Pengertian Intelegensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

TORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET

TEORI PERKEMBANGAN DAN TEORI PERKEMBANGAN


KOGNITIF MENURUT VYGOTSKY
MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas teori belajar yang diampuh oleh Dr. Susanah, M.Pd

Oleh kelompok 1

Dhany Heru Aditama (17030174037)

Vina Millah Maziyyah (17030174041)

Fahilan Nur Bachhtiar (17030174049)

Luthfia Laili Ayu Novitasari (17030174086)

Ita Priyanti (17030174088)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2017/2018
2
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah
ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Psikologi Pendidikan dari Dosen
kami Ibu Denok Setiawati M.Pd., Kons. Makalh ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman dan referensi yang kurang memadai. Oleh karena
itu kami mengharapkan pemberian masukan dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 21 Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 4
C. TUJUAN ................................................................................................................... 4
D. MANFAAAT ............................................................................................................. 4
BAB 2 ................................................................................................................................... 5
A. INTELEGENSI............................................................................................................ 5
B. EMOSI.................................................................................................................... 13
BAB 3 ................................................................................................................................. 16
A. SIMPULAN ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan
lingkungan fisikmaupun lingkungan sosial, dalam interaksi ini individu menreima
rangsangan /stimulus dari luar dirinya. Yang mana rangsangan maupuan stimulus
tersebut akan mempengaruhi dalam perkembangan karakter seorang anak. Dalam
dunia pendidikan dan pengajaran masalah intelegensi dan emosi merupakan salah
satu masalah pokok, karenannya tidak mengherankan jika masalah tersebut banyak
dibahas, baik secara khusus, lalu dalam kaitannya dengan masalah-masalah
pendidikan dan pengajaran yang lain.
Faktor intelegensi dalam proses pendidikan dianggap sangat penting
sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam
belajar. Tetapi di sisi lain ada juga orang-orang yang menganggap bahwa
intelegensi bukan satu-satunya hal yang berpengaruh pada keberhasilan individu
dalam belajar.
Faktor yang kedua adalah emosi seseorang. Gangguan emosi yang serius
sering muncul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi kecemasan yang
berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
Banyak anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja bertingkah laku aneh
minum-minuman keras kecanduan obat bius alkohol sehingga memerlukan bantuan
yang serius. Pendidik pendidik di sekolah menengah harus sensitif terhadap fakta
bahwa remaja yang sedang mengalami masa-masa sulit dan gangguan emosional
merupakan hal yang umum. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari bahwa
anak-anak remaja membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah masalah
emosional yang mereka alami.
Intelegensi merupakan kecerdasan, untuk menyatakan seseorang itu cerdas
atau memiliki intelegensi tinggi apabila orang tersebut dapat dengan cepat dan
berhasil menyelesaikan tugas dan atau masalah yang dihadapinya, dan dikatakan
bodoh atau tidak cerdas apabila seseorang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan emosi merupakan serangkaian
ekspresi yang dibuat manusia dalam menanggapi lingkungannya. Sehingga emosi
sangat dipengaruhi oleh sistem kerja lingkungan terhadap dirinya.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Intelegensi terhadap pembelajaran?
2. Apa pengertian Emosi terhadap pembelajaran?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi terhadap pembelajaran
2. Untuk mengetahu pengertian emosi terhadap pembelajaran

D. MANFAAAT
Bagi penulis :
1. Dapat mengenal teori-teori yang melibatkan prose pembelajaran
2. Mengenal karakter dari intelegensi dan emosi peserta didik
Bagi masayarakat :
1. Menjadi objek kajian terhadap kinerja peserta didik dan pendidik
2. Meresapi berbagai aspek yang mempengaruhi kognitif peserta didik

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. INTELEGENSI
a. Pengertian
Intelegasi merupakan krangka berpikir anak dalam
menanggapi rangsangan dari luar. Ada banyak sekali rangsangan
yang dapat memicu perkembangan intelegasi seorang anak. Dalam
dunia peserta didik perkembangan kognitif dapat terlihat dari tingkat
timbal balik / interaksi dari peserta didik dengan pendidik. Hal ini
berdasarkan pada teori behaviorisme menurut Suryono (2014:71)
yang menyatakan jika perkembangan peserta didik dapat dilihat dari
kecepatan respon yang ditampung peserta didik dengan stimulus
yang diberikan. Jika tingkat frekuensi hubungan stimulus dan respon
tinggi maka akan tercapainya korelatif antara materi dengan
pemahaman peserta didik, hal ini juga berlaku sebaliknya. Apa bila
tingkat frekuensi hubungan stimulus dan respon rendah maka akan
terbentuk kesukaran dari pemahaman peserta didik mengenai materi
yang telah diberikan.
Pengertian intelegensi juga dikutip dari beberapa tokoh ahli,
ada juga pengertian intelegasi menururt pendapat para ahli yang lain
:
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi
mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-
tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan
bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut:
intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern
berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak
begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Sehingga disimpulkan dari pendapat-pendapat ahli tersebut
jika intelegasi merupakan kemampuan seseorang dalam

5
menyesuaikan diri, bertindak dengan tepat, dan menggunakan alat-
alat berfikir untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi
dan kondisi baru.
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan
menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan
istilah Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan
dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi
rendahnya intelegensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence
Quotioent).

b. Teori-teori dalam intelegensi


Dalam bagian ini, secara garis besarakan dikemukakan
berbagai konsep atau teori mengenai intelegensi. Teori teori tesebut
pada dasarnya dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu:
a) Teori-Teori yang bersifat spekulatif/ filsafati
Spearman, dalam bukunya yang terkenal yaitu “The
Abilities of Man” (1927) mengelompokkan pembahasan
intelegensi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Definisi mengenai intelegensi umum
Ada tiga contoh konsep mengenai intelegnesi umum
yang disebut sebut orang, yaitu pendapat Ebbinghaus,
Terman dan Thorndike. Ebbinghaus mendefinisikan
intelegensi sebagai kemampuan untuk membuat
kombinasi, Terman memberikan definisi kemampuan
untuk berfikir abstark, sedang Thorndike memberi
definisi sebagai hal yang dapat dinilai sebagai
kemampuan untuk menemukan ketidak lengkapan
kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup
individu.
2. Mengenai daya-daya jiwa khusus yang merupakan
bagian intelegensi
Walaupun secara konsepsional teori psikologi telah
ditinggalkan oleh orang, namun pengaruh aliran tersebut
sampai kini masih terasa. Dan konsep-konsep daya
mengenai intelegensi ini dapat dikatakan merupakan
kelanjutan pengaruh psikologi daya itu. Jadi menurut
teori ini intelegensi adalah kesatuan (integrasi) daya-
daya jiwa yang khusus itu misalnya daya mengamati,
daya mereproduksi, daya berpikir, dan sebagainya.
3. Definisi intelegensi sebagai taraf umum sejumlah besar
daya-daya khusus.
Teori-teori yang menganggap intelegensi sebagai taraf
umum daya-daya khusus ini timbul dari keyakinan, bahwa
apa yang diselidiki (ditest) dengan test intelegensi itu adalah
intelegensi umum, yang mewakili daya daya khusus.

6
b) Teori-Teori yang bersifat prakmatik
Dasar teori ini kiranya adalah apa yang dinyatakan
oleh Boring, yang kemudian dikutip oleh Laoevinger (1954),
bahwa intelegensi ialah hal yang ditest oleh test intelegensi.
Tulisan Boring yang sering dikutip menyatakan antara lain:
“Intelegensi is what the test tests. This is narrow definition,
but it is the only point of departune for adalah rogorous
discussion of the best. It would be better if the psychologists
could have used some other or more technical term : ........,
and no harm need result if we but remember that measure
able intelegence is simply what the test of intelegence test,
until further scientific observation allows us to extend the
definition”
Konsep ini sesuai dengan pendapat banyak ahli di
Amerika Serikat. Pendapat yang lebih fleksibel
dikemukakan Terman, yang menyatakan bahwa intelegensi
itu dapat dianalogikan dengan pengetahuan tentang listrik.
Pengukuran terhadap listrik tergantung kepada definisi yang
diberikan kepadanya; apakah panasnya, alirannya, atau lain
sebagainya.

c) Teori-Teori yang didasarkan atas analisis faktor, yang


kiranya dapat disebut teori-teori faktor
Teori-teori yang dinamakan demikian sebenarnya
berdasarkan pada kenyataan bahwa dalam menyelidiki dan
mencari sifat hakiki intelegensi para ahli menggunakan
teknik analisis faktor, suatu teknik yang mula-mula dirintis
oleh Spearman. Dengan penggunaan komputer yang
semakin meluas, maka pengaruh teori ini dalam kajian
psikologi juga makin besar. Ada beberapa teori dalam
kelompok teori ini cukup terkenal dan menjadi dasar bagi
pengembangan berbagai tes psikologi. Teori-teori tersebut
antara lain :
1. Teori Spearman
Dengan teknik analisis faktor, Spearman menemukan bahwa
tiap tingkah laku manusia itu dimungkinkan ada dua faktor, yaitu
faktor umum (general factor, yang baisanya dilambangkan dengan
huruf g), dan faktor khusus(special factor, yang biasa dilambangkan
dengan huruf s). Faktor umum merupakan hal atrau faktor yang
mendasari segala tingkah laku seseorang, sedang faktor khusus
hanya berlaku pada tertentu saja. Jadi tingkah laku dimungkinkan
atau didasarkan oleh dua macam faktor, yaitu faktor g atau faktor s
tertentu. Pada tingkah laku-tingkah laku yang berbeda berfungsi
faktor g yang sama ditambah faktor s yang khusus untuk tingkah
laku yang bersangkutan. Ilustrasinya sebagai berikut:
Tingkah laku 1 = TI 1 = g+s1
Tingkah laku 2 = TI 2 = g+s2

7
Tingkah laku 3 = TI 3 = g+s3
Tingkah laku 4 = TI 4 = g+s4
Tingkah laku 5 = TI 5 = g+s5
Selanjutanya Spearman berpendapat bahwa faktor g itu
bergantung pada keturunan, sedang faktor-faktor s itu dipengaruhi
oleh pengalaman (lingkungan, pendidikan). Teori Spearman ini
yang biasa disebut teori dwi-fator, besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori-teori faktor yang lebih kemampuan.
2. Teori Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman
tersebut., menurut Thomson apa yang disebut faktor g oleh
Spearman itu tidak ada. Menurut Thomson, walaupun secara
statistik Spearman telah menunjukkan adanya faktor g, tapi
sebenarnya dapat ditunjukkan bahwa pembuktian Spearman itu
tidak betul. Menurut Thomson pada anak pra-sekolah, yang disebut
Spearman faktor g itu tidak ada, dan yang ada hanyalah faktor s.
Faktor-faktor s itu tidak tergantung pada keturunan atau bakat, tapi
tergantung pada pendidikan. Apabila anak-anak golongan atas lebih
cerdas daripada anak-anak golongan bawah, maka hal tersebut
bukan karena sifat dasar, melainkan karena anak-anak dari golongan
atas mempunyai lebih banyak kesempatan untuk belajar.
3. Teori Cyrill Burt
Pendirian Cryrill Burt sangat dekat dengan pendirian
Spearman. Burt sependapat bahwa pada manusia terdapat faktor g
yang mendasari semua tingkah lakunya dan faktor g merupakan sifat
dasar, yaitu dibawa sejak lahir. Selanjutnya Burt juga berpendapat,
bahwa tiap-tiap orang memiliki banyaak faktor s. Tetapi disamping
kedua macam faktor itu.
4. Teori Thurstone
Thurstone terkenal sebagai tokoh mazhab Chicago. Dia
sependapat dengan Child board bawah pada faktor C yang berfungsi
pada sejumlah tingkah laku dan faktor S banyak sekali sebanyak
tingkah laku khas khusus yang dilakukan oleh manusia yang
bersangkutan akan tetapi thurstone menolak faktor B Adapun faktor
C menurut thurstone ada 7 macam yaitu
1. Faktor ingatan kemampuan untuk mengingat dengan
lambang M
2. Faktor verbal kecakapan untuk menggunakan bahasa dengan
lambang V
3. Faktor bilangan kemampuan untuk bekerja dengan bilangan
misalnya kecakapan berhitung dan sebagainya dengan
lambang N
4. Faktor kelancaran kata-kata yang dilambangkan dengan
yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata
yang sukar ucapannya faktor ini dianggap pula merupakan
indikator bagi kelancaran dalam kerja mental yaitu dah
tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau mengalihkan
pikirannya sesuai dengan kebutuhan

8
5. Faktor penawaran atau reasoning dengan lambang huruf r
yaitu faktor yang mendasari kemampuan seseorang untuk
berpikir logis
6. Faktor persepsi dengan lambang huruf t yaitu kemampuan
untuk mengamati dengan cepat dan cermat
7. Faktor keruangan dengan lambang S yaitu kemampuan untuk
mengadakan orientasi dalam ruang
5. Teori Guilford
Berdasarkan atas penelitian Penelitian berdasarkan analisis
faktor guilford sampai pada kesimpulan bahwa intelegensi
mengandung tiga aspek yaitu Operation produk and content masing-
masing terdiri dari berbagai komponen yaitu:
1. Operation aspek ini menunjukkan pada berbagai cara
beroperasinya intelegensi yaitu recognition memory
konvergen production Divergent production dan evaluation .
2. Product aspek produk menunjukkan pada macam-macam hal
yang dihasilkan oleh kegiatan intelektual yaitu unit proses
relation sistem transformation dan implication
3. Continents aspek ini menunjuk pada Apa isi kegiatan
intelektual itu guilford mengemukakan bahwa ada empat
macam isi kegiatan intelektual itu yaitu figural, simbolik,
semantic, behavioral
Dengan spesifikasi tersebut diatas guilford menyimpulkan
bahwa terdapat 120 intelegensi ilford menyatakan bahwa 120 faktor
tersebut dapat diidentifikasi dan diukur namun sekitar 80 faktor yang
telah diidentifikasi secara jelas
6. Teori-Teori yang bersifat operasional
Apakah intelegensi itu jawaban terhadap pertanyaan ini
dengan di definisi yang disusun secara umum dianggap tidak
memuaskan oleh ahli psikologi. Jalan inilah yang dipakai oleh
mereka yang menggunakan cara pendekatan filsafat. Kaum
pragamatiss membalik jalan yang ditempuh oleh para ahli yang
menggunakan cara pendekatan filsafat. Mereka tidak menentukan
definisi mengenai intelegensi dan berubah berusaha pengukurannya
melainkan mereka menyusun tes dan mengatakan:” intelegensi
adalah apa yang diukur oleh tes ini tapi pendekatan secara pragmatik
ini juga tidak memuaskan.
Selanjutnya para pengikut teori faktor mengikuti jalan
pikiran berikut: pertama-tama menyusun peta atau gambaran
objektif mengenai organisasi mental, dengan cara menganalisis tes
tes yang telah ada sampai dewasa ini kemudian menyusun tes yang
murni mengenai Kemampuan kemampuan yang didefinisikan secara
objektif dalam analisis factor.
Ahli-ahli operasionalisme mengajukan keberatan terhadap
teori factor. Keberatan yang pertama didasarkan pada rasional
bahwa tindakan atau Operation pengukuran itu sendiri sebenarnya
secara implisit telah mendefinisikan. Selanjutnya keberatan yang

9
kedua ditunjukkan pada jalan pikiran ini dengan menganalisis hasil
berbagai tes ahli-ahli teori faktor berpendapat bahwa mereka telah
mengetahui faktor-faktor intelegensi itu tetapi kenyataannya Para
ahli teori faktor tidak dapat menunjukkannya cara yang demikian itu
secara operasional tidak dapat diterima
Teori teori fungsional teori atau konsep fungsional disusun
atas dasar pemikiran atau analisis mengenai bagaimana
berfungsinya intelegensi itu. Lalu dirumuskan sifat atau definisinya
salah satu teori yang disusun atas dasar tersebut ialah teori Binet.
Menurut Binet sifat hakikat intelegensi ada tiga macam yaitu
1. Kecenderungan untuk menentukan dan mempertahankan tujuan
tertentu. Makin cerdas seseorang maka ia akan makin cakap
dalam membuat tujuan inisiatif dan tidak menunggu perintah
saja makin cerdas seseorang juga berarti bahwa dia akan makin
tetap pada tujuan itu tidak mudah dibelokkan oleh orang lain
atau suasana lain
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang ia
akan semakin mudah menyesuaikan diri dalam situasi yang
dihadapinya serta menyesuaikan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai tujuannya
3. Kemampuan atau kritik yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri dan belajar dari kesalahan yang dibuatnya kesalahan
yang telah dibuatnya tidak mudah diulanginya lagi
Sistem adalah seseorang tokoh dalam aliran ini memberikan
definisi intelegensi sebagai disposisi untuk bertindak untuk
menentukan tujuan-tujuan dan di dalam hidupnya membuat alat
untuk mencapai tujuan itu serta menggunakannya.
Selanjutnya ia memberikan penjelasan lebih jauh mengenai
disposisi untuk bertindak. Yang intinya adalah sebagai berikut:
1. Disposisi itu tidak merupakan faktor yang mempunyai batas-
batas tajam dengan segi-segi kepribadian yang lain melainkan
hanya merupakan sektor-sektor kepribadian yang tidak dapat
berdiri sendiri
2. Disposisi itu tidak semata-mata ditentukan oleh dasar tetapi
ditentukan pula oleh faktor luar. Ada konvergensi antara
pengaruh luar dan faktor dasar tiga
3. Disposisi itu bermakna rangkap yaitu potensi dan berarah tujuan
potensi-potensi tertentu mempunyai tujuan tertentu
4. Disposisi itu gejala-gejalanya dapat muncul dalam keadaan
sadar tapi Bukankah apa yang bisa disebut gejala kesadaran.
Misalnya intelegensi bukanlah gejala berpikir akan tetapi hal
yang merupakan syarat mutlak bagi aktivitas berpikir.
Sampai disini telah dikemukakan berbagai teori atau konsep
mengenai intelegensi nyatanya sekali bahwa tidak ada satupun teori
yang dapat menjelaskan intelegensi itu secara tuntas dan

10
memuaskan tiap teori masih meninggalkan masalah yang belum
terselesaikan lalu lalu pendirian yang mana sebaiknya diambil
tentunya pendirian electric akan sangat bermanfaat dipandang dari
segi praktek pendidikan
7. Teori-Teori yang didasarkan atas analisis fungsional, atau teori teori
fungsional

c. Penelitian mengenai intelegensi


Penelitian mengenai intelegensi mulai dilakukan semenjak para ahli
psikolog mengadakan pendekatan empiris, dan akibat meningkatnya
kemajuan gerakan pengukuran psikologis. Secara garis besar, usaha
penelitian para ahli untuk dapat lebih memahami intelegensi dapat
digolongkan menjadi dua, yakni usaha-usaha untuk menyusun alat
pengukur (test) intelegensi dan usaha untuk mencari informasi
mengenai hubungan intelegensi itu dengan berbagai faktor, baik dari
dalam individu maupun diluar individu. Usaha yang kedua ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan hasil-hasi usaha kelompok pertama,
yaitu tes intelegensi.
1. Penyusunan tes intelegensi
Francis Galton dianggap sebagai orang yang memulai
gerakan pengukuran intelegensi pada umumnya dan mencapai
bentuk nyata pada karya Binet. Penyusunan tes psikologis untuk
mengukur intelegensi yang diterbitkan oleh Binet telah mencapai
ribuan, tapi hanya sebagian saja yang populer dan digunakan secara
luas. Sifat umum usaha pengukuran psikologis dengan berbagai tes
psikologis ialah membandingkan individu yang dites dengan
norma tertentu, dimana yang paling umum digunakan adalah
intelegensi kelompok sebaya yang terutama ditentukan
berdasarkan umur.
Individu yang normal akan memiliki skor intelegensi yang
sama dengan individu lain dalam populasi yang sebaya dengannya.
Dari sinilah muncul konsep intelligence quotient (IQ), yang
diperoleh dari ratio antara umur mental (mental age) dengan umur
kronologis (chronological age) yang dilambangkan :
𝑀𝐴
IQ =
𝐶𝐴
Umur mental (MA) diperoleh dari hasil tes intelegensi,
sedangkan umur kronologis (CA) diperoleh berdasarkan tanggal
lahir individu bersangkutan. Orang-orang yang normal secara teori
memiliki MA=CA. Jadi, jika dilakukan pembandingan antara MA
dan CA seseorang, maka sama dengan membandingkan MA orang
tersebut dengan MA populasi kelompok sebayanya.

11
2. Penelitian tentang korelasi intelegensi dengan faktor lain
Penelitian tentang intelegensi umumnya merupakan
penelitian korelasional, baik yang menggunakan intelegensi
sebagai variabel tergantung maupun sebagai variabel bebas.
Penelitian yang menggunakan intelegensi sebagai variabel
tergantung pada umumnya bertujuan untuk mendapat informasi
mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi itu. Secara garis besar, penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perkembangan dan fungsi intelegensi dipengaruhi faktor
internal dan eksternal individu itu sendiri.
Sedangkan penelitian yang menggunakan intelegensi
sebagai variabel bebas menunjukkan bahwa intelegensi memiliki
korelasi positif yang cukup bermakna dengan berbagai prestasi dan
kemampuan manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan adanya
kolerasi yang cukup bermakna dan positif antara intelegensi
dengan hasil belajar, termasuk penelitian mengenai hubungan
antara intelegensi dengan beberapa kegiatan dan prestasi individu.
Ada korelasi positif yang cukup bermakna anatara intelegensi
dengan prestasi kerja tertentu, keberhasilan tugas tertentu, dan
sebagainya. Berdasarkan hasil tersebut, intelegensi sering
digunakan sebagai salah satu prediktor penting dalam kegiatan
seleksi dan penempatan, baik di dunia kerja maupun pendidikan.

d. Faktor-faktor yang menentukan intelegensi


a. Faktor pembawaan
Pembawaan atau potensi diri seseorang adalah faktor
pentingpembawa sifat-sifat dan potensi kita sejak lahir. Individu
dengan intelegensi seringkali kesulitan menyesuaikan diri dengan
lingkungan, sehingga mereka juga mengalami kesulitan dalam
meraih prestasi. Hal ini terutama dikarenakan faktor
pembawaannya yang kurang mendukung. Misalnya, ada anak yang
bersusah payah untuk dapat mengikuti pelajaran SD, ada pula yang
dengan mudah meraih berbagai prestasi.
b. Faktor kematangan
Kematangan seseorang bisa saja berbeda dengan apa yang
seharusnya. Kematangan ini merujuk pada perkembangan
sususnan syaraf otak yang mempengaruhi sisi kognitif seseorang,
yang pertumbuhannya dari dalam individu itu sendiri. Misalnya
ada anak umur 7 tahun yang belum mampu menyelesaikan soal
persamaan satu variabel, maka dapat diartikan bahwa anak tersebut
masih belum matang secara kognitif baik jasmaniah maupun
rohaniahnya untuk dapat melakukan manipulasi mental dengan
angka atau operasi pada contoh.
c. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah perkembangan yang dipengaruhi
keadaan-keadaan dari luar atau lingkungan, yang meliputi:

12
1. Gizi : kadar gizi yang dikonsumsi seseorang berpengaruh
besar terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan
intelegensi serta prokdutifitas kerja seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan, terutama perkembangan
mental dan otak akan terhambat apabila terjadi kekurangan
asupan gizi. Terjadi ketidaknormalan tumbuh kembang,
fungsi tubuh, maupun kecerdasan seseorang yang
dinyatakan kurang gizi.
2. Pendidikan : pendidikan yang baik dapat menjadi stimulus
eksternal yang optimal dan sesuai dengan kematangan
mental bagi perkembangan otak anak. Jika otak anak dapat
terus terangsang akibat adanya pendidikan, bersama
dengan faktor gizi yang juga baik, maka anak akan
mencapai potensi perkembangan yang optimal.
d. faktor kebebasan
Manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Disamping itu, mereka juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
B. EMOSI
Beberapa pengetian emosi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Daniel Goleman
Pengertian Emosi menurutnya ialah setiap kegiatan atau pergolakan
perasaa, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
Daniel juga mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2. Menurut Chaplin
Pengertian Emosi menurutnya ialah suatu keadaan yang terangsang
dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang
sifatnya mendalam dari perubahan perilaku tersebut. Chaplin juga
membedakan emosi dengan perasaan dan dia mengatakan bahwa perasaan
ialah pengalaman yang disadari yang diaktifkan baik itu oleh perangsang
eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
3. Menurut Soergada Poerbakawatja
Pengertian Emosi menurutnya ialah respons terhadap suatu
perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang
kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons
demikian terjadi baik terhadap perasaan-perasaan eksternal maupun
internal. Dengan pengertian emosi menurut Soergada ini terlihat jelas
perbedaan antara perasaan dengan emosi, bahkan terlihat jelas bahwa
perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
4. Menurut Daniel Goleman
Setidaknya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran,
mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak,

13
lebih kompleks dan lebih halus dari pada kata dan pengertian yang
digunakan untuk menjelaskan emosi.
Dari pengertian emosi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, serta
setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk
kepada pikiran-pikiran yang khas dalam suatu perasaan, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Adapun perasaan “feelings” ialah pengalaman yang disadari yang
diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam
keadaan jasmaniah.
Masalah emosi lain yang biasa terjadi di dalam kelas adalah masalah
kecemasan. Kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang
dikaitkan dengan ketakutan. Jenis dan Drajat Kecamatan berbeda-beda
seperti terkait akan situasi sekolah secara menyeluruh takut terhadap aspek
tertentu dari lingkungan sekolah dan fobia sekolah yang menyebabkan anak
menolak pergi ke sekolah. Fakta dari hasil penelitian menemukan
menemukan bahwa siswa ngetik yang mengalami kegagalan akademik
dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20% merasa cemas hanya
6% saja yang menyatakan tidak cemas.
Adapun kecemasan ini memiliki dua bentuk bentuk pertama yaitu
trait anxirety (sifat kecemasan). Individu dengan sifat ini pada umumnya
mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemas nya
lebih intensif daripada orang lain. Ciri-cirinya adalah telapak tangan yang
sering berkeringat sakit kepala sakit perut menggigit kuku keringat dingin
berbicara tersendat-sendat kikuk tidak bisa diam serta detak jantung yang
keras. Bentuk yang kedua disebut Sfafe anxiety( pernyataan kecemasa).
Bentuk ini terjadi dalam situasi ancaman yang khusus ditujukan kepada
seseorang sehingga terjadi reaksi respon cemas. Jadi seseorang yang tidak
merasa cemas mungkin menjadi cemas kalau berada di bawah ancaman
tertentu.
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan hubungan antara
kecemasan dan prestasi akademik. Siswa yang mempunyai kecemasan
tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah daripada skor siswa yang
kurang cemas ( Sarason, dkk,1990; dallam Djiwandono, 2006:388). Prestasi
yang rendah dapat menimbulkan kecemasan dan kecemasan tinggi juga
dapat menyebabkan prestasi rendah. Kecemasan dapat berguna untuk
menyelesaikan tugas-tugas sederhana atau melaksanakan tugas-tugas yang
telah lama dipraktikkan tetapi tidak berlaku bagi penyelesaian tugas yang
lebih sulit dan kompleks atau keterampilan yang tidak pernah dipraktikkan.
Sigmund Tobias (1999) menjelaskan Bagaimana kecemasan
mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang
sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Ketika siswa sedang
belajar materi baru perhatian sangat diperlukan. Kita tidak akan belajar jika
kita tidak memperhatikan hal yang penting. Siswa yang mempunyai
kecemasan tingkat tinggi harus membagi perhatian mereka pada materi baru

14
dan pada perasaan cemas mereka. Jadi di ketika siswa mulai merasa cemas
Dia mungkin akan kehilangan banyak Informasi yang disampaikan guru.
Kecemasan terhadap tes atau ulangan juga harus mendapatkan
perhatian khusus dari pendidik sebab pengaruhnya sangat buruk terhadap
performa siswa. Saracen meneliti Penyebab langsung dan tidak langsung
dari kecemasan. Pertama bahwa anak pandai juga gelisah bila akan
menempuh tes seperti anakku yang bodoh atau tidak terlalu pandai. Kedua,
kecemasan sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap anaknya,
misalnya sikap yang terlalu menuntut prestasi yang tinggi. Ketiga, wanita
lebih cemas daripada laki-laki.

15
BAB 3
KESIMPULAN

A. SIMPULAN
a. Intelegasi merupakan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri,
bertindak dengan tepat, dan menggunakan alat-alat berfikir untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
b. Pengertian emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran,
nafsu, serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga
merujuk kepada pikiran-pikiran yang khas dalam suatu perasaan, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nursalim, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Unipress


Suyono, dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya:Remaja
Rosdakarya.
Ichsan, Muhammad. 2016. Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar. Jurnal
Edukasi Bimbingan Sekolah Konseling. Vol 2 No 1. Bandung
Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai