Ruang Lingkup Perpajakan Di Indonesia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

RUANG LINGKUP PERPAJAKAN

DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

MELSON SUMARTHA (125150

OLIVIA CHRISTINA (125150273)

CASSIE BUN (125150279)


Dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar istilah pajak, namun pengertian yang
sesungguhnya masih belum jelas artinya. Dalam Undang Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang
perubahan ketiga UU Nomor 6 tahun 1983 yakni Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang
Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak:
1. dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat maupun daerah). Iuran tersebut berupa
uang yang dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
manfaat tertentu bagi seseorang.
2. dipungut/dipotong berdasarkan dengan kekuatan Undang Undang serta aturan
pelaksanaannya.

3. dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi langsung dan
dapat ditunjuk.

4. diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah yang bermanfaat bagi


kemakmuran rakyat.

Disamping pemungutan pajak, pemerintah juga melakukan berbagai pungutan lain, yaitu
retribusi, sumbangan, bea, dan cukai.
1. Retribusi adalah iuran kepada pemerintah daerah yang dapat dipaksakan dan
memperoleh jasa timbal balik secara langsung dan dapat ditunjuk. Contoh tiket masuk
objek wisata.
2. Sumbangan ialah iuran kepada pemerintah yang tidak dapat dipaksakan yang
ditujukan kepada golongan tertentu dan dimanfaatkan untuk golongan tertentu pula contoh:
sumbangan bencana alam

3. Bea adalah pungutan yang dikenakan atas suatu kejadian atau perbuatan yang berupa
lalu lintas barang dan perbuatan lainnya berdasarkan peraturan perundang- undangan. Contoh:
bea masuk, bea keluar dan bea balik nama.
4. Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat sebagaimana ditetapkan dalam Undang Undang dan hanya pada golongan
tertentu dan yang membayar tidak mendapatkan prestasi imbal balik secara langsung.
Contoh: cukai tembakau (sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris), cukai etil alkohol/etanol
dan cukai minuman mengandung alkohol

Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi pengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Syarat Pemungutan Pajak


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hanmbatan atau perlawanan, maka pemungutan
pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)


Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang Undang dan pelaksanaan
pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak
secara umum dan merata, serta disesusikan dengan kemampuan masing-masing, sedang adil
dalam pelaksanaan yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.

Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang Undang ( Syarat Yuridis)


Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Hal
ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya

Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)


Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat

Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)


Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
hasil pemungutannya.

Sistem pemungutan pajak harus sederhana.


Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang undang perpajakan
yang baru.

Hukum Pajak Material dan Hukum Pajak Formal


Hukum Pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan
rakyat sebagai wajib pajak. Hukum pajak dibedakan menjadi dua yakni:
1. Hukum pajak material yakni memuat norma-norma yang menerangkan tentang
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan
pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu yang
timbul dan hapusnya utang pajak, serta hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh Undang Undang Pajak Penghasilan
2. Hukum pajak formal yakni memuat tentang bentuk/cara untuk mewujudkan
hukum material menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak material). Hukum ini
memuat:

 Tata cara penyelenggaraan (presedur) penetapan suatu utang pajak,

 Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai
keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

 Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan dan hak-


hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan/banding. Contoh: Ketentuan Umum
dan tata cara Perpajakan
Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu:

Menurut golongannya
 Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
 Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

Menurut sifatnya
 Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau bersandarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
 Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.

Menurut pemungut dan pengelolanya


1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), dan Bea Meterai. Mulai tahun 2012 PBB dikelola oleh daerah.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah..

Contoh
 Pajak Daerah Tingkat I :pajak kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, bea balik
nama kendaaan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan air
tanah dan air permukaan.
 Pajak Daerah Tingkat II: pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak hiburan, pajak
penerangan jalan.
Pemungutan Pajak
Cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel:
Stelsel nyata (riil stelsel)
Pemungutan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutan yang
baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui. Stelsel nyata memiliki kelebihan atau kebaikan, dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini
adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahanya pajak baru dapat dikenakan
pada akhir periode ( setelah penghasilan riil diketahui).
Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu aggapan yang diatur oleh suatu Undang Undang.
Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada
awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus
menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan. Yakni pada awal
tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus
menambah. Sebaliknya jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak dapat minta kembali kelebihannya (direstitusi) dapat juga
dikompensasi.
azas pemungutan pajak

Secara umum ada beberapa azas pemungutan pajak, antara lain :

1. Asas Domisili (kependudukan)

Asas ini menjjelaskan tentang pemungutan pajak diberlakukan kepada setiap wajib pajak sesuai
domisili mereka berada. Domisili diartikan sebagai tempat tinggal dari wajib pajak tersebut. Asas
domisili ini diartikan bahwa ppemungutan pajak diberlakukan kepada setiap warga negara yang
berdomisili di negara tersebut. Tidak peduli dari mana pendapatan yang ia dapatkan baik dari
luar maupun dalam negeri selama ia masih berdomisili di negara trersebut maka ia wajib untuk
membayar pajak kepada negara. Hal ini diberlakukan kepada perorangan maupun suatu lembaga.
Misalkan ada suatu lembaga milik asing atau badan usaha yang menetap di Indonesia, maka
mereka wajib menyetorkan pajak kepada pemerintah Indonesia. (Baca juga : peran pemerintahan
sebagai pelaku ekonomi)

2. Asas sumber

Maksud dari asas ini adalah perlakuan pemungutan pajak disesuaikan dengan sumber dimana ia
mendapatkan pendapatan. Jadi tidak peduli dimana atau darimana wajib pajak tersebut, selama ia
mendapatkan pendapatan atau sumber pendapatannya dari negara itu maka ia wajib
membayarkan pajak ke negara tersebut. Contohnya : ada seorang asing atau tidak berasal dari
Indonesia, tapi ia bekerja di Indonesia dan mendapat gajian dari pemerintah Indonesia, maka
orang tersebut wajib membayar pajak ke negara Indonesia. (Baca juga : peran Bank Indonesia)

3. Asas kebangsaan (nasionalitas)

Asas kebangsaan diartikan sebagai kewajiban seorang warga negara untuk tetap menytorkan
kewajiban pajaknya kepada negara meskipun saat itu dia tidak berada di negaranya, bisa saat dia
bekerja ke luar, bisnis di luar dan sebagainya. Selama dia masih menjadi warga negara tersebut
secara resmi maka tetap dipungut pajak. Contohnya ada seorang pekerja asal Indonesia yang
bekerja di Malaysia selama 6 bulan. Dalam rentang itulah orang ini mendapatkan income maka
wajib membayar pajak ke negara ia berasal.
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Ada 3 sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu Official Assessment System, Self Assessment
System dan With holding Tax System.

1. Official Assessment System

Adalah sistem pemungutan pajak yang wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak terletak pada fiskus atau aparat pemungut pajak. Sistem ini pada
umumnya diterapkan pada pengenaan pajak langsung . Dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif
karena utang pajak baru timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. Dan dalam
hal ini wajib pajak bersifat pasif.

Sistem diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi Bangunan (PBB), dimana KPP akan
mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang terutang setiap tahun. Jad
waji pajak tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat
Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan olek KPP dimana tempat objek pajak
tersebut terdaftar.

2. Self Assessment System

Adalah sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar oleh wajib pajak terletak pada pihak wajib pajak yang bersangkutan. Dalam sistem
ini wajib pajak sifat aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri,
sedangkan fiskus hanya memberi penerangan, atau sebagai verifikasi.

Sistem ini diterapkan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh (baik untuk Wajib Pajak Badan
mauoun Wajib Pajak Orang Pribadi), dan SPT Masa PPN.

3. With Holding System

Yaitu system pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang
dihitung oleh pihak ketiga ( yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat pajak /
fiskus ). Sebagai bukti atas pelunasan pajak ini biasanya berupa bukti potong atau bukti pungut.
Timbulnya hutang pajak
ada 2 ajaran yang mengatur tmbulnya utang pajak :

1. Ajaran Formil

utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Ajaran ini
diterapkan pada officila assessment system.

2. Ajaran materil

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
pembayaran, kompensasi, daluwarsa, bembebasan, dan penghapusan.

1. Pembayaran yaitu utang pajak yang melekat pada Wajib pajak akan hapus jika sudah
dilakukan pembayaran kepada kas negara.
2. Kompensasi yaitu apabila wajib pajak mempunyai kelebihan dalam pembayaran
pajak, maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang masih harus dibayar.

3. Daluwarsa/lewat waktu yaitu terlampauinya waktu dalam melakukan penagihan utang


pajak selama lima tahun sejak terjadi utang pajak.

4. Pembebasan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak (berupa bunga
atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak.

5. Penghapusan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak (berupa bunga
atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak dikarenakan keadaan keuangan wajib pajak.
Hambatan pemungutan pajak

Adanya hambatan dalam pungutan pajak, yaitu perlawanan pasif, dan perlawanan
aktif :

Perlawanan pasif yaitu masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, hal ini disebabkan
oleh:

 Perkembangan intelektual dan moral masyarakat,


 Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit difahami masyarakat.

 Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

Perlawanan aktif, yakni semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada
fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Ada dua cara/bentuk perlawanan katif, yaitu
Tax Avoidance, dan Tax Evasion

1. Tax Avoidance adalah usaha meringankan beban pajak dengan tidak


melanggarUndang Undang.
2. Tax Evasion adalah usaha meringankan beban pajak dengan cara yang
melanggar Undang Undang (menggelapkan pajak).

Anda mungkin juga menyukai