Strategi Dasar Merancang Sistem
Strategi Dasar Merancang Sistem
Strategi Dasar Merancang Sistem
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh
sebab itu, kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi
yang harus dikuasai Guru Agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan
mendesain pembelajaran. Seorang Guru penidikan agama Islam perlu memiliki
Kompetensi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses
pembelajaran.
Adapun bentuk kompetensi guru Guru penidikan agama Islam diantaranya adalah
dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya
adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam
proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan
yang baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara
berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru agama Islam memerlukan
wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan belajar pendidikan agama Islam yang telah dirumuskan, baik tujuan
belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun hasil
ikutan yang didapat dalam proses belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif,
sikap terbuka setelah anak didik mengikuti diskusi kecil kelompok kecil dalam proses
belajar.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimanakah konsep dasar strategi pembelajaran PAI dan dasar-dasar yang perlu
diperhatikan untuk memilih stategi pembelajaran yang tepat?
B. Bagaimanakah konsep dasar metode pembelajaran PAI serta hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran PAI yang tepat?
C. Bagaimankah konsep dasar evaluasi pembelajaran PAI dan cara memilih evaluasi
pembelajaran PAI yang tepat?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim penyusun kamus Besar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka.1990), 859.
2
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), 157
3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 186.
yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Komponen-komponen umum dari
suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama meliputi:
1. Kegiatan pendahuluan,
2. Kegiatan penyajian
3. dan penutup.4
4
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar , 103.
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 189-194.
4. Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga
dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).6
5. Selain empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum
mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan agama, yakni:
6. Tujuan pembelajaran umum pendidikan Agama (dapat dilihat pada silabus atau garis-
garis besar program pembelajaran yang diberlakukan)
7. Karakteristik bidang studi pendidikan Agama
8. Karakteristik siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui pre tes secara
lisan maupun tertulis, angket dan lainnya).7
D. Pengertian sistem
Kata sistem (system) dapat dimaknai sebagai metode (method), rencana (plan),
aturan (order), keteraturan (regularity), kebiasaan (rule), susunan rencana (scheme),
jalan, cara (way), kebijakan (policy),kecerdasan (artifice), susunan aturan (arrangement),
rencana (program).8
Dalam cakupan pengertian sistem termuat antara lain adanya:
1. berbagai komponen (unsur),
2. berbagai kegiatan (menunjuk fungsi dari setiap komponen),
3. adanya saling hubungan yang ketergantungan antar komponen,
4. adanya keterpaduan (kesatuan organis) antar komponen,
5. adanya keluasan sistem (ada kawasan di dalam sistem dan di luar sistem), dan gerak
dinamis semua fungsi dari semua komponen tersebut mengarah (berorientasi) ke
pencapaian tujuan system yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “systema” yang artinya
adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama. Sistem adalah kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen
yang terpadu dan berproses untuk mencapai tujuan (Gordon, 1990; Puxty, 1990). Bagian
suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha pencapaian tujuan
disebut komponen. Dengan demikian sistem terdiri dari komponen-komponen yang
masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus.
Ada beberapa definisi tentang sistem menurut sejumlah para ahli :
6
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,2005), 46.
7
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, 106-107.
8
Devlin, Joseph, A Dictionary od Synobyms and Antonyms, (Bandung : Angkasa, 1961) hal.307.
a. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan.
b. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-
fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk
mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
c. C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk
melaksanakan seperangkat tujuan.
d. J.C. Hinggins
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
e. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang
saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
f. Menurut Harjanto, system adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagian
yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas
kebutuhanyang telah ditentukan.9
g. Menurut Lembaga Administrasi Negara, system pada hakikatnya adalah seperangkat
komponen, elemen, yang satu sama lain saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
saling tergantung, sehingga keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang
terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu.10
h. Menurut Tatng M.Amirin, sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks
atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan bagian-bagian yang membentuk
suatu kebulatan/keseluruhan yang utuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Dari sini dapat diambil sebuah pengertian bahwasanya sistem secara umum
diartikan sebagai satu kesatuan komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi
9
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta,1997), hal. 46-47.
10
Lembaga Administrasi Negara RI, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, (Jakarta :
Gunung Agung:1997), hal.1.
secara kooperatif dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam usaha
mencapai tujuan tertentu.
Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu system. Pertama, suatu system
memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah system memiliki fungsi-
fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakan fungsi, suatu system harus ditunjang oleh
berbagai komponen.11
a) Setiap system bertujuan
b) Setiap system pasti memiliki tujuan. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah
agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan
demikian, setiap system mesti memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang
menggerakkan system.
c) Setiap system memiliki fungsi
d) Untuk mencapai tujuan, setiap system memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar proses
pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi
perencanan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan. Fungsi inilah
yang terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan.
e) Setiap system memiliki komponen
f) Untuk ,melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap system mesti memiliki komponen-
komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen-komponen inilah
yang dapat menentukan kelancaran proses suatu system. Sebagai suatu system setiap
komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu
komponen tidak berfungsi, maka akan mempengaruhi system tersebut.
g) Adanya interaksi antar komponen
h) Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling mempengaruhi,
dan saling ketergantungan.
i) Adanys transformasi dan sekaligus umpan balik
j) Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
fungsi sistem.
k) Adanya daerah batasan dan lingkungan sistem
l) Beberapa sifat komponen dalam suatu system, antara lain :
m) Dilihat dari fungsinya setiap komponen itu ada komponen yang bersifat integral dan
non-integral. Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari
11
Samana A, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional dan Pertimbangan
Metodologisnya, (Jakarta: Kanisius, 1992), hal.24-27.
keberadaan system itu sendiri. Misalnya, komponen siswa dan guru dari system
lembaga pendidikan. Keberadaan dan eksistensi sekolah sangat ditentukan oleh
keberadaan komponen siswa dan guru. Komponen non-integral sama dengan
komponen pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada, maka tidak akan
mempengaruhi keberadaan suatu system, walaupun mungkin akan menganggu
perjalanan system itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan dalam suatu lembaga
sekolah. Walaupun suatu sekolah tidak memiliki perpustakaan akan tetapi tidak akan
menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.
n) Setiap komponen dalam suatu system saling berhubungan atau saling berinteraksi,
saling mempengaruhi, dan saling berkaitan.
o) Setiap komponen dalam suatu system merupakan keseluruhan yang bermakna.
p) Setiap komponen dalam suatu system adalah bagian dari system yang lebih besar.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelimanya merupakan bagian yang
saling berintegrasi sebagai satu kesatuan (totalitas) yang satu sama lain tidak bisa berdiri
sendiri, saling mengisi dan menguatkan dalam mencapai tujuan.
12
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta : Bumi Aksara,
2002), hal. 4-6
antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara
efektif;
2. Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran yang meliputi
prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penilaian keseluruhan proses
pembelajaran yang tertuju pada konsep pencapaian tujuan pembelajaran.
Pola pendekatan sistem pembelajaran, menurut Oemar Hamalik, melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah);
2. Analisis kebutuhan untuk mentransfomasikan menjadi tujuan pembelajaran (analisis
masalah);
3. Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan);
4. Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental); dan
5. Menilai dan merevisi.
System pembelajaran adalah sutau kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan.
Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti masalah
pengajaran sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula apa bagian-
bagiannya. Selain itu diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana masing-
masing bagian itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di dalam
sebuah sistem untuk mencapai tujuan pembelajaran.13
Sebagai suatu system seluruh unsur yang membentuk system itu memiliki ciri
saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan
system pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Maka dengan
demikian, tujuan utama system pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.
Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak
komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling
mempengaruhi dalam rangka mewujudkan generasi-genarasi yang beriman dan bertakwa.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
13
Rostiyah NK, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hal.1-16)
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Tafsir (2002), bagi umat Islam, dan khususnya dalam pendidikan Islam,
kompetensi iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia tersebut sudah lama disadari
kepentingannya, dan sudah diimplementasikan dalam lembaga pendidikan Islam. Dalam
pandangan Islam, kompetensi iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek), juga akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Jadi, dalam pandangan Islam, peran
kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal, yaitu: landasan yang kuat
berupa iman dan takwa, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi akhlak mulia.
Dari uraian di atas, dapat penulis rumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran
efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam
pendekatan sistem bahwasanya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik, yang meliputi tujuan, siswa,
guru, metode, media, sarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Akan tetapi dari beberapa komponen-komponen tersebut guru merupakan
komponen terpenting dalam pembelajaran, karena guru bersifat dinamis, sehingga dapat
mengelola dan menggerakkan komponen-komponen yang lain. Oleh karena itu,
Pendekatan sistem pembelajaran PAI adalah kumpulan dari sekian banyak komponen
yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperaatif dan saling mempengaruhi
dalam rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas, beriman dan
bertakwa serta memiliki akhlak yang mulia14
14
Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistem Pembelajaran PAI,(Jakarta : Gaun Persada Press,2007). Hal
61.
