasi tenaga perawat yang bertugas dipelayanan neonatus.
Level I : Pendidikan D3 Keperawatan/ kebidanan pengalaman klinik 2 tahun sertifikat minimal kegawat
daruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan management laktasi.
Level II : pendidikan D3 Keperawatan, pengalaman kerja 3 tahun dan sertifikasi minimal minimal kegawat
daruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan menejement laktasi.
Level III : pendidikan S1 Keperawatan pengalaman klinik 2 tahun atau D3 Keperawatan dengan
pengalaman klinik 5 tahun, minimal kegawatdaruratan neonatus, teknik resusitasi neonatal maternal dan
menejement laktasi.
1. Tersedia data dan informasi di pelayanan neonatus level I, II, III tentang kapasitas tempat tidur, BOR, beban kerja
dan tata ruang
2. Semua tenaga keperawatan memberikan pelayanan keperawatan neonatus teregistrasi ( memiliki SIP dan SIK ).
3. Semua tangan perawat yang memberikan pelayanan keperawatan neonatus mempunyai sertifikat pelayanan
keperawatan neonatus mempunyai sertifikat pelayanan sesuai level.
1. 8. Visi dan Misi
2. Visi
Visi ini mengandung arti bahwa kelak dimasa depan rumah sakit harus mampu menjadi pusat rujukan
sarana dan prasarana memadai, serta masyarakatnya merasa ikut memiliki dan bangga terhadap rumah
sakit, karena mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan keinginan masyarakat luas, yaitu
professional, bermutu, ramah, nyaman, dan terjangkau. Dengan kondisi rumah sakit yang seperti ini
diharapkan perwujudan pembangunan kesehatan di Kabupaten Sumedang lebih baik.
1. Misi
Memberikan pelayanan medis prima didukung SDM professional, sarana prasarana memadai, peran serta
masyarakat yang kreatif”
Telaah :
3) Setiap prosedur atau tata cara dilakukan secara tepat, konsisten dan konsekwensi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Penganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang, kompeten,
mampu, terampil, dan professional sesuai spesifikasi tugasnya.
6) Menciptakan pola pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan.
7) Biaya dan tariff layanan harus ditetapkan secara wajar dengaan memperhitungkan kemampuan
masyarakat.
3) Unit perawatan memiliki protap-protap tindakan keperawatan dan standar asuhan keperawatan.
4) Mendokumentasikan secara benar setiap asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sehingga
dapat dipertanggung jawabkan.
5) Pelayanan yang diberikan membawa kebaikan atau kepuasan bagi pasien dan keluarga.
1. B. Pengorganisasian
1. 1. Stuktur organisasi
1. Money
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
Untuk terselenggaranya perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat
dan untuk lain-lainnya seperti pengelolaan keuangan harus jelas dan trasparan.
3) Metode
Metode asuhan keperawatan pada klien, sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien. Mac Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan
keperawtan tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, dan keperawatan primer. Tetapi setiap unti keperawatan mempunyai riwayat dalam
menyeleksi model dalam pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan sesuai ketenagaan, sarana dan
prasarana serta kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan ( Marqius and Huston, 1998 : 148)
Tabel.1 jenis model asuhan keperawatan menurut Ann Mariner-Toney (1991), Grant & Huston (1998).
Adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasi asuhan
keperawatan selama pasie dirawat.
1.
2. Metode Tim
1. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 group yang jumlahnya 6 -7
orang bekerja sebagai suatu tim dan terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam suatu
grup kecil yang saling membantu.
2. Ketua tim sebagai penanggung jawab melaksanakan fungsi perencanaan, koordinasi, supervisi dan
evaluasi keperawatan. Pengembangan dan revisi rencan keperawatan dilakukan melalui konferensi
secara rutin 15 -20 menit setiap hari.
3. Kelebihan
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
3) Memungkinkan antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim
1. Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
3) Memberikan laporan.
5) Menyelenggarakan konferensi.
1. T
a
n
ggung jawab kepala ruangan
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
b) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas,
e) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala ruangan tidak berada di tempat
3) Pengarahan
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan
pasien
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
b) Melalui supervisi : pengawasan langsung melalui inspeksi dan pengawasan tidak langsung dengan
mengecek daftar hadir ketua tim
5) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
3) Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif.
1. Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yeng memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
1. Konsep dasar metode primer
1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain.
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat.
1. Memimpin rapat
2. Evaluasi kinerja 4. Mendelegasikan tugas
perawat
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada < 100 > 100
Usaha bernafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Penilaian ini dapat dilakukan pada menit pertama setelah lahir dengan penilaian sebagai berikut : 7-10
(baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat), kemudian penilaian selanjutnya
dilakukan setelah lima menit.
Pemeriksaan cairan amnion ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang
jumlah volumenya, apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut
hidramnion sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan tali pusat ini menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri,
adanya tali simpul pada tali pusat atau tidak.
4) Pengukuran Atropometri
a) Berat badan
– Jika ditemukan lebih dari 3500 gram maka bayi dinyatakan macrosomia.
Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami
hidrocephalus dan apabila diameter kepala lebih kecil dari 3 cm dari lingkar dada maka bayi tersebut
mengalami microcephalus.
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Palpasi dan pantau fontanel. Fontanel depan paling lebar dan berbentuk lunak. Fontanel belakang
berbentuk segitiga. Penonjolan fontanel (peningkatan tekanan intrakanial), fontanel yang tertekan
(dehidrasi), penonjolan sutura sagital (molding), kaput sucedaneum (edema pada jaringan akibat traum),
sefalhematoma (perdarahan kerongga periosteum), waspada terhadap penutupan prematur pada sutura
anterior maupun posterior (kraniosinostosis), yang memerlukan pengkajian lebih lanjut.
b) Mata
Inspeksi area mata dan kelopak mata. Mata harus didapati bersih, tanpa drainase, dan kelopak tidak
bengkak.
Waspada terhadap drinase purulen, hal ini merupakan indikasi diperlukannya pengkajian lebih lanjut
terhadap adanya infeksi dan pengobatan.
c) Telinga
Inspeksi telinga luar. Bayi cukup usia mempunyai dua pertiga ujung pinna yang tidak melengkung. Rotasi
telinga harus ada digaris tengah dan tidak mengenai bagian depan atau belakang.
Waspada terhadap telinga yang letaknya rendah, yang berhubungan dengan masalah kongenital yang
beragam.
d) Hidung
Waspada terhadap adanya pernafasan cuping hidung. Jika ada, kaji frekuensi pernafasan, retraksi dan
bunyi mengorok, serta warna kulit. Penentuan karakteristik nadi dengan menggunakan oksimetri dapat
memberikan keterangan lebih lanjut.
e) Mulut
Inspeksi mulut bagian dalam dan palpasi palatum atas. Palatum atas dan bawah biasanya tidak utuh bisa
dilihat saat bayi menangis, atau dipalpasi dengan jari.
Waspada terhadap terbukanya palatum (celah palatum), dan adanya bercak putih pada membran mukosa,
yang tampak seperti penumpukan susu, yang tidak dapat dihilangkan bisa mengidentifikasi jamur
(candida albicans) serta mukus yang berlebihan dapat berhubungan dengan atresia esofagus.
f) Dada
Dada harus berbentuk simetris. Waspada terhadap retraksi (interkostal atau sternal), jika ada kaji
frekuensi pernapasan dan tentukan kebutuhan oksigen pada bayi.
g) Jantung
Auskultasi frekuensi nadi apikal berkisar dari 120-160 kali/menit, tetapi kisaran ini dapat menjadi lebih
rendah dari 100 kali/menit pada saat tidur.
