Bab II Lapsus Saraf
Bab II Lapsus Saraf
Bab II Lapsus Saraf
TINJAUAN PUSTAKA
27
28
• Atau bukti klinis dari injury fokal iskemik pada serebral, medula spinalis
atau retina berdasarkan simptom yang bertahan ≥ 24 jam atau meninggal
dan etiologis lainnya telah dieksklusikan.3
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang cepat
yang disebabkan oleh kumpulan darah setempat pada parenkim otak atau
sistem ventrikular yang tidak disebabkan oleh trauma.3
2.3. Epidemiologi
Data dari American Heart Association (AHA) melaporkan bahwa
ranking stroke adalah nomor empat di dunia di antara semua penyebab
kematian, setelah penyakit jantung, kanker, dan penyakit pernapasan kronis
dan penyebab utama kedua kematian di negara maju.4 Di Indonesia, stroke
merupakan penyebab utama kematian pada seluruh kelompok usia dengan
15,4% dari keseluruhan kematian (satu dari tujuh orang meninggal akibat
stroke). Stroke juga merupakan penyebab utama ketiga dari kecacatan hidup
setiap tahun di dunia.5 Seperempat (25%) dari orang-orang yang menderita
stroke meninggal dan lainnya (75%) memiliki cacat ringan atau berat.6
Prevalensi stroke di Indonesia telah meningkat dari tahun 2007 ke 2013,
yaitu 8,3/1.000 menjadi 12,1/1.000 penduduk. Penelitian epidemiologi oleh
Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 19,9% kejadian stroke adalah
stroke berulang.6 Yang berarti bahwa 1 dari lima pasien stroke mengalami
stroke berulang. Seseorang yang sembuh dari serangan stroke yang pertama
mempunyai resiko secara signifikan untuk mengalami serangan stroke yang
kedua di kemudian hari.4 Seperempat (25%) dari seluruh kejadian stroke
adalah stroke berulang, dimana mempunyai risiko kematian lebih tinggi
daripada serangan stroke pertama.7
A. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan 15-20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Stroke hemoragik juga dapat disebabkan karena pemakaian
kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi
berat dan perdarahan intraserebrum atau subaraknoid.8
Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi dua subtipe, yaitu
perdarahan intraserebral (PIS) yaitu perdarahan yang langsung ke jaringan
otak atau disebut juga sebagai perdarahan parenkim otak, dan perdarahan
subaraknoid (PSA) yang terjadi di ruangan subarachnoid (antara
arachnoid dan piameter).8
B. Stroke iskemik
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
abstruksi atau bekuan di satu sisi lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di
dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus
vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam
suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem arteri ke
otak sebagai suatu emboli. Sumbatan pada arteri carotis interna sering
sebagai penyebab stroke pada lansia, yang sering mengalami
pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi
32
Stroke Kriptogenik
Stroke kriptogenik adalah stroke iskemik akibat sumbatan mendadak
pembuluh intrakranial besar tetapi tanpa penyebab yang jelas. Namun,
sebagian besar stroke yang kausanya tidak jelas pada pasien yang profil
klinisnya tidak dapat dibedakan dari mereka yang mengidap
aterotrombosis.8
Tidak dapat Dapat dimodifikasi & terdokumentasi Dapat dimodifikasi & kurang
dimodifikasi dengan baik terdokumentasi
Dislipidemia
Merokok
Kontrasepsi oral
35
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan
melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi,
hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler,
eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas.11
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam
atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan
intima arteria besar. Bagian intima arteria serebri menjadi tipis dan
berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna
robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi
sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-
tempat yang melengkung. Trombus juga dikaitkan dengan tempat-tempat
khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam
urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna,
vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat
jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka
sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit
akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme
koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli,
atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan
tersumbat dengan sempurna.
dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar.12
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah
yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan
nekrosis.12
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah
disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh
rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous
malformation (AVM).
A. Stroke Hemoragik
Gejala Klinis Perdarahan Intraserebral (PIS)
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan
aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa
peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah,
gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai
hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal/umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi.
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK),
misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.13
Gejala Klinis Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak,
dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah
terangsang, gelisah dan kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam
beberapa menit sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karakteristik perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi,
hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat,
atau gangguan pernafasan.13
B. Stroke Iskemik
Terdapat 4 perjalanan klinis stroke iskemik, yaitu:
1) Transient Ischemic Attack (TIA) adalah suatu gangguan akut dari
fungsi fokal dan serebral yang gejalanya berlangsung kurang dari 24
jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli.
40
Teritorial
Manifestasi Klinik
Vaskuler
• paresis kontralateral & ggn sensorik mengenai lengan & wajah > tungkai
• afasia
A. Serebri
• hemineglect, anosognosia (penyangkalan defisit neurologis), disorientasi
Media
spasial pada hemisfer serebri dekstra
• defek lapangan pandang homonim bermacam derajat
2.9. Diagnosis
A. Anamnesis
Karakteristik gejala dan tanda
Konsekuensi fungsional (misalnya tidak bisa berdiri, tidak bisa
mengangkat tangan)
Kecepatan onset dan perjalanan gejala neurolgis
Apakah ada kemungkinan presipitasi (apa yang pasien sedang
lakukan pada saat onset dan tidak lama sebelum onset)
43
B. Pemeriksaan Fisik
Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis
untuk mencari adanya bising dan periksa tekanan darah di kedua
lengan untuk diperbandingkan.
Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari
murmur dan disritmia, serta EKG.
Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus,
perdarahan retina, kelainan diabetes.
Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark
sebagai tanda-tanda embolus perifer.
Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu
stroke.9
- Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes
konfrontasi
- Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
- Pemeriksaan doll’s eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan
cedera leher)
- Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap
benda tajam
- Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap
stimuli noxious (menggelitik hidung)
44
C. Pemeriksaan penunjang
Analisis laboratorium: urianalisi, HDL, LED, panel metabolik dasar
(Na, K, Cl, bikarbonat, glukosa, nitrogen urea darah, dan kreatinin),
profil lemak serum, dan serologi untuk sifilis.
Pemeriksaan sinar-X toraks untuk mendeteksi pembesaran jantung
dan infiltrat paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif.
Pungsi lumbal untuk mendeteksi kemungkinan terdapt darah di LCS
pada stroke hemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid.
USG karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan
kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis stroke. CT-scan
kepala untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral atau stroke
infark.
45
(2) Sopor/koma
E. Diagnosis Neurologis9
Diagnosis neurologis terdiri dari 4 macam, yaitu :
1. Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang
ditemukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan. Diagnosis klinis dapat berupa suatu sindrom.
Tabel 3. Diagnosis Klinis Stroke.
Gejala Awal Stroke Perdarahan Stroke Iskemik
2.10. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat
pendek, maka evaluasi dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat,
sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan klinik stroke akut
meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan,
aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala,
mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan
visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi,
diabetes, dan lain-lain).14
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi,
oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher
(misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis,
dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung
kongestif). Pemeriksaan torak (jantung dan paru), abdomen, kulit
dan ekstremitas.14
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis
terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak,
sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi, sensorik
dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah
NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale).14
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen
dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit
neurologis yang nyata.15
Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi
oksigen < 95%.15
50
v. Jaga normovolernia
vi. Osmoterapi atas indikasi:
Manitol 0.25 - 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit,
diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target ≤ 310
mOsrn/L. Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali
dalam sehari selama pemberian osmoterapi.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis
inisial 1 mg/kgBB i.v.
vii. Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40
mmHg). Hiperventilasi mungkin diperlukan bila akan
dilakukan tindakan operatif.
viii. Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan
sedasi yang adekuat dapat mengurangi naiknya TIK
dengan cara mengurangi naiknya tekanan intratorakal
dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking
ventilator. Agen nondepolarized seperti vencuronium
atau pancuronium yang sedikit berefek pada histamine
dan blok pada ganglion lebih baik digunakan. Pasien
dengan kenaikan krtitis TIK sebaiknya diberikan
relaksan otot sebelum suctioning atau lidokain sebagai
alternative.16
ix. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi
edema otak dan tekanan tinggi intracranial pada stroke
iskemik, tetapi dapat diberikan kalau diyakini tidak ada
kontraindikasi.14
x. Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut
akibat stroke iskemik serebelar.14
xi. Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik
sereberal yang menimbulkan efek masa, merupakan
tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa dan
memberikan hasil yang baik.
53
2.11. Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan gula darah sewaktu dan differential count.
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu.
Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada
57
gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa
ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit
48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu
dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk
mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan
penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya
dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien
stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung
dari kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.