Cover Fistum Pengaruh Cahaya THD Transpirasi

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP


KECEPATAN TRANSPIRASI

Oleh:
DWI RATNA MUSTIKASARI
(083244002)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dalam aktivitas hidupnya, mengeluarkan sejumlah besar air
yang diserap (90%) ke atmosfer dalam bentuk uap air. Hilangnya air dari tubuh
tanaman dalam bentuk uap air ini dinamakan transpirasi, dan hampir semua air
yang ditranspirasikan keluar melalui stomata. Hanyalah 1 – 2% dari seluruh air
yang digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis atau didalam kegiatan
metabolik sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun dalam proses transpirasi.
Air menguap ke dalam ruang udara pada lapisan bunga karang. Bila stomata
terbuka, uap air keluar dari daun. Jika daun itu harus terus berfungsi dengan baik,
maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan air yang hilang
pada waktu transpirasi.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga
antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung sampai rongga antar sel jenuh akan uap air. Sel-sel yang menguapkan
airnya ke rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga
potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari
xylem tulang daun, yang selanjutnya akan menerima dari batang dan batang akan
menerima dari akar dan seterusnya. Apabila stomata membuka, uap air dari
rongga antar sel akan keluar ke atmosfer.
Secara umum, proses transpirasi berlangsung dalam 2 tahap, yaitu
evaporasi air dan difusi air. Pada dasarnya transpirasi ditentukan oleh seberapa
besar antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan
membuka dan menutupnya stomata juga menentukan besarnya transpirasi.
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses transpirasi diantaranya
adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air tanah.
Berdasarkan hal diatas maka dilakukan eksperimen tentang pengaruh intensitas
cahaya terhadap kecepatan transpirasi dengan menggunakan tanaman pacar air
(Impatien balsemia).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas
adalah :
Bagaimanakah pengaruh lingkungan (cahaya atau suhu) terhadap kecepatan
transpirasi dengan metode penimbangan ?

C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh lingkungan (cahaya atau suhu)
terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Transpirasi

Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam


bentuk uap air. Teori apapun yang menejelaskan gerak ke atas air dalam xylem
harus memperhatikan volume air yang diangkut serta kecepatannya. Tumbuhan
herba dapat menyerap suatu volume air setiap hari yang sama dengan beberapa
kali volume tanaman itu sendiri. Air yang mengandung petanda (misalnya
buerupa isotop radioaktif) dapat diperlihatkan bergerak keatas dalam batang
sebanyak 75 cm setiap menitnya.

Kandungan air dalam tubuh tumbuhan, hanya 1 dari 2 % dari seluruh air
digunakan untuk fotosintesis atau di dalam kegiatan metabolic sel-sel daunnya.
Sedangkan sisanya menguap melalui melalui proses yang disebut transpirasi. Pada
tumbuhan, transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata., kutikula dan
lentisel. Berdasarkan sarana yang digunakan tersebut maka dikenal dengan istilah
transpirasi stomata., transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Organ tumbuhan
yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi adalah daun, karena
pada daun banyak dijumpai stomata yang membantu meningkatkan laju angkutan
air dan garam mineral serta mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan
kelebihan panas dari tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel.

Proses proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu :

1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun.
Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh
akar akan dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.

2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula
ataupun lentisel.
Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan
melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.

B. Mekanisme Transpirasi Melalui Stomata

Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri
atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara
sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air
oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini
rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga
dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga
antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap
air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami
kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi
oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan
menerima air dari batang dan batang menerima dari akar. Uap air yang terkumpul
dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama
stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar
menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan.
Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus
membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga
antar sel dengan atmosfer.

Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan
untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan
waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata
menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba
(Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1991) dalam literaturnya menyebutkan
terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada
dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat
terlaksana. Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel,
uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut
transpirasi.

Skema mekanisme membukanya stomata

Cahaya fotosintesis dalam sel-sel mesophyl berkurangnya CO2 dalam ruang antar
sel menaikan pH dalam sel penutup perubahan enzimatik menjadi gula menaikkan
kadar gula menaikkan tekanan osmotic dari getah sel menaikkan turgor stomata
membuka (Pandey dan Sinha, 1983).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun


luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan
daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata
(Salisbury&Ross.1992) dan faktor luar antara lain:

1. Kelembaban. Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan


stomata terbuka, maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara
konsentrasi molekul uap air di dalam rongga antar sel di daun dengan
konsentrasi mulekul uap air di udara.

2. Suhu.Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk


meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat
mempengaruhi tekanan turgor daun dan secara otomatis mempengaruhi
pembukaan stomata.

3. Cahaya. Cahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara


pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat
mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.

4. Angin. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling


bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata,
sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu
daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan
hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi

5. Kandungan air tanah. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh


kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya
air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal
tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan
yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah
menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah
ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan
defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut
(Loveless,1991).