Waspada terhadap bradikardi (<100 kali/menit) atau takikardi (>160 kali/menit).
h) Abdomen
Inspeksi, auskultasi, dan palpasi. Abdomen harus berbentuk datar hingga sedikit melingkar (tanpa
distensi), dan bunyi usus halus dapat didengar pada setiap kuadran. Tali pusat sebaiknya didapati dalam
keadaan kering dan tidak ada kemerahan, rabas atau perdarahan.
Waspada terhadap perdarahan dan/atau drainase yang purulen yang berasal dari tali pusat, yang berarti
membutuhkan peengkajian dan pengobatan lebih lanjut.
i) Genital
Genital biasanya dapat dibedakan secara jelas. Pada laki-laki kedua testis harus dapat diraba pada skrotum
dan waspada terhadap saluran urine pada penis bagian bawah (hipospadia).
j) Punggung
Inspeksi punggung biasanya halus, tidak ada tumpukan rambut pada punggung bawah, terdapat banyak
lanugo.
k) Paha
Inspeksi dan lakukan gerakan Ortolani untuk menemukan adanya dislokasi kongenital pada paha. Cara
melakukan gerakan Ortolani yaitu :
– Letakkan telapak tangan anda pada lutut kiri dan kanan bayi.
– Lebarkan jari telunjuk dan tengah kearah paha, ujung jari anda harus ada diujung atas trokanter
mayor.
– Dengan paha dan lutut yang difleksikan sebesar sudut 90°, angkat ujung persendian paha kearah
asetabulum dan lakukan abduksi dengan lembut.
– Rasakan adanya bunyi klik dibawah ujung jari, jika ada bunyi klik tandanya bayi mengalami
dislokasi paha.
l) Ekstremitas
Inspeksi seluruh ekstremitas seharusnya didapati simetris, dan bergerak dengan serentak, waspada
terhadap pergerakan asimetris, atau tidak ada pergerakan ekstremitas, yang membutuhkan pelaporan dan
pengkajian lebih lanjut.
m) Warna kulit
Inspeksi pantau tanda-tanda jaundis, jaundis dapat dideteksi pertama kali pada wajah, mukosa membran
mulut dan sklera. Keadaan ini dievaluasi dengan cara melakukan pemutihan pada hidung, dahi dan
sternum atau garis gusi. Jika terdapat jaundis maka area tersebut akan muncul warna kekuning-kuningan
dengan cepat setelah pemutihan. Uji laboratorium akan membuktikan kadar bilirubin total. Jaundis dapat
diterapi dengan fototherapi.
Waspada terhadap sianosis bila ada maka memerlukan pengkajian dan pengobatan segera. Pucat mungkin
dihubungkan dengan anemia dan wajah yang memancarkan warna kemerah-merahan dapat
mengindikasikan peningkatan hematrokit (>65%) berkemih dalam 24 jam.
n) Eliminasi
Bayi baru lahir sebaiknya berkemih dan mempunyai pergerakan usus dalam 24 jam setelah kelahiran.
Waspada jika bayi tidak terkaji jumlah cairan yang dikonsumsi dan bukaan uretra. Jika tidak ada keluaran
feses kaji distensi abdomen dan bising usus. Diare dapat menjadi kondisi serius pada bayi. Pantau
karakteristik feses, bekuan darah pada feses (Hematest) dan hilangnya glukosa (Klinites atau uji glukosa
lain).
o) Perilaku
Pemantauan bayi dapat dengan mudah mengisap, dipeluk, diselimuti. Bergerak sepanjang fase tidur.
Waspada terhadap tangisan yang berlebihan, kesakitan, ketidakmampuan berdiam diri, yang mungkin
berhubungan dengan gejala putus obat neonatus.
Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket asuhan keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan dari asuhan keperawatan pada pasien.
NO Aspek Standar
1. Pelayanan Flow of Care – Pasien datang dari ruang vk baik bayi yang lahir spontan, tindakan
2. APGAR vacum ektraksi maupun sectio caesarea. Kemudian masuk keruang
perinatologi di bagian triase dan mendapatkan tindakan.
– AFGAR dihitung dengan kriteria
3. Oksigenasi
8 – 10 : tanpa aspiksia
4. Pemenuhan KDM
0 – 3 : asfiksia berat
6. Perawatan tali pusat
– Catat berat badan setiap hari pada bayi yang dirawat dirumah sakit.
– Bayi baru lahir diberi salep mata antibiotik profilaksis segera setelah
kelahiran dan berikan vit K dengan dosis 0,1 gram segera setelah kelahiran.
– Jika bayi baru lahir dengan indikasi KPD, ketuban hijau diberi
therapi obat antibiotik ampisilin 1 mg/ kg BB 2x sehari (IV/IM)
– Bayi telah menunjukkan tanda vital stabil di boks terbuka selama 24-
48 jam
1. C. Manajement Unit
1. Pelayanan
2. Kriteria minimal ruang rawat inap perinatologi
Ruang inap perinatologi mempunyai kriteria minimal ruangan seperti ruangan harus tetap bersih,
penerangan baik sirkulasi udara cukup, lantai tidak licin, rungan luas. Standart peralatan yang harus ada
diantaranya: inkubator, meja tindakan, boks bayi, tabung oksigen, lampu sorot, lampu biru.
1. Lingkungan kerja
a. Fisik
1) Ruangan
Lingkungan kerja untuk mencapai proses menejerial keperawatan di ruang rawat inap perinatologi
keseluruhan mempunyai: ruang perawatan lengkap dengan tempat tidur / boks dan kamar pojok asi,
ruang perasat, ruang perawat atau nurse station berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala ruangan,
ruang tamu, kamar mandi, ruangan ganti perawat ruang confference, mushola, ruang administrasi, dapur,
gudang, dan depo farmasi.
a) Peralatan
Standart
No Nama barang Ratio pasien : alat
1 – Continual suction 10 :1
– Standart infus 1
– Sterilisator 3:1
– Refrigerator 5:1
– Umbilical set 5 :1
– Timbangan BB 1
2
– Syringe pump 1:2
– Iglo 3:1
– Nebulizer
3 1
– USG
1
– X ray portable
– Bedong 1 : kap tt x 3
– Popok 1 : kap tt x 3
– Handuk 1:4
4 – Barak schort 1: 3
– Perlak 1:2
– Bayal bayi –
– Kasur bayi –
– Sprai bayi –
– Kasur incubator
5
– Troly stainles –
– Tromol besar –
– Manometer –
– Baki alumunium 4
– Korentang Level : 1
– Mithlen Level : 2
– Bengko Level : 1
– Tabubag O2 kecil
b) Bahan Kesehatan
Plester, kasa, betadine, alkohol, savlon, klorin, kapas, cairan infus, obat- obatan emergensi, dan cairan
kimia lainya.
c) Non fisik
– Kegiatan serah terima tugas dan pasien dilakukan pada setiap pergantian dinas dan berorientasi
pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan.
– Media komunikasi antara perawat menggunakan buku laporan, catatan asuhan keperawatan (rekam
medis), buku ronde, white board.
TAHUN 2009
A. GAMBARAN UMUM
1. a. Telaah Visi:
Rumah Sakit yang berkinerja terbaik yaitu mempunyai penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan,
ketenagaan yang profesional, standar peralatan yang sesuai dengan kondisi RS tipe B non pendidikan,
pelayanan kesehatan yang terpadu.
