Absorpsi Jurnal Ketik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Absorpsi: Penyerapan Gas CO2  oleh Air Melalui Proses

Absorpsi Menggunakan Packed Bed Tower sebagai Wadah
Pengontakan dengan Variasi Laju Alir Air

Erni Misran, Phillip Dohan R Sitinjak, Muhammad Teja Hasmar, Muhammad


Naufal Azzam, Axel Try Iddo D, Dewi Novita Sari Sihombing
Department of Chemical Engineering, Universitas Sumatera Utara, Padang
Bulan, Medan 20155, Indonesia

Abstrak. Kolom absorbsi gas merupakan proses pemisahan suatu zat yang tidak diinginkan di
dalam fasa  dengan cara mengontakkannya dengan fasa cairan. Percobaan kolom absorbsi gas
ini bertujuan  untuk mengukur absorpsi CO2  ke dalam air, menghitung laju absorpsi CO 2  ke
dalam air  dan  memperlihatkan jumlah CO2    yang dipindahkan dari alur udara sama dengan
jumlah   yang   diserap   oleh   larutan   NaOH.   Bahan   yang   digunakan   yaitu   natrium   hidroksida
(NaOH),   fenolftalein   (C20H14O4),   air   (H2O),   karbon  dioksida   (CO2)   dan   udara.   Percobaan
dilakukan   pada   unit   kolom   absorpsi   gas   dengan   menggunakan   peralatan   analisis   gas   dan
analisis cairan. Pada percobaan ini, digunakan laju alir air (F 1) sebesar 0,050 L/detik dan 0,083
L/detik, laju alir udara (F 2) sebesar  1,667  L/detik dan  2,000  L/detik, dan laju alir CO2  (F3)
sebesar 0,05 L/detik. Hasil percobaan yang diperoleh dari analisis gas adalah jumlah CO 2 yang
diserap   sebesar 0,0118 L/detik, 0,0047 L/detik, 0,0079 L/detik, dan 0,0071  L/detik dengan
persen ralat yang diperoleh berturut­turut sebesar 22,074 %, 32,11 %, 52,953 %, dan 59,444 %
dan   pada   analisis   cairan,   laju   absorpsi   rata­rata   yang   diperoleh   sebesar   0,00000010714
mol/detik, 0,0000002129 mol/detik, 0,00000007143 mol/detik, dan 0,00000021429 mol/detik.

Keywords:  absorpsi, analisa cairan, analisa gas, laju alir, pemisahan

1. Pendahuluan
Proses pemisahan merupakan pemurnian produk dari bahan mentahdan juga digunakan untuk
mendaur ulang bahan – bahan yang bernilai ekonomis. Perbedaan metode pemisahan telah dipelejari
dalam hal efisiensi energi dan juga dilakukan pemilihan untuk menentukan metode yang memerlukan
energi lebig rendah [1]. Salah satu operasi pemisahan dalam industri kimia dimana suatu campuran
gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap yang sesuai disebut absorpsi, sehingga satu atau lebih
campuran gas terlarut dalam cairan penyerap. Absorpsi dapat berlangsung dalam dua macam proses
yaitu absorpsi fisik atau pun absorpsi kimia, absorpsi fisik merupakan absorpsi dimana gas terlarut
dalam cairan penyerap tanpa disertai dengan reaksi kimia. Pada proses penyerapan gas CO 2 yang
terjadi adalah proses absorpsi secara kimia karena disertai dengan reaksi kimia [2].
Pada percobaan kali ini kita ingin mengukur absorpsi CO 2 kedalam air yang mengalir melaui
kolom packing menggunakan cara titrasi dengan NaOH dan menghitung laju absorpsi CO 2 didalam
air. Pada dasarnya untuk memahami prinsip kerja absorpsi, terlebih dahulu harus memahami design
kolom absorpsi beserta bagaimana hal itu mempengaruhi interaksi gas cair serta koefisien perpindahan
massa. Misalnya, diameter sebuah menara dikemas tergantung pada jumlah gas dan sifat cair, dan
tinggi menara tergantung kepada konsentrasi yang diinginkan dan tingkat perpindahan massa. Dengan
kata lain, ketinggian kolom sendiri didasarkan pada neraca massa, perkiraan driving force dan
koefisien perpindahan massa [3].

2. Bahan, Peralatan dan Prosedur Percobaan
2.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah  natrium hidroksida (NaOH), phenolphthalein
(C20H14O4), air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan udara.

2.2 Peralatan Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan adalah unit kolom absorpsi gas yang ditunjukkan pada
gambar 1. 

Gambar 1. Unit Kolom Absorpsi Gas
Keterangan:
1. Tangki air (penampung) 9.   Flowmeter
2. Kran/katup 10. Katup pengendali aliran gas
3. Manometer air raksa 11. Kran pengambil sampel gas
4. Flowmeter 12. Kompresor udara
5. Peralatan hempl 13. Pompa air
6. Katup pengendali aliran udara 14. Kran pembuangan
7. Kran pengambil sampel gas C2 Katup pengendali aliran udara
8. Katup pengendali aliran air C4 Katup keluaran air

2.3 Prosedur Percobaan
Prosedur untuk percobaan analisis gas sebagai berikut:
1. Glove diisi dengan larutan NaOH 0,1 N
2. Dinyalakan pompa dan kompresor dihidupkan
3. Diatur laju alir air (F1) dan udara (F2) dengan menggerakkan flowmeter
4. Dibuka tabung gas CO2 dan diatur laju alir gas (F3) ke kolom
5. Dilakukan pembersihan sebanyak 3 kali dari gas CO 2
6. Ditunggu selama 4 menit lalu injektor ditarik hingga mencapai V1 sebanyak 30 ml
7. Dicatat kenaikan skala NaOH sebagai V 2
8. Ulangi no. 3­7 untuk variasi laju alir air (F1) dan laju alir udara (F2) lainnya

Prosedur untuk percobaan analisis gas sebagai berikut:
1. Glove diisi dengan larutan NaOH 0,1 N
2. Dinyalakan pompa dan kompresor dihidupkan
3. Diatur laju alir air (F1) dan udara (F2) dengan menggerakkan flowmeter
4. Dibuka tabung gas CO2 dan diatur laju alir gas (F3) ke kolom
5. Ditunggu selang 7 menit sampai 21 menit
6. Sampel cairan masuk dan keluar diambil sebanyak 100 ml untuk dianalisis
7. Ditambah 3 tetes fenolftalein lalu dititrasi dengan larutan NaOH 1 N
8. Jika larutan berubah warna, catat volume NaOH 1 N yang dipakai
9. Ulangi no. 3­7 untuk variasi laju alir air (F1) dan laju alir udara (F2) lainnya

3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Analisa Gas
3.1.1 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Fraksi Gas CO2 Masuk
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.05
0.05
Fraksi Gas CO2 Masuk (Yi) 0.04
0.04
0.03
0.03 F air = 0,050 L/detik
0.02 F air = 0,083 L/detik
0.02
0.01
0.01
0.00
1.667 2.000
Laju Alir Udara (L/detik)

Gambar 2.  Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Fraksi Gas CO2 Masuk

Gambar 2. dapat dilihat pengaruh laju alir udara terhadap fraksi gas CO 2 masuk (yi) mengalami
kenaikan. Untuk laju alir udara 1,667 L/detik fraksi CO 2 masuk untuk laju alir air 0,050 L/detik dan
0,083 L/detik adalah 0,036 dan 0,044. Kemudian menurun pada laju alir udara 2,000 L/detik menjadi
0,032 dan 0,039 kemudian meningkat pada laju alir udara masing-masing laju alir gas.
Laju transfer massa CO2 akan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi absorben dan laju
alirnnya. Dengan meningkatnya laju alir gas akan meningkatkan transfer massa CO 2 lebih efektif [4].
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan telah sesuai
dengan teori dimana penambahan laju alir meningkatkan fraksi gas CO 2 yang masuk.

3.1.2 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Absorpsi
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.020
0.018
Laju Absorpsi (L/detik) 0.016
0.014
0.012
0.010 F air = 0,050 L/detik
0.008 F air = 0,083 L/detik
0.006
0.004
0.002
0.000
1.667 2.000
Laju Alir Udara (L/detik)

Gambar 3.  Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Absorpsi

Gambar 3 dapat dilihat pengaruh laju alir udara terhadap laju absorpsi mengalami kenaikan.
Untuk laju alir air 0,05 L/detik dengan laju alir udara 1,667 naik menjadi 2,000 L/detik terjadi
kenaikan terhadap laju absorpsi gas CO 2 dari 0,0118 menjadi 0,0047. Untuk laju alir air 0,083 L/detik
dengan laju alir udara 1,667 dan 2,000 L/detik terjadi kenaikan terhadap laju absorpsi gas CO 2 dari
0,0079 menjadi 0,0071.
Berdasarkan teori, peningkatan laju alir udara dapat meningkatkan perpindahan massa CO 2.
Ketika laju udara meningkat, waktu tinggal CO 2 menurun secara signifikan [4]. Laju absorpsi overall
meningkat dengan bertambahnya laju alir zat cair [5].
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori.

3.1.3 Pengaruh Fraksi CO2 Masuk terhadap Laju Absorpsi
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.014

Laju Absorpsi (L/detik) 0.012


0.010
0.008
F air = 0,050 L/detik
0.006
F air = 0,083 L/detik
0.004
0.002
0.000
0.036 0.032 0.044 0.039
Fraksi CO2 Masuk (Yi)

Gambar 4.  Pengaruh Fraksi CO2 Masuk terhadap Laju Absorpsi
Gambar 4 dapat dilihat pengaruh fraksi CO 2 terhadap laju absorpsi mengalami kenaikan. Untuk
laju alir air 0,050 L/detik mengalami penurunan laju absorpsi dari 0,118 jadi 0,0047 dengan fraksi CO 2
dari 0,036 jadi 0,032. Untuk laju alir air 0,083 L/detik mengalami penurunan laju absorpsi dari 0,0079
jadi 0,0071 dengan fraksi CO2 mengalami penurunan dari 0,044 jadi 0,039..
Hubungan laju absorpsi dengan fraksi CO2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
G ( y ¿− y out )
K g A=
Z . P .( y− y ¿ )m
[6]
N CO =K G (PCO b−P¿ )
2 2
[7]
Dimana KG adalah koefisien perpindahan massa, G adalah laju alir gas, Y in adalah fraksi gas
CO2 masuk dalam gas, Yout adalah fraksi gas CO 2 keluar dalam gas dan N CO2 adalah fluks absorpsi.
Dari persamaan maka fluks absorpsi berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa dan
koefisien perpindahan massa berbanding lurus dengan fraksi CO 2 yang masuk. Maka dapat
disimpulkan laju absorpsi berbanding lurus dengan fraksi CO 2 yang masuk.
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan teori dimana semakin tinggi laju absorpsi, fraksi CO 2 yang didapat menurun. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Terjadi penurunan laju alir air, udara dan gas CO2 selama percobaan
2. Ketinggian cairan dalam packing tidak konstan sehingga kontak cairan dengan gas tidak
sempurna.
3.1.4 Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Fraksi Gas CO2 Keluar
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.014
0.012
Laju Absorpsi (L/detik)

0.010
0.008
0.006 F air = 0,050 L/detik
0.004 F air = 0,083 L/detik
0.002
0.000
0.03 0.03 0.04 0.04
Fraksi CO2 Keluar (Yo)

Gambar 5.  Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Fraksi Gas CO2 Keluar

Gambar 5 dapat dilihat pengaruh fraksi CO2 keluar terhadap laju absorpsi mengalami
penurunan . Untuk laju alir air 0,050 L/detik mengalami penurunan laju absorpsi dari 0,0118
jadi 0,0047 dengan fraksi CO2 dari 0,029 jadi 0,030. Untuk laju alir air 0,083 L/detik
mengalami penurunan laju absorpsi dari 0,0079 jadi 0,0071 dengan fraksi CO 2 dari 0,044 jadi
0,039.
Hubungan laju absorpsi dengan fraksi CO2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
G ( y ¿− y out )
K g A=
Z . P .( y− y ¿ )m
[6]
N CO =K G (PCO b−P¿ )
2 2
[7]
Dimana KG adalah koefisien perpindahan massa, G adalah laju alir gas, Y in adalah fraksi gas
CO2 masuk dalam gas, Yout adalah fraksi gas CO 2 keluar dalam gas dan N CO2 adalah fluks absorpsi.
Dari persamaan maka fluks absorpsi berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa dan
koefisien perpindahan massa berbanding terbalik dengan fraksi CO 2 yang masuk. Maka dapat
disimpulkan laju absorpsi berbanding terbalik dengan fraksi CO 2 yang masuk.
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh sesuai dengan
teori dimana semakin tinggi laju absorpsi, fraksi CO2 akan menurun.
3.2 Analisa Cairan
3.2.1 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Absorpsi
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.00016
Laju Absorpsi (mol/detik)

0.00014 F air = 0,050 L/detik


menit ke 7
0.00012
Fair = 0,050 L/detik
0.00010
menit ke 14
0.00008 F air = 0,050 L/detik
0.00006 menit ke 21
0.00004 F air = 0,083 L/detik
0.00002 menit ke 7
0.00000 F air = 0,083 L/detik
1.667 menit ke 14 2.000
Laju Alir Udara (L/detik)F air = 0,067 L/detik
menit ke 21

Gambar 6.  Pengaruh Fraksi CO2 Masuk terhadap Laju Absorpsi

Gambar 6 dapat dilihat bahwa laju absorpsi pengaruh laju alir udara terhadap laju absorpsi
dengan laju alir air 0,058 dan 0,083 L/detik pada menit 7,14,21 mengalami peningkatan
Berdasarkan teori, peningkatan laju alir udara dapat meningkatkan perpindahan massa CO 2.
Ketika laju udara meningkat, waktu tinggal CO 2 menurun secara signifikan [4]. Laju absorpsi overall
meningkat dengan bertambahnya laju alir zat cair [5].
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan teori kecuali untuk laju alir air 0,050 L/detik pada menit 21 dan 0,083 L/detik pada menit ke 7
Hal ini disebabkan oleh:
1. Terjadi penurunan laju alir air, udara dan gas CO2 selama percobaan
2. Ketinggian cairan dalam packing tidak konstan sehingga kontak cairan dengan gas tidak
sempurna.
3.2.2 Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Waktu
Adapun grafik yang diperoleh dari percobaan adalah:
0.00016
0.00014 F air = 0,050 L/detik
Laju Absorpsi (mol/detik)

0.00012 F udara = 1,667


L/detik
0.00010
F air = 0,050 L/detik
0.00008 F udara = 2,000
0.00006 L/detik
0.00004 F air = 0,083 L/detik
F udara = 1,667
0.00002 L/detik
0.00000 F air = 0,083 L/detik
7 14 F udara = 2,000 21
Waktu (menit) L/detik

Gambar 7.  Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Waktu

Gambar 7 menunjukkan hubungan laju absorpsi terhadap waktu. Dari grafik dapat disimpulkan
bahwa grafik mengalami kenaikan kecuali untuk laju alir air 0,083 L/detik dan laju alir udara 1,667
L/detik.
Berdasarkan teori, difusi gas pada sistem kontak gas cair bergantung pada waktu kontak
(Bhatti, dkk., 2016). Laju absorpsi CO2 ke fasa cair dapat dirumuskan:
−V G dPi
R= [8]
A . R gas . T dt
Dimana R adalah absorpsi CO2, VG adalah volume gas, A adalah interface cairan, R gas adalah
konstanta gas universal, T adalah temperatur, Pi adalah tekanan parsial CO 2 dan t adalah waktu. Dari
persamaan di atas, waktu berbanding lurus dengan laju absorpsi sehingga semakin lama waktu, laju
absorpsi akan semakin cepat.
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan teori kecuali untuk laju alir air 0,083 L/detik dan laju alir udara 1,667 L/detik. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Terjadi penurunan laju alir air, udara dan gas CO2 selama percobaan
2. Ketinggian cairan dalam packing tidak konstan sehingga kontak cairan dengan gas tidak
sempurna.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu:
1. Semakin tinggi laju alir air maka fraksi CO2 yang masuk akan meningkat
2. Semakin tinggi laju alir udara akan menurunkan laju absorpsi CO 2
3. Laju absorpsi akan meningkat dengan banyaknya fraksi CO 2 yang masuk
4. Fraksi CO2 yang keluar akan semakin menurun sehingga laju absorpsi akan menurun juga
5. Semakin tinggi laju alir udara maka laju absorpsi yang diperoleh akan konstan
6. Laju absorpsi gas CO2 akan bertambah dengan meningkatnya waktu

Daftar Pustaka
[1] Fatmawati, Meli. 2016. Pemisahan Campuran Organik – Organik dengan Pervavorasi. Bandung:
Intitut Teknologi Bandung.
[2] Paryanto, Santoso dan Valentino Adi Nugroho . 2015. Penyerapan Gas Karbondioksida
(CO2)dalam Biogas dan Larutan Ca(OH)2. Ekuilibrium ISSN: 1412 – 9124.
[3] Jackson, Yaminati. 2004. Modelling Gas Absrption. Worceshter Politecnic Institude United State
of Amerika.
[4] Sunarti, A.R dan A.L. Ahmad. 2015. Evaluation of Membrane Gas Absorption Performance by
Using Various of Liquid Absorbents. International Journal of Engineering and Innovative
Technology (IJEIT). Vol 4. Issue 8.
[5] Zeng, Qing., Yincheng Guo, Zheng Niu dan Meng Lin. 2013. The Absorption Rate of CO 2 by
Aqueous Ammonia in A Packed Column. Fuel Processing Technology. Vol 108. No. 76­81.
[6] Joved, K.H., T. Mahmud dan E. Purba. 2006. Enhancement of Mass Transfer in a Spray Tower
Using Swirling Gas Flow. Chemical Engineering Research and Design. Vol 84. 465-477.
[7] Siy, Stepahanie Jane P., Jonina Charisse S., Villanueva, Susan A Roses dan Nathaniel P. Dugos.
2013. Design, Fabrication and Testing of Wetted Wall Column for Carbon Capture Using
Aqueous Ammonia. Debo Salle University: Manila.
[8] Devries,   Nicholas   P.   2014.  CO2  Absorption   into   Concentrated   Carbonate   Solutions   with
Promoters at Elevated Temperatures. University of Illionois at Urbana­Champaign: Urban.

Anda mungkin juga menyukai