Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada TN
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada TN
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada TN
Disusun Oleh:
Andi Aslia Andi Nur Alam
Eva Wahyuni Hadi Sunarto
Era Yustin Pratiwi
Darma
Dicky Sahban
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
pg. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Tn.R dengan Diagnosa
Medis Disfagia”.
pg. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. PENGKAJIAN ............................................................................................. 27
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA...................................................... 35
C. RENCANA TINDAKAN ........................................................................... 38
PROTAP ................................................................................................................... 41
pg. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
pg. 4
DISFAGIA
OBSTRUKSI ABNORMALITAS
ANATOMIK FUNGSIONAL
GANGGUAN
STRUKTUR
MOTILITAS
pg. 5
2. FISIOLOGI MENELAN
a.Fase Oral
Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga
dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan
makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan
kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara
yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan dan
mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam
orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai.
Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus
kranialis V (trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).
pg. 6
Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai
dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-
10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.
b. Fase Faringeal
Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme
perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini.
Fase ini melibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling
tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak
keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke
belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan
kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu
oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan
kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk
menelan dan dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring
kedepan. Sphincter akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur
faringeal akan kembali ke posisi awal.
c. Fase Esophageal
pg. 7
Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun
menelan volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri.
3. PATOFISIOLOGI
Klasifikasi Disfagia. Disfagia diklasifikasikan dalam dua kelompok besar,
yaitu Disfagia orofaring (atau transfer dysphagia) dan disfagia esofagus.
1. Disfagia orofaring
Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan
esofagus, dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan
neurologis, oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur,
pg. 8
xerostomia, masalah gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik
(keganasan, osteofi, meningkatnya tonus sfingter esophagus bagian atas,
radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif, antikejang, antihistamin).
Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan, termasuk
ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan
makanan di dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol makanan dan
air liur di dalam mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan tersedak
saat menelan, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya adalah
perubahan kebiasaan makan, pneumonia berulang, perubahan suara (suara
basah), regurgitasi nasal . Setelah pemeriksaan, dapat dilakukan pengobatan
dengan teknik postural, swallowing maneuvers, modifikasi diet, modifikasi
lingkungan, oral sensory awareness technique, vitalstim therapy, dan
pembedahan. Bila tidak diobati, disfagia dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi, malnutrisi, atau dehidrasi.
2. Disfagia esophagus
pg. 9
Disfagia motilitas sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau
kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat
disebabkan scleroderma atau akhalasia dengan rasa panas di daerah ulu hati
yang kronis, regurgitasi,masalah respirasi, atau penurunan berat badan.
Disfagia mekanik sementara dapat disebabkan esophageal ring. Dan
disfagia mekanik progresif dapat disebabkan oleh striktur esofagus atau
keganasan esofagus. Bila sudah dapat disimpulkan bahwa kelainannya
adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan
pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas. Pemeriksaan barium harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum endoskopi untuk menghindari perforasi.
Bila dicurigai adanya akhalasia pada pemeriksaan barium, selanjutnya
dilakukan manometri untuk menegakkan diagnosa akhalasia. Bila dicurigai
adanya strikturesofagus, maka dilakukan endoskopi. Bila tidak dicurigai
adanya kelainan-kelainan seperti di atas, maka endoskopi dapat dilakukan
terlebih dahulu sebelum pemeriksaan barium. Endoskopi yang normal, harus
dilanjutkan dengan manometri dan bila manometri juga normal, maka
diagnosanya adalah disfagiafungsional. Foto thorax merupakan
pemeriksaan sederhana untuk pneumonia. CT scan dan MRI memberikan
gambaran yang baik mengenai adanya kelainan struktural, terutama bila
digunakan untuk mengevaluasi pasien disfagia yang sebabnya dicurigai
karena kelainan sistem saraf pusat. Setelah diketahui diagnosanya, penderita
biasanya dikirim ke Bagian THT, Gastrointestinal, Paru, atau Onkologi,
tergantung penyebabnya. Konsultasi dengan Bagian Gizi juga diperlukan,
karena kebanyakan pasien me-merlukan modifikasi diet.
B. TUJUAN
pg. 10
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
disfagia
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguasai konsep dasar pemenuhan nutrisi
b. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, dan membuat intervensi keperawatan.
c. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
d. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan
keperawatan yang diberikan.
C. Manfaat
1. Untuk memberikan pengalaman dalam membuat asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnose medis disfagia .
2. Untuk menguasai konsep dasar pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. Untuk memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
pg. 11
BAB II
TINJAUAN TEORI
pg. 12
menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °c. 1 kkal = 1 K atau sama dengan 1000
kalori.
2) Pengeluaran energy
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk
mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi
tubuh berbentuk senyawa phospat seperti ATP. Kebutuhan energi
seseorang ditentukan oleh BMR dan aktivitas fisik.
3) Basal metabolisme rate (BMR)
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada
saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,
perbafasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Makanan di dalam tubuh mengalami beberapa proses. Mulai dari
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan penyimpanan hingga eliminasi.
a. Pencernaan
Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan di pecah secara
mekanik dengan mengunyah. Protein dan lemak dipecahkan secara fisik
tetapi tetap tidak berubah secara kimia karena enzim dalam mulut tidak
bereaksi dengan nutrisi ini. Makanan yang telah ditelan memasuki
esopagus dan bergerak sepanjangnya dan dengan kontraksi otot seperti
gelombang (peristaltik). Massa makanan yang berada pada kardiak
spinkter, berlokasi pada pembukaan atas lambung, menyebabkan spinkter
relaksasi dan memungkinkan makanan masuk lambung. Di dalam
lambung, pepsinogen di sekresikan dan diaktifkan oleh asam hidrokolik
menjadi pepsin, enzim pemecah protein. Lambung juga mengeluarkan
sejumlah kecil lipase dan amilase untuk mencerna lemak dan zat tepung
secara berturut-turut. Lambung juga bertindak sebagai penyimpanan dan
makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam, dengan rentang dari 1-
7 jam. Makanan meninggalkan lambung pada spinkter pilorik sebagai
asam, massa cair yang disebut kimus. Kimus mengalir ke duodenum dan
bercampur cepat dengan empedu, getah intestinal, sekresi pangkreas.
pg. 13
Peristaltik terjadi terus menerus dalam usus kecil, mencampur sekresi
dengan kimus.
b. Absorbsi
Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien. Sepanjang
daerah ini terdapat penonjolan seperti jari yang disebut vili, untuk
meningkatkan area permukaan absorbsi. Nutrient diabsorbsi oleh difusi
pasif dan osmosis, transport aktif, dan pinositosis.
c. Metabolisme
Nutrien diabsopsi dalam intestinal, termasuk air, yang
ditransportasikan melalui system sirkulasi ke jaringan tubuh. Melalui
perubahan kimia dari metabolisme, nutrien diubah ke jumlah substansi
yang diperlukan oleh tubuh. Dua tipe dasar metabolisme adalah
anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan produksi dari
substansi kimia yang lebih kompleks dengan sintesis nutrient.
Katabolisme merupakan pemecahan substansi kimia menjadi substansi
yang lebih sederhana.
d. Penyimpanan
Beberapa, tapi tidak semua, nutrient yang diperlukan tubuh disimpan
dalam jaringan tubuh. Bentuk pokok tubuh dari energi yang disimpan
adalah lemak, yang disimpan sebagai jaringan adiposa. Glikogen
disimpan dalam cadangan kecil di hati dan jaringan otot dan protein dan
protein disimpan dalam massa otot. Ketika keperluan energi tubuh
melebihi persediaan energi dari nutrient yang dimakan, maka energi yang
disimpan digunakan. Sebaliknya energi yang tidak digunakan harus
disimpan terutama lemak.
pg. 14
lapangan, dan lain sebagainya perlu ditambahkan asupan energi dan protein
yang cukup.