1. c. Telaah Misi
Medis prima :
Suatu pelayanan yang diberikan secara komprehensif.
SDM Profesional :
Bertanggung jawab terhadap tindakan, bertanggung gugat, respectable.
Sarana dan prasarana yang memadai:
Sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan.
– Meningkatkan peran serta masyarakat dalam memacu kinerja rumah sakit untuk menunjang
masyarakat Sumedang sehat
– Pelayanan keperawatan
– Pelayanan rujukan
Telaah Visi:
a) Tenaga keperawatan S1
c) Bertanggung gugat
d) Respectable
2) Pelayanan unggul: aman, mudah, terjangkau, ramah, dan bermutu
3) Penerapan MPKP:
b) Metode penugasan : metode tim (lebih banyak diidentifikasi), metode primer, metode case study
c) Metode tim :
– Pada aspek struktur : ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah pasien sesuai
dengan derajat ketergantungan pasien, jenis tenaga disuatu ruang, yaitu kepala ruangan, clinical care
manager (CCM), perawat primer (PP), dan perawat associate (PA) serta standar rencana keperawatan.
– Pada aspek proses : ditetapkan penggunaan metode modifikasi perawatan primer merupakan
kombinasi kedua metode tim dan primer, diharapkan kontinuitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada keperawatan primer. Pelayanan keperawatan sebagai inti dari praktek
keperawatan professional menuntut kemampuan perawat untuk dapat berperan sebagai pengolahan
pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan MPKP sehingga mutu pelayanan asuhan keperawatan dapat
ditingkatkan.
– 2010 : tujuan tersebut maksimal dicapai pada akhir bulan Desember 2010
1. b. Misi Bidang Keperawatan
1) Meningkatkan profesionalisme SDM keperawatan
Telaah :
a) Memiliki kompetensi keilmuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan latihan.
Menerapkan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan dalam setiap intervensi keperawatan
Benar dan tepat dalam merencanakan kebutuhan peralatan dalam mendayagunakan peralatan
keperawatan, laporan berkala dan laporan khusus tentang pendayagunaan pemeliharaan dan perbaikan
sarana dan peralatan keperawatan.
Tercapainya tingkat kesejahteraan pada tenaga keperawatan. Tingkat kesejahteraan mencakup pangan,
pendidikan, kesehatan dan seringkali diperluas kepada perlindungan social lainya seperti kesempatan
kerja, perlindungan hari tua, keterbatasan dari kemiskinan dan sebagainya.
Kreatif adalah :
a) Kemampuan berfikir untuk meraih hasil-hasil yang variatif dan baru semungkinkan diaplikasikan
baik dalam bidang keilmuan maupun praktek keperawatan.
b) Mampu meningkatkan hubungan yang baik antara dirinya dan lingkunganbaik secara material
maupun psikis.
d) Pelayanan yang dimana perawat itu terlibat tatanan dan mampu bereksplorasi dan melengkapi hasil
penelitian disamping melakukan penelitian sendiri.
Telaah : ”Pelayanan asuhan keperawatan yang komperhensif dalam meningkatkan kualitas dan
kelangsungan hidup semua bayi baru lahir dengan metode standar asuhan keperawatan profesional.
Telaah :
1) Tindakan Pencegahan
Melaksanakan tindakan keperawatan terhadap semua Bayi baru lahir sesuai dengan SOP dan SAK untuk
meminimalisasi adanya resiko tinggi terjadinya kegawatan neonatus.
2) Tindakan Pengobatan
Indikasi pengobatan sesuai dengan keadaan dan gangguan yang didapatkan pada bayi baru lahir resiko
tinggi atas kolaborasi dengan dokter.
3) Rehabilitasi
Pemulihan kesehatan bayi beresiko didasarkan pada perawatan yang prima dan pemenuhan KDM secara
continue.
1. b. Basis Intervensi
Basis intervensi ruang rawat inap Melati yaitu Memberikan pelayanan perinatal yang professional melalui
tindakan- tindakan pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi pada bayi beresiko tinggi sehingga tercapai
kondisi perinatal yang optimal dan mempunyai kualitas hidup yang baik, sesuai dengan misi ruang Melati.
1. c. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan adalah pemenuhan dasar manusia.
Berdasarkan fokus telaah, maka lingkup garapan ruang inap perinatologi adalah memberikan pelayanan
secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan
segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah/gangguan fisiologis pada satu atau berbagai
sistem tubuh yang dialami bayi baru lahir.
a) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir dan meningkatkan sumberdaya manusia berkualitas.
a) Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi
d) Pembuatan keputusan
1. 5. Data BOR
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 24-29 Agustus 2009 didapatkan hasil RGP sebanyak 57 bayi dan
RGK sebanyak 60 bayi. Maka penghitungan BOR sebagai berikut :
6 x 18
= 55,55 %
6x9
= 105,55 %
Angka Kelahiran
No Bulan Jumlah
1 Juni 265
2 Juli 302
3 Agustus 335
Angka Kematian
No Bulan Jumlah
1 Juni 19
2 Juli 16
3 Agustus 24
1. 6. Sumber Daya
2. Sumber ketenagaan/SDM
Ketenagaan yang ada diruang Melati sebanyak 20 orang yang terbagi dalam 3 tim, dengan tingkat
pendidikan S.Kep, Ners sebanyak 1 orang, D3 sebanyak 14 orang, SPK sebanyak 4 orang dan 1 orang staf
administrasi.
a) Menurut Douglas
Sesuai dengan klasifikasi derajat ketergantungan pasien, pasien di Ruang Melati adalah sebagai berikut :
Jumlah = 5,72 = 6
Jumlah = 4,46 = 4
Jumlah = 2,88 = 3
Menurut perhitungan Douglas di Ruang Melati dibutuhkan 13 orang perawat dalam 24 jam untuk merawat
pasien, sehingga jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan ditambah lagi dengan kepala ruang 1, PP 3,
jadi jumlah keseluruhannya adalah 17 orang.
Level I = 55,55 %
Level II = 105,55 %
Jam efektif :
Kriteria pasien :
Jumlah = 90 jam
Jadi jam efektif = 90
19
= 4,7 jam
X=
X=
(365 – 56 – 14 – 12) x 7
8576,6
1981
Menurut perhitungan Gillies maka jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati pada level I adalah 4
orang.
X=
(365 – 56 – 14 – 12) x 7
32592,7
1981
Menurut perhitungan Gillies maka jumlah perawat yang dibutuhkan di Ruang Melati pada level II adalah
16 orang.
Total kebutuhan perawat level 1 + level 2 = 4+16 = 20 orang ditambah 3 orang PP jadi keseluruhannya 23
orang
c) Menurut Depkes
Klasifikasi pasien :
Perawatan minimal : 4 orang
Jumlah = 90 jam
= 90
7
= 12,8 (A)
= 52 + 12 + 14 x 12,8
365- (52+12+14)
= 78 x 12,8
287
= 3,47 (B)
= (A + B) x 25 %
= (12,8 + 3,47) x 25 %
= 4,06 (C)
=A+B+C
= 20,33
Jadi menurut perhitungan Depkes, di ruang Melati dibutuhkan 20 orang perawat dalam 24 jam untuk
merawat pasien, sehingga jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan ditambah lagi dengan PP 3 orang,
seharusnya adalah 23 orang.
Jumlah tenaga di Ruang Melati terdiri dari 19 orang, dengan distribusi sebagai berikut :
Pengkajian pada tanggal 24 sampai 27 Agustus 2009 didapatkan jumlah pasien 80 orang dengan
perincian :
a) Menurut Douglas
Jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 17 orang, berarti jumlah perawat yang ada sudah mencukupi.
b) Menurut Gillies
Dengan jam efektif 4,7 jam didapatkan kebutuhan perawat 23 orang sehingga Ruang Melati belum
tercukupi tenaga keperawatanya.
c) Menurut Depkes
Kebutuhan tenaga perawat di ruang Melati sebanyak 23 orang sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan
belum mencukupi.
Gambaran kualitas tenaga perawat di Ruang Melati seperti pada tabel berikut:
3. SPK 4 15,78 PA
Jumlah 19 100
Perawat yang telah mengikuti pelatihan penatalaksanaan ruang perinatologi sebanyak 3 orang dari 19
orang perawat. Perlu adanya dan merekomendasikan untuk mengikutsertakan dalam pelatihan.
3 Lampu sorot 6
4 Incubator 9
5 Standart infuse 6
6 Trombol gas kecil 1
8 Kom tutup 9
11 Thermometer axial 3
12 Bengkok 4
13 Korentang 2
14 Timbangan bayi 2
15 Meteran 2
16 Stetoskop besar 3
17 Stetoskop kecil 3
19 Gunting perban 2
20 Klem koher 1
21 Kleam pean 1
22 Mitlhen 1
23 Pinset anatomi 2
24 Pencukur rambut 2
25 Ambu bag 1
26 Laringoskop 1
27 Masker O2 4
28 Infant masment 1
29 Ambulanct incubator 1
30 Infus pam 1
31 Thermometer elektrik 3
32 Thermometer rectal 1
33 Sterilisator 11
34 Peripanatom 1
35 Arteri klem 2
36 Kom kecil 2
37 Bak instrument 1
Alat-alat tenun
7 Bantal bayi 24
8 Bantal besar 5
9 Fltrase 9
14 Handuk sedang 7
15 Kasur besar 2
16 Kasur bayi 34
18 Kelambu kelas I 15
19 Sprei bayi 51
33 Masker lap 12
34 Whizak putih 49
35 Whizak hijau 6
36 Whizak pink 13
38 Kasur inkubator 10
39 Stik laken 4
41 Selimut besar 2
Interaksi klien berlangsung pada keluarga klien ketika keluarga klien menjenguk klien, dan ketika klien di
pindahkan ke ruangan RGK perawat memberikan penkes pada ibu tentang perawatan tali pusat setelah
bayi pulang
Dari hasil pengamatan, proses komunikasi berjalan dengan baik, komunikasi berjalan 2 arah, pengambilan
keputusan dilakukan dengan bermusyawarah. Komunikasi antara perawat dilakukan baik dengan verbal
yaitu dengan cara operan dan non verbal yaitu dilakukan dengan menulis melalui buku laporan.dan operan
juga hanya kadang-kadang dilakukan. Serah terima pasien dilakukan secara langsung dan kadang-kadang
hanya dilakukan nursing area saja.
– Dengan dokter komunikasi bersifat sosial dan komunikasi yang berhubungan dengan pasien
bersifat delegatif dan belum kolaboratif.
1. 7. Dokumen
2. Aplikasi proses keperawatan
Di ruang melati pendokumentasian meliputi : Pendokumentasian dalam status pasien serta laporan per
tim, Format laporan per tim : tanggal, nama pasien, dokter penanggung jawab, keterangan berisi
implementasi. Adapun format-format pendokumentasian sebagai berikut
RM 1
Berisikan ringkasan masuk klien sampai keluar dimana di dalamnya meliputi : no dokumen medic, no.
register RSU, identitas klien meliputi: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat lengkap, agama, jenis
kelamin, status perkawinan, tanggal masuk, tanggal keluar, ruang perawatan, diagnosa masuk, lama
dirawat, diagnosa medis, tindakan yang akan dilakukan, golongan darah, tanda tangan dokter yang
merawat.
RM 3
Berisikan tentang anamnesa pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, no RM, tanggal masuk, Ruangan,
kelas, keluhan utama , riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit keluarga.
Pemeriksaan fisik biasanya diisi oleh dokter di mana meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan
diagnosa beserta pengobatanya dan tanda tangan dokter yang merawat.
RM 4
Berisikan tentang lembaran observasi meliputi grafik untuk observasi tanda-tanda vital meliputi : suhu
tubuh, nadi, nafas, tekanan darah, BB, catatn input dan output.
RM 5
RM 5 berisikan perjalanan perkembangan penyakit dan pengobatan dalam RM 5 di isi oleh dokter yang
merawat selama di ruangan, dimana isinya meliputi : No RM, tanggal masuk, Ruang, kelas, nama, umur,
jenis kelamin, tanggal, perjalanan penyakit, pengobatan dan tindakan dan tanda tangan dan nama jelas
dokter.
RM 6
1. Identitas pasien :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, alamat.
1. Riwayat kesehatan
Keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan yang lalu,riwayat kesehatan keluarga.
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tekanan darah, suhu, respirasi, nadi
Berisikan tentang asuhan keperawatan: no, tanggal, jam, diagnose, rencana keperawatan: tujuan dan
rencana, tindakan keperawatan, evaluasi dan tanda tangan perawat penanggung jawab.
RM 6.4
Catatan perkembangan meliputi : diagnosa, data subjektif dan objektif, analisa, planning, implementasi di
bagi menjadi 3 shiff, dan evaluasi.
RM 9
Dimana isinya tentang daftar istimewa pasien meliputi: jam, suhu, resprasi, nadi, tekanan darah,
kesadaran, pemberian per OS, Cairan intra vena, Diuresis, muntah dan keterangan.
RM 15
Surat keterangan kelahiran dimana di dalamnya berisikan pernyataan kelahiran.
1. Pengkajian keperawatan
Anamnesa : dilakukan pada ibu diruang VK sebelum melahirkan dikaji tentang HPHT, riwayat kehamilan,
nama ibu/ayah, umur ibu/ayah, pekerjaan ibu/ayah, alamat serta cap jempol ibu.
Pengkajian fisik bayi baru lahir dilakukan oleh perawat meliputi : APGAR Skore, mengukur berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas, mengambil cap kaki bayi serta memberikan
peneng pada bayi
Dari hasil study sebanyak 10 askep, didapatkan 95 % Perawat kurang mengkaji aspek masalah yang
dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.
1. Diagnosa keperawatan
Didapatkan 3 diagnosa yang sama pada semua pasien baru yang sudah menjadi standar asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir diruangan melati RSUD Sumedang.
Dari hasil study sebanyak 10 askep didapatkan 90% Diagnosa keperawatan sudah mencerminkan PE/PES.
1. Perencanaan keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dicatat sebelum pasien masuk ke ruangan, Dari hasil study sebanyak 10
askep didapatkan 100% Intervensi keperawatan mencantumkan kriteria waktu dan kriteria hasil, serta
Intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan.
