Tata Hubungan Pria Wanita PDF
Tata Hubungan Pria Wanita PDF
Tata Hubungan Pria Wanita PDF
PURWADI
April 2011
1
TATA HUBUNGAN PRIA WANITA
Purwadi
A. Pendahuluan
bibit, bebet, bobot yang mengandung makna kualitas mental, moral dan spiritual
(Damardjati Supadjar, 1987: 56). Orientasinya adalah untuk mencari wiji sejati,
memiliki buku yang mengupas tentang seksologi secara jelas, detail, transparan
Jing, Hung Lou Meng dan Yin Yuan Thu yang mengupas ajaran seks secara
hampir paripurna. Kitab-kitab tersebut selalu menjadi rujukan dan pedoman bagi
1
Makalah ini disampaikan dalam acara Penganugerahan Award Pejuang Kartini dan Pagelaran
Wayang Sambung dalam rangka Hari Kartini, yang diselenggarakan oleh SDIT Salsabila
Klaseman Sleman Yogyakarta pada tanggal 17 April 2011.
2
Dalam makalah akan dibahas seluk beluk seksologi Jawa yang diambilkan
sisi erotis kehidupan manusia dalam bentuk kesusastraan yang bernilai estetis. Di
sana terdapat keutamaan yang dapat digunakan sebagai kaca benggala atau
pesan tentang syarat utama hubungan pria wanita ketika hendak membangun
sebuah rumah tangga. Modal utama berumah tangga bukanlah harta maupun
benda, namun tekad hati yang bulat. Itulah pedoman hidup yang harus diyakini
setiap insan yang akan berkeluarga. Mangun bale wisma, sekali tergores akan
1957: 11).
Kitab Shu Ni Jing memuat tata cara kehidupan seks dan seni ranjang yang
kenikmatan senggama. Dalam buku itu diajarkan teknik-teknik dan rahasia untuk
3
bagaimana nikmatnya bersenggama itu, sehingga mereka memahami betapa
Hal yang sama juga terdapat di Jawa, yakni Serat Nitimani dan Serat
tradisional dapat kita jumpai dalam Primbon Jalu Usada dan Primbon Wanita
Usada. Untuk kisah-kisah petualangan seksual yang moderat dapat dibaca lebih
jauh dalam Serat Centhini yang ditulis atas prakarsa Sunan Paku Buwana V di
Candrarini, Serat Wulang Putri, Serat Darmarini atau juga Serat Nitisastra dan
Serat Yadnyasusila.
ilmu pengasihan yang ada kaitannya dengan seksualitas. Dalam Serat Sasana
Sunu juga diajarkan tata krama dan sopan santun ini (Yasadipura, 1982: 45)
yang berkaitan dengan kehidupan seksual. Yakni ilmu tentang kalender seksual
yakni waktu-waktu terbaik untuk bercinta, cita rasa perempuan yakni tempat-
tempat sensitif di tubuh perempuan dan kenikmatan seks berdasar pada bentuk
genetikal perempuan. Di samping itu juga tata krama seksual dan pose-pose yang
dapat melahirkan kenikmatan dalam hubungan seks. Semua itu disusun untuk
mendapatkan kenikmatan seksual secara optimal (Sunoto, 1981: 76). Dalam kitab-
4
kitab klasik tersebut, hubungan percintaan disebut dengan berbagai macam istilah
seperti among tresna, among asmara, among sih, among resmi, among saresmi,
among lulut, salulut, saresmi, jimak, andon asmara, andon lulut, andon resmi,
awor jiwa, aworsih, karon asmara, karonsih, dan sacumbana. Semua istilah itu
mengacu untuk cinta, asmara, kasih, percumbuan dan seks. Makalah ini akan
gairah kasih istri dalam menanggapi tantangan awal gairah kasih suami, yakni
munculnya aroma khas tersebut adalah aroma jiwa (yang warna aromanya tidak
ada persamaannya dengan aroma apapun) yang terhembus adalah aroma jiwa
membukakan seluruh syaraf rasa dan terbukanya alur/lorong kantung sarung janin
wanita/saluran telur) dan siap bergeraknya indung telur menuju rahim, sebagai
tanda siap dimulainya penyatuan dua alat vital suami-istri. Meruhi (melihat
langsung dan tidak langsung secara fisik) yaitu bahwa jangan sampai bertindak
tidak senonoh yang betul-betul merupakan pantangan yang tidak boleh dilanggar
Kedua hal yang sangat rahasia itu sebaiknya diketahui secara nalar
(pengetahuan akal tanpa menyaksikan dengan mata kepala sendiri), yakni melalui
sumber bacaan/ pustaka yang berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran anak
(rahim) telah banyak ditulis secara ilmiah oleh para ahli bidang kesehatan.