15
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,
2008), hal. 7-8.
menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit
menentukan efektifitas proses pembelajaran..
2) Pendekatan system menuntun guru pada kegiatan yang sistematis.
3) Pendekatan system dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala
potensi dan sumber daya yang tersedia.
4) Pendekatam system dapat memberikan umpan baik. Melalui proses umpan balik
dalam pendekatan system dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai apa
belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam
berfikit sistemik.
Satuan pendidikan di sekolah secara umum memiliki fungsi sebagai wadah untuk
melaksanakan proses edukasi, sosialisasi dalam transformasi bagi siswa/peserta didik.
Bermutu tidaknya penyelenggaraan sekolah dapat diukur berdasarkan pelaksanaan fungsi-
fungsi tersebut. Untuk dapat memahami kedudukan manajemen dalam pembelajaran
dapat dilihat kerangka di bawah ini.
16
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara,
2005)12.
penyimpulan materi yang sudah dipelajari, memberikan tindaklanjut berupa tugas
praktik/latihan dan PR serta mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam.
Pada tahap evaluasi, guru PAI merancang sistem penilaiannya dengan mengacu
pada pendekatan sistem. Artinya, sebelum melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran
siswa, guru PAI harus menganalisa kembali beberapa komponen yang turut
mempengaruhi prestasi belajar siswa seperti; tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
dan kompetensi belajar, ketepatan materi yang sudah disajikan dengan tujuan dan
kompetensi tersebut, relevansi strategi pembelajaran yang sudah digunakan dengan media
dan sumber belajar siswa, penguasaan siswa terhadap materi yang akan diujikan.
Guru PAI menilai kemampuan siswa dengan mengacu pada konsep penilaian
berbasis kelas yang terfokus pada dua aspek penilaian, yaitu proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa. Penilaian proses dimulai sejak awal masa pembelajaran dengan
mengukur perkembangan aspek afektif siswa melalui internalisasi dan penghayatan nilai
beragama siswa selama di sekolah dan unjuk kerja psikomotorik yang sudah dihasilkan
berupa aksi ibadah yang bersifat mahdhah, gambar islami, etika sosial dalam bergaul di
sekolah ataupun di masyarakat.
Penilaian proses ini disebut juga dengan penilaian Authentic Assesment yang
mengandung makna bahwa penilaian yang mengacu pada pembelajaran yang telah
terjadi, menyatu ke dalam proses belajar mengajar dan memberikan kesempatan serta
arahan kepada siswa untuk maju. Authentic Assesment sekaligus dipergunakan sebagai
alat kontrol untuk melihat kemajuan siswa dan feedback bagi praktek pengajaran
selanjutnya. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran, maka assesment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran
seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to
learn), bukan ditekankan kepada sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran.
Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran PAI tentu akan menilai
pengetahuan dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa selama mengikuti
pembelajaran. Penilai tidak hanya guru, tetapi dapat juga teman atau orang lain.
Karakteristik penilaian autentik:
1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran PAI berlangsung.
2. Bisa digunakan untuk ujian formatif maupun sumatif.
3. Yang diukur keterampilan dan performansi beragama.
4. Terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran PAI
5. Dapat digunakan sebagai feed back pembelajaran PAI selanjutnya.
Penilaian hasil belajar siswa lebih cenderung mengukur kemajuan belajar kognitif
siswa yang terkadang pencapain hasil nominalnya sering direkayasa dengan berbagai
siasat oleh siswa ketika mengikuti ujian akhir. Kondisi yang perlu dipahami oleh setiap
guru PAI dalam menilai hasil belajar siswa melalui berbagai bentuk item soal ini, yaitu
ketepan dan kebenaran soal ujian yang berkaitan dengan tujuan dan kompetensi pelajaran
PAI yang termuat dalam kurikulum/silabus dan materi ajar yang sudah dipelajari siswa
selama mengikuti pembelajaran di kelas.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Strategi pembelajaran PAI mengandung pengertian rangkaian perilaku pendidik
yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan,
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai islam agar dapat
membentuk keperibadian muslim seutuhnya.
2. Jenis-jenis strategi pembelajaran adalah strategi ekspositori, strategi pembelajaran
inkuiri, dan strategi kooperatif.
3. Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran:
mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik
yang diharapkan, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita
dan pandangan hidup masyarakat, dan Memilih dan menetapkan metode belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh pendidik dalam menunaikan tuganya, dan Memilih dan menetapkan ukuran
keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh
guru untuk melakukan evaluasi (penilaian)