Pengertian Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Ditujukan untuk memenuhi tugas teori belajar yang diampuh oleh Dr. Susanah, M.Pd
Oleh kelompok 1
JURUSAN MATEMATIKA
2017/2018
2
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah
ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Psikologi Pendidikan dari Dosen
kami Ibu Denok Setiawati M.Pd., Kons. Makalh ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman dan referensi yang kurang memadai. Oleh karena
itu kami mengharapkan pemberian masukan dari pembaca yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 4
C. TUJUAN ................................................................................................................... 4
D. MANFAAAT ............................................................................................................. 4
BAB 2 ................................................................................................................................... 5
A. INTELEGENSI............................................................................................................ 5
B. EMOSI.................................................................................................................... 13
BAB 3 ................................................................................................................................. 16
A. SIMPULAN ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan
lingkungan fisikmaupun lingkungan sosial, dalam interaksi ini individu menreima
rangsangan /stimulus dari luar dirinya. Yang mana rangsangan maupuan stimulus
tersebut akan mempengaruhi dalam perkembangan karakter seorang anak. Dalam
dunia pendidikan dan pengajaran masalah intelegensi dan emosi merupakan salah
satu masalah pokok, karenannya tidak mengherankan jika masalah tersebut banyak
dibahas, baik secara khusus, lalu dalam kaitannya dengan masalah-masalah
pendidikan dan pengajaran yang lain.
Faktor intelegensi dalam proses pendidikan dianggap sangat penting
sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam
belajar. Tetapi di sisi lain ada juga orang-orang yang menganggap bahwa
intelegensi bukan satu-satunya hal yang berpengaruh pada keberhasilan individu
dalam belajar.
Faktor yang kedua adalah emosi seseorang. Gangguan emosi yang serius
sering muncul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi kecemasan yang
berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
Banyak anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja bertingkah laku aneh
minum-minuman keras kecanduan obat bius alkohol sehingga memerlukan bantuan
yang serius. Pendidik pendidik di sekolah menengah harus sensitif terhadap fakta
bahwa remaja yang sedang mengalami masa-masa sulit dan gangguan emosional
merupakan hal yang umum. Oleh karena itu guru hendaknya menyadari bahwa
anak-anak remaja membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalah masalah
emosional yang mereka alami.
Intelegensi merupakan kecerdasan, untuk menyatakan seseorang itu cerdas
atau memiliki intelegensi tinggi apabila orang tersebut dapat dengan cepat dan
berhasil menyelesaikan tugas dan atau masalah yang dihadapinya, dan dikatakan
bodoh atau tidak cerdas apabila seseorang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya. Sedangkan emosi merupakan serangkaian
ekspresi yang dibuat manusia dalam menanggapi lingkungannya. Sehingga emosi
sangat dipengaruhi oleh sistem kerja lingkungan terhadap dirinya.
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Intelegensi terhadap pembelajaran?
2. Apa pengertian Emosi terhadap pembelajaran?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi terhadap pembelajaran
2. Untuk mengetahu pengertian emosi terhadap pembelajaran
D. MANFAAAT
Bagi penulis :
1. Dapat mengenal teori-teori yang melibatkan prose pembelajaran
2. Mengenal karakter dari intelegensi dan emosi peserta didik
Bagi masayarakat :
1. Menjadi objek kajian terhadap kinerja peserta didik dan pendidik
2. Meresapi berbagai aspek yang mempengaruhi kognitif peserta didik
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. INTELEGENSI
a. Pengertian
Intelegasi merupakan krangka berpikir anak dalam
menanggapi rangsangan dari luar. Ada banyak sekali rangsangan
yang dapat memicu perkembangan intelegasi seorang anak. Dalam
dunia peserta didik perkembangan kognitif dapat terlihat dari tingkat
timbal balik / interaksi dari peserta didik dengan pendidik. Hal ini
berdasarkan pada teori behaviorisme menurut Suryono (2014:71)
yang menyatakan jika perkembangan peserta didik dapat dilihat dari
kecepatan respon yang ditampung peserta didik dengan stimulus
yang diberikan. Jika tingkat frekuensi hubungan stimulus dan respon
tinggi maka akan tercapainya korelatif antara materi dengan
pemahaman peserta didik, hal ini juga berlaku sebaliknya. Apa bila
tingkat frekuensi hubungan stimulus dan respon rendah maka akan
terbentuk kesukaran dari pemahaman peserta didik mengenai materi
yang telah diberikan.
Pengertian intelegensi juga dikutip dari beberapa tokoh ahli,
ada juga pengertian intelegasi menururt pendapat para ahli yang lain
:
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap
situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan
yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi
mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan
kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-
tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan
bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut:
intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern
berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung
dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak
begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
Sehingga disimpulkan dari pendapat-pendapat ahli tersebut
jika intelegasi merupakan kemampuan seseorang dalam
5
menyesuaikan diri, bertindak dengan tepat, dan menggunakan alat-
alat berfikir untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi
dan kondisi baru.
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan
menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan
istilah Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan
dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi
rendahnya intelegensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence
Quotioent).
6
b) Teori-Teori yang bersifat prakmatik
Dasar teori ini kiranya adalah apa yang dinyatakan
oleh Boring, yang kemudian dikutip oleh Laoevinger (1954),
bahwa intelegensi ialah hal yang ditest oleh test intelegensi.
Tulisan Boring yang sering dikutip menyatakan antara lain:
“Intelegensi is what the test tests. This is narrow definition,
but it is the only point of departune for adalah rogorous
discussion of the best. It would be better if the psychologists
could have used some other or more technical term : ........,
and no harm need result if we but remember that measure
able intelegence is simply what the test of intelegence test,
until further scientific observation allows us to extend the
definition”
Konsep ini sesuai dengan pendapat banyak ahli di
Amerika Serikat. Pendapat yang lebih fleksibel
dikemukakan Terman, yang menyatakan bahwa intelegensi
itu dapat dianalogikan dengan pengetahuan tentang listrik.
Pengukuran terhadap listrik tergantung kepada definisi yang
diberikan kepadanya; apakah panasnya, alirannya, atau lain
sebagainya.
7
Tingkah laku 3 = TI 3 = g+s3
Tingkah laku 4 = TI 4 = g+s4
Tingkah laku 5 = TI 5 = g+s5
Selanjutanya Spearman berpendapat bahwa faktor g itu
bergantung pada keturunan, sedang faktor-faktor s itu dipengaruhi
oleh pengalaman (lingkungan, pendidikan). Teori Spearman ini
yang biasa disebut teori dwi-fator, besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori-teori faktor yang lebih kemampuan.
2. Teori Thomson
Thomson tidak dapat menyetujui pendapat Spearman
tersebut., menurut Thomson apa yang disebut faktor g oleh
Spearman itu tidak ada. Menurut Thomson, walaupun secara
statistik Spearman telah menunjukkan adanya faktor g, tapi
sebenarnya dapat ditunjukkan bahwa pembuktian Spearman itu
tidak betul. Menurut Thomson pada anak pra-sekolah, yang disebut
Spearman faktor g itu tidak ada, dan yang ada hanyalah faktor s.
Faktor-faktor s itu tidak tergantung pada keturunan atau bakat, tapi
tergantung pada pendidikan. Apabila anak-anak golongan atas lebih
cerdas daripada anak-anak golongan bawah, maka hal tersebut
bukan karena sifat dasar, melainkan karena anak-anak dari golongan
atas mempunyai lebih banyak kesempatan untuk belajar.
3. Teori Cyrill Burt
Pendirian Cryrill Burt sangat dekat dengan pendirian
Spearman. Burt sependapat bahwa pada manusia terdapat faktor g
yang mendasari semua tingkah lakunya dan faktor g merupakan sifat
dasar, yaitu dibawa sejak lahir. Selanjutnya Burt juga berpendapat,
bahwa tiap-tiap orang memiliki banyaak faktor s. Tetapi disamping
kedua macam faktor itu.
4. Teori Thurstone
Thurstone terkenal sebagai tokoh mazhab Chicago. Dia
sependapat dengan Child board bawah pada faktor C yang berfungsi
pada sejumlah tingkah laku dan faktor S banyak sekali sebanyak
tingkah laku khas khusus yang dilakukan oleh manusia yang
bersangkutan akan tetapi thurstone menolak faktor B Adapun faktor
C menurut thurstone ada 7 macam yaitu
1. Faktor ingatan kemampuan untuk mengingat dengan
lambang M
2. Faktor verbal kecakapan untuk menggunakan bahasa dengan
lambang V
3. Faktor bilangan kemampuan untuk bekerja dengan bilangan
misalnya kecakapan berhitung dan sebagainya dengan
lambang N
4. Faktor kelancaran kata-kata yang dilambangkan dengan
yaitu seberapa lancar seseorang mempergunakan kata-kata
yang sukar ucapannya faktor ini dianggap pula merupakan
indikator bagi kelancaran dalam kerja mental yaitu dah
tidaknya seseorang mengubah pikirannya atau mengalihkan
pikirannya sesuai dengan kebutuhan
8
5. Faktor penawaran atau reasoning dengan lambang huruf r
yaitu faktor yang mendasari kemampuan seseorang untuk
berpikir logis
6. Faktor persepsi dengan lambang huruf t yaitu kemampuan
untuk mengamati dengan cepat dan cermat
7. Faktor keruangan dengan lambang S yaitu kemampuan untuk
mengadakan orientasi dalam ruang
5. Teori Guilford
Berdasarkan atas penelitian Penelitian berdasarkan analisis
faktor guilford sampai pada kesimpulan bahwa intelegensi
mengandung tiga aspek yaitu Operation produk and content masing-
masing terdiri dari berbagai komponen yaitu:
1. Operation aspek ini menunjukkan pada berbagai cara
beroperasinya intelegensi yaitu recognition memory
konvergen production Divergent production dan evaluation .
2. Product aspek produk menunjukkan pada macam-macam hal
yang dihasilkan oleh kegiatan intelektual yaitu unit proses
relation sistem transformation dan implication
3. Continents aspek ini menunjuk pada Apa isi kegiatan
intelektual itu guilford mengemukakan bahwa ada empat
macam isi kegiatan intelektual itu yaitu figural, simbolik,
semantic, behavioral
Dengan spesifikasi tersebut diatas guilford menyimpulkan
bahwa terdapat 120 intelegensi ilford menyatakan bahwa 120 faktor
tersebut dapat diidentifikasi dan diukur namun sekitar 80 faktor yang
telah diidentifikasi secara jelas
6. Teori-Teori yang bersifat operasional
Apakah intelegensi itu jawaban terhadap pertanyaan ini
dengan di definisi yang disusun secara umum dianggap tidak
memuaskan oleh ahli psikologi. Jalan inilah yang dipakai oleh
mereka yang menggunakan cara pendekatan filsafat. Kaum
pragamatiss membalik jalan yang ditempuh oleh para ahli yang
menggunakan cara pendekatan filsafat. Mereka tidak menentukan
definisi mengenai intelegensi dan berubah berusaha pengukurannya
melainkan mereka menyusun tes dan mengatakan:” intelegensi
adalah apa yang diukur oleh tes ini tapi pendekatan secara pragmatik
ini juga tidak memuaskan.
Selanjutnya para pengikut teori faktor mengikuti jalan
pikiran berikut: pertama-tama menyusun peta atau gambaran
objektif mengenai organisasi mental, dengan cara menganalisis tes
tes yang telah ada sampai dewasa ini kemudian menyusun tes yang
murni mengenai Kemampuan kemampuan yang didefinisikan secara
objektif dalam analisis factor.
Ahli-ahli operasionalisme mengajukan keberatan terhadap
teori factor. Keberatan yang pertama didasarkan pada rasional
bahwa tindakan atau Operation pengukuran itu sendiri sebenarnya
secara implisit telah mendefinisikan. Selanjutnya keberatan yang
9
kedua ditunjukkan pada jalan pikiran ini dengan menganalisis hasil
berbagai tes ahli-ahli teori faktor berpendapat bahwa mereka telah
mengetahui faktor-faktor intelegensi itu tetapi kenyataannya Para
ahli teori faktor tidak dapat menunjukkannya cara yang demikian itu
secara operasional tidak dapat diterima
Teori teori fungsional teori atau konsep fungsional disusun
atas dasar pemikiran atau analisis mengenai bagaimana
berfungsinya intelegensi itu. Lalu dirumuskan sifat atau definisinya
salah satu teori yang disusun atas dasar tersebut ialah teori Binet.
Menurut Binet sifat hakikat intelegensi ada tiga macam yaitu
1. Kecenderungan untuk menentukan dan mempertahankan tujuan
tertentu. Makin cerdas seseorang maka ia akan makin cakap
dalam membuat tujuan inisiatif dan tidak menunggu perintah
saja makin cerdas seseorang juga berarti bahwa dia akan makin
tetap pada tujuan itu tidak mudah dibelokkan oleh orang lain
atau suasana lain
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri bermaksud
untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang ia
akan semakin mudah menyesuaikan diri dalam situasi yang
dihadapinya serta menyesuaikan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai tujuannya
3. Kemampuan atau kritik yaitu kemampuan untuk mengkritik diri
sendiri dan belajar dari kesalahan yang dibuatnya kesalahan
yang telah dibuatnya tidak mudah diulanginya lagi
Sistem adalah seseorang tokoh dalam aliran ini memberikan
definisi intelegensi sebagai disposisi untuk bertindak untuk
menentukan tujuan-tujuan dan di dalam hidupnya membuat alat
untuk mencapai tujuan itu serta menggunakannya.
Selanjutnya ia memberikan penjelasan lebih jauh mengenai
disposisi untuk bertindak. Yang intinya adalah sebagai berikut:
1. Disposisi itu tidak merupakan faktor yang mempunyai batas-
batas tajam dengan segi-segi kepribadian yang lain melainkan
hanya merupakan sektor-sektor kepribadian yang tidak dapat
berdiri sendiri
2. Disposisi itu tidak semata-mata ditentukan oleh dasar tetapi
ditentukan pula oleh faktor luar. Ada konvergensi antara
pengaruh luar dan faktor dasar tiga
3. Disposisi itu bermakna rangkap yaitu potensi dan berarah tujuan
potensi-potensi tertentu mempunyai tujuan tertentu
4. Disposisi itu gejala-gejalanya dapat muncul dalam keadaan
sadar tapi Bukankah apa yang bisa disebut gejala kesadaran.
Misalnya intelegensi bukanlah gejala berpikir akan tetapi hal
yang merupakan syarat mutlak bagi aktivitas berpikir.
Sampai disini telah dikemukakan berbagai teori atau konsep
mengenai intelegensi nyatanya sekali bahwa tidak ada satupun teori
yang dapat menjelaskan intelegensi itu secara tuntas dan
10
memuaskan tiap teori masih meninggalkan masalah yang belum
terselesaikan lalu lalu pendirian yang mana sebaiknya diambil
tentunya pendirian electric akan sangat bermanfaat dipandang dari
segi praktek pendidikan
7. Teori-Teori yang didasarkan atas analisis fungsional, atau teori teori
fungsional
11
2. Penelitian tentang korelasi intelegensi dengan faktor lain
Penelitian tentang intelegensi umumnya merupakan
penelitian korelasional, baik yang menggunakan intelegensi
sebagai variabel tergantung maupun sebagai variabel bebas.
Penelitian yang menggunakan intelegensi sebagai variabel
tergantung pada umumnya bertujuan untuk mendapat informasi
mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan
intelegensi itu. Secara garis besar, penelitian tersebut menunjukkan
bahwa perkembangan dan fungsi intelegensi dipengaruhi faktor
internal dan eksternal individu itu sendiri.
Sedangkan penelitian yang menggunakan intelegensi
sebagai variabel bebas menunjukkan bahwa intelegensi memiliki
korelasi positif yang cukup bermakna dengan berbagai prestasi dan
kemampuan manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan adanya
kolerasi yang cukup bermakna dan positif antara intelegensi
dengan hasil belajar, termasuk penelitian mengenai hubungan
antara intelegensi dengan beberapa kegiatan dan prestasi individu.
Ada korelasi positif yang cukup bermakna anatara intelegensi
dengan prestasi kerja tertentu, keberhasilan tugas tertentu, dan
sebagainya. Berdasarkan hasil tersebut, intelegensi sering
digunakan sebagai salah satu prediktor penting dalam kegiatan
seleksi dan penempatan, baik di dunia kerja maupun pendidikan.
12
1. Gizi : kadar gizi yang dikonsumsi seseorang berpengaruh
besar terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan
intelegensi serta prokdutifitas kerja seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan, terutama perkembangan
mental dan otak akan terhambat apabila terjadi kekurangan
asupan gizi. Terjadi ketidaknormalan tumbuh kembang,
fungsi tubuh, maupun kecerdasan seseorang yang
dinyatakan kurang gizi.
2. Pendidikan : pendidikan yang baik dapat menjadi stimulus
eksternal yang optimal dan sesuai dengan kematangan
mental bagi perkembangan otak anak. Jika otak anak dapat
terus terangsang akibat adanya pendidikan, bersama
dengan faktor gizi yang juga baik, maka anak akan
mencapai potensi perkembangan yang optimal.
d. faktor kebebasan
Manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Disamping itu, mereka juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
B. EMOSI
Beberapa pengetian emosi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Daniel Goleman
Pengertian Emosi menurutnya ialah setiap kegiatan atau pergolakan
perasaa, pikiran, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
Daniel juga mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dari
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2. Menurut Chaplin
Pengertian Emosi menurutnya ialah suatu keadaan yang terangsang
dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari yang
sifatnya mendalam dari perubahan perilaku tersebut. Chaplin juga
membedakan emosi dengan perasaan dan dia mengatakan bahwa perasaan
ialah pengalaman yang disadari yang diaktifkan baik itu oleh perangsang
eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
3. Menurut Soergada Poerbakawatja
Pengertian Emosi menurutnya ialah respons terhadap suatu
perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang
kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons
demikian terjadi baik terhadap perasaan-perasaan eksternal maupun
internal. Dengan pengertian emosi menurut Soergada ini terlihat jelas
perbedaan antara perasaan dengan emosi, bahkan terlihat jelas bahwa
perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi.
4. Menurut Daniel Goleman
Setidaknya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran,
mutasi dan nuansanya sehingga makna yang dikandungnya lebih banyak,
13
lebih kompleks dan lebih halus dari pada kata dan pengertian yang
digunakan untuk menjelaskan emosi.
Dari pengertian emosi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, serta
setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga merujuk
kepada pikiran-pikiran yang khas dalam suatu perasaan, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Adapun perasaan “feelings” ialah pengalaman yang disadari yang
diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam
keadaan jasmaniah.
Masalah emosi lain yang biasa terjadi di dalam kelas adalah masalah
kecemasan. Kecemasan menggambarkan keadaan emosional yang
dikaitkan dengan ketakutan. Jenis dan Drajat Kecamatan berbeda-beda
seperti terkait akan situasi sekolah secara menyeluruh takut terhadap aspek
tertentu dari lingkungan sekolah dan fobia sekolah yang menyebabkan anak
menolak pergi ke sekolah. Fakta dari hasil penelitian menemukan
menemukan bahwa siswa ngetik yang mengalami kegagalan akademik
dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20% merasa cemas hanya
6% saja yang menyatakan tidak cemas.
Adapun kecemasan ini memiliki dua bentuk bentuk pertama yaitu
trait anxirety (sifat kecemasan). Individu dengan sifat ini pada umumnya
mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemas nya
lebih intensif daripada orang lain. Ciri-cirinya adalah telapak tangan yang
sering berkeringat sakit kepala sakit perut menggigit kuku keringat dingin
berbicara tersendat-sendat kikuk tidak bisa diam serta detak jantung yang
keras. Bentuk yang kedua disebut Sfafe anxiety( pernyataan kecemasa).
Bentuk ini terjadi dalam situasi ancaman yang khusus ditujukan kepada
seseorang sehingga terjadi reaksi respon cemas. Jadi seseorang yang tidak
merasa cemas mungkin menjadi cemas kalau berada di bawah ancaman
tertentu.
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan hubungan antara
kecemasan dan prestasi akademik. Siswa yang mempunyai kecemasan
tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah daripada skor siswa yang
kurang cemas ( Sarason, dkk,1990; dallam Djiwandono, 2006:388). Prestasi
yang rendah dapat menimbulkan kecemasan dan kecemasan tinggi juga
dapat menyebabkan prestasi rendah. Kecemasan dapat berguna untuk
menyelesaikan tugas-tugas sederhana atau melaksanakan tugas-tugas yang
telah lama dipraktikkan tetapi tidak berlaku bagi penyelesaian tugas yang
lebih sulit dan kompleks atau keterampilan yang tidak pernah dipraktikkan.
Sigmund Tobias (1999) menjelaskan Bagaimana kecemasan
mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang
sedang mengerjakan tes untuk mencapai prestasi. Ketika siswa sedang
belajar materi baru perhatian sangat diperlukan. Kita tidak akan belajar jika
kita tidak memperhatikan hal yang penting. Siswa yang mempunyai
kecemasan tingkat tinggi harus membagi perhatian mereka pada materi baru
14
dan pada perasaan cemas mereka. Jadi di ketika siswa mulai merasa cemas
Dia mungkin akan kehilangan banyak Informasi yang disampaikan guru.
Kecemasan terhadap tes atau ulangan juga harus mendapatkan
perhatian khusus dari pendidik sebab pengaruhnya sangat buruk terhadap
performa siswa. Saracen meneliti Penyebab langsung dan tidak langsung
dari kecemasan. Pertama bahwa anak pandai juga gelisah bila akan
menempuh tes seperti anakku yang bodoh atau tidak terlalu pandai. Kedua,
kecemasan sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap anaknya,
misalnya sikap yang terlalu menuntut prestasi yang tinggi. Ketiga, wanita
lebih cemas daripada laki-laki.
15
BAB 3
KESIMPULAN
A. SIMPULAN
a. Intelegasi merupakan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri,
bertindak dengan tepat, dan menggunakan alat-alat berfikir untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
b. Pengertian emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran,
nafsu, serta setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Emosi juga
merujuk kepada pikiran-pikiran yang khas dalam suatu perasaan, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak.
16
DAFTAR PUSTAKA
17