5
Pantangan tersebut memang bukan berlandaskan kepada pemahaman
terdalam yakni munculnya puncak rasa malu dan kecewa yang amat dalam di
relung hati wanita yang paling halus dan tidak nampak dipermukaan tampilan
wajah wanita, yakni rasa harga diri yang tergores sebagai bentuk kesadaran moral
dan akhlak, akan sulit dilupakan/dihapuskan. Rasa kecewa itu akan selalu
Pengaruhnya akan mengotori cipta batin kedua belah pihak pada proses
kejernihan bawah sadar yang akan muncul pada setiap muncul keinginan untuk
melakukan hubungan nikah rohaniah, karena iblis akan merasuki jiwa pihak suami
untuk selalu mengulang-ulang kembali dan munculnya ide rasional yang dirasuki
nafsu yang mengalahkan nafsi suci yang telah dibersihkan dengan berbagai upaya
Pada masa kejayaan kraton Jawa, seksualitas telah menjadi bagian integral
dalam kehidupan dan dalam ekspresi seni-budaya Jawa. Dalam hal ini, kita
mungkin akan sangat tercengang jika membaca Serat Centhini (Munarsih, 2004:
12). Dalam Serat Centhini, masalah seksual ternyata juga telah menjadi tema-
tema sentral yang diungkap secara verbal atau terbuka tanpa tedeng aling-aling
yang sangat paradoks dengan etika sosial Jawa yang bersifat puritan dan ortodoks.
6
Dalam serat ini, masalah seksual dibicarakan dalam berbagai versi dan kasus.
fungsinya, etika dan tata cara bermain seks, gaya (style) persetubuhan, dan lain-
lain. Selain itu masalah seks juga dibicarakan dalam banyak varian lain, seperti
masalah teologi seks, yang mengaitkan seks dengan asal usul manusia dan “ilmu
kasunyatan” (Otto Sukatno, 2002). Orang Jawa Klasik membagi ajaran bercinta
1. Asmara Nala
hendaknya dilandasi oleh cinta kasih yang muncul dari lubuk hati masing-
masing. Ketika dua insan saling tergetar jiwanya satu sama lain, maka
karonsih itu. Seks bukan sekedar untuk menyalurkan hasrat birahi seorang
dalam pula rasa kenikmatan seksual yang mereka peroleh. Ketika sepasang
mata jejaka membentur pandangan sepasang mata seorang gadis, dan pada
hati masing-masing ada getaran aneh yang menyelinap tanpa bisa mereka
7
perasaan gelisah yang indah, yang hanya akan terjawab dengan
2. Asmara Tura
3. Asmara Turida
merdu, desah napas yang syahdu akan membuat kedua pasangan terlena.
Sepasang suami istri yang sedang bercinta, akan lebih nikmat jika si istri
4. Asmara Dana
sering kali dilantunkan oleh sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta.
Kata-kata pilihan itu sungguh mempesona dan punya daya magis ajaib
8
yang menimbulkan bukit cinta kasih semakin meninggi. Kelebihan laki-
laki biasanya pada sisi rayuan ini. Pihak perempuan yang sudah ada benih
cinta, biasanya akan terbius dan menyerahkan jiwa raga sepenuh kasih.
5. Asmara Tantra
yang paling dahsyat. Kedua insan yang sedang among tresna tidak akan
melupakan ciuman, entah itu dahi, pipi, mata, bibir, atau bagian tubuh
yang lain. Oleh karena itu, setiap pasangan suami istri hendaknya
tentu saja, seseorang yang memiliki bau badan yang kurang beruntung. Ia
harus sadar diri menjaga tubuhnya dengan berbagai cara tertentu agar
pasangan tidak muak. Bau badan yang kurang sedap akan menghilangkan
6. Asmaragama
dipastikan empat hal, yakni besar, panjang, keras dan hangat. Sedangkan
laki adalah yang hangat, empuk dan menyerah (Munarsih, 2004 : 34).
Dalam hubungan seksual itu, menurut kitab-kitab Jawa Klasik, unsur laki-
laki adalah upaya atau alat mencapai kebenaran yang agung. Sedangkan unsur
9
wanita merupakan prajna atau kemahiran yang membebaskan. Maka, dipahami
bahwa persenggamaan adalah darma seorang istri terhadap suami dan sebaliknya
mengajarkan makna hubungan pria dan wanita ini secara mendalam. Sampai saat
ini paham ini masih menyebar di nusantara maupun di daerah-daerah lainnya yang
seksuallah kehidupan di dunia ada. Maka, seks dianggap sumber kehidupan, kunci
harmoni rumah tangga dan pencipta keturunan. Maka, seks harus dipahami dan
timbul dari hubungan kelamin. Bahkan seluruh dunia diciptakan oleh senggama
dewa pencipta dengan saksinya. Jadi, tanpa bersenggama tidak akan mungkin
merupakan derivasi dari kata sastra yang bermakna ajaran. Kamasutra berarti
ajaran tentang cinta. Maka, dalam dunia pewayangan dikenal dewa dan dewi cinta
adalah Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih. Karena merupakan energi cinta, maka
kama harus dijaga sebaik-baiknya. Meskipun teori ini telah berabad-abad masuk
leksikal kama adalah sperma. Kama salah adalah nama kecil Batara Kala yang
berarti sperma yang salah alamat. Orang yang suka bermain sperma akan
10
Dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut mudah diketemukan dalam dunia
permintaan harus dikabulkan melebihi keinginan raja. Kalau diingatkan dia akan
menangis. Bila perlu dengan mengamuk segala rupa agar diperhatikan kehendak
dan keinginannya. Orang yang terjangkit sifat kama atau kekanak-kanakan itu
berikut: Perempuan dengan buah dada kecil, sudah kelihatan terurai dan kelihatan
membesar tetapi tidak padat berisi. Atau sudah kendur sehingga tidak indah lagi
dipandang mata. Di samping itu, pinggulnya juga sudah tampak mekar. Sebab
Hal yang senada dengan hukum sebab akibat tersebut di atas adalah dalam
hal siapa yang terlebih dahulu berminat atau timbul rasa rindu dendam (kangen)
untuk melakukan saresmi (nikah rohani). Hal ini perlu penghayatan waktu atau
merasa kangen itu. Bila dalam hitungan waktu selapan dina (tiga puluh lima hari)
maka bila sang istri yang terlebih dahulu berminat sekali, dapat diamati
kemungkinannya kelak akan lahir anak laki-laki (Budiono Heru Satoto dan
11
Demikian pula sebaliknya. Pengamatan dan pencermatan tersebut perlu
terhadap tanda-tanda kemungkinan kelak akan lahir anak perempuan atau laki-
laki, hal itu dapat dicermati melalui sarana alusing pandulu (kehalusan daya cipta)
Bila dapat menguasai kelima kehalusan daya cipta tersebut di atas, maka
akan dapat menguasai kemampuan untuk memahami tanda-tanda dari sifat benih
manusia, dalam budaya Jawa dikenal adanya idiom kakang kawah adi ari-ari.
Apakah benar bahwa segala wujud yang keluar bersama sang bayi ketika lahir,
yakni: kawah (air ketuban), ari-ari (plasenta), darah dan puser (potongan pusar),
adalab kadang tunggal banyu (saudara satu sumber air) yang juga mengandung
getar cipta sang ibu, sehingga ia disebut dengan istilah sedulur papat, kalima
pancer, yakni 'Kakang kawah, adhiari-ari'. Apakah hanya orang Jawa saja yang
mempercayai bahwa kadang tunggal banyu tersebut mengandung juga getar cipta
ibu yang memiliki kekuatan gaib, sehingga potholan (tanggalan) pusar bayi
12
seringkali dipergunakan untuk mengobati anak-anak yang sakit? Apakah hal ter-
pemahaman masing-masing orang. Bagi orang yang tak beriman dan masyarakat
modern masalah tersebut dianggap tidak bermakna, Namun bagi para sesepuh
(orang yang tua pemikirannya) yang menerima warisan nasihat-nasihat dari pini
masalah ini dianggap sebagai suatu bentuk penghormatan kepada Allah Sang
Maha Pencipta atas ‘Karya Cipta’-Nya Yang Agung, yang telah memberikan
kepompong gaib (wadah hidup) kepada sang bayi selama dalam kandungan ibu,
yang terdiri dari selaput ketuban, air ketuban, ari-ari (plasenta), dan usus
penghubung antara plasenta dan sang bayi. Karena air ketuban keluar mendahului
bayi, maka ia disebut Kakang (saudara tua), sedangkan ari-ari yang keluar setelah
Darah ibu yang mengikuti kelahiran bayi, dan potongan puser bayi
Keempatnya disebut sedulur papat (empat bersaudara), dan kalima pancer (yang
kelima adalah pokok pangkal) yakni sang bayi sendiri. Sebenarnya secara lebih
dapat dilihat setelah bayi lahir dan sisa selaput ketuban yang mengering
dan masih lekat pada kulit bayi akan berwarna putih seperti bedak
(pupur).