1) Neonatus
Kecukupan Energi : 550 kkal
Kecukupan Protein : 10 gram
2) Bayi
Kecukupan Energi : 650 kkal
Kecukupan Protein : 16 gram
3) Toddler
Kecukupan Energi : 650 kkal
Kecukupan Protein : 16 gram
4) Prasekolah
Kecukupan Energi : 1800 kkal
Kecukupan Protein : 45 gram
5) Usia anak sekolah
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
Kecukupan Energi : 2050 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
Kecukupan Energi : 2050 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram
6) Remaja
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
Kecukupan Energi : 2600 kkal
Kecukupan Protein : 65 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
Kecukupan Energi : 2200 kkal
Kecukupan Protein : 55 gram
7) Dewasa
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
pg. 15
Kecukupan Energi : 2550 kkal
Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
Kecukupan Energi : 1900 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram
8) Lansia
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
Kecukupan Energi : 2250 kkal
Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
Kecukupan Energi : 1750 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram.
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsusmsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
b. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah
dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun
energy basal relative konstan.
c. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di
bandingkan dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg
BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
d. Tinggi dan berat badan
pg. 16
Tinggi dan berat badan berpaengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran
panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih
besar.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian tinggi biasanya
mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat
dengan kondisi perekonomian rendah.
f. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang
nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
g. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan
persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan
mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).
h. Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi
pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol
daripada makanan. Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ
gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat
menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat
gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.
pg. 17
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung
Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.
A. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
Berat badan 10-20% dibawah normal
Tinggi badan dibawah ideal
Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
Adanya penurunan albumin serum
Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker.
Disfagia karena adanya kelainan persarafan
Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa
Nafsu makan menurun
B. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
• Berat badan lebih dari 10% berat ideal
• Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
pg. 18
• Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
• Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau
monoton.
Kemungkinan penyebab :
• Perubahan pola makan
• Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
C. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
D. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat
badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada
kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
E. Diabetes mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai
dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin
atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
F. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari
adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang
berlebihan.
G. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,
pg. 19
penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya
hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
H. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
pg. 20
2) Nutrisi tube (NGT,OGT)
3) Nutrisi parenteral termasuk infus IV
d. Pengukuran pengeluaran nutrisi
1) Feses : Frekuensi, jumlah dan konsisten
2) Muntah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Fisik
1) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
Hemoglobin dan bunyi jantung.
2) Mata : cekung, air mata kering.
3) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik,
tingkat kesadaran.
4) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-muntah dan bising usus.
5) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Pengukuran Antropometri
1) BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
2) TB
3) IMT (Indeks Massa Tubuh)
4) Lingkar pergelangan tangan
5) Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Nilai normal pria : 28,3 cm
6) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Nilai normal pria : 12,5 -. 16,5 cm
4. Pola Kebiasaan Diri
A. Aspek Fisik-Fisiologis
a. Pola nutrisi - metabolic
pg. 21
1) Berapa kali makan sehari
2) Makanan kesukaan
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
b. Pola eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kuantitas
c. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas yang didasarkan pada skala 0
sampai 4, meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,
mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
d. Pola istirahat tidur
1) Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur
2) Sonambolisme
3) Kualitas dan kuantitas jam tidur
B. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
a. Pola konsep diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
b. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
c. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
d. Pola koping
pg. 22
1) Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
2) Hasil koping dari metode yang dilakukan
e. Pola seksual – reproduksi
adakah gangguan pada alat kelaminnya.
f. Pola peran hubungan
1) Hubungan dengan anggota keluarga
2) Dukungan keluarga
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
g. Pola nilai dan kepercayaan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Albumin : (N : 4 – 5,5 mg/dl)
b. Transferin : (N : 170 – 25 mg/dl)
c. HB : (N : 12 mg/dl)
d. BUN : ( N : 10 -20 mg/dl)
6. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
1) Mual/muntah
2) Gangguan intake makanan
3) Gangguan menelan
4) Efek dari pengobatan
Ditandai dengan :
1) Berat badan menurun
2) Kelemahan
3) Kesulitan makan
4) Nafsu makan berkurang
5) Hipotensi
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
pg. 23
1) Anoreksia nervosa
2) AIDS
3) Pembedahan
4) Kehamilan
5) Diabetes Mellitus
6) Kanker
7) Anemia
Tujuan yang diharapkan :
1) Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu
2) Peningkatan status nutrisi
b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
1) Kelebihan intake
2) Gaya hidup
3) Perubahan kultur
Ditandai dengan :
1) 20 % lebih berat dari badan ideal
2) Pole makan yang berlebihan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1) Obesitas
2) Hipotiroidisme
3) Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
Tujuan yang diharapkan :
1) Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan terkontrol
2) Perencanaan control berat badan untuk yang akan dating
3) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berlebihan
7. Perencanaan
a. Monitor faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan
nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisinya
b. Kurang faktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi
pg. 24
c. Ajakan untuk merencanakan makanan
d. Kaji tanda vital dan bising usus
e. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin
f. Berikan pendidikan tentang cara diet , kebutuhan kalori, atau
tindakan lainnya.
Tindakan pada gangguan kekurangan nutrisi secara umum dapat
dilakukan dengan cara :
a. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan
penurunan nafsu makan.
b. Memberikan makanan yang disukai sedikit demi sedikit tetapi sering
dengan memerhatikan jumlah kalori tanpa kontraindikasi.
c. Menata ruangan senyaman mungkin.
d. Menurunkan stress psikologis.
e. Menjaga kebersihan mulut.
f. Menyajikan makanan mudah di cerna.
g. Hindari makanan yang mengandung gas.
Tindakan pada gangguan obstruksi mekanis secara umum dapat
dilakukan dengan cara :
a. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur
menggunakan minuman bikarbonat rendah kalori atau ½ atau ¼
larutan hidrogen peroksida dan air sebagai pembersih mulut.
b. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah
variasi dan kepadatan seperti jus atau sop kental.
a. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat
dilakukan dengan cara :
a. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau di tepi
tempat tidur. Pertahankan posisi selama 10-15 menits
b. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk
mempertahankan kepatenan esofagus.
pg. 25
c. Mulai dari jumlah yang kecil.
d. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas
atau asam, makanan berserat (sayuran mentah), dan rendam
makanan kering agar lunak.
Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat
dilakukan dengan cara :
a. Hindari makanan yang mengandung lemak
b. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan
c. Lakukan program olahraga
BAB III
pg. 26
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari, tanggal : 19 Juni 2014
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Nusa Indah RSUD Panembahan Senopati
Oleh : Rina Zulistin
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dokumen
Metode pengumpulan data : Observasi, anamnesa, studi dokumen
1. Identitas Klien
Nama : “ Tn. R ”
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / kebangsaan : Jawa / Indonesia
Alamat : Perumahan Sudiang Raya
Dx Medis : Disfagia
Nomor CM : 53 35 32
Tanggal masuk RS : 17 Juni 2014
Identitas Penanggung jawab
Nama : “ Ny. E ”
Umur : 54 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Perumahan Suding Raya
pg. 27
Hub. dengan pasien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat datang Pasien sadar dengan keluhan sulit menelan sejak 3 hari,
pasien tidak dapat makan maupun minum, Pasien mengatakan
tenggorokannya berasa kering serta terdapat benjolan pada leher
dan pasien mengalami demam, saat datang suhu badan : 38,3 ºC.
Keluarga pasien mengungkapkan pasien sudah tidak makan selama
3 hari dan pada Jumat,13 Juni 2014 pasien mengatakan sakit pada
tenggorokan seperti ( pancingan ) kemudian Sabtu,14 Juni 2014
periksa ke puskesmas kemudian pada hari Minggu,15 Juni 2014
Pasien mengeluarkan dahak dan pada Senin, 16 Juni 2014 Pasien
saat diraba bagian lehernya seperti ada yang pecah kemudian pasien
keluar dahak darah dan malam Selasanya kemudian Pasien dibawa
ke rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat dan operasi di rumah sakit
dengan diagnosa medis Hernia .Pasien juga mengatakan tidak
memiliki alergi dengan apapun misal obat dan makanan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit degeneratif yaitu Ibu
dari “ Tn. R ” mempunyai riwayat Diabetus Militus.
3. Pola Kebiasaan Pasien
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 3 kali dalam sehari sebanyak 1
porsi
b) Selama sakit :
pg. 28
Pasien mengatakan mengatakan lapar tetapi nafsu makan
berkurang karena pasien tidak dapat menelan makanan yang
masuk sehingga pasien di rumah sakit makan dengan diit
cair.
(1) Antropometri
Sebelum masuk rumah sakit
- BB : 70 kg
- Berat Badan Ideal : ( TB – 100 ) – ( 10% (TB -100)
)
: (170 – 100) – (10%(170 – 100
)
: 70 – 7
: 63 kg
Saat dirawat mulai :
BB 61 kg
TB 172 cm
LILA 29 cm
pg. 29
2 Lekosit 16,33 04,00-10,00 10^3/uL
3 Eritrosit 4,56 04.50-05.50 10^6/uL
4 Trombosit 201 150 - 450 10^3/uL
5 Hematokrit 38,1 42,00-52,00 Vol%
HITUNG JENIS
1 Eosinofil 1 2-4 %
2 Basofil 0 0-1 %
3 Batang 1 2-5 %
4 Segmen 85 51-67 %
5 Limposit 6 20-35 %
6 Monosit 7 4-8 %
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
1 SGOT 21 <37 u/L
2 SGPT 55 <41 u/L
Fungsi Ginjal
1 Ureum 47 mg/dl
2 Creatinin 1,06 0,90-1,30 mg/dl
1 Glukosa Darah 344 80-200 mg/dl
Sewaktu
Elektrolit
1 Natrium 139,3 137,0 - mmol/l
2 Kalium 3,28 145,0 mmol/l
3 Klorida 104,0 3.50 – 5,10 mmol/l
98,0 – 107,0
pg. 30
Pasien mengatakan makan 3 kali dalam sehari sebanyak 1
porsi
Saat sakit :
Pasien mengatakan mengatakan lapar tetapi nafsu makan
berkurang karena pasien tidak dapat menelan makanan yang
masuk sehingga pasien di rumah sakit makan dengan diit
cair.
2) Pola Cairan dan Elektrolit
a) Sebelum sakit :
Pasien minum air putih 8 gelas sehari (1600 ml/ hari). Pasien
mempunyai kebiasaan minum teh di pagi hari.
b) Selama sakit :
Pasien minum 1 botol air putih (600ml) sehari tetapi saat
minum selalu muntah dan mengeluarkan dahak. Pada tangan
kanan pasien terpasang selang infus.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit :
Pasien b.a.b teratur dan lancar 1 kali sehari dengan WC
jongkok. Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak.
Pasien tidak pernah memakai obat pencahar untuk
melancarkan b.a.b.Pasien b.a.k sebanyak 6-7 kali
(1500ml/hari) dengan warna urine kuning jernih dan berbau
khas urine.
b) Selama sakit :
Pasien mengatakan belum b.a.b 1 selama di rumah sakit.
Pasien b.a.k sebanyak 4-5 kali sehari (1000ml/hari), pasien
tidak memakai selang kateter untuk membantu eliminasi
urine. Pasien mengatakan urinnya kuning, bau khas urine,
serta tidak bercampur darah.
4. Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat
pg. 31
a. Sebelum sakit :
Pasien biasanya melakukan aktifitas dasar seperti makan, minum,
toileting, berpakaian dengan mandiri tidak menggunakan alat bantu.
Pasien tidur selama ± 8 jam sehari. Sebelum tidur pasien berdoa dulu
dan tidak pernah minum obat tidur.
b. Selama sakit :
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
Pasien mengatakan tidak bisa tidur lelap pada malam hari karena
sakit pada tenggorokannya dan mengeluarkan dahak serta pasien
mengungkapkan dirinya lemas karena tidak bisa makan.
5. Pola Kebersihan Diri
a) Kulit
Kebiasaan mandi 2 kali sehari dengan memakai sabun mandi.
b) Rambut
Pasien tidak memakai cat rambut dan rambut tidak rontok. Pasien
mencuci rambut 2 kali seminggu dengan menggunakan shampoo.
c) Telinga
pg. 32
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran. Tidak ada cairan
yang keluar dari telinga.
d) Mata
Pasien tidak mengalami gangguan pada mata. Pasien memakai alat
bantu melihat.
e) Mulut
Pasien menggosok gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi, dan
berkumur dengan air ketika mandi.
f) Genetalia
Kebersihan genetalia dilakukan setiap kali mandi.
g) Kuku/kaki
Pasien memotong kuku seminggu sekali dengan alat pemotong
kuku. Kuku tidak dicat dan dan tidak ada gangguan pada kuku
pasien.
b. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a) Aspek Mental
Keluarga pasien merasa sedih, cemas, dan khawatir dengan
kondisi pasien.
b) Aspek Intelektual
Keluarga pasien kurang memahami tentang pentingnya
pencegahan, perawatan, pengobatan dari penyakit yang diderita.
c) Aspek Sosial
Hubungan keluarga dengan pasien sangat baik.
d) Aspek Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga selalu
berdoa untuk kebaikan pasien. Pasien beribadah sholat 5 waktu.
I. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
KU : Lemah
Kesadaran : Composmentis
pg. 33
Status Gizi :
TB = 172 cm
BB = 61 kg
IMT = 20,62 (normal)
Tanda-tanda Vital :
Nadi = 110 x/menit ,
Suhu = 37,8 ˚C,
TD = 150/90 mmHg,
RR = 20 x/menit
b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)
a) Kepala
Bentuk kepala meso chepal, kulit kepala bersih dan tidak ada luka
maupun ketombe serta rambut tidak rontok.
b) Mata
Mata pasien bersih dan konjungtiva pucat.
c) Hidung
Tidak ada sekret yang keluar dari hidung pasien. Pasien tidak
mengeluh nyeri pada hidung dan fungsi pembauan berfungsi
normal.
d) Mulut
Pasien mampu berbicara secara normal. Membrane mukosa agak
kering dan nafas tidak bau. Ada dahak yang keluar dari mulut
pasien.
Dari pemeriksaan OPG
Rahang atas : missing gigi 8 kanan- kiri, caries gigi 6 kiri
Rahang bawah : caries gigi 5 kanan dan 7 kiri
e) Abdomen
Perut terlihat cembung, peristaltik ( 20/menit ), tidak ada nyeri
tekan, kembung dan tidak ada nyeri tekan.
f) Ekstremitas
pg. 34
Atas : Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit
pucat,
turgor kulit menurun, terpasang infus pada tangan sebelah kanan.
Bawah : Anggota gerak lengkap, kaki terlihat simetris, warna kulit
putih pucat, turgor kulit menurun
g) Neurologis :
Status mental dan emosi : Ekspresi wajah pasien tampak sedih dan
cemas karena penyakitnya tidak kunjung sembuh serta terlihat
lemas karena tidak dapat makan dan minum secara normal
J. Terapi.
a. Infus RL 30 tetes/ menit
b. Metronidazole 30 tetes/ menit
JENIS NAMA OBAT DOSIS RUTE
Infus Metronidazole 500 mg/24 Inf IV
jam ( 30 tetes/
menit )
Injeksi Ceftriaxone 1gram / 12 IV
jam
Injeksi Ranitidin 1gram / 12 IV
jam
Injeksi Tramadol 100 mg/ 12 IV
jam
Tablet Paracetamol 500 mg/ 8 jam Oral
pg. 35
1 DS: Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
menelan makanan nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan dan minum kebutuhan tubuh
karena untuk menelan
sakit dan nyeri
- Pasien mengatakan saat
makan masuk sedikit
langsung tersedak dan
mengeluarkan dahak.