1. Tindakan keperawatan
Didapatkan 92,3% dalam implementasi perawat kurang mengobservasi respon pasien terhadap tindakan
keperawatan terhadap beberapa yang tidak dilakukan revisi berdasarkan hasil evaluasi. Dari hasil
observasi terhadap implementasi keperawatan didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien mayoritas merupakan tindakan delegatif dari dokter
1. Evaluasi keperawatan
Dari hasil obervasi didapatkan 100% evaluasi dibuat dalam bentuk SOAP, mencantumkan data subjektif
dan objektif pasien, asessment dan planning.
a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawat serta tenaga lain sesuai kebutuhan.
b) Mengatur dan menyusun daftar dinas tenaga keperawatan, sesuai peraturan yang berlaku.
d) Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan standart.
h) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lainya yang diperlukan
ruangan.
i) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai
m) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang rawat lain, kepala bidang.koordinator
perawatan, kepala seksi, kepala instalasi dan tim kesehatan lainya
n) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yan baik antara klien, keluarga, dan petugas sehingga
memberikan ketenangan
r) Tugas kepala ruangan yang sudah dipaparkan di atas dimana sebanyak 14 pertanyaan kepala
ruangan selalu melakukan, dan 3 di antara pertanyaan lainya kepala ruangan, kepala ruangan kadang-
kadang melakukanya dimana tugas no. 5,7 dan 17.
3) Fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian dimana dalam point ini tugas kepala ruangan
meliputi :
a) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan askep yang telah ditentukan
b) Melakukan penilain kinerja tenaga keperawtan yang berada di bawah tanggung jawabnya
c) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga perawat, peralatan dan obat-obatan
f) Membuat laporan tahunan kegiatan pelayanan keperawatan di ruangan. Di mana dari 6 tugas terebut
kepala ruangan melakukan tugas tersebut shingga pada point fungsi pengawasan, pengendalian dan
penlaian mendapatkan presentasi 100%
1. Pendokumentasian
Dari hasil obervasi didapatkan 82% pencatatan sudah ditulis dengan jelas dan ringkas, Setiap melakukan
tindakan/kegiatan, perawat sudah mencantumkan kadang di paraf dan kadang tidak, dalam penulisan
nama jelas perawat jarang mencantumkan tanggal dan jam saat dilakukannya tindakan.
Ruang VK/OK
Triase
– APGAR
– Dibersihkan
– Dihangatkan
– Pengkajian fisik
Resusitasi
RGP
RGK
Jika membaik
Jika
me
mb
uru
k
p
l
a
n
n
Pulang i
n
g
Perencanaan pasien pulang merupakan tanggung jawab dokter, pasien dibolehkan pulang apabila pasien
dalam keadaan normal, reflek menyusu baik dan dengan persetujuan dokter.
Sebelum pasien pulang diberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga agar dapat melenjutkan perawatan
bayi dirumah dengan baik, Selama waktu pengkajian pada beberapa pasien mau pulang diberikan
penyuluhan tentang perawatan tali pusat, pentingnya asi, cara/posisi memberikan asi yang baik, serta cara
memandikan bayi. Penyuluhan diberikan oleh perawat, bidan, atau mahasiswa yang sedang praktek
dilakukan diruangan RGK atau diruang transit pada saat pasien mau pulang.
1. Implementasi
PENGKAJIAN
– Penggunaan air untuk mandi klien, dalam 1 baskom kecil di gunakan untuk
bersama-sama (untuk klien yang diseka).
ANALISA DATA
– Riwayat kehamilan
– ANC
– Skala Deboik
– APGAR score
– Reflek
– Head to too
Perumusan Masalah
No ANALISIS MASALAH
Berdasarkan hasil pengkajian selama 1 minggu di temukan Resiko tinggi terjadinnya infeksi nasokomial
1. problem infeksi nosokomial yang ditandai dengan : dikarenakan kurangnya fasilitas untuk
2. Kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan menerapkan kewaspadaan universal
tindakan jarang dilakukan oleh perawat. Hal ini Belum optimalnya implementasi keperawatan
sangat bertentangan dengan tindakan idealnya disebabkan karena kurangnya sarana dan
3.
bahwa mencuci tangan harus di lakukan sebelum prasarana ruangan.
ataupun sesudah melakukan tindakan.
Untuk penggunaan sarung tangan hampir 85%
4. menggunakan sarung tangan walaupun ada sebagian Belum optimalnya pengelolaan ruangan sesuai
perawat yang tidak menggunakan sarung tangan dengan standar MPKP
ketika membersihkan bayi baru lahir.
Berdasarkan hasil pengamatan hal tersebut bisa
terjadi oleh beberapa faktor salah satu di antaranya : Belum sesuainya pengkajian asuhan
1. Kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya keperawatan sesuai standart berhuungan
mencuci tangan dengan belum tersedianya alat pengkajiana
2. Karena padatnya pasien yang datang
3. Kurangnya sumber daya manusia di ruangan
Pada pasien di triase pemberian nutrisi
menggunakan sendok, dari banyak pasien
menggunakan hanya dengan satu sendok.
Pada ruangan RGP terdapat incubator yang jaraknya
kurang dari 1 meter
Dalam satu incubator kadang-kadang berisi 2 pasien
yang memiliki kelainan penyakit seperti pasien yang
hiperbilirubin disatukan dengan pasien BBLR
Incubator yang telah dipakai tidak pernah disterilkan
dahulu sebelum dipakai bayi yang lain
Dari data yang di temukan sebagaimana terpapar di atas, bisa
disimpulkan bahwa hal tersebut dapat terjadi karena adanya
berbagai hal atau kekurangan yang di miliki di antaranya :
R ( Resources ) : sumber daya yang ada ( manusia, dana, alat dan lain-lain )
Keterangan bobot :
1. 1. Sangat rendah
2. 2. Rendah
3. 3. Cukup
4. 4. Tinggi
5. 5. Sangat tinggi
BAB IV
Intervensi
Kegiatan Sumber
No Masalah Tujuan Strategi Operasional Daya
Waktu
Tupan : 1. Perencanaan
Belum 1. Koordinasi dengan kepala
Pengisian pembuatan draf
optimalnya ruangan mengenai penerapan
asuhan pengkajian neonatus 1. Kepal
pengisian asuhan standart asuhan keperawatan
keperawatan sesuai standar, 5, 6, 7, 8 1. Maha
keperawatan 2. Pembuatan standart pengkajian
bisa dilakukan menambahkan dan 9 PPN S
sesuai standart pada neonatus
secara referensi dan September Cireb
pengkajian 3. Sosialisasi tentang standar
lengkap mengkonsulkan draf 2009 1. Peraw
perinatologi pengkajian pada neonatus
pengkajian neonatus 10 ruang
1. Rasiko tinggi 1. Memasangkan gambar cara
kepada pembimbing september 1. Kepal
2. terjadinnya Tupen : mencuci tangan yang benar
lapangan, kepala 2009 1. Peraw
infeksi 2. Resosialisasi protap tentang
ruangan dan ruang
nasokomial pencegahan infeksi
supervisior ruang 1. Maha
3. dikarenakan Proses 1. Penyediaan sarana dan prasarana
melati. 10 prakte
kurangnya pengisian tindakan pencegahan infeksi
2. Lakukan sosialisasi september 1. Kepal
pasilitas untuk asuhan 1. Pembuatan struktur organigaram
4. pengkajian neonatus 2009 2. Peraw
menerapkan keperawatan sesuai dengan pembagian tim
pada seluruh perawat ruang
kewaspadaan sesuai dengan 2. Pembuatan papan ronde piket
ruangan . 3. Maha
universal standar 3. Mensosialisasikan pre dan post 11
3. Tempatkan standart prakte
pengkajian conprence september
pengkajian neonatus 1. Kepal
perinatologi 1. Pembuatan protap yang 2009
Belum pada setiap meja 2. Peraw
dibutuhkan dalam pemantauan
optimalanya perawat ruang
cairan IVFD
pengelolaan Tupan : 4. Menempelkan 3. Maha
2. Pembuatan protap pemantauan
ruangan sesuai tentang tata cara prakte
suhu incubator
dengan standart melakukan
3. Pembuatan papan observasi
Infeksi pengkajian neonatus
MPKP nasokomial di dekat meja
tidak terjadi tindakan.