6. Pengaruh cahaya. Transpirasi berhubungan langsung dengan


intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju
transpirasi. Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara yaitu
sebagai berikut :

a. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari lansung akan


mengabsorbsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil energi tersebut
yang digunakan dalam fotosintesis, selebihnya diubah menjadi
energi panas. Sebagian dari energi panas tersebut dilepaskan ke
lingkungan, dan selebihnya meningkatkan suhu daun lebih tinggi
daripada suhu udara disekitarnya. Pemanasan tersebut
meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan
faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta
yang menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari
mempunyai suhu yang lebih tinggi daripada suhu udara
memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara
yang jenuh.

b. Cahaya dalam bentuk yang tidak lansung dapat pula


mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka
tutupnya stomata. Pada siang hari, Ketika ada cahaya matahari,
stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya
meningkatkan suhu daun sehungga air menguap lebih cepat.
Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak
kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan
stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan
mengusir uap air. Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan
CO2 meningkat, tapi agak kurang dari yang diduga, karena
meningkatnya CO2 menyebabkan stomata menutup sebagian. Bila
daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melabihi
suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya,
transpirasi menurun. Cahaya mempunyai hubungan langsung
dengan proses fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat, untuk
digunakan dalam proses respirasi sampai dihasilkan energi dalam
bentuk ATP.

C6H12O2 + O2 CO2 + H2O + ATP

Yang dibutuhkan pada proses absorbsi dan transpirasi.


Pengaruh cahaya diyakini mempunyai pengaruh tak lansung
melalui penurunan konsentrasi CO2 oleh fotosintesis. Tapi baru
baru ini, sejumlah kajian memperlihatkan bahwa cahaya memiliki
pengaruh kuat terhadap stomata, lepas dari peranannya dalam
fotosintesis. Diduga, cahaya bekerja di sel mesofil, yang lalu
mengirim pesan pada sel penjaga. Atau, penerima cahaya terdapat
di sel penjaga itu sendiri.

Pada tingkat cahaya yang tinggi, stomata tanaman


memberikan respons terhadap konsentrasi CO2 antar sel yang
rendah. Stomata memberikan respons terhadap cahaya bahkan juga
stomata pada daun yang fotosintesisnya diturunkan sampai nol
dengan pemberian zat penghambat (sianazin). Sharkey dan
Raschke berkesimpulan, pada cahaya rendah konsentrasi CO2
antar sel dapat menjadi factor pengendali yang utama pada tingkat
cahaya tinggi, respons langsung terhadap cahaya dapat melebihi
kebutuhan CO2 untuk fotosintesis dan menyebabkan peningkatan
konsentrasi CO2 antar sel. Naiknya konsentrasi CO2 antar sel
dapat diamati saat cahaya ditingkatkan (karena stomata membuka),
yang ternyata berlawanan sekali dengan yang diperkirakan jika
stomata memberikan respons terhadap cahaya hanya melalui efek
fotosintetik dari konsentrasi CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan
untuk menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam
penelitian yang dilakukan.

B. Variabel percobaan
Variabel yang digunakan dalam melekukan percobaan ini antara lain :
 Variabel kontrol :
 Jenis tumbuhan (tanaman pacar air)
 Jumlah daun tanaman pacar air
 Variabel manipulasi :
 Kondisi atau penempatan tumbuhan pacar air dalam erlenmeyer
(gelap atau terang)
 Variabel respon :
 Kecepatan transpirasi

C. Alat dan Bahan


 Alat
1. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
2. Sumbat erlenmeyer dengan lubang ditengahnya
2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Termometer 1 buah
5. Higrometer 1 buah
6. Lux meter
1 buah
7. Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk 1 buah
8. Pisau tajam 1 buah
9. Penggaris
1 buah
10. Kertas milimeter

 Bahan
1. Air
2. Vaselin
3. Dua pucuk tanaman Pacar air (Impatien balsemia) yang memiliki
kondisi hampir sama sepanjang 20 cm.

D. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer, mengisinya dengan air volume
150 mL.
3. Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam
air, dan segera memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung
erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya
terendam air. Membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan mengolesi
luka tumbuhan pacar air tersebut dengan vaselin. Demikian pula
mengolesi celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya sekitar sumbat
penutup).
4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman
pacar air dan air yang ada di dalamnya dan mencatat hasilnya.
5. Meletakkan erlenmeyer 1 di dalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada
tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi
lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan
kelembaban.
6. Setiap 30 menit menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya
dan mencatat hasilnya.
7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada
tanaman tersebut, kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan
kertas milimeter/grafik, caranya sebagai berikut :
 Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
 Menghitung luas daun dengan ketentuan: apabila kurang dari ½
kotak dianggap nol, dan apabila lebih dari ½ kotak dianggap satu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel

Berat akhir (g) Selisih B


Berat
Intensita Suhu Kelembaban
awal
2. Lingkungan s cahaya
(cd/m2) (oC) (%) 30oC 30oC 30oC 30oC 30o
(g)
(I) (II) (III) (I) (II)

Gelap 400 31 80 299,1 299,0 298,8 298,6 0,1 0,2

Terang 1600 34 81 306,6 306,6 306,3 305,9 0,3 0,3

Anda mungkin juga menyukai