- Pasien mengatakan lapar
dan haus
- Pasien mengatakan
badannya sangat lemas
DO :
- Berat badan pasien turun
9 Kg
- Bunyi peristaltic 20
x/menit
- Mukosa bibir kering
- Pasien terlihat lemas dan
gelisah
- HB : 12,9 g/dl
- GDS : 344 mg/dl
- Tanda-tanda Vital :
Nad i = 110 x/menit ,
Suhu = 37,8 ˚C,
TD = 150/90 mmHg,
RR = 20 x/menit
- Ku : lemah
pg. 36
- Pasien muntah seperti
dahak disertai batuk
- Pasien terlihat lemas
pg. 37
seperti dahak disertai batuk ,Pasien terlihat
lemas.
C. Rencana Tindakan
pg. 38
- Pasien mengatakan d. BB pasien - Berikan diit Untuk
lapar dan haus naik cair memasukkan
- Pasien mengatakan e. mukosa nutrisi pasien
badannya sangat bibir serta
lemas lembab menghindari
- f. GDS (80-150 asien tersedak
mg/dl) - Jelaskan Menjelaskan
DO : g. Tanda- pentingnya pasien tentang
- Berat badan pasien tanda vital nutrisi bagi pentingnya
turun 9 Kg normal tubuh nutrisi bagi
- Bunyi peristaltic 20 TD : 120/80 tubuh dapat
x/menit mmHg memotivasi
- Mukosa bibir Suhu badan pasien untuk
kering : 36,4 ºC menghabiskan
- Pasien terlihat R : 16-20 diit yang
lemas dan gelisah x/menit diberikan.
- HB : 12,9 g/dl N : 60- 80 - Berikan infus Infus RL dapat
- GDS : 344 mg/dl x/menit cairan RL 30 mengganti
- Tanda-tanda Vital : Tpm kepada cairan dan
Nad i = 110 pasien elektolit tubuh
x/menit , yang hilang
Suhu = 37,8 ˚C, - Pantau tetesan Untuk
TD = 150/90 infus tiap 2 mengetahui
mmHg, jam terjadinya
RR = 20 x/menit bengkak, serta
- Ku : lemah kelancaran
infus
pg. 39
- Motivasi Keluarga
keluarga kooperatif
untuk sehingga
membantu membantu
pasien dalam implementasi
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
Gangguan menelan - Letakkan Pasien mampu
berhubungan pasien pada menelan
dengan tersedak Setelah posisi makanan yang
sebelum menelan dilakukan duduk/tegak lunak/
ditandai dengan tindakan selama dan kental/cair
DS keperawatan setelah
- Pasien mengatakan selama 3x24 makan
tidak dapat tidur jam nutrisi - Tingkatkan Pasien mampu
setiap malamnya seimbang upaya untuk mengunya
- Pasien mengatakan dengan kriteria dapat secara
ridak dapat makan Pasien dapat melakukan perlahan.
makanan karena menunjukkan proses
saat makan metode menelan
langsung tersedak menelan yang efektif
- Pasien mengatakan makanan yang seperti
nyeri dan kering tepat tanpa membantu
pada bagian menimbulkan pasien
tenggorokan keputusasaan menegakkan
DO kepala.
- Pasien muntah
seperti dahak
disertai batuk
pg. 40
- Pasien terlihat
lemas
pg. 41
PROTAP
Ada pun beberapa cara pemberian nutrisi kepada pasien disfagia yaitu :
1. NGT / OGT
2. Pemberian nutrisi melalui oral
3. Infus / IV
1. PROSEDUR PEMASANGAN NGT/OGT
pg. 42
pg. 43
pg. 44
DAFTAR PUSTAKA
pg. 45