Bab 6
Bab 6
Bab 6
Mempertahankan kinerja penukar panas yang baik adalah bagian utama dari
program efisiensi energi. Namun, bagaimana kita dapat mengidentifikasi akar
penyebab inefisiensi dan pilihan apa yang harus dilakukan seorang engineers
untuk menyelesaikan desain dan dan operasi? hal ini merupakan fokus utama yang
akan dibahas pada bab ini.
6.1 PENDAHULUAN
dimana rw adalah resistansi konduktif dari dinding tabung. Ao dan Ai bagian luar
dan dalam area permukaan tabung dengan subskrip "i" dan "o" yang menunjukkan
bagian dalam dan luar tabung.
Pada kenyataannya, operasi heat exchanger dibawah kondisi kotor dengan
kotoran, skala, danpartikulat diendapkan pada bagian dalam dan luar tabung.
Penyisihan fouling
harus diberikan dalam perhitungan koefisien perpindahan panas secara
keseluruhan. pembahasan grafik resistensi fouling (Ro, Ri) dan koefisien film (ho,
hi) bagian dalam dan luar tabung tersedia pada Gambar 6.1. Secara konseptual, Ri
dan hi setara dengan Rt dan ht (t untuk sisi tabung) sedangkan Ro dan ho untuk Rs
dan hs (s untuk sisi shell).
Resistansi fouling secara keseluruhan kemudian didefinisikan sebagai
𝐴𝑜
Rt = Ro + Ri ( 𝐴𝑖 ) (6.3)
Pembahasan yang lebih rinci untuk nilai U dibahas pada bab ini selanjutnya.
Untuk Sekarang difokuskan pada ΔTM atau EMTD dalam persamaan 6.1.
Beberapa perbedaan suhudapat digunakan untuk menghitung ΔTM termasuk
perbedaan temperatur inlet, perbedaan temperatur aritmatika, dan perbedaan
temperatur rata-rata logaritmik. Gambar 6.2 digunakan sebagai ilustrasi.
Perbedaan temperature inlet dapat dinyatakan sebagai
ΔT1 = T1 – t2 (untuk countercurrent) (6,5a)
ΔT1 = T1 – t1 (untuk cocurrent) (6.5b)
Perbedaan suhu ini bisa menyebabkan kesalahan fatal dalam memperkirakan
selisih suhu sebenarnya pada seluruh panjang pipa.
Perbedaan temperatur rata-rata aritmetika didefinisikan sebagai
𝛥𝑇1 + 𝛥𝑇2 (𝑇1−𝑡2) + (𝑇2−𝑡1)
ΔTA = = (untuk countercurrent) (6.6a)
2 2
𝛥𝑇1 + 𝛥𝑇2 (𝑇1−𝑡1) + (𝑇2−𝑡2)
ΔTA = = (untuk cocurrent) (6.6b)
2 2
Keseimbangan panas antara dua aliran dalam panjang pipa dari l = 0 sampai l =
L adalah
Q = MC (T1 – T2) = mc (t2-t1) (6.10b)
Memecahkan persamaan (6.10a) untuk nilai T,
𝑚𝑐
T = T2 + 𝑀𝐶 (𝑡 − 𝑡1) (6.11)
Misalkan persamaan (6.8) dan (6.9) menjadi satu sama lain dan kemudian
mengganti T dengan persamaan (6.11)
𝑚𝑐
dQ = mcdt = U [(𝑇2 + 𝑀𝐶 (𝑡 − 𝑡1)) − 𝑡] 𝑑𝐴 (6.12)
ΔT1 = T1- t2 dan ΔT2 = T2 - t1, menggabungkan persamaan (6.10b) dan (6.14)
menujukkan persamaan
𝛥𝑇1− 𝛥𝑇2
Q = UA [ 𝛥𝑇1 ] (6.15)
𝐼𝑛 ( )
𝛥𝑇2
Persamaan dalam kurung (6.15) dinamakan sebagai ΔTLM atau LMTD, yaitu
sama seperti yang dinyatakan dalam persamaan (6.7).
Dengan membandingkan persamaan (6.1) dan (6.15), kita dapat
memperoleh EMTD sebagai
EMTD = LMTD (6.16)
Harus ditekankan bahwa EMTD = LMTD hanya berlaku untuk countercurrent
yang sempurna (Gambar 6.2a) atau cocurrent yang sempurna (Gambar 6.2b) heat
exchanger.