13
2) Mar (getar cipta) dan Was (rasa kekhawatiran dan cemas) ibu yang muncul
rohani, untuk mendorong keluar sang bayi dari rahim ibu). Bersamaan
1) Ari-ari (plasenta),
Soejadi, 2002). Sementara nafsu birahi seringkali menjadi nafsu atau keinginan
yang sangat kuat untuk berbuat sekehendak hati demi mengejar kepuasan diri
sendiri sehingga naelakukan tindakan kasar, brutal, tidak senonoh, asal puas hati
sendiri karena istri dianggapnya sebagai barang milik pribadi sepenuhnya, yang
berhubungan dengan letak-letak genital yang sensitif dalam kaitan permainan seks
14
wedaling rahsa (mencegah atau memperlambat agar sperma tidak cepat keluar),
dan lain-lain (Otto Sukatno, 2002 : 34). Di bawah ini terdapat dialog yang
juga diungkap mengenai doa-doa atau mantra seksual. Itulah salah satu bukti dari
ritualisasi pemaknaan dan penandaan seks ala Jawa yang begitu khas, tetapi rumit
dan kompleks. Sebuah penyatuan antara seks yang bersifat tindakan praksis
dengan seks sebagai pengungkapan emosi dan perasaan, yang berada di ranah
esoterik bahkan ideal-spiritual. Karena tanpa laku dan keyakinan, mantra tidak
15
akan memiliki efek dan manfaat apa-apa, baik bagi diri yang merapalnya maupun
gajah, dan rusa. Di antara ciri perempuan kuda adalah badannya sedikit tegap,
kulit agak gelap, sorot mata tajam, suara agak berat. Perempuan demikian
memiliki daya seksual yang kuat. Adapun perempuan gajah memiliki ciri badan
memiliki tubuh kecil atau sedang. la terkesan genit dan lincah, ramah dan
menggoda berahi, serta memiliki daya tarik seksual yang sangat romantis.
Sayangnya notabene perempuan jenis ini sulit hamil. Namun jika sekali hamil,
anaknya akan beruntun (Sri Suhandjati Sukri & Sofyan, 1995: 99).
menerus diturunkan dalam, tradisi Jawa oleh kalangan para pangerannya, yang
terdapat satu anggapan bahwa perempuan yang sebaiknya dipilih menjadi istri,
sebagaimana yang diuraikan dalam Serat Centhini yang disitir oleh Sri Suhandjati
Sukri adalah perempuan yang benar-benar berwatak, yang disebut sama, beda,
dana, dhendba, guna, busana, dan asana. Kalau bisa laki-laki harus memperoleh
- Sama, yaitu memiliki watak welas asih kepada sesama makhluk hidup.
16
- Beda, yaitu mampu memilah-milah (membedakan, mempertimbangkan
atau memilih yang lebih penting) dengan apa yang hendak dilakukan.
- Dhendha, yaitu dapat menggunakan hukum atas aturan sar nalar sehat
untuk melihat mana yang baik dan yang buruk atas dasar empan-empan
keinginan lahir dan keinginan batin. Dalam meladeni dan melayani suami
Dalam mengolah asmara yang tetap berlandaskan kepada awas lan eling,
bersih ciptanya, harus memperhatikan dan memahami segala pertanda dari sikap
merasakan dengan mata batin apakah benih yang tercurahkan itu nanti benih yang
17
bermutu atau benih yang kurang bermutu dan; apakah rasa dan gairah sang istri
sudah bangkit secara seimbang dan membalas segala gairah kasih dari suaminya.
Bangkitnya rasa dan gairah kasih tersebut dapat disebabkan oleh 2 (dua)
hal, yakni pertama, marahi (menuntun atau memulai) yaitu sebelum menyatukan
tubuh dalam senggama, sang suami harus tertebih dahulu membuka rasa gairah
istri dengan tindak rayuan yang berupa elusan dan rabaan halus penuh kasih
sayang terhadap segala milik istrinya secara bertahap dari bagian atas tubuh
sampai ke bagian bawah, tanpa ada penolakan dari istri. Tujuan dan manfaatnya
adalah untuk menumbuh dan meningkatkan rasa gairah kasih sang istri. Baik
dimulai dengan segala hening cipta kedua belah pihak dan bergerak bersama
dengan kendali nafsi secara gerak perlahan penuh rasa dan kasih tnenuju puncak
secara bersama-sama.
Kepuasan jiwa dan badan/ rohani dan jasmani dalam bentuk kelegaan,
kepuasan jiwa, kekenduran syaraf dan otot-otot amat terasa nik-mat, bersama
senyuman bahagia sejahtera lahir batin dan basah kuyupnya seluruh badan oleh
dan rasional.
untuk meruhi (melihat fisik) yang dipantangkan itu, bisa menimbulkan ide-ide
gila pada sang suami misalnya timbul keinginan untuk mengukur berapa
dalamnya atau ingin merasakan seperti apa sebenarnya bentuk permukaan kulit
bagian dalam dari vagina wanita/istri yang sebenarnya, dengan cara memasuk-kan
18
salah satu jari tangannya ke dalam vagina istri. Hal seperti itu sangat melukai
perasaan istri dan secara fisik sangat berbahaya karena bisa melukai kulit halus
yang penuh dengan ujung-ujung syaraf perasa yang amat peka terhadap benda-
benda keras seperti kuku jari misalnya. Luka yang ditimbulkan itu tidak bisa
diketahui karena berada pada bagian dalam, tetapi akan sangat dirasakan oleh
adalah pengalaman buruk pada pihak istri yang bisa menumbuhkan rasa traumatic
kepuasaan jiwa dan badan (rohani dan jasmani) dalam bentuk kelegaan, kepuasan
sejahtera lahir batin. Segalanya menjadi terasa ringan dan serasa mengapung di
awang-awang, tergolek dalam tidur yang lelap dan nyaman, yang hanya bisa
diraih dengan segala daya upaya yang panjang dan tidak mudah. Tidak semua
orang bisa menikmatinya, tanpa daya upaya untuk belajar, berlatih dan
memahaminya secara lahir dan batin (Budiono Heru Satoto dan Soejadi, 2002:
88). Cipta birawa adalah surga dunia. Bahagia lahir batin karena lepasnya segala
E. Kesimpulan
19
Pengungkapan aspek seksualitas dalam kosmologi Jawa dilakukan dengan
penuh sopan santun dan tata krama. Hal ini dapat berguna bagi masyarakat yang
belajar dari kosmologi Jawa untuk mengayunkan langkah kakinya sehingga cita-
Hidup berumah tangga telah diajarkan oleh para pujangga yang sudah
terkenal waskitha, wicaksana dan tajam mata batinnya. Olah asmara yang secara
yakni keselarasan hubungan percintaan sejati suami istri. Lika-liku laki-laki yang
teruji mutu ke-lelaki-annya merupakan muara bagi perempuan yang teruji bobot
ke-empu-annya.
bahwa seberat-berat beban bumi, masih lebih berat kasih sayang seorang wanita
seorang pria yang menjadi bapak. Oleh karena itu hubungan suami dan istri dalam
kebudayaan Jawa populer dengan istilah ibu pertiwi bapa angkasa. Keduanya
bersatu padu menjadi garwa, sigaraning nyawa, jalinan kasih antara jiwa raga
lahir batin.
tangga yang langgeng, dan bukan hanya berlandaskan cinta semata. Cinta
hanyalah salah satu aspek yang dapat menimbulkan pemahaman bersama untuk
saling kasih mengasihi dan menjadi alat yang teguh untuk mengatasi segala
20
kesulitan dalam menempuh hidup bersama, demi masa depan yang lebih baik bagi
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Heru Satoto dan Soejadi, 2002. Seks Para Leluhur. Yogyakarta : Graha
Pustaka.
Damardjati Supadjar, 1987. Unsur Kefilsafatan Sosial yang Terkandung dalam
Serat Sastra Gendhing. Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM.
Karkono Kamajaya, 1992. Serat Centhini. Yogyakarta : UP Persatuan.
Munarsih, 2004. Serat Centhini Warisan Sastra Dunia. Gelombang Pasang.
Yogyakarta.
_______, 2004. Feminisme Jawa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
Otto Sukatno, 2002. Seks Para Pangeran, Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme
Jawa. Yogyakarta : Bentang.
Siswoharsoyo, 1957. Serat Guna Cara Agama. Yogyakarta: Percetakan Persatuan.
Sri Suhanjati Sukri & Sofyan, 1995. Konsep Wanita dalam Budaya Jawa.
Yogyakarta: Gama Media.
Soewandi, 1967. Kawruh Salaki Rabi. Surabaya : Citra Murti.
Sumidi, 1976. Sekilas Tentang Serat Centhini. Yogyakarta : Taman Siswa.
Sunoto, 1981. Keluarga dan Masyarakat Jawa. Yogyakarta : Fak Filsafat UGM.
Yasadipura, 1982. Serat Sasana Sunu. alih aksara oleh Sudibjo. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
21