5. Mengusulkan pada
Belum kepala ruangan untuk
optimalanya Tupen : memeriksa setiap
perawat askep yang sudah
melakukan dikerjakan
tindakan Selama
6. Memberdayakan
keperawatan implementasi
mahasiswa praktek di
disebabkan mahasiswa
ruang melati untuk
karena kurangnya praktek
melakukan
sarana dan manajement
pengkajian pada bayi
prasarana ruangan keperawatan,
baru lahir
pencegahan
7. Koordinasi dengan
infeksi
kepala ruangan untuk
nasokomial
memotivasi perawat
dilaksanakan
agar melakukan
dengan baik
pengkajian secara
ditanda
lengkap pada bayi
dengan:
baru lahir.
1. Tingkatkan
– Mencuci kerjasama dengan
tangan pihak yang
sebelum dan berwenang dalam
sesudah mensosialisasikan
melakukan protap pencegahan
tindakan infeksi nasokomial
2. Anjurkan
pelaksanaan protap
– pencegahan infeksi
Penggunaan terhadap tenaga
sarung tangan kesehatan
100% dalam 3. Penempelan protap
melakukan tata cara mencuci
penanganan tangan 10 benar
bayi baru 4. Menempelkan label
lahir. medis dan non medis
pada tempat sampah
1. Tingkatkan
– jarak kerjasama dengan
antara kepala ruangan untuk
incubator 1 memantau post dan
meter pre conprence
2. Memantau waktu
– pulang
menyeterilan 1. Menempelkan protap
dalam memantau
incubator
cairan IVFD
sebelum
digunakan 2. Menempelkan protap
pasien pemantauan suhu
incubator
3. Memasang papan
Tupan: observasi
Pengelolaan
ruangan
sesuai dengan
stndart MPKP
Tupen :
Selama
implementasi
mahasiswa
praktek
diharapkan
pengelolaan
rangan dapat
optimal yang
ditandai
dengan :
–
Pembagian
tugas oleh
ketua tim,
kepada
anggota tim
supaya
berjalan
dengan baik
–
Operan selalu
dilakukan
setiap hari
Tupan :
Tindakan
keperawatan
data
dilakukan
secara optimal
Tupen:
Selama
dikakukan
implementasi
mahasiswa
praktek
diharapkan
tidakan
keperawatan
dapat
dilakuakn
dengan
optimal
ditandai
dengan :
–
Pemantauan
cairan IVFD
–
Pemantauan
TTV setiap 2
jam
–
Mencatat
setiap
tindakan yang
sudah
dilakukan
pada lembar
observasi
–
Memantau
suhu
inkubator
1. Dari
pengkajian
bayi baru
lahir 6 format
terisi lengkap
sesuai acuan
dan 2 format
tidak terisi
pada bagian
1. Menerima pasien baru riwayat
sebanyak 8 bayi baru lahir penyakit,
dilakukan pengkajian pada riwayat
sesuai dengan format imunisasi dan
Jumat, 11 untuk pengkajian pemeriksaan
September neonatus. fisik bagian
2009 2. Mensosialisaikan kembali kepala, dan
format pengkajian pada nadi. Pada
perawat asosiet yang skala
bertugas shift siang dan dubowit dan
shift malam maturitas
fisik dan
grafik
lubchenkco
tidak terisi.
2. Perawat
asosiet yang
bertugas
siang
mendapat
penjelasan
tentang
pengkajian
menggunaka
n format
yang baru
dengan
antusias,
perawat
mulai
menerapkan
pada saat
menerima
bayi baru
lahir, tetapi
hasilnya
belum
maksimal
karena
mereka
masih
bingung dan
kondisi bayi
asfiksia
sedang,
sehingga
pengkajian
ditunda
sampai
kondisi bayi
membaik.
1. Dari 8 format
pengkajian 5
terisi lengkap
sesuai
dengan
kondisi bayi
baru lahir 2
format tidak
terisi
lengkap, satu
format belum
diisi lengkap
karena
Sabtu, 12 Menerima pasien baru sebanyak 8 bayi menurut
september baru lair mengevaluasi kelengkapan perawat yang
2009 format pengkajian neonatus shift kondisi
bayi belum
stabil dan
nilai Apgar 5
pada menit
pertama dan
7 pada menit
kelima dan
kesepuluh,
fengkajian
fisik ditunda
menunggu
kondisi bayi
stabil.
Rasiko tinggi terjadinnya
infeksi nasokomial
dikarenakan
kurangnya pasilitas untuk
menerapkan kewaspadaan
universal atau komitment
kewaspadaan universal Kepala ruangan
ditandai dengan : menyetujui protap
– protap
pencegahan
Kegiatan mencuci infeksi dan
tangan sebelum 1. Melakukan rapat dengan penyediaan sarana
melakukan tindakan kepala ruangan tentang dan prasarana
jarang dilakukan pembuatan protap tindakan
oleh perawat. Hal ini pencegahan infeksi dan pencegahan
sangat bertentangan penyediaan sarana dan infeksi.
dengan tindakan prasarana tindakan Dilaksanakan oleh
idealnya bahwa pencegahan infeksi sesuai mahasiswa
mencuci tangan kebutuhan. STIKes Cirebon.
harus di lakukan 2. Menempelkan protap Perawat mulai
sebelum ataupun penatalaksanaan cara melaksanakan
sesudah melakukan mencuci tangan 10 protap pencegahan
tindakan. langkah. infeksi dengan
1. Penggunaan sarung tangan
Untuk penggunaan cara mencuci
steril sebelum melakukan tangan sebelum
sarung tangan
tindakan dapat mengurang dan sesudah
hampir 85%
infeksi silang penyebab tindakan.
menggunakan sarung
infeksi nosokomial. Protap cuci tangan
tangan walaupun ada
1. Memberikan gambaran telah dibuat
sebagian perawat
Kamis , pada perawat pelaksana
yang tidak
10 bahwa menggunakan satu Pearawat
3 menggunakan sarung pelaksana dan
september sendok makan untuk bayi
tangan ketika mahasiswa yang
2009 lebih dari satu dapat
membersihkan bayi memberikan
menyebabkan infeksi
baru lahir. tindakan terhadap
nosokomial.
Berdasarkan hasil pengamatan bayi baru lahir,
1. Merekomendasikan
hal tersebut bisa terjadi oleh melaksanakan
kepada kepala ruangan
beberapa faktor salah satu di cuci tangan
untuk penataan kembali
antaranya : sebelum dan
jarak incubator 1 meter.
1. Merekomendasikan sesudah tindakan
kepada kepala ruangan serta
1. Kurangnya menggunakan
kesadaran agar tidak menempatkan
bayi dalam satu inkubator sarung tangan
perawat akan steril sebelum
pentingnya pada pasien yang memiliki
penyakit infeksi melakukan
mencuci tangan tindakan.
2. Karena 1. Merekomendasikan
kepada perawat pelaksana Pemberian nutrisi
padatnya pasien
untuk menyeterilkan untuk bayi di
yang dating
incubator terlebih dahulu triase sudah
3. Kurangya
untuk incubator yang telah menggunakan satu
sumber daya
dipakai. sendok satu bayi.
manusia di
ruangan Penyeterilan
incubator dengan
Pada pasien di triase
menggunakan
pemberian nutrisi
caran desinfektan
menggunakan
telah dilakukan
sendok, dari banyak
pasien menggunakan
hanya dengan satu
sendok.
Pada ruangan RGP
terdapat incubator
yang jaraknya
kurang dari 1 meter
Dalam satu incubator
kadang-kadang berisi
2 pasien yang
memiliki kelainan
penyakit seperti
pasien yang
hiperbilirubin
disatukan dengan
pasien BBLR
Incubator yang telah
dipakai tidak pernah
disterilkan dahulu
sebelum dipakai bayi
yang lain
Dari data yang di temukan
sebagaimana terpapar di atas,
bisa disimpulkan bahwa hal
tersebut dapat terjadi karena
adanya berbagai hal atau
kekurangan yang di miliki di
antaranya :
1. Optimalk
pelaksana
1. Struktur organigram telah
terima pre
dibuat, papan ronde
comfrenc
keperawatan telah berjalan ada
1. Koordinasi dengan adanya pe
pembagian jadwal serta
kepala ruangan tugas dan
tugasnya masing-masing, visi
mengenai pembuatan saat opera
misi dan falsafah telah
struktur organigram dan 2. Adanya k
terpasang, kegiatan timbang
Belum pembuatan ronde untuk jam
terima dilaksanakan belum
optimalanya keperawatan sesuai shift dinas dan
optimal baik pre dan post
pengelolaan 2. Koordinasi dengan dinas bag
Senin, 14 comfrence, karena ketidak
ruangan kepala ruangan jadwal ya
4. September tepatan jam datang dan jam
sesuai mengenai protap dibakukan
2009 pulang.
dengan timbang terima pre dan 3. Rekomen
2. Belum adanya pembagian
standart post comfrence untuk pem
ruangan menurut fungsinya
MPKP 3. Merekomendasikan ruangan s
masing-masing Kepala ruangan
kepada kepala ruangan fungsinya
setuju dengan rekomendasi
untuk membuat ruangan untuk rua
ruangan pojok ASI, tapi karena
pojok ASI dan dan ASI dan k
berhubung ruang melati sedang
ruangan konsultasi 4. Rekomen
mengalami renovasi maka
pembuata
rekomendasi hanya jadi bahan
organigra
pertimbangan.
dengan tu
wewenan
1. D. PEMBAHASAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep-konsep
manajemen yang di dalamnya meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang meliputi
orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto, 2006). Manajemen keperawatan dan
kepemimpinan merupakan hal yang saling berkaitan. Proses kepemimpinan dan manajemen keperawatan
didasarkan pada pendekatan ilmiah yang disebut metode pemecahan masalah (problem solving). Adapun
fungsi dari metode ini adalah meningkatkan keberhasilan seorang manajer dalam meningkatkan
keberhasilan dalam manajemen situasi yang unik(Monica,1998). Manajemen keperawatan di ruang
perinatologi meliputi manajemen unit dan manajemen asuhan dengan penerapan metode MPKP.
Pelaksanaan manajemen keperawatan di Ruang melati (perinatologi) meliputi penerapan manajemen
asuhan dan manajemen unit dengan objek kajian bayi baru lahir yang normal dan beresiko yang
dikelompokan berdasarkan level. Sesuai hasil kegiatan pengkajian dan evaluasi praktek manajemen
keperawatan di Ruang Melati RSUD Sumedang yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners S 1 Keperawatan STIKes Cirebon mulai tanggal 24 Agustus sampai 17 September 2009 selama 21
hari akan membahas permasalahan yang didapat sesuai prioritas dengan pendekatan problem solving
meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun permasalahan diantaranya adalah:
Berdasarkan hasil pengkajian selama 3 hari dari tanggal 10 September 2009 pukul 08.30 WIB sampai 12
september 2009 pukul 20.00 WIB didapatkan sebanyak 22 bayi baru lahir:
Pada tanggal 10 September 2009 terdapat 8 bayi baru lahir, di mana pengisian askep pengkajian yang
terisi lengkap sebanyak 6 askep, dan 2 buah askep yang tidak terisi lengkap
Tanggal 11 September 2009 terdapat 6 bayi baru lahir. Dari pengkajian bayi baru lahir 4 format terisi
lengkap sesuai acuan dan 2 format tidak terisi pada bagian riwayat penyakit, pada riwayat imunisasi dan
pemeriksaan fisik bagian kepala, dan nadi. Pada skala dubowik dan maturitas fisik dan grafik lubchenkco
tidak terisi. mana pengisian askep sudah di isi lengkap.
Tanggal 12 september 2009 terdapat 8 bayi baru lahir dari evaluasi pengkajian sebanyak 5 format yang
suadak diisi lengkap 2 format tidak tidak tercantum identitas orang tua secara lengkap dan pada skala
dubowit dan grafik lobchenco, 1 format tidak mencantumkan hasil tanda-tanda vital dan ketidak
lengkapan pengisian pemeriksaan fisik.
Menurut terori ( Dona L. Wong,2002 ) pengkajian fisik merupakan suatu proses berkelanjutan, dari
pemeriksaan fisik seorang perawat dapat merumuskan suatu diagnose keperawatan dan dapat
mengevaluasi keefektifan intervensi teurapeutik. Karena perbedaan-perbedaan penting dalam pengkajian
fisik terhadap bayi baru lahir, sehingga pengkajian fisiknya dilakukan secara terpisah. Berdasarkan teori di
atas maka penulis berinisiatif untuk membuat pengkajian lengkap pada bayi baru lahir dan di terapkan di
ruangan melati, guna mengkaji keadaan fisik bayi baru lahir agar kelainan yang di alami oleh bayi baru
lahir dapat tertanggulangi lebih cepat dan dapat merencanakan tindakan / intervensi selanjutnya.
Dalam protap pengkajian yang penulis buat juga mencakup skala duboit dan grafik lubchenko dimana
skala ini juga sangat dan pengkajian masa gestasi merupakan kriteria penting karena morbiditas dan
mortilitas perinatal berhubungan dengan usia gestasi dan berat badan janin dan salah satu yang paling
sering digunakan tentang usia penentuan usia gestasi berdasarkan pada temuan fisik dan neurologic. Dan
hasil evaluasi sebayak 81,8 % format pengkajian fisik diisi secara lengkap sesuai dengan kondisi bayi baru
lahir format belum terisi lengkap sekitar 18,2 %. Jadi rata – rata dalam pengisian pengkajian neonatus
adalah diisi lengkap yaitu 85,65 % dan yang diisi tidak lengkap yaitu 14,2 %.
2. Rasiko tinggi terjadinnya infeksi nasokomial dikarenakan kurangnya pasilitas untuk menerapkan
kewaspadaan universal atau komitment kewaspadaan.
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 24 – 29 september kami menemukan problem resiko tinggi
infeksi nasokomial di antaranya:
Kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan jarang dilakukan oleh perawat.
Untuk penggunaan sarung tangan hampir 85% menggunakan sarung tangan walaupun ada sebagian perawat yang tidak
menggunakan sarung tangan ketika membersihkan bayi baru lahir.
Pada pasien di triase pemberian nutrisi menggunakan sendok, dari banyak pasien menggunakan hanya dengan satu
sendok.
Pada ruangan RGP terdapat incubator yang jaraknya kurang dari 1 meter.
Dalam satu incubator kadang-kadang berisi 2 pasien yang memiliki kelainan penyakit seperti pasien yang hiperbilirubin
disatukan dengan pasien BBLR.
Incubator yang telah dipakai tidak pernah disterilkan dahulu sebelum dipakai bayi yang lain
Resiko tinggi infeksi nosokomial ini penting untuk di bahas karena infeksi nosokomial dapat menimbulkan
masalah lebih lanjut, karena pada bayi baru lahir masih sangat rentan sekali terkena infeksi selain
mencegah infeksi terhadap bayi baru lahir juga sebagai proteksi diri terhadap penyakit yang di bawa oleh
pasien.
Dimana di ruang perinatologi beberapa perkiraan yang dapat menimbulkan infeksi nosokomial
diantaranya :
1. Infeksi nasokomial merupakan suatu infeksi yang timbul atau di dapat pada waktu pasien / bayi baru lahir di rawat
dirumah sakit terutama di ruang perinatologi.
2. Infeksi ini timbul sebagai akibat seringnya di lakukan tindakan seperti member minum personde, pengambilan
darah dan pemasangan infuse.
Beberapa prinsip untuk mencegah infeksi nasokomial:
– Cuci tangan
– Menggunakan sarung tangan dalam menolong bayi baru lahir, dalam mengambil darah dan
memasang infus
Hal ini penting dilakukan dan diperhatikan untuk melakukan tindakan di ruang perinatologi.
1. Belum optimalnya implementasi keperawatan disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana
ruangan di tandai dengan :
– Dalam pemberian terapi IVFD kurang terpantau untuk kebutuhan cairan perhari
– Untuk pasien yang di RGP dalam melakukan observasi tidak dilakukan secara berkesinambungan
hanya dilakukan pada pagi hari.
Tindakan montoring sangat penting dilakukan karena keadaan fisik neonatus belum stabil dimana
neonatus belum bisa membentuk panas tubuh, permukaan tubuh neonatus lebih besar dari pada berat
badan, lemak subkutan masih transfarant karena hal tersebut mempermudah terlepasnya suhu tubuh
pada neonatus, sehingga pemantauan suhu tubuh sangat perlu di pantau.
1. Belum optimalnya pengelolaan ruangan sesuai dengan standar MPKP ditandai dengan:
1. Timbang terima, pre conference dan post conference tidak dilakukan.
2. Pembagian tugas oleh ketua tim kepada anggota tim belum berjalan dengan baik karena keterbatasan
tenaga terutama pada pagi hari.
3. Pembagian tugas oleh ketua tim kepada anggota tim belum berjalan dengan baik karena keterbatasan
tenaga.
4. Letak ruangan yang terpisah, sehingga dalam proses pengawasan tenaga kerja kurang efektif.
5. Tidak adanya kantor kepala ruangan sehingga kerja kepala ruangan bersatu dengan perawat lainnya.
6. Tidak tersedianya tempat untuk ibu menyusui
Dimana pembentukan standart MPKP adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan neonatus di
sarana kesehatan, adapun strategi dalam penerapan standart pelayanan keperawatan neonatus sebagai
berikut:
– Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya keperawatan dalam pelayanan keperawatan
neonatus: SDM yang efisien dan berketerampilan. Mendorongnya terwujunya profesionalisme tenaga
keperawatan neonatus temasuk intensif dan gawat darurat.
– Membuat kebijakan tentang pelayanan kesehatan neonatus yang meliputi : kualifikasi tenaga,
sarana dan prasarana dan peralatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan neonatus
– Menyediakan tenaga, sarana dan prasarana dan peralatan yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan keperawatan neonatus.
Oleh karena itu pengelolaan ruangan dengan standart MPKP sangat perlu di terapkan guna meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.
1. Kerja sama dari kepala ruangan dan seluruh perawat ruang melati yang telah membantu penulis atas saran dan
masukannya sehingga memudahkan penulis untuk melaksanakan kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Kerja sama dari pembimbing lapangan dan seluruh elemen terkait yang telah menerima dam mempermudak
penulis dalam mendapatkan data yang diperlukan guna melengkapi laporan ini.
3. Dukungan dari rekan sejawat dan tenaga kesehatan lain dalam melakukanpenyusunan laporan ini sebagaimana
mestinya.
Selain itu didapat juga sedikit hambatan dimana dalam melaksanakan implementasi sesuai permasalahan
yang didapat diantaranya :
1. Keterbatasan waktu yang kami miliki dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan
2. Sarana dan prasarana yang terdapat dilapangan dan yang kami miliki y masih terbatas.
Berdasarkan perhitungan jumlah ketenagaan dengan menggunakan rumus Gillies idealnya jumlah perawat
adalah 20 orang perawat asosiet/pelaksana di tambah dengan perawat primer sebanyak 3 orang.
Sedangkan jumlah perawat yang ada diruangan melati berjumlah 19 orang dimana terdapat 14 orang
perawat pelaksana 3 orang perawat assosiet dan 1 orang untuk karu dan wakaru. Sehingga untuk
memenuhi jumlah perawat di ruangan perlu diadakan penambahan jumlah perawat pelaksana agar
pelayanan di ruang melati lebih optimal lagi. Serta mengadakan pelatihan khusus bagi perawat
perinatologi.
BAB V
1. A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 24-26 Agustus 2009 di Ruang Melati
telah didapatkan perumusan masalah yang berhubungan dengan manajemen asuhan dan manajemen unit
keperawatan di ruangan tersebut.
Implementasi manajemen keperawatan di Ruang Melati RSUD Sumedang dimulai dari kegiatan validasi
data hasil kajian situasi kelompok sebelumnya. Kegiatan validasi data dilakukan selama 3 hari. Hasil dari
validasi data dirumuskan masalah yang berkaitan dengan manajemen unit dan manajemen asuhan
keperawatan di Ruang Melati RSU Sumedang.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara berkelanjutan diperlukan bergbagai komponen sebagai
dasar yaitu manajemen visi dan komitmen, akuntabilitas, evaluasi dan umpan balik, pemecahan masalah
dan perbaikan proses, komunikasi, pelatihan dan pengembangan staf, pelibatan care provider, pengakuan
dan penghargaan, pemberdayaan karyawan, serta peningkatan dan penyegaran. Komponen-komponen
tersebut harus solid dan dikerjakan terus-menerus serta saling mendukung sehingga dapat dicapai
pelayanan yang prima.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk mengembangkan protap pengkajian yaitu dengan membuat format
khusus untuk pengkajian neonatus yang sesuai dengan stansar perinatologi, manajemen penerimaan bayi
baru lahir serta tindakan yang harus segera dilakuakn apabila menerima bayi baru lahir normal maupun
beresiko serta pengkajian secara terperinci. Selain itu juga resosialisasi protap pencegahan infeksi
nosokomial meliputi pengadaan saran dan prasarananya, rekomendasi untuk pengelolaan ruangan untuk
pengadaan pojok ASI dan konseling bagi ibu bayi yang dirawat. Pelayanan asuhan keperawatan di ruang
Perinatologi dengan menggunakan metode MPKP per level terdiri dari 3 tim. Kami mengharapkan
program ini dapat memecahkan masalah, tantangan, serta hambatan yang selama ini untuk meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan pada Bayi baru lahir sesuai dengan falsafah, visi dan misi di Ruang melati
RSUD Sumedang.