Pada point ini, pertanyaan pertama adalah: Mengapa pola countercurrent
banyak diadopsi di shell and tube exchanger? Jawabannya adalah bahwa LMTD
untuk countercurrent selalu lebih besar dari cocurrent LMTD. digambarkan pada
gambar 6.2
Pertanyaan kedua adalah: Apa yang harus dilakukan jika pertukaran
countercurrent heat exchanger tidak sempurna? Sebenarnya, pola aliran pada
kebanyakan shell and tube exchangers adalah campuran cocurrent, counterflow,
dan cross-flow. Dalam kasus ini, EMTD ≤ LMTD. Dengan demikian, koreksi
LMTD faktor Ft diperkenalkan menjadi:
EMTD = Ft X LMTD (6.17)
Ft=1 untuk countercurrent heat exchanger yang benar; Jika tidak, Ft < 1.
Singkatnya, EMTD diperoleh dengan menghitung LMTD berdasarkan
persamaan (6.7) pertama dan kemudian menerapkan Ft untuk memperhitungkan
aliran countercurrent yang tidak sempurna.
Ft dapat diperoleh melalui persamaan atau grafik (Shah dan Sekuli c,
2003). Sebagai contoh, Ft untuk 1-2 heat exchangers dapat dihitung secara
numerik dengan
(6.18)
Dimana P adalah efisiensi suhu dan R adalah rasio aliran panas, yang
didefinisikan sebagai
𝑡2−𝑡1
P= 𝑇1−𝑡1
𝑇1−𝑇2 𝑚𝑥𝑐
R= = (6.20)
𝑡2−𝑡1 𝑀𝑋𝐶
Ft untuk tipe 1-2 (satu pass shell dan dua pass tube) exchanger juga bisa
ditemukan di grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3. Hal ini dapat
dilihat dari gambar bahwa nilai Ft drop off cepat di bawah 0,8. Akibatnya, jika
desain menunjukkan Ft kurang dari 0,8, itu mungkin perlu didesain ulang untuk
mendapatkan perkiraan arus counterflow yang lebih baik dan dengan demikian
nilai Ft yang lebih tinggi. Chart Ft yang berbeda tersedia untuk setiap tata letak
exchanger (TEMA 1-2, 1-4, dll).
Namun, beberapa asumsi dibuat dalam persamaan (6.7), yaitu
(1) Koefisien perpindahan panas keseluruhan konstan U.
(2) Kapasitas panas spesifik konstan untuk aliran panas dan dingin. Asumsi ini
menunjukan perubahan suhu linear untuk kedua aliran.
(3) Tidak ada perubahan fasa parsial dari aliran panas atau dingin. Dengan kata
lain, persamaan (6.7) berlaku untuk pertukaran panas sensibel yang menguap
atau terkondensasi.
Asumsi di atas mungkin tidak berlaku untuk keseluruhan panjang shell
and tube heat exchangers, tapi asumsi ini benar dalam setiap bagian yang
mengalami penambahan. Dengan demikian, dalam perangkat lunak modern untuk
desain heat exchanger, keseluruhan panjang heat exchanger dibagi kedalam N
penambahan dan diasumsikan dan perhitungan dilakukan untuk setiap kenaikan.
Menurut Bennett dkk. (2007), Perangkat lunak desain heat exchanger modern
menghitung keseluruhan nilai U dan berbasis EMTD secara bertahap melalui
persamaan berikut:
UR disebut sebagai nilai U yang dipersyaratkan. Nilai U harus mengikuti urutan:
UC ≥ UA ≥ UR. Alasan utama terjadinya ketidaksamaan adalah pengotoran, variasi
proses, serta ketidak akuratan dalam perkiraan sifat fisik dan transfer panas dalam
perhitungan pembahasan lebih detail disediakan di sini.
kita dapat menyimpulkan bahwa kinerjanya lebih baik daripada kinerja desain.
Namun, ketika dibandingkan dengan koefisien keseluruhan transfer panas, secara
mengejutkan nilai U operasi hanya setengah dari nilai U desain, meskipun panas
dalam operasi adalah 10% lebih tinggi. Jika nilai operasi U dapat dipertahankan
sama dengan nilai U desain, panas bisa meningkat jauh lebih tinggi dari 10%!
Contoh ini menyimpulkan bahwa nilai U adalah indikator kinerja sejati
untuk heat exchanger dalam kondisi proses apapun. Semakin tinggi nilai U,
semakin baik kinerja heat exchanger.
Jelas, pemahaman yang baik tentang nilai U sangat penting untuk menilai
kinerja heat exchanger yang tepat sebagai karakterisitik penting dari heat
exchanger yang mewakili perpindahan panasnya. Faktanya bahwa banyak
engineers bingung tentang terminologi yang berhubungan dengan U, hal itu
penting untuk mendapatkan pemahaman dasar sebelum menggali detailnya
metode penilaian.
Nilai U ini disebut sebagai nilai U bersih karena tahanan fouling (Ri, Ro) tidak
diperhitungkan dalam persamaan (6.2). Koefisien film, ht dan hs, dapat dihitung
berdasarkan sifat fisik fluida dan geometri penukar panas. Sebagai contoh,untuk
tube U exchanger dengan mengalirkan semua cairan atau semua uap (tidak ada
pendidihan dan pengembunan), korelasi (Dittus and Boelter, 1930) digunakan
untuk memperkirakan sisi tube Nusselt.
Nut number dan koefisien film tube, ht :
Dimana
Itulah alasan mengapa air pendingin memiliki koefisien perpindahan panas yang
sangat tinggi, diikuti oleh hidrokarbon, dan kemudian gas hidrokarbon karena
nilai termo-konduktivitas untuk cairan ini. Hidrogen adalah gas yang tidak biasa
karena termo-konduktivitas yang sangat tinggi (lebih besar dari pada cairan
hidrokarbon). Dengan demikian, koefisien perpindahan panasnya menuju batas
atas kisaran untuk cairan hidrokarbon. Koefisien perpindahan panas untuk cairan
hidrokarbon bervariasi dalam rentang yang luas karena variasi viskositas yang
besar, dari kurang dari 1 cP untuk etilena sampai lebih dari 1000 cP untuk aspal.
Koefisien perpindahan panas untuk gas hidrokarbon adalahsebanding dengan
tekanan karena tekanan yang lebih tinggi menghasilkan kerapatan gas yang lebih
tinggi sehingga menghasilkan kecepatan gas yang lebih tinggi.
𝑈𝐴
%ODA = (𝑈𝑅 − 1) X 100 (6.35)
(6.36)
Dimana ut adalah kecepatan tube, ft/h dan ft adalah faktor gesekan samping tube,
(ft2Fh)/Btu.
Dari persamaan (6.36), kita dapat mengamati bahwa parameter utama yang
mempengaruhi pressure drop pada sisi tube meliputi diameter dan panjang
tabung, kerapatan fluida, viskositas, dan velocity:
dimana us adalah kecepatan cross-flow sisi shell, ft/h; Ds adalah diameter shell, ft;
De setara diameter shell, ft; NB adalah jumlah baffle; dan fs adalah faktor gesekan
samping, (ft2Fh)/Btu. fs adalah fungsi dari bilangan Reynolds dan fs chart yang
tersedia di Hewitt et al. (1994).
Transformasi faktor gesekan ke pressure drop sisi shell, jumlah cairan
yang melintasi buntalan tube harus diberikan. Karena cairan melintas diantara
baffel. jumlah lintasan akan menjadi satu dengan jumlah baffle, NB. Jika jumlah
baffle tidak diketahui, dapat ditentukan dengan menggunakan jarak baffle PB dan
panjang tabung L:
𝐿
NB + 1 = 𝑃𝐵 (6.39)
Persamaan (6.38) kemudian direduksi menjadi
6.4.3 Pengaruh Kecepatan Pada Heat Transfer, Pressure Drop, dan Fouling
Persamaan (6.30) dan (6.32) untuk transfer panas, dan persamaan (6.36) dan
(6.40) untuk pressure drop, menunjukkan bahwa untuk heat exchangers dan
fluida, kecepatan fluida adalah parameter terpenting yang mempengaruhi
perpindahan panas dan pressure drop pada kedua sisi tube dan sisi shell. Dengan
demikian, dengan meningkatnya kecepatan, kedua pressure drop dan koefisien
perpindahan panas meningkat. Tingkat kenaikan pressure drop lebih cepat dari
transfer panas. Tingkat kenaikan pressure drop yang lebih cepat daripada
koefisien transfer panas dikarenakan pressure drop dipasok oleh sistem
pemompaan (untuk cairan) atau kompresi (untuk gas), pressure drop yang lebih
tinggi mengorbankan ekstra biaya, sementara koefisien panas yang meningkat
menghasilkan luas permukaan yang lebih kecil.
Memahami persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa heat exchanger
yang rendah (tinggi) dan luas (sempit) memiliki pressure drop yang rendah
(tinggi) namun koefisien transfer panas yang rendah (tinggi) untuk kedua sisi tube
dan sisi shell. Jelas, pressure drop yang lebih tinggi (nilai ΔP) akan memaksa
cairan mengalir lebih cepat melalui heat exchanger yang mengarah ke koefisien
transfer panas keseluruhan yang lebih tinggi (nilai U). Namun, ini akan
membutuhkan daya pompa dengan biaya yang tinggi. Di sisi lain, untuk area
permukaan yang luas, U dan ΔP tidak perlu terlalu tinggi, tapi membutuhkan
biaya untuk heat exchanger yang lebih besar. Oleh karena itu, Kecepatan optimal
untuk masing-masing sisi dalam heat exchanger, yang dapat diperoleh dari trade-
off antara biaya modal heat excahnger dalam hal ukuran dan biaya operasi dalam
hal daya.
Hal yang paling umum adalah pressure drop yang aktual sebenarnya bisa
lebih rendah dari pressure drop yang diperbolehkan pada sisi tube atau sisi shell.
hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan nilai U melalui peningkatan kecepatan
fluida. Peningkatan kecepatan dapat dicapai dengan meningkatkan arus yang
lewat pada sisi tube atau sisi shell, tergantung pada sisi pengendali pada nilai U.
faktanya bahwa pressure drop pada sisi tube dapat meningkat tajam dengan
kenaikan lintasan tube, sering terjadi pressure drop yang jauh lebih rendah
daripada nilai yang diijinkan untuk jumlah tube dan dua tube yang ada, namun
melebihi nilai yang diijinkan dengan empat lintasan. Dalam hal ini, diameter dan
panjang tube dapat divariasikan untuk meningkatkan pressure drop dengan hasil
kecepatan sisi tube yang lebih tinggi dari yang diperoleh.
Skenario umum lainnya adalah bahwa sistem hidrolika dapat menghambat
peluang recovery panas yang akan diterapkan. Dalam hal ini, kecepatan fluida
dapat dikurangi melalui pengaturan baru heat exchanger secara paralel dan
eksisting dengan memisahkan aliran total menjadi dua arus. Dengan asumsi
bahwa perpecahan aliran sama, kecepatan fluida untuk setiap aliran cabang
dikurangi setengahnya sementara pressure drop pada kedua sisi dikurangi empat
kali.
Fouling harus ditangani dalam desain dan operasi heat exchanger. Ketika
heat exchanger dalam keadaan kotor, deposit fouling membentuk penghambat
tambahan terhadap transfer panas. Pada saat yang sama, deposit fouling
mengurangi luas aliran cross-sectional dan pressure drop yang meningkat juga
bisa mengurangi luas aliran penampang melintang dengan. Fouling pada cairan
mengurangi koefisien transfer panas lebih cepat daripada kenaikan daya
pemompaan. Sebaliknya, fouling dalam gas mengurangi transfer panas dalam
kisaran 5-10%, namun meningkatkan pressure drop dan pemompaan fluida
dibutuhkan daya yang lebih besar.
Peningkatan kecepatan fluida juga mengurangi kecenderungan fouling.
Bennett dkk. (2007) menyediakan panduan desain untuk pengotoran yang berat
dengan kecepatan fluida untuk shell and tube exchanger : kecepatan pada sisi tube
≥2 m/s (6,5 ft/ detik) dan aliran pada sisi shell (arus silang utama melalui bundel)
≥0,6 m/ s (2 ft/s).
Contoh 6.1 Penilaian Penukar Naphtha yang ada dengan Naphtha yang lebih
berat pada kondisi operasi di Bawah Perubahan Kecil pada laju alir
124.600 lb/jam (versus 122.500 dalam desain) dari 56,3°API naphtha berat
meninggalkan naphtha splitter tower pada 276°F dan didinginkan sampai 174°F
dengan 193.000 lb/jam (versus 188.000 dalam desain) dari 69°API naphtha
diumpankan pada suhu 116°F dan dipanaskan sampai suhu 170°F. Ada 6.3% uap
dalam nafta pada suhu 170° F. Presuure dropnya pada 10 dan 5 psi pada sisi tube
dan sisi shell, masing-masing. Bisakah exchanger ini beroperasi dengan
memuaskan di bawah kondisi baru?
Exchangers tersebut merupakan sebuah TEMA tipe AES (lihat lampiran untuk
TEMATIF) 21 in. diameter dalam shell (ID) memiliki 268 tubes, 3/4 in. diameter
luar tube (OD), Ketebalan 14 BWG dan panjang 20 ft, yang diletakan pada
segitiga 1 in. Ada empat tube dan satu shell dengan baffle berjarak 111/4 in.
Baffle memotong 32% diameter shell. naphtha berat pada sisi tube.
penyelesaian
Faktor pengotoran (fouling) yang diijinkan 0,002 diasumsikan berdasarkan Tabel
6.3. UA adalah dihitung dengan memperhitungkan fouling. Heat exchanger
memiliki 8% overdesign lebih dari kondisi fouling normal. pressure drop pada
kedua sisi exchanger adalah kurang dari pressure drop yang diijinkan. Dengan
demikian, exchanger ini memenuhi dua kriteria tersebut. Oleh karena itu, dapat
beroperasi dengan memuaskan untuk memenuhi kondisi aliran yang baru.
Dari waktu ke waktu, pabrik pengolahan ingin meningkatkan laju umpan
(feed) dan / atau membuat perbedaan produk sebagai kendali ekonomi. Dalam
evaluasi kelayakan, sangat penting untuk menilai kesesuaian heat excahnger yang
ada untuk kondisi proses baru dan menemukan cara paling ekonomis untuk
menangani perubahan signifikan.
Penyelesaian
Nilai U yang dibutuhkan untuk mencapai 7.0 MMBtu dari heat exchanger hanya
11,1 in. dengan nilai U aktual 30,2 berdasarkan faktor pengotoran (fouling) 0,01
untuk residu vakum dan 0,003 untuk minyak mentah. Dengan kata lain, heat
exchanger hanya menyelesaikan sepertiga dari kemampuan transfer panas.
(4) Penilaian lebih rinci: Sebagai tindak lanjut, para engineers melakukan
perbandingan kinerja berdasarkan operasi dan desain dan hasilnya diberikan pada
tabel di bawah ini. Dapat diamati bahwa flowrates dalam operasi lebih tinggi dari
pada desain. Flowrates yang lebih tinggi harus sesuai dengan nilai U yang lebih
tinggi dalam operasi.Namun, dalam kasus ini, nilai U pada desain 41% lebih
tinggi daripada operasi.
Pemeriksaan lapangan dilakukan untuk mengukur kinerja dan pressure
drop diukur. Ditemukan bahwa pressure drop pada minyak mentah (sisi tube)
sekitar 60 psi versus 6,8 psi di bawahnya pada kondisi fouling normal. Dapat
disimpulkan bahwa heat exchanger mengalami fouling parah dengan kehilangan
lebih dari setengah kemampuan transfer panasnya. Selain itu, pressure drop yang
jauh lebih tinggi menyebabkan umpan (feed) mentah berkedip sebelum terjadi
muatan pemanas yang akan mempengaruhi keamanan potensial untuk pemanas.
Dengan demikian harus dilakukan segera pembersihan exchanger melalui sebuah
system. setelah dibersikan, dilakukan penyelidikan khusus untuk mengidentifikasi
akar penyebab fouling tersebut.
Penilaian tersebut menunjukan bahwa kecepatan pada sisi tube crude
sedikit terlalu rendah yaitu 5,3 ft/s. Seharusnya 7 ft/s untuk pemanasan minyak
mentah panas ini karena pengotor (fouling) presipitasi menjadi lebih aktif di
bawah suhu tinggi. Perubahannya dibuat untuk jumlah tube denganempat sampai
enam lintasan. Akibatnya, kecepatan tube tersebut ditingkatkan menjadi 7,9 ft/s,
namun dengan menyebabkan pressure drop yang lebih tinggi pada sisi tube.
Pressure drop pada sisi tube meningkat menjadi 21 psi dari 6,8 psi dengan empat
lintasan tube. Perubahan ini mengurangi fouling pada tube dan memperpanjang
kebersihan operasi pada exchanger
Pemahaman yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa flowrate
fluida mempengaruhi fouling secara signifikan. Flowrates yang jauh lebih rendah
dari hasil desain di bawah kecepatan, dapat meningkatkan akumulasi deposit
fouling. Temperatur yang tinggi merupakan Penyebab utama terjadinya
peningkatan fouling. Heat exchanger pada daerah dengan temperatur tinggi lebih
mudah terjadi fouling yang disebabkan adanya kecenderungn coking termal yang
melekat. Kondisi ambang batas kecepatan dan temperatur harus diidentifikasi.