Popi Selvia - LP Kebutuhan Oksigenasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
Profesi

Disusun Oleh :

Popi Selvia

J2214901018

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2022/2023
I. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. Definisi
Oksigenasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan O2. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki
dan biasanya pasien akan meninggal (Kusnanto, 2016).
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari
atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan keseluruh jaringan
tubuh (Sulistyo Andarmoyo, 2012).
Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu
tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa – biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbata pada saluran pernapasan.
Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen (Kusnanto,
2016).
B. Fisiologi Sistem Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada
keseluruhan peertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal
dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam
langkah, yaitu ventilasi pulmoner, pertukuran gas alveolar, serta
transpor oksigen dan karbondioksida.
a) Ventilasi Pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui
proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan napas yang
bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh,
rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b) Pertukaran Gas Alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh
darah pulmoner. Difusi adalah  pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area  berkonsentrasi
atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan
membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran
serta perbedaan tekanan gas.
c) Transport Oksigen dan Karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-
gas  pernafasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru
menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan
kembali menuju paru.
1) Transport O2
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan
paru-paru. Normalnya, sebagian besar oksigen (97%)
berikatan lemah dengan Hb dan diangkut keseluruh
jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan
sisanya terlarut dalam plasma.
Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah
oksigen yang masuk dalam ke paru) dan  perfusi (aliran
darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang
membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam
plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan
hemoglobin.
2) Transport CO2
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus
menerus produksi dan diangkut menuju paru dalam 3 cara:
- Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam
sel darah merah dalam  bentuk bikarbonat
- Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb
membentuk  karbaminohemoglobin
- Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam
plasma dan dalam  bentuk asam karbonat
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme
intrasel yang  berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan
oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor Fisiologis
a) Penurunan Kapasitas Angkut O2
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa
O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat
berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh.
Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar
racun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas  pengikatan O₂.
b) Penurunan Konsentrasi O2 Inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan
penurunan kadar O₂ inspirasi.
c) Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi
darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan
d) Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam
yang terus-menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah  persediaan
protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e) Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada,
seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal,
trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf
pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor Perkembangan
a) Bayi Prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya
membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran
pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan
yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis
surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b) Bayi dan Anak-Anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran
pernapasan atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan
aspirasi benda asing (misalnya: makanan, permen dan lain-
lain).
c) Anak Usia Sekolah dan Remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran
napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d) Dewasa Muda dan Paruh Baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat,
kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok
usia ini.
e) Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis
paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis
tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan
kerja pernapasan.
b) Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik,
denyut jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang
akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c) Ketergantungan Zat Adiktif
Genggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
- Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan
dan susunan saraf   pusat sehingga mengakibatkan
penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
- Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman  pernafasan.
d) Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut  jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,
kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e) Gaya Hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan
gangguan vaskulrisasi perifer dan  penyakit jantung. Selain itu
nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan coroner.
4. Faktor Lingkungan
a) Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau
kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan
juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada
tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun.
Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi #enderung
mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut
jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c) Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali
menyebabkan sakit kepala,  pusing, batuk, tersedak, dan
berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Cara pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.
D. Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Muncul
Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan
kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventelasi dan transport oksigen.
1) Hiperventilasi
Hiperventilasi meerupakan suatu kondisi ventilasi yang
berlebihan yang dibutuhkan untuk mengeleminasi kerbondioksida
normal di vena yang diproduksi melalui metabolism seluler.
Hieprventilasi bisa disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan,
ketidakseimbangan asam-basadan hipoksia yang dikaitkan dengan
embolus paru atau syok. Hiperventilasi juag dapat ketika tubuh
berusaha mengompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi
alkalosis repiratorik. Tanda dan gejala hiperventilasi adlaah
takikardi, nafas pendek, nyeri dada, pusing, disorientasi, tinnitus
dan penglihatan yang kabur.
2) Hipoventilaasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida
secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi adalah pusing, nyeri
kepala, letargi, disorientasi, koma dan henti jantung. Terapi umtuk
penanangan hiperventilasi dan hipoventilasi dimulai dengan
mengobati penyebab yang mendasaro gangguan tersebut,
kemudian ditingkatkan oksigenasi jaringan, perbaikan fungsi
ventilasi, dan upaya keseimbangan asam basa.
3) Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan Kondisi ini terjadi akibat defesiensi pengahantaran
oksigen atau penggunaan oksigen diseluler. Hipoksia disebabkan
oleh penuruanan kadar hemoglobin dan penuruna kapasitas darah
yang membawa oksigen, penuruan konsentrasi oksigen yang
diinspirasi, ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen
dari darah seperti terjadi pada kasus keracunan sianida. Penurunan
difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti terjadi pada pada kasus
pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen jaringan yang
buruk, sperti pada syok dan keruskan vemtilasi. Tanda dan gejala
hipoksia termsuk rasa cemas, gelisah, tidak mampu berkonsentrasi,
penurunan tingkat kesadaran, pusing perubahan prilaku, pucat dan
sianosis
II. RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
a) Nama, umur, jenis kelamin, agama, tgl masuk, no.reg, dx medis
b) Penanggung jawab (nama, alamat, pekerjaan, umur,
pendidikan, agama)
2) Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama
b) Riwayat kesehatan (sekarang dan dahulu)
c) Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola Kesehatan Sehari-Hari Dirumah dan Dirumah Sakit
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Istrirahat/ tidur
d) Personal Hygine
e) Aktivitas
4) Pemeriksaan Fisik : Data Fokus
a) Mata
- Konjungtiva pucat (karena anemia)
- Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak/
endocarditis)

b) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi & menurunnya aliran darah
perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema
- Edema periortital
c) Jari dan Kuku
- Sianosis
- Clubbing finger
d) Mulut dan Bibir
- Membrane mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan mulut
e) Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
f) Vena Leher
- Adanya distensi/ bendungan
g) Dada
- Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, distruksi jalan napas)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/
suara melewati saluran/ rongga pernapasa)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Suara napas tidak normal (chekles/ rales, ronkhi,wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan
pertukaran gas.

b) Pemeriksaan gas darah arteri


Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui
membrane kapiler alveolar
c) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d) Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan
proses abnormal.
e) Endoskopi
Untuk melihat lokasi kemerahan dan adanya lesi 6. CT –
Scan Untuk mengidentifikasi adanya masa abnorma
B. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
Diagnosa 1 : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1. Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi dari saluran nafas
untuk mempertahankan kebersihan nafas
2. Batsan karateristik
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
-
b) Objektif
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
- Meconium di jalan napas (pada neonates)
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
b) Objektif
- Gelisah
- Bunyi napas menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas berubah
3. Faktor yang berhubungan
a) Gullian barre syndrome
b) Sclerosis multiple
c) Myasthenia gravis
d) Prosedur diagnostic (mis. bronkoskopi, transesophageal
echocardiograph y [TEE])
e) Depresi system saraf
f) Cedera kepala
g) Stroke
h) Kuadriplegia
i) Sindrom aspirasi meconium
j) Infeksi saluran napas

Diagnosa 2 : Gangguan Pertukuran Gas


1. Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membrane alveoluskapiler
2. Batsan karateristik
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
- Dispnea
b) Objektif
- PCO2 meningkat/men urun
- PO2 menurun
- Takikardia
- pH arteri meningkat/men urun
- Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
- Pusing
- Penglihatan kabur
b) Objektif
- Sianosis
- Diaforesis
- Gelisah
- Napas cuping hidung
- Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
- Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan)
- Kesadaran menurun
3. Faktor yang berhubungan
a) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
b) Gagal jantung kongestif
c) Asma
d) Pneumonia
e) Tuberculosis paru
f) Penyakit membran hialin
g) Asfiksia
h) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
i) Prematuritas
j) Infeksi saluran napas
Diagnosa 2 : Pola Napas Tidak Efektif

1. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
2. Batsan karateristik
Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif
- Dispnea
b) Objektif
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne -stokes)
Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif
- Ortopnea
b) Objektif
- Pernapasan pursed –lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior - posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskursi dada berubah
3. Faktor yang berhubungan
a) Depresi system saraf pusat
b) Cedera kepala
c) Trauma thoraks
d) Guillan barre syndrome
e) Multiple sclerosis
f) Myasthenia gravis
g) Stroke
h) Kuadriplegia
i) Intoksikasi alkohol
C. Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Bersihan jalan napas tidas efektif b.d SLKI SIKI
penumpukan sekret Bersihan jalan napas meningkat Manajemen Jalan Napas
1. Gejala dan Tanda Mayor Observasi
a. Subjektif Kriteria Hasil: - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
- - Batuk efektif meningkat usaha napas)
b. Objektif - Produksi sputum menurun - Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling,
- Batuk tidak efektif - Mengi menurun mengi, wheezing, ronkhi kering)
- Tidak mampu batuk - Wheezing menurun - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
- Sputum berlebih - Dispnea menurun Teraupeutik
- Mengi, wheezing dan/atau - Sianosis menurun - Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
ronkhi kering - Gelisah menurun head-tilt dan chin- lift (jaw-thrust jika curiga
- Meconium di jalan napas (pada - Frekuensi napas membaik trauma Servikal)
neonates - Posisikan semi-fowler atau fowler
2. Gejala dan Tanda Minor - Berikan minum hangat
a. Subjektif - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
- Dispnea detik
- Sulit bicara - Berikan oksigen , jika perlu
- Ortopnea
b. Objektif Edukasi
- Gelisah - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika
- Sianosis tidak kontraindikasi
- Bunyi napas menurun - Ajarkan teknik batuk efektif
- Frekuensi napas berubah Kolaborasi
- Pola napas berubah - Kolaborasi pemberian bronkodilator

Latihan Batuk Efektif


Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik ,ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali.
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Gangguran pertukaran gas b.d SLKI SIKI
ketidakseimbangan ventilasi-perfisi Pertukaran gas membaik Pemantauan Respirasi
1. Gejala dan Tanda Mayor Observasi
a. Subjektif Kritera Hasil: - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
- Dispnea - Tingkat kesadaran meningkat upaya napas.
b. Objektif - Dyspnea menurun - Monitor pola napas (seperti bradipnea,
- PCO2 meningkat/men urun - Bunyi napas tambahan menurun takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne -
- PO2 menurun - Pusing menurun Stokes, Biot, ataksik)
- Takikardia - Penglihatan kabur menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
- pH arteri meningkat/men urun - Diaphoresis menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Bunyi napas tambahan - Gelisah menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
2. Gejala dan Tanda Minor - Napas cuping hidung menurun - Auskultasi bunyi napas
a. Subjektif - PCO2 membaik - Monitor saturasi oksigen
- Pusing - PO2 membaik - Monitor nilai A G D
- Penglihatan kabur - Takikardia membaik - Monitor hasil x-ray toraks
b. Objektif - pH arteri membaik Terapeutik
- Sianosis - Sianosis membaik - Atur interval pemantauan respirasi sesuai
- Diaforesis - Pola napas membaik kondisi pasien
- Gelisah - Warna kulit membaik - Dokumtasikan hasil pemantauan
- Napas cuping hidung Edukasi
- Pola napas abnormal - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantaun
(cepat/lambat, regular/ireguler, - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
dalam/dangkal)
- Warna kulit abnormal (mis. Terapi Oksigen
pucat, kebiruan) Observasi
- Kesadaran menurun - Monitor kecepatam aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
oksimetri, analisa gas darah), jika perlu
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
- Monitor tanda -tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelectasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
- Pertahankan keptenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap erikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat SLKI SIKI
pernapasan Pola napas membaik Manajemen Jalan Napas
1. Gejala dan Tanda Mayor Observasi
a. Subjektif Kriteria Hasil : - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
1) Dispnea - Ventilasi semenit meningkat usaha napas)
b. Objektif - Kapasitas vital meningkat - Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling,
1) Penggunaan otot bantu - Diameter thoraks anteriorposteilor mengi, wheezing, ronkhi kering)
pernapasan meningkat - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2) Fase ekspirasi memanjang - Tekanan ekspirasi meningkat Teraupeutik
3) Pola napas abnormal (mis. - Tekanan inspirasi meningkat - Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
Takipnea, bradipnea, - Dyspnea menurun head-tilt dan chin- lift (jaw-thrust jika curiga
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne -stokes) - Penggunaan otot bantu napas menurun trauma Servikal)
2. Gejala dan Tanda Minor - Pemanjangan fase ekspirasi menurun - Posisikan semi-fowler atau fowler
a. Subjektif - Ortopnea menurun - Berikan minum hangat
1) Ortopnea - Pernapasan pursed-tip menurun - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
b. Objektif - Pernapasan cuping hidung menurun detik
1) Pernapasan pursed –lip - Frekuensi napas membaik - Berikan oksigen , jika perlu
2) Pernapasan cuping hidung - Kedalaman napas membaik Edukasi

3) Diameter thoraks anterior - - Ekskursi dada membaik - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika

posterior meningkat tidak kontraindikasi


- Ajarkan teknik batuk efektif
4) Ventilasi semenit menurun
Kolaborasi
5) Kapasitas vital menurun
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
Pemantauan Respirasi
8) Ekskursi dada berubah
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas.
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne -
Stokes, Biot, ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai A G D
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumtasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantaun
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnositik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai