Perencanaan Geometrik Dan Perkerasan Jalan Raya
Perencanaan Geometrik Dan Perkerasan Jalan Raya
Perencanaan Geometrik Dan Perkerasan Jalan Raya
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
2
BAB II
DASAR TEORI
Definisi dari jalan raya ialah jalur jalur diatas permukaan bumi
yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran,konstruksi berbentuk
tertentu sebagai dapat dipakai sebagai jalur lalu lintas orang,hewan dan
kendaraan.Sedangkan arti dari lalu lintas itu sendiri adalah menyangkut
semua benda dacn makhluk hidup yang melewati jalan tersebut.
3
o Alinemen horizontal (Situasi/plan)
o Alinemen vertical (Potongan memanjang/profile)
o Potongan melintang (Cross section)
o Pengambaran
4
sebuah pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran
jalan,serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan
dan keamanan yang ditingkatkan.
c) Jalan local
Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi
5
d) Jalan lingkungan
Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak
dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Sistim Jaringan
Persyaratan Teknis
Fungsi Jalan Jalan
Jalan arteri didasarfkan kecepatan
rencana
Primer
Minimum 60 km/jam dengan lebar
Jalan Arteri maksimum 11 M
Di desain berdasarkan kecepatan rencana
Skunder min
30 km/jam lebar minimum 11 M
Di desain berdasarkan kecepatan rencana
Primer min 40
km/jam lebar minimum 9 M
Jalan Kolektor
Di desain berdasarkan kecepatan rencana
Skunder 20
km/jam lebar minimum 9 M
Di desain berdasarkan kecepatan rencana
Primer min 20
km/jam lebar min 6.5 M
Di desain berdasarkan kecepatan minimum
Jalan Lokal
10 km/h
Skunder jalan ini diperuntukan bagi kendaraan
bermotor atau
kendaraan yang memiliki lebar min 3.5 M
Jalan
Tidak diatur dalam pp tentang jalan
Lingkungan
6
2.3 Klasifikasi Muatan Sumbu
7
tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat
yang diizinkan 8 ton.
I <10
1 Jalan Arteri II 10
III A 8
III A 8
2 Jalan Korektor
IIIB
8
antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang
menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.
6. Jalan Khusus,merupakan lalu lintas yang diperuntukan bagi
kepentingan instansi,badan usaha maupun perorangan
atau kelompok masyarakat.
9
2.5 Bagian Bagian Jalan
Badan Jalan adalah jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur
pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki, bahu
jalanhanya diperuntukkan bagi layanan lalu lintas dan
angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan
Bahu jalan adalah bagian dari daerah manfaat jalan yang
berdampingan dengan jalur lalu lintas yang digunakan utnuk
menampung kendaraan berhenti dalam keperluan darurat,
dan diperlukan juga untuk mendukung bagian samping
konstruksi jalan
Jalur Lalu lintas adalah bagian jalur jalan yang direncanakan
khusus(perkerasan) untuk lintasan kendaraan roda empat
Saluran Tepi jalanadalah saluran yang hanya diperuntukkan
bagi penampungan dan penyaluran air agar badan jalan
bebas dari pengaruh/genangan air
Ambang Pengamanan Jalanadalah berupa bidang tanah
dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang berada
diantara tepi badan jalan dan batas ruangmanfaat jalan yang
hanya diperuntukkan bagi pengamanan konstruksi.
10
Gambar Untuk Rumija
KELAS JALAN
JALAN
JALAN JALAN JALAN
BEBAS
HAMBATAN RAYA SEDANG KECIL
LEBAR MINIMUM
30 25 15 11
(m)
11
2.6 Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan)
KERAS JALAN
ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN JMBTN
PRIMER SEKUDER PRIMER SEKUDER PRIMER SEKUDER PRIMER SEKUDER
LEBAR 100 KE
ARAH
MIN 15 15 10 5 7 3 5 2
HULU
(m) HILIR
pengawasan penyelenggara jalan (PP No. 34 tahun 2006, Bab III, Pasal
44.1)
Ruang Pengawaan jalan ditentukan dari tepi jalan yang paling rendah
sebagai berikut :
• Jalan Arteri 15 meter
• Jalan Kolektor Primer 10 meter
• Jalan Lokal Primer 7 meter
• Jalan Lingkungan Primer 5 meter
• Jalan Arteri Sekunder 15 meter
• Jalan Kolektor Sekunder 5 meter
• Jalan Lokal Sekunder 3 meter
• Jalan Lingkungan sekunder 2 meter
• Jembatan 100 meter
12
2.7 Karekteristik dan pengelompokan jaringan jalan
13
1. Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan
semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa
distribusi yang kemudian berwujud kota;
2. Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi untuk masyarakat di
dalam kota
14
2.7.3 Potongan melintang jalan
Potongan melintang jalan raya adalah potongan tegak
lurus dengan sumbu jalan.Pada potongan melintang jalan
dapat kita lihat bagian bagiannya sebagai berikut:
Jalur lalu lintas (Travelled way/carriage way)
Merupak seluruh bagian perkerasan jalan yang diperuntukan
untuk lalu lintas kendaraan.Jalur terdiri beberapa lajur (Line)
15
2.7.5 Bahu Jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan
dengan Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai:
ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan
yang mogok atau yang sekedar berhenti karena
pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang
akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
ruangan untuk menghindarkan diri pada saat-saat
darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan.
memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan
demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang
bersangkutan.
memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan
dari arah samping.
ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat
penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan
material).
ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli,
ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan
darurat seperti terjadinya kecelakaan
Jenis bahu jalan
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan
atas
o Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat
dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat.
16
Biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit
lempung.
o Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-
daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang
berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak
jumlahnya.
o Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan
mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut
lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak
diperkeras
o Bahu jenis ini dipergunakan : untuk jalan-jalan dimana
kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahnya, seperti di sepanjang jalan tol, di
sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-
tikungan yang tajam.
Dilihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas, maka
bahu jalan dapat dibedakan atas :
Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), adalah
bahu yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas.
Bahu kanan/bahu dalam (rightlinner shoulder), adalah bahu
yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :
Fungsi jalan
Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jalan lokal. Dengan demikian jalan
arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan
kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu
yang lebih lebar dari Jalan lokal.
Volume lalu lintas
Volume lalu lintas yang tinggimembutuhkan lebar bahu
yang lebih lebar dibandingkan dengan volume lalu lintas
yang lebih rendah.
Kegiatan disekitar jalan
Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah,
membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih lebar daripada
17
jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan tersebut
akan dipergunakan pula sebagai tempat parkir dan pejalan
kaki.
Ada atau tidaknya trotoar.
Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya
pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi.
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara
0,5 - 2,5m,
18
ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya akibat
gaya sentrifugal yang bekerja. Besar dan arah kemiringan
melintang bahu harus juga disesuaikan demi keamanan
pemakai jalan dan fungsi drainase itu sendiri.Perubahan
kelandaian antara kemiringan melintang perkerasan jalan dan
bahu (roll over) maksimum 8%.
2.7.7 Median
Median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
memissahkan jalan dan masing masing arah.Fungsi median
yaitu:
Menyediakan daerah netral yang cukup besar
Menyediakan jarak yang cukup untuk
membatasi/mengurangi kesilauan
Menambah rasa kelegaan,kenyamanan dan keindahan
bagi setgiap pengemudi
Lebar median 1 m – 1.2 m.Untuk median yang lebarnya
mencapai 5 m sebaiknya ditinggikan dengan kereb.
19
dari volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan
tersebut.
Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume
pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan,
dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 - 3,0 m merupakan nilai
yang umum dipergunakan.
20
samping yang mempergunakan pasangan batu, talud dapat
dibuat 1:1.
21
Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang
direncanakan untuk menghalangi atau mencegah
kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di
median, trotoar, pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman.
Tingginya berkisar antara 25 - 30 cm.
Kereb berparit (gutter curb), adalah kereb yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan
Jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan
sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus
diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada
tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar
antara 10-20 cm.
22
Pengaman besi yang di galvanised (Guard rail)
Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan
untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan
mengembalikan kendaraan ke arah dalam sehingga
kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan yang makin
kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar
pengaman diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba
berhenti atau berguling ke luar badan jalan.
Pengaman tepi dari beton (Parapel)Pengaman tepi dari
beton dianjurkan untuk dipergunakan pada jalan dengan
kecepatan rencana 80 - 100 km/Jam.
Pengaman tepi dari timbunan
Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana ≤ 80
km/jam.
Pengaman tepi dari batu kali
Tipe ini terutama dikaitkan dengan keindahan (estetika) dan
pada jalan dengan kecepatagn rencana ≤ 80 km/jam
Pengaman tepi dari balok kayu
Tipe ini dipergunakan umuk kecepatan rencana ≤. 40
km/jam dan pada daerah parkir.
23
2.8 Volume Lalu Lintas
SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal ini kapasitas jalan,dimana mobil
penumpang di tetapkan memiliki satu SMP.Berikut menrupakan table ekivalen
mobil penumpang
24
pegunungan dapat dibedakan dari besarnya data
kemiringan melintang rata rata dari potongan melintang
tegak lurus sumbu jalan.
Spesifikasi standar untuk perancangan geometric jalan luar
kota dari BIPRAN,Bina Marga (Rancangan Akhir)
memberikan ketentuan sebagabi berikut:
Kecepatan Rencana,VR,km/h
Fungsi
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70-120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30
25
lebar untuk volume lalu lintas rendah cenderung
membahayakan,karena pengemudi cendrung mengendalikan
kendaraannya dengan kecepatan yang lebih tinggi sedangkat
kondisi jalan yang belum tentu memungkinkan.
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan
sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:
I. Volume lalu lintas harian rata rata
Lalu lintas harian rata rata adalah volume lalu lintas rata
rata dalam satu hari.Dari cara memperoleh data tersebut
dikenal dua jenis lalu lintas harian rata rata,yaitu lalu lintas
harian rata rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian (LHR).
LHR adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata rata yang
melewsati ksatu jalur selama 24 jam dan diproleh data selama
satu tahun penuh
Jumlah Lalu lintas dalam 1 tahun
LHRT =
365
26
o Pengamatan dilakukan pada interval interval waktu yang
cukup mengambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama 1 tahun
o Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata rata dari
perhitungan LHR beberapa kali
II. Volume Jam Perencanaan
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam
satu hari,maka sangat cocok jika volume lalu lintas dalam 1 jam
dipergunakan untuk perencanaan.Volume dalam 1 jam
dipakai untuk perencanaan dinamakan Volume Jam
Perencanaan (VPJ).
Volume 1 jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP
haruslah sedemikian rupa sehingga:
o Volume tersebut tidak boleh sering terdapat pada distribusi arus
lalu lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
o Apabila terdapat volume lalu lintas per jam yang melebihi
volume jam perencanaan,maka kelebihan tersebut tidak boleh
memiliki nilai yang terlalu besar.
o Volume tersebut tidak boleh memiliki nilai yang sangat
besar,sehingga akan mengakibatkan jalan akan semakin
lenggang dan biayanya pun mahal.
k
VJP=Vlhr x
f
Tabel penentuan vaktor K dan Faktor F beradasarkan Vlhr
(Sumber:TPGJAK,1997)
27
oleh bebrapa faktor,yaitu kecepatan perjalanan dan
perbandingan antara volume dengan kapasitas (V/C).
Kecepatan perjalanan merupakan indicator dari
pelayanan jalan,makin cepat berarti pelayanan baik atau
sebaliknya.Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan umum fisik
jalan.Highway capacity Manual,membagi tingkat pelayanan
jalan atas 6 keadaan yaitu:
28
2.9 Jarak Pandang
29
perencanaan AASHTO ’90 mengambil waktu PIEV sebesar 1,5
detik.
Setelah pengemudi mengambil keputusan untuk
menginjak rem,maka pengemudi membutuhkan waktu sampai
dia menginjak pedal rem.Rata rata pengemudi membutuhkan
waktu 0,5 detik,perencanaan diambil waktu 1 detik,sehingga
total waktu yang diperlukan dari saat dia melihat rintangan
sampai menginjak pedal rem,disebut sebagai waktu reaksi
adalah 2,5 detik.
d1 = Kecepatan x waktu
d1= v X t
Jika:
d1 = Jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal
rem,m
v= Kecepatan,km/jam
t = Waktu reaksi 2.5 detik
Maka:
Di = 0.278 v.t
Secara umum,jarak pandang henti minimum untuk truck dapat
diambil sama dengan jarak pandang henti minimum untuk
mobil penumpang,karena:
1. Tinggi mata pengemudi truk lebih tinggi dari pada tinggi
mata pengemudi mobil penumpang,karena tempat
duduk yang lebih tinggi.Tinggi mata pengemudi truk
biasanya diambil 1.8 m diukur dardi permukaan
perkerasan.
2. Kecepatan truk lebih lambat ketimbang mobil
penumpang.
Akan tetapi,terdapat keadaan keadaan yang tidak
dapat diabaikan yaitu pada penurunan yang sangat
panjang,karena:
o Tinggi mata pengemudi truk tidak akan berarti
lagi.
o Kecepatan truk hampir sama dengan kecpatan
mobil penumpang.
30
Dalam keadaan seperti ini maka jarak pandang henti
minimum sebaiknya diambil lebih panjang dari pada
keadaan normal.
31
o Kecepatan kendaraan yang menyiap
mempunyai perbedaan sekitar 15 km/jam
dengan kendaraan yang disiap pada waktu
melakukan gerakan menyiap.
o Pada saat kendaraan yang menyiap telah
berada kembali pada lajur jalannya,maka harus
tersedia cukup jarak dengan kendaraan yang
bergerak dari arah yang berlawan
o Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan
perkerasan menurut AASHTO ’90 = 1.06 m(3.5 ft)
dan tinggi objek yaitu kendaraan yang akan
disiap adalah 1.25 m (4.25 ft) sedcangkan bina
marga (urban) mengambil tinggi mata
pengemudi sama denga tinggi objek yaitu 1.00
m.
o Kendaraan yang bergerak dari arah yang
berlawan mempunyai kecepatan yang sama
denga kendaraan yang menyiap.
d1 = d1 +d2+d3+d4
32
Dimana:
2/3 x d2
at1
d1=0.278 t1(v-m+ )
2
33
sama dengan kecepatan rencana,km/jam
a = Percepatan rata rata yang besarnya tergantung
dari kecepatan rata rata yang menyiap yang
dapat ditentukan menggunakan korelasi a =
2,052 + 0,0036 V
d2 = 0.278 v.t2
Dimana:
2
dmin = d2 + d3 + d4
3
34
80 527 550 368 400
100 720 750 496 500
120 937 950 638 650
35
2.10 Alinyemen Jalan
v2
R min =
127 (emaks+fm)
Dimana:
R = Jari Jari lengkung minimum
36
V = Kecepatan rencana (km/jam)
E = Kemiringan tikungan (%)
F = Koefesien Gesek melintang
m
2. Lengkung peralihan
Panjang lengkung perallihan (spiral) diperhitungkang
dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya
sentrfifugal dari nol (pada bagian lurus) dengan rumus:
1
Ls=(e+en ) .b.m
2
Dimana:
e = Miring tikungan normal
e = Miring tikungan maksimum
n
b = Lebar Jalan
m = 1/Landai relative
Pada bagian circle jangan sampai menyebabkan persaan yang tidak enak
pada pengemudi atau penumpang kendaraan.Untuk itu dikenal rumus yang
disebut modifit star formula,sebagai berikut:
v3 v.e
Ls=0.022. -2.727.
R.c c
Dengan:
v : Kecepatan Rencana (km/jam)
R : Radius circle (m)
C : Perubahan Percepatan (m/dt)
37
3. Bagian Lurus
Panjang maksimum bagian lurus,harus dapat ditempuh dalam
waktu ≤ 2.5 menit (sesuai VR),dengan pertimbangan keselamata
pengemudi akibat dari kelelahan.
4. Tikungan
a) Jari Jari Minimum
Kendaraan Pada saat melalui tikungan dengan kecepatan
(v) akan menerima gaya sentrfifugal yang menyebabkan gaya
yang tidak stabil.Untuk mnegimbangi gaya gaya sentrfugal
tersebut,perlu dibaut suatu kemiringan melintang jalan pada
tikungan yang disebut superelevasi (e).
Pada saat kedaraan melalui daerah superelevasi,akan
terjadi gesekan melintang jalan antara ban kendaraan dengan
permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesek
melintang.Perbandingan gaya gesek melintang denga gaya
normal disebut koefesien gesek melintang (f).
Rumus Umum lengkung horizontal adalah:
v2
R=
127 (e+f)
25 o
D= x 360
2πR
38
Dimana :
R : Jari Jari Lengkung (m)
D : Derajad Kelengkungan (º)
v2
R min
127(e maks +fm
181913.53(emax +fm )
D=
v2
Dimana
Rmin :Jari jari tikungan minimum,(m)
VR :Kecepatan kendaraan rencana,(km/jam)
emax :Super elevasi makksimum,(%)
Fm :Koefesien gesek mellintang maksimum
D :Derajad lengkung
Dmak :Derajad maksimum
Tabel panjang jari jari minimum untuk e max= 10%
VR
120 100 90 80 60 50 40 30 20
(KM/JAM)
Rmin (m) 600 370 280 210 115 80 50 30 15
39
b) Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dibuat untuk menghindari terjadinya
perubahan alinemen yang tiba tiba dari bentuk lurus ke bentuk
lingkaran (R = tak hingga sampai R =Rc),jadi lengkung peralihan
diletakan diantara bagian lurus dan bagian lingkaran
(circle),yaitu pada sebelum dan sesudah tikungan berbentuk
spiral (Clothoid) banyak juga digunakan oleh bina marga.
Dengan adanya lengkung peralihan,maka tikungan
menggunakan jenis S-C-S.Panjang lengkung peralihan
(Ls),menurut tata perencanaan geometric jalan antar
kota,1997,diambil nnilai terbesar dari tiga persamaan dibawah
ini:
o Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3
detik),untuk melintasi lengkung peralihan,maka
panjang lengkung:
vR
Ls T
3.6
o Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,digunakan
rumus modifikasi short sebagai berikut:
vr3 v.Re
Ls=0.022 -2.727
RcC C
Dimana:
T :Waktu tempuh = 3 detik
Rc :Jari jari busur lingkaran
C :Perubahan kecepatan,0.31-1.0 disarankan0.4
m/〖det〗^3
40
Untuk VR ≥ 80 km/jam maka re mak = 0.025 m/mdet
e :Super elevasi
em :Super elevasi maksimum
en :Superelevasi normal
c :Pelebaran tikungan
Pelebaran perkerasan atau jalur lalu lintas ditikungan dilakkukan
untuk mempertahankan kendadraan tetap pada llintasannya
(lajurnya) sebagaimana pada bagian lurus.Hal ini terjadi karena
pada kecepatan tertentu kendraan pada tikungan cenderung
untuk keluar lajur akibat posisi roda depan dan roda belakang
yang tidak sama,yang tergantung pada ukuran
kendaraan.Penentuan lebar pelebaran jalur lalu lintas ditikungan
ditinjau dari elemen elemen:keluar lajur (off tracking) dan
kesukaran dalam mengemudi di tikungan.
41
Bina Marga 1997
42
Ketika kendraan memasuki atau meninggalkan lengkungan
horizontal melingkar, maka penambahan atau pengurangan gaya
sentrifugal tidak dapat tercapai langsung karena faktor keselamatan
dan kenyamanan.Dalam hal ini menyisipkan lengkungan transisi
antara tangent dan lengkungan melingkar memerlukan pertimbangan
(Jotin Khisty,2003).Lengkungan transisi yang dirancang dengan baik
mempunyai keuntungan antara lain:
o Sebuah rute alamiah dan mudah diikuti oleh pengemudi
sehingga gaya sentrifugal meningkat atau berkurang secara
bertahap seiiring kendaraan memasuki dan meninggalkan
lengkungan melingkar.
o Super elevasi dapat diatur sesuai keinginan dan lebih mudah
o Fleksibilitas dalam pelebaran lengkungan tajam
o Tampilan jalan raya yang lebih baik
v3 v.e
Ls=0.022. -2.727.
R.c c
28.648
∅s .Ls
R
43
⧍’=⧍-2∅s
Lc = 0.01745.⧍’.R
L= 2.Ls + Lc
1
Ts=(R+P)tg2⧍+K
(R+P)
eS= -R
1
COS ⧍
2
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
44
Jari-jari circle yang diambil harus sesuai dengan kecepatan
rencana yang ditentukan serta tidak mengakibatkan adanya kemiringan
tikungan yang melebihi harga maksimum.Kemiringan tikungan maksimum
menurut bina marga dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
o Untuk jalan antar kota, kemiringan tikungan maksimumnya
10 %
o Untuk jalan kota, kemiringan tikungan maksimumnya8%
Super elevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang ditikungan yang
berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal yangditerima kendaraan
pada saat berjalan melalui tikungan (Clarkson H.Oglesby,1999).
Diagram superelevasi adalah suatu diagramyang dimaksudkan
sebagai cara untuk menggambarkan pencapaian kemiringan melintang
penuh(superelevasi). Superelevasi maksimum yang digunakan pada jalan
raya dipengaruhi oleh empat faktor antara lain:kondisi
iklim(yaitu:frekuensi dan jumlah salju dan es),kondisi medan
(misalnya:datar,bukit, atau pegunungan),jenis wilayah (yaitu:pedesaan
atau perkotaan),dan frekuensi kendaraan yang bergerak sangat
lambat(AASHTO2001). Pada diagram superelevasi dapat kita bedakan
antara diagram kemiringan melintang untuk jalan raya tanpa median dan
jalan raya yang ada median.
Pada jalan raya tanpa median,perubahan profil melintang
(superelevasi) dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Mengambil sumbu jalan sebagai sumbu putar
45
2. Mengambil tepi perkerasan sebelah dalam sebagai
sumbu putar
3. Mengambil tepi perkerasan sebelah luar sebagai
sumbu putar
Dari ketiga cara tersebut yang sering di pakai di Indonesia adalah cara
yang pertama
Pencapaian superelevasi
46
o Pada tikungan S-S,pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.
o Superelevasi tidak diperlukan jika radius (R) cukup besar,untuk itu
cukup lereng luar diputar sebesar lereng normal (LP),atau bahkan
tetap lereng normal (LN).
Landai Relatif
Kemiringan melintang atau kelandaian pada penumpang jalan
diantara tepi perkekrasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung
pemilihan disebut landai relative.Persentase kelandaian ini disesuaikan
dengan kecepatan rencana dan jumlah jalur yang ada.
1 (e+en)B
=
m lS
Dimana:
1/m : Landai relative,(%)
e : Superelevasi,(m/m’)
en : Kemiringan melitang normal,(m/m’)
B :. Lebar lajur,(m)
Tabel landai relative maksimum (untuk 2/2 TB)
Vr 20 30 40 50 60 80
(km/jam)
Maksimum
47
Keterangan
Ls :Panjang lengkung peralihan (Panjang dari titik TS ke Sc
atau CS ke ST)
Lc :Panjang busur lingkaran (Panjang dari titik TS ke SC atau
CS ke ST)
Ts :Panjang targent dari itik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS :Titik dari targent ke spiral
SC :Titik spiral ke lingkaran
Es :Jarak dari PI ke luar busur lingkaran
∅s :Sudut lengkung spiral
Rc :Jari jar lingkaran
48
2.10.3 Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertical adalah perpotongan bidang vertical dengan
bidang permukaan perkerasan jalan melelui sumbu jalan untuk jalan 2
jalur 2 arah atau melelui tepi dalam masing masing perkerasan untuk
jalan dengan median.Seringkali disebut juga sebagai penampang
memanjang jalan.
Perencanaan alinyemen vertical dipengaruhi oleh besarnya biaya
pembangunan yang tersedia.Alinyemen vertical yang mengikuti muka
tanah asli akan mengurangi perkerjaan tanah,tetapi mungkin saja akan
mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan.Tentu saja
hal ini belum tentu sesuai persyaratan yang diberikan sehubungan
dengan fungsi jalannya.Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit diatas
muka tanah asli sehingga memudahkan pembuatan drainase
jalannya,terutama daerah yang datar.Pada daerafh yang sering kali
dilanda banjir sebaiknya penampang yang diletakan di atas elevasi
muka banjir.Di daerah perbukitan atau pegunungan diusahkan
banyaknya perkerjaan penggalian yang seimbang dengan perkerjaan
timbunan,sehingga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap
data dipertanggung jawabkan.Jalan yang terletak di atas lapisan tanah
lunak harus diperhatikan pula akan kemungkinan terjadinya penurunan
dan perbedaan penurunan yang mungkin terjadi.Dengan demikian
penarikan alinyemen vertical sangat dipengaruhi oleh berbagai
49
pertimbangan seperti:
o Kondisi tanah dasar
o Keadaan Medan
o Fungsi jalan
o Muka air banjir
o Muka air tanah
o Kelandaian yang masih memungkinkan
Perlu pula diperhatikan bahwa alinyemen vertical yang
direncanakan itu akan berlaku pada masa yang panjang,sehingga
alinyemen vertical yang dipilih dapat dengan mudah mengikuti
perkembangan lingkungan sekitar.Alinyemen vertical disebut juga
penampang memenjang jalan yang terdiri dari garis garis lurus dan garis
garis lengkung.Garis lurus tersebut dapat datar,mendaki,atau
menurun,biasa disebut berlandai.Landai jalan dinyatakan dalam
persen.
Pada umumnya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke
kanan,maka landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke
kanan,dan landai negative untuk penurunan ke kiri.Pendakian dan
penurunan memberikan efek yang berarti terhadap gerak kendaraan.
a) Kelandaian pada alinemen vertical jalan
Landai minimum
Berdasarkan kepentingan arus lalu lintas,landai ideal adalah
landai datar(0%).Sebaliknya dari kepentingan drainase jalan,jalan
yang berlandailah yang ideal
Dalam perencanaan disarankan menggunkan
o Landai datar untuk jalan jalan di atas tanah timbunan
yang tidak mempunyai kereb.Lereng melintang jalan
dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan
dan kemudian di lereng jalan.
o Landai 0.15% dianjurkan untuk jalan jalan di atas tanah
timbunan dengan medan datar dan mempergunakan
kereb.Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air
hujan ke inlet atau saluran pembuang.
o Landai minimum sebesar 0.3-0.5 % dianjurkan
dipergunakan untuk jalan jalan di daerah galian atau jalan
yang memakai kereb.Lereng melintang hanya cukup untuk
50
mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan
jalan,sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat
kemiringan dasar saluran samping.
Landai maksimum
Kelandaian 3 % mulai memberikan pengaruh terhadap gerak
kendaraan mobil penumpang,walaupun tidak serupa
dibandingkan denagn gerakan kendaraan truk yang terbebani
penuh.Pengaruh dari adanya kelandaian ini dapa terlihat dari
berkurangnya kecepatan jalan kendaraan atau mulai
dipergunakan gigi rendah.Kelandaian tertentu masih dapat
diterima jika kelandaian tersebut mengakibatkan kecepatan
jalan tetap lebih besar dari setengah kecepatan rencana.Untuk
membatasi pengaruh perlambatan kendaraan truk terhadap
arus lalu lintas,maka ditetapkan landai maksimum untuk
kecepatan rencana tertentu.Untuk membatasi pengaruh
perlambatan kendaraan truk terhadap arus lalu lintas,maka
ditetapkan landai maksimum untuk kecepatan rencana
tertentu.Bina marga (Luar kota) menetapkan atas kelandaian
maksimum yang dibedakan atas landai maksimu standard an
landai maksimum mutlak.Jika tidak dibatasi oeh kondisi
keuangan,maka seballiknya dipergunakan kelandaian
standar.AASHTO membatasi kelandaian maksimum
berdasarkan keadaan medan apakah datar,perbukitan
ataukah pegunungan.
b) Panjang kritis suatu kelandaian
Landai maksimum saja tidak cukup merupakan faktor penentu
dalam perencanaan alinemen vertical,karena jarak yang pendek
memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan
dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang
sama.Kelandaian besar akan mengakibatkan penurunan
kecepatan truk yang cukup berarti bila kelandaian tersebut dibuat
pada panjang jalan yang cukup panjang,tetapi kurang berarti jika
panjang jalan dengan kelandaian tersebut hanya pendek saja.
Tabel kelandaian maksimum jalan
Batas kristis umumnya diambil jika kecepatan truk berkurang
mencapai 30-75 % kecepatan rencana,atau kendaraan terpaksa
51
menggunakan gigi rendah.Pengurangan kecepatan truk
dipengaruhi oleh besarnya kecepatan rencana dan
kelandaian.Kelandaian pada kecepatan rencana yang tinggi
akan mengurangi kecepatan truk sehingga berkisar antara 30-50%
kecepatan rencana selama 1 menit perjalanan.Tetapi pada
kecepatan rencana yang rendah,kelandaian tidak begitu
mengurangi kecepaan truk.Kecepatan truk selama 1 menit
perjalanan pada kelandaian ± 10 %,dapat mencapai 75 %
kecepatan rencana.
52
c) Lajur pendakian
Pada jalan jalan yang berlandai dan volume yang
tinggi,seringkali kendaraan kendaraan yang berat yang bergerak
dengan kecepatan dibawah kecepatan rencana menjadi
penghalang bagi kendaraan lain yang bergerak dengan
kecepatan sedkitar kecepatan rencana.Untuk menghindari hal
tersebut perlulah dibuatkan lajur pendakian.Lajur pendakian
adalah lajur yang disediakan khusus untuk truk yang bermuatan
berat atau kendaraa lain yang berjalan dengan kecepata yang
lebih rendah,sehingga kendaraan lain dapat mendahului
kendaraan yang lebih lambat tanpa mempergunakan lajur lawan.
Lajur pendakian
c) Lengkung vertical
Pergantian dari suatu kelandaian ke kelandaian yang lain
dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertical.Lengkung
vertical tersebut direncanakan sedemikan rupa agar memenuhi
keamanan,kenyamanan,dan drainase.Jenis lengkung dilihat dari
letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen),adalah:
o Lengkung vertical cengkung adalh lengkung yang
dimana titik perpotongan antara kedua tangent
berada dibawah permukaan jalan.
o Lengkung vertical cembung adalah lengkung
dimana titik perpotongan antara kedua tagen
berada diatas permukaan jalan yang bersangkutan.
53
Jenis lengkung vertical dari titik perpotongan kedua tangent
Lengkung vertical tipe a,b,dan c dinamakan lengkung vertical
cekung,sedangkan lengkung vertical tipe d,e dan f dinamakan
lengkung vertical cembung.
d) Persamaan lengkung vertical
Bentuk vertical yang umum dipergunkan adalah berbentuk
lengkung parabola sederhana.
54
Besarnya kelandaian bagian tangent dinyatakan dengan g1 dan
g2.% Kelandaian diberi tanda positif jika pendakian,dan diberi
tanda negative jika penurunan,yang ditinjau dari kiri.
A = g1-g2 (Perlebaran aljabar landai)
A 2
y= x
200 L
AL
Ev=
800
o Lengkung vertical cembung
Pada lengkung vertical cembung,pembatasan
berdasarkan jarak pandangan dapat dibedakan atas 2
keadaan yaitu:
1. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah
lengkung (S<L).
Jarak pandangan pada lengkung vertical cembung
(S<L)
𝑑𝑑2
𝑑= dapat pula dinyatakan dengan y = k𝑑2 dimana :
200
A
k=
200 L
2
AS
L= 2
100(√2H1 +√2H2 )
Jika dalamperencanaan digunakan jarak pandangan
henti menurut Bina Marga,dimanaℎ1 = 0,10 𝑑 dan
ℎ2=1,20 𝑑 maka:
2
AS
L= 2
100(√2H1 +√2H2 )
2
AS 2
L= = CAS
399
Jika dalam perancanaan digunakan jarak pandang
mneyiap menurut Bina Marga,dimanaℎ1 = 1.20 𝑑 dan
ℎ2 = 1.20 𝑑
maka:
55
2
AS
L= 2
100(√2.40+√2.40)
2
AS 2
L= = CAS
960
Keterangan:
JPH : Jarak pandangan henti
JPM : Jarak pandangan menyiap
1 100 H1 100 h2
S= L+ +
2 g1 g2
200 H1 200 h2
L=2S+ - g
g1 2
ℎ
g2=g1√ℎ2
1
200(√ℎ1 +√ℎ2 )2
L=2S- 𝑑
56
Jika diperencanaan digunakan jarak pandangan henti
menurut Bina Marga,dimana h1 = 0.10 m dan h2 = 1.2
m,maka:
200(√0.10+√1.20)2
L=2S- 𝑑
960 𝑑1
𝑑 = 2𝑑 − = 2𝑑 −
𝑑 𝑑
Jika dalam perencanaan jarak pandangan menyiap
menurut Bina Marga,dimana h1 = 1.20 m,dan h2 = 1.2
m,maka:
200(√1.20+√1.20)2
L=2S- 𝑑
960 C1
L=2S- =2S-
A A
C1= Konnstanta garis pandangan untuk lengung
vertikakl cembung dimana S>L.Tabel nilai C untuk
beberapa h1 dan h2 berdasarkan AASHTO dan Bina
Marga.
57
kenyamanan perjalanan.Panjang lengkung vertical
cembung juga harus baik dilihat secara visual.Jika
perbedaan aljabar landai kecil,maka panjang lengkung
vertical yang dibutuhkan pendek,sehingga alinyemen
vertical tampak melengkung.Oleh karena itu dsyaratkan
panjang lengkung yang diambil untuk perencanaan tidak
kurang 3 detik perencanaan.
o Lengkung vertical cekung
Disamping bentuk lengkung yang berbentuk parabola
sederhana,panjang lengkung vertical cekung juga harus
ditentukan dengan memperhatikan:
Jarak penyinaran lampu kendaraan
Jarak pandang bebas dibawah bangunan
Persyaratan drainase
Kenyamanan pengemudi
keluwesan bentuk
o Jarak penyinaran lampu kendaraan
Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung
vertical cekung merupakan batas jarak pandangan yang
dapat dilihat oleh cekung merupakan batas jarak
pandangan yang dapat dilihat oleh pengemudi pada
malam hari.Didalam perencanaan umumnya tinggi lampu
dengan diambil setinnggi 60 cm,dengan sudut
penyebaran sebesar 1◦.
Letak penyinaran lampu kendaraan dapat dibedakan
atas dua keadaan yaitu:
58
1. Jarak Pandangan akibat penyinaran lampu depan <L
2
AS
L=
120+3.50 S
120+3.5 S
L=2S-
A
o Jarak pandangan bebas dibawah bangunan pada
lengkung vertical cekung jarak pandangan bebas
pengemudi pada jalan raya yang melintasi bangunan-
bangunan lain seperti jalan lain,jembatan
penyebrangan,viaduct,aquaduct,seringkali dihalangi oleh
bagia bawah bangunan tersebut.Panjang lengkung
vertical cekung minimum diperhitungkan berdasarkan
59
jarak pandangan henti minimum dengan mengambil
tinggi mata pengemudi truk yaitu 1.8 m dan tinggi objek
0.5 m(Tinggi lampu belakang kendaraan ).Ruang bebas
vertical minimum 5 m,disarankan mengambil lebih besar
untuk perencanaan yaitu ±5 m untuk
member,kemungkinan adanya lapisan tambahan
dikemudian hari.
2
S A
L=
800 m
2
S A
m=
800 L
Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan
atas ke jalan adalah C,maka:
h1 -h2
m=C-
2
2
S A h1 +h2
=C-
800 L 2
2
S A
L=
800 C-400(h1 +h2 )
Jika ℎ1 = 1.8 𝑑, ℎ2 = 0.5 𝑑, 𝑑 =
5.5 𝑑, 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 ∶
60
2
AS
L=
3480
AV2
L=
380
Dimana:
V :Kecepatan rencana km/jam
A :Perbedaan aljabar landai
L :Panjang lengkung vertical cekung
AV2
ɑ
1300L
Dimana:
61
a : Percepatan sentripetal (m/det)
V :Kecepatan rencana (km/jam)
A :Perbedaan aljabar landai
L :Panjang lengkung vertical cekung
e) Koordinasi Alinemen
Koordinasi alinemen pada perencanaan teknik
jalan,diperlukan untuk menjamin suatu perencanaan
teknik jalan raya yang baik menghasilkan keamanan serta
rasa nyaman bagi pengemudi kendaraan (selaku
pengguna jalan) yang melalui jalan tersebut.
Maksud koordinasi dalam hal ini yaitu penggabungan
beberapa elemen dalam perencanaan geometric jalan
yang terdiri dari perencanaan : Alinemen
horizontal,alinemen vertical dan potongan melintang
dalam suatu paduan sehingga menghasilkan produk
perencanaan teknik sedemikian yang memenuhi unsure
aman,nyaman,dan ekonomis.
Beberapa ketentuan atau syarat sebagai panduan yang
dcapat digunakan untuk proses koordinasi
Alinemen,sebagai berikut:
1. Alinemen horizontal dan alinemen vertical terletak
pada satu phase,dimana alinemen horizontal sedikit
lembih panjang dari pada alinemen vertical,demikian
pula dengan tikungan horizontal harus satu phase
dengan tanjakan vertical.
62
1. Tikungan tajam yang terletak diatas lengkung vertical
cembung atau dibawah lengkung vertical cekung
harus dihindarkan,karena hal ini akan menghalangi
pandangan mata pengemudi pada saat memasuki
tikungan pertama dan juga jalan terkesan putus.
63
perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke
tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya.
Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian
besar dipikul oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan
kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa
perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas
perkerasan lentur.
Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan lentur diberikan pada tabel 2.1
di bawah ini.
64
tempatnya (sifat termoplastis). Sifat aspal berubah akibat panas dan umur,
aspal akan menjadi kaku dan rapuh sehingga daya adhesinya terhadap
partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini dapat diatasi / dikurangi jika
sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkahlangkah yang baik dalam proses
pelaksanaan.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang
diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut
berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan yang
ada dibawahnya, sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil
dari beban yang diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya
dukung tanah dasar.
Konstruksi Perkerasan lentur terdiri dari:
Lapisan Permukaan (surface
course)
Lapisan Pondasi Atas (base
course)
65
Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat
kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan
terhadap beban roda. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan
perlu mempertimbangkan kegunaan, umur rencana serta
pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat sebesar-besarnya
dari biaya yang dikeluarkan.
66
• Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah
67
Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat
perubahan kadar air.
Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan
secara pasti pada daerah dan jenis tanah yang sangat
berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan
konstruksi
Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah
pembebanan lalu-lintas untuk jenis tanah tertentu
Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan
penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir
(granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat
pelaksanaan konstruksi.
68
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi
keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak
atau lebih cair jika temperature bertambah. Sifat ini dinamakan
kepekaan terhadap perubahan temperatur. Kepekaan terhadap
temperatur dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung
dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.
d. Kekerasan Aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur
dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas
disiramkan ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses
peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).
Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan
selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal
yang menyelimuti agregat.
Semakin tipis lapisan aspal,semakin besar tingkat kerapuhan yang
terjadi
69
d. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan
umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab
kerusakan jalan.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
system pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan
oleh sifat tanah dasarnya yang memang kurang bagus.
f. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
1. Retak (cracking)
2. Distorsi (distortion)
3. Cacat permukaan (disintegration)
70
4. Pengausan ( polished aggegate)
5. Kegemukan (bleeding / flushing)
6. Penurunan pada bekas penanaman utilitas
71
2. Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau
sama dengan 3 mm. Saling berangkai membentuk serangkaian
kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya. Retak ini
disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik, pelapukan
permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah
lapisan permukaan kurang stabil, atau bahan pelapis pondasi
dalam keadaan jenuh air (air tanah naik). Umumnya daerah
dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana
terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh
repetisi beban lalu lintas yang melampaui beban yang dapat
dipikul oleh lapisan permukaan tersebut. Retak kulit buaya dapat
diresapi oleh air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan
lubanglubang akibat terlepasnya butir-butir.
72
perkerasan mengalami penurunan, elevasi dapat diperbaiki
dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama kelamaan akan
bertambah besar disertai dengan terjadinya lubanglubang
73
berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butirbutir pada
tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan.
6. Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah
retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara
perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian
pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan oleh
ikatan antara sambungan tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan
mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair
dan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap masuk ke
dalam lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat
lepas dan retak dapat bertambah besar.
74
8. Retak susut (shrinkage cracks), retak yang saling bersambungan
membentuk kotak-kotak besar dengan susut tajam. Retak
disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan pondasi dan
tanah dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah
dengan campuran aspal cair dan pasir serta dilapisi dengan
burtu.
75
b. Distorsi (Distortion)
Distorsi / perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah
dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi
tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan
dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan
penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat ditentukan
jenis penanganan yang tepat.
Distorsi dapat dibedakan atas:
1. Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan.
Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang
jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan,
dan akhirnya dapat timbul retakretak. Terjadinya alur disebabkan
oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian
terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas
pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas rendah
dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
76
2. Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan. Dengan
timbulnya lapisan permukaan yang berkeriting ini pengemudi
akan merasakan ketidaknyamanan dalam mengemudi.
Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran
yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu
banyak menggunakan agregat halus, agregat berbentuk butiran
dan berpermukaan licin, atau aspal yang dipergunakan
mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika
lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan
yang menggunakan aspal cair). Perbaikan terhadap kerusakan ini
dapat dilakukan dengan melakukan metode perbaikan P6
(perataan) dan juga perbaikan P5 (penambalan lubang) jika
keriting juga disertai dengan timbulnya lubang-lubang pada
permukaan jalan. Kerusakan ini juga dapat diperbaiki dengan :
a. Jika lapis permukaan yang berkeriting itu memiliki lapisan pondasi
agregat, perbaikan yang tepat adalah dengan mengaruk kembali,
dicampur dengan lapis pondasi, dipadatkan kembali dan diberi lapis
permukaan baru.
b. Jika lapis permukaan dengan bahan pengikat memiliki ketebalan > 5
cm, maka lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangkat dan
diberi lapis permukaan yang baru.
77
dapat dilakukan dengan cara perbaikan P6 (perataan) dan
perbaikan P5 (penambalan lubang). Selanjutnya untuk urutan
pelaksanaan perbaikan serta bahan dan peralatan dapat dilihat
pada lampiran A.
78
5. Jembul (upheaval), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.
Hal ini terjadi akibat adanya pengembangan tanah dasar pada
tanah yang ekspansif. Perbaikan dilakukan dengan membongkar
bagian yang rusak dan melapisnya kembali
c. Cacat Permukaan (Disintegration)
Yang termaksud cacat permukaan adalah:
1. Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil
sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan
air ke dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin
parahnya kerusakan jalan.
Lubang Dapat terjadi karena:
a) Campuran material lapis permukaan jelek, seperti :
Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah
lepas.
Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat
tidak baik
b) Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah
lepas akibat pengaruh cuaca
c) Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul pada lapis permukaan.
d) Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air
meresap masuk dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang
kecil.
79
BAB III
Perhitungan Geometrik
B
PI 5
PI 4
PI 2
PI 3
A PI 1
Ax = 1964.38
Ay = 489.18
PI1x = 2964.38
PI1y = 489.18
PI2x = 5040.69
PI2y = 1881.63
PI3x = 6520.51
PI3y = 1636.38
PI4x = 7119.22
PI4y = 2437.35
80
PI5x = 6519.83
PI5y = 4345.42
Bx = 4539.57
By = 4625.74
Menghitung Jarak
Untuk Menentukan jarak jari dari satu titik ke titik lain,maka data data yang
diperlukan yaitu data data koordinat.Adapun rumus yang digunakan untuk
menentukan jarak yaitu sebagai berikut:
Dimana:
81
Perhitungan Jarak pada PI4-PI5
Note:
2964.38 − 1964.38
arc tan = = 90 ᵒ
489.18 − 489.18
Sudut azimutj di titik PI1
5040.69 − 2964.38
arc tan = = 56 ᵒ
1881.63 − 489.18
Sudut Azimuth di titik PI2
6520.51 − 5040.69
arc tan = = 81 ᵒ
1636.38 − 1881.63
Sudut Azimuth di titik PI3
7119.22 − 6520.51
arc tan = = 37 ᵒ
2437.35 − 1636.38
82
Sudut Azimuth di titik PI4
6519.83 − 7119.22
arc tan = = 17 ᵒ
4345.42 − 2437.35
Sudut Azimuth di titik PI 5
4539.57 − 6519.83
arc tan = = 82 ᵒ
4625.74 − 4345.42
Sudut Azimuth di titik B
Azimuth di titik B = 90 ᵒ
Bearing PI1 - A
△ = 56 – 90 = 34 ᵒ
83
mempermudah perhitungan tikungan,maka akan dikasih flow chart sebagai
berikut:
o Alinyemen PI 1 - A
Vr : 80 km/jam
Δ : 34o
θ : 17 o
L (Jalan) :7m
B : 3.5m
T : 3 Detik (TPGJAK)
C : 1m/detik (TPGJAK)
84
Sebelum menentukan nilai Rmin dan R, terlebih dahulu dicari nilai gaya gesek
maksimum (fMax)
Fmax = 0.14
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (0.1 + 0.14)
Untk menentukan nilai Jari – Jari (R) lihat pada tabel di TPGJAK. Berdasarkan nilai
Rmin 210, maka didapat nilai R = 400 dan didapatkan nilai Ls dari tabel di TPGJAK
berdasarkan nilai VR, Ls = 70 m
Menghitung nilai Ls rencana dengan syarat yaitu nilai Ls rencana ≤ Ls dari tabel
TPGJAK.
Waktu Tempuh
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = ∗𝑇
3.6
80
𝐿𝑠 = ∗3
3.6
= 66.67
𝑉𝑅3 𝑉𝑅 ∗ 𝑒𝑝
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
𝑅∗𝐶 𝐶
803 80 ∗ 0.075
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
400 ∗ 1 1
= 11.80 m
85
Perubahan Kelandaian
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = (𝑒𝑝 − 𝑒𝑛) ∗
3.6 ∗ 𝑟𝑒
80
𝐿𝑠 = (0.075 − 0.02) ∗
3.6 ∗ 0.025
= 48.89
Rumus Spiral
𝐿𝑠 = 2 ∗ 𝜃𝑠 ∗ 𝑅𝑐
𝜃𝑠 ∗ 2𝜋
𝐿𝑠 = 2 ∗ ( ) ∗ 𝑅𝑐
360
= 237.24 m
Kelandaian Relatif
Ls = B * m * (ep + en)
Ls = 66.5 m
m = 1/Ls/b*(ep+en)
m = 1/66.67/3.5*(0.075+0.02)
m = 0.004987
m = 1/200
m = 0.005
86
Perhitungan Tikungan
θs = (Ls/2*R)*(360/2𝜋)
= 4.78o
Δc = Δ-2* θs
= 24.45o
Yc = Ls2/6*R
= 1.85 m
Xc = Ls-(Ls3/(40*R2))
= 66.62 m
K = Xc-(R*Sin θs)
= 33.31 m
Ts = (R+P)*tan(Δ/2) + K
= 155.74 m
Es = ((R+P)/cos(Δ/2)) – R
= 18.76 m
L = Lc + 2*Ls
= 303.91 m
Tikungan yang dipilih adalah jensi dari tikungan Spiral –Circle- Spiral (S-C-S)
Vr : 80 km/jam
Δ : 43o
θ : 21.5 o
87
eMaks : 10% (TPGJAK)
L (Jalan) :7m
B : 3.5m
T : 3 Detik (TPGJAK)
C : 1m/detik (TPGJAK)
Sebelum menentukan nilai Rmin dan R, terlebih dahulu dicari nilai gaya gesek
maksimum (fMax)
Fmax = 0.14
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (0.1 + 0.14)
Untk menentukan nilai Jari – Jari (R) lihat pada tabel di TPGJAK. Berdasarkan nilai
Rmin 210, maka didapat nilai R = 400 dan didapatkan nilai Ls dari tabel di TPGJAK
berdasarkan nilai VR, Ls = 70 m.
Menghitung nilai Ls rencana dengan syarat yaitu nilai Ls rencana ≤ Ls dari tabel
TPGJAK.
Waktu Tempuh
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = ∗𝑇
3.6
80
𝐿𝑠 = ∗3
3.6
= 66.67
88
Antisipasi Gaya Sentrifugal
𝑉𝑅3 𝑉𝑅 ∗ 𝑒𝑝
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
𝑅∗𝐶 𝐶
803 80 ∗ 0.075
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
400 ∗ 1 1
= 11.80 m
Perubahan Kelandaian
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = (𝑒𝑝 − 𝑒𝑛) ∗
3.6 ∗ 𝑟𝑒
80
𝐿𝑠 = (0.075 − 0.02) ∗
3.6 ∗ 0.025
= 48.89
Rumus Spiral
𝐿𝑠 = 2 ∗ 𝜃𝑠 ∗ 𝑅𝑐
𝜃𝑠 ∗ 2𝜋
𝐿𝑠 = 2 ∗ ( ) ∗ 𝑅𝑐
360
= 300.04 m
Kelandaian Relatif
Ls = B * m * (ep + en)
Ls = 66.5 m
m = 1/Ls/b*(ep+en)
89
m = 1/66.67/3.5*(0.075+0.02)
m = 0.004987
m = 1/200
m = 0.005
Perhitungan Tikungan :
θs = (Ls/2*R)*(360/2𝜋)
= 4.78o
Δc = Δ-2* θs
= 33.45o
Yc = Ls2/6*R
= 1.85 m
Xc = Ls-(Ls3/(40*R2))
= 66.62 m
K = Xc-(R*Sin θs)
= 33.31 m
Ts = (R+P)*tan(Δ/2) + K
= 191.06 m
Es = ((R+P)/cos(Δ/2)) – R
= 30.41 m
L = Lc + 2*Ls
= 366.71 m
Tikungan yang dipilih adalah jensi dari tikungan Spiral –Circle- Spiral (S-C-S)
90
o Alinyemen PI3 – PI2
Vr : 80 km/jam
Δ : 63o
θ : 31.5 o
L (Jalan) :7m
B : 3.5m
T : 3 Detik (TPGJAK)
C : 1m/detik (TPGJAK)
Sebelum menentukan nilai Rmin dan R, terlebih dahulu dicari nilai gaya gesek
maksimum (fMax)
Fmax = 0.14
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (0.1 + 0.14)
Untk menentukan nilai Jari – Jari (R) lihat pada tabel di TPGJAK. Berdasarkan nilai
Rmin 210, maka didapat nilai R = 400 dan didapatkan nilai Ls dari tabel di TPGJAK
berdasarkan nilai VR, Ls = 70 m.
91
Menghitung nilai Ls rencana dengan syarat yaitu nilai Ls rencana ≤ Ls dari tabel
TPGJAK.
Waktu Tempuh
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = ∗𝑇
3.6
80
𝐿𝑠 = ∗3
3.6
= 66.67
𝑉𝑅3 𝑉𝑅 ∗ 𝑒𝑝
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
𝑅∗𝐶 𝐶
803 80 ∗ 0.075
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
400 ∗ 1 1
= 11.80 m
Perubahan Kelandaian
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = (𝑒𝑝 − 𝑒𝑛) ∗
3.6 ∗ 𝑟𝑒
80
𝐿𝑠 = (0.075 − 0.02) ∗
3.6 ∗ 0.025
= 48.89
Rumus Spiral
𝐿𝑠 = 2 ∗ 𝜃𝑠 ∗ 𝑅𝑐
𝜃𝑠 ∗ 2𝜋
𝐿𝑠 = 2 ∗ ( ) ∗ 𝑅𝑐
360
= 439.60 m
Kelandaian Relatif
Ls = B * m * (ep + en)
92
Ls = 66.5 m
m = 1/Ls/b*(ep+en)
m = 1/66.67/3.5*(0.075+0.02)
m = 0.004987
m = 1/200
m = 0.005
Perhitungan Tikungan :
θs = (Ls/2*R)*(360/2𝜋)
= 4.78o
Δc = Δ-2* θs
= 53.45o
Yc = Ls2/6*R
= 1.85 m
Xc = Ls-(Ls3/(40*R2))
= 66.62 m
K = Xc-(R*Sin θs)
= 33.31 m
Ts = 278.71 m
93
Es = ((R+P)/cos(Δ/2)) – R
= 69.67 m
L = Lc + 2*Ls
= 506.27 m
Tikungan yang dipilih adalah jensi dari tikungan Spiral –Circle- Spiral (S-C-S)
Vr : 80 km/jam
Δ : 54o
θ : 27 o
L (Jalan) :7m
B : 3.5m
T : 3 Detik (TPGJAK)
C : 1m/detik (TPGJAK)
Sebelum menentukan nilai Rmin dan R, terlebih dahulu dicari nilai gaya gesek
maksimum (fMax)
Fmax = 0.14
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥)
94
802
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (0.1 + 0.14)
Untk menentukan nilai Jari – Jari (R) lihat pada tabel di TPGJAK. Berdasarkan nilai
Rmin 210, maka didapat nilai R = 400 dan didapatkan nilai Ls dari tabel di TPGJAK
berdasarkan nilai VR, Ls = 70 m.
Menghitung nilai Ls rencana dengan syarat yaitu nilai Ls rencana ≤ Ls dari tabel
TPGJAK.
Waktu Tempuh
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = ∗𝑇
3.6
80
𝐿𝑠 = ∗3
3.6
= 66.67
𝑉𝑅3 𝑉𝑅 ∗ 𝑒𝑝
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
𝑅∗𝐶 𝐶
803 80 ∗ 0.075
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( )
400 ∗ 1 1
= 11.80 m
Perubahan Kelandaian
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = (𝑒𝑝 − 𝑒𝑛) ∗
3.6 ∗ 𝑟𝑒
80
𝐿𝑠 = (0.075 − 0.02) ∗
3.6 ∗ 0.025
= 48.89
Rumus Spiral
𝐿𝑠 = 2 ∗ 𝜃𝑠 ∗ 𝑅𝑐
𝜃𝑠 ∗ 2𝜋
𝐿𝑠 = 2 ∗ ( ) ∗ 𝑅𝑐
360
= 376.80 m
95
Kelandaian Relatif
Ls = B * m * (ep + en)
Ls = 66.5 m
m = 1/Ls/b*(ep+en)
m = 1/66.67/3.5*(0.075+0.02)
m = 0.004987
m = 1/200
m = 0.005
Perhitungan Tikungan :
θs = (Ls/2*R)*(360/2𝜋)
= 4.78o
Δc = Δ-2* θs
= 44.45o
Yc = Ls2/6*R
= 1.85 m
Xc = Ls-(Ls3/(40*R2))
= 66.62 m
96
K = Xc-(R*Sin θs)
= 33.31 m
Ts = (R+P)*tan(Δ/2) + K
= 237.36 m
Es = ((R+P)/cos(Δ/2)) – R
= 49.45 m
L = Lc + 2*Ls
= 443.47 m
Tikungan yang dipilih adalah jensi dari tikungan Spiral –Circle- Spiral (S-C-S)
Vr : 80 km/jam
Δ : 65o
θ :32.5 o
L (Jalan) :7m
B : 3.5m
T : 3 Detik (TPGJAK)
C : 1m/detik (TPGJAK)
Sebelum menentukan nilai Rmin dan R, terlebih dahulu dicari nilai gaya gesek
maksimum (fMax)
Fmax = 0.14
97
Maka nilai gesek maksimum kendaraan pada kecepatan 80Km/Jam sebesar
0.14
𝑉𝑅2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥)
802
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 ∗ (0.1 + 0.14)
Untk menentukan nilai Jari – Jari (R) lihat pada tabel di TPGJAK. Berdasarkan nilai
Rmin 210, maka didapat nilai R = 400 dan didapatkan nilai Ls dari tabel di TPGJAK
berdasarkan nilai VR, Ls = 70 m.
Menghitung nilai Ls rencana dengan syarat yaitu nilai Ls rencana ≤ Ls dari tabel
TPGJAK.
Waktu Tempuh
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = ∗𝑇
3.6
80
𝐿𝑠 = ∗3
3.6
= 66.67
𝑉𝑅3 𝑉𝑅 ∗ 𝑒𝑝
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( ))
𝑅∗𝐶 𝐶
803 80 ∗ 0.075
𝐿𝑠 = (0.022 ∗ ( )) − (2.727 ∗ ( ))
400 ∗ 1 1
= 11.80 m
Perubahan Kelandaian
𝑉𝑅
𝐿𝑠 = (𝑒𝑝 − 𝑒𝑛) ∗
3.6 ∗ 𝑟𝑒
80
𝐿𝑠 = (0.075 − 0.02) ∗
3.6 ∗ 0.025
= 48.89
98
Rumus Spiral
𝐿𝑠 = 2 ∗ 𝜃𝑠 ∗ 𝑅𝑐
𝜃𝑠 ∗ 2𝜋
𝐿𝑠 = 2 ∗ ( ) ∗ 𝑅𝑐
360
= 453.56 m
Kelandaian Relatif
Ls = B * m * (ep + en)
Ls = 66.5 m
m = 1/Ls/b*(ep+en)
m = 1/66.67/3.5*(0.075+0.02)
m = 0.004987
m = 1/200
m = 0.005
Perhitungan Tikungan :
θs = (Ls/2*R)*(360/2𝜋)
= 4.78o
Δc = Δ-2* θs
99
= 55.54o
Yc = Ls2/6*R
= 1.85 m
Xc = Ls-(Ls3/(40*R2))
= 66.62 m
K = Xc-(R*Sin θs)
= 33.31 m
Ts = (R+P)*tan(Δ/2) + K
= 288.43 m
Es = ((R+P)/cos(Δ/2)) – R
= 74.82 m
L = Lc + 2*Ls
= 520.23 m
Tikungan yang dipilih adalah jensi dari tikungan Spiral –Circle- Spiral (S-C-S)
100
3.5 Perhitungan Elevasi As Jalan
B1
EV=h1- *(h1-h2)
B2
Dimana:
EV = Elevasi Stasioning
Elevasi
NO STA h2 h1 B1 B2 %
Titik
1 0+000 88 87 145,32 150,48 87,97
-0,24
2 0+100 88 87 110,68 152,4 87,73
3 0+200 88 87 60,24 150,48 87,40 -0,33
4 0+300 88 87 154,95 296,19 87,52 0,12
5 0+400 87 86 103,94 145,71 86,71 -0,81
6 0+500 87 86 52,93 145,71 86,36 -0,35
7 0+600 87 86 147,64 291,42 86,51 0,14
8 0+700 86 85 96,64 145,71 85,66 -0,84
9 0+800 86 85 45,63 145,71 85,31 -0,35
10 0+844 86 85 23,05 145,71 85,16 -0,15
11 0+900 85 84 141,46 145,71 84,97 -0,19
12 0+911 85 84 136,45 145,71 84,94 -0,03
13 1+000 85 84 91,29 147,67 84,62 -0,32
14 1+082 85 84 110,07 152,45 84,72 0,10
15 1+100 85 84 112,67 152,34 84,74 0,02
16 1+149 85 84 120,89 152,34 84,79 0,07
17 1+200 85 84 129,3 152,34 84,85 0,06
18 1+300 85 84 137,23 152,85 84,90 0,05
101
19 1+400 85 84 133,89 155,15 84,86 -0,03
20 1+500 85 84 114 154,25 84,74 -0,12
21 1+600 85 84 100,18 154,83 84,65 -0,09
22 1+700 85 84 101,18 154,83 84,65 0,01
23 1+800 85 84 86,19 163,27 84,53 -0,13
24 1+900 85 84 57,58 163,27 84,35 -0,18
25 2+000 85 84 28,97 163,27 84,18 -0,18
26 2+100 85 84 163,27 163,65 85,00 0,82
27 2+200 84 83 135,03 163,27 83,83 -1,17
28 2+300 84 83 112,3 169,15 83,66 -0,16
29 2+400 84 83 112,44 170,77 83,66 -0,01
30 2+500 84 83 91,91 171,77 83,54 -0,12
31 2+600 84 83 70,45 171,77 83,41 -0,12
32 2+700 84 83 48,98 171,78 83,29 -0,13
33 2+800 84 83 27,52 171,77 83,16 -0,12
34 2+900 84 83 6,06 171,77 83,04 -0,12
35 3+000 83 82 158,91 172,78 82,92 -0,12
36 3+100 83 82 139,13 172,78 82,81 -0,11
37 3+200 83 82 119,71 172,8 82,69 -0,11
38 3+300 83 82 99,03 172,8 82,57 -0,12
39 3+301 83 82 98,75 172,8 82,57 -0,12
40 3+368 83 82 84,16 173,18 82,49 -0,09
41 3+400 83 82 74,25 173,18 82,43 -0,06
42 3+500 83 82 61,14 173,18 82,35 -0,13
43 3+600 82 81 132,69 173,18 81,77 -0,66
44 3+602 82 81 131,4 173,18 81,76 -0,59
45 3+668 82 81 78,13 173,18 81,45 -0,31
46 3+700 82 81 70,02 173,18 81,40 -0,05
47 3+800 81 80 161,45 173,18 80,93 -0,47
48 3+900 81 80 79,7 173,18 80,46 -0,47
49 4+000 80 79 171,13 173,18 79,99 -0,47
50 4+100 80 79 89,39 173,18 79,52 -0,47
51 4+200 80 79 7,64 173,18 79,04 -0,47
52 4+300 79 78 99,07 173,18 78,57 -0,47
53 4+400 79 78 26,47 172,67 78,15 -0,42
54 4+500 78 77 147,33 172,67 77,85 -0,30
55 4+600 78 77 83,16 162,93 77,51 -0,34
56 4+698 77 76 149,14 162,29 76,92 -0,59
57 4+700 77 76 3,11 162,29 76,02 -1,49
58 4+765 77 76 97,03 162,29 76,60 -0,32
59 4+800 77 76 71,91 162,29 76,44 0,42
60 4+900 77 76 28,74 161,46 76,18 -0,42
61 5+000 77 76 119,17 162,52 76,73 0,29
102
62 5+100 77 76 29,61 156,52 76,19 0,01
63 5+143 77 76 37,03 156,52 76,24 -0,50
64 5+200 77 76 60,41 158,18 76,38 0,19
65 5+210 77 76 62,54 158,18 76,40 0,16
66 5+300 77 76 72,32 158,18 76,46 0,06
67 5+400 77 76 113,5 154,32 76,74 0,28
68 5+500 77 76 146,01 151,61 76,96 0,23
69 5+600 78 77 26,91 151,61 77,18 0,21
70 5+689 78 77 79,79 151,61 77,53 0,35
71 5+700 78 77 59,42 151,61 77,39 0,21
72 5+756 78 77 79,92 151,61 77,53 0,14
73 5+800 78 77 92,15 151,61 77,61 0,22
74 5+900 78 77 117,58 149,74 77,79 0,18
75 6+000 78 77 142,7 149,19 77,96 0,17
76 6+066 79 78 0,9 148,4 78,01 0,05
77 6+100 79 78 84,53 148,4 78,57 0,61
78 6+133 80 79 0,9 148,4 79,01 0,44
79 6+200 80 79 26,36 148,4 79,18 0,61
80 6+300 80 79 116,59 148,4 79,79 0,61
81 6+400 81 80 58,42 148,4 80,39 0,61
82 6+500 82 81 0,25 148,07 81,00 0,61
83 6+600 82 81 92,59 148,04 81,63 0,62
84 6+700 83 82 36,92 148,04 82,25 0,62
85 6+800 83 82 129,29 148,04 82,87 0,62
86 6+900 84 83 73,62 148,04 83,50 0,62
87 7+000 85 84 17,95 148,04 84,12 0,62
88 7+100 85 84 110,32 148,04 84,75 0,62
89 7+200 86 85 54,65 148,04 85,37 0,62
90 7+300 86 85 147,02 148,04 85,99 0,62
91 7+400 85 86 3,86 168,12 85,98 -0,02
92 7+500 85 86 99,75 168,12 85,41 -0,57
93 7+600 84 85 27,52 168,12 84,84 -0,57
94 7+606 84 85 134,51 168,12 84,20 -0,64
95 7+673 83 84 30,66 168,12 83,82 -0,38
96 7+700 83 84 123,42 168,12 83,27 -1,57
97 7+800 83 84 51,19 168,12 83,70 0,43
98 7+900 82 83 147,08 168,12 82,13 -1,57
99 8+000 82 83 74,85 168,12 82,55 0,43
100 8+061 81 82 53,8 168,12 81,68 -0,87
101 8+100 81 82 80,9 168,12 81,52 -0,16
102 8+128 81 82 99,64 168,12 81,41 -0,27
103 8+200 81 82 148,02 168,12 81,12 -0,40
104 8+300 80 81 41,69 173,02 80,76 -0,65
103
105 8+400 80 81 5,2 173,02 80,97 -0,44
106 8+500 81 80 65,24 172,03 80,38 -0,59
107 8+600 81 80 125,28 172,03 80,73 0,35
108 8+700 79 80 13,29 172,03 79,92 -0,81
109 8+800 79 80 73,33 172,03 79,57 -0,35
110 8+900 79 80 133,37 172,03 79,22 -0,35
111 9+000 78 79 21,37 172,03 78,88 -0,35
112 9+100 78 79 77,85 168,47 78,54 -0,34
113 9+200 78 79 130,75 167,48 78,22 -0,32
114 9+300 77 78 16,18 167,48 77,90 -0,32
115 9+400 77 78 63,2 161,6 77,61 -0,29
116 9+500 77 78 101,63 161,37 77,37 -0,24
117 9+600 77 78 148,49 165,18 77,10 -0,27
118 9+700 76 77 51,66 156,83 76,67 -0,43
119 9+800 76 77 120,01 156,83 76,23 -0,44
120 9+900 75 76 94,6 147,62 75,36 -0,88
121 10+000 75 76 31,35 156,83 75,80 -0,43
104
Jarak per Stasioning.Untuk lebih mengetahi mengenai perencanaan Alinyemen
vertikal,maka akan disajikan flow chart sebagai berikut:
Ev 2-Ev 1
g= *100 %
d Ev 2-d Ev1
Dimana:
g : Kemirinagn / Gradient (%)
E v2 : Elevasi Sesudah titik perpotongan (m)
E v1 : Elevasi Pada titik perpotongan (m)
105
Berdasarkan perhitungan Potongan memanjang dan elevabsi rencana yang
direncanakan,maka didapat 5 Kemiringan (gradient).Adapun gradient yang nilainya
nol (0),maka dapat dikatakan jalan tersebut datar,tidak ada gundukan yang
tinggi.Dari data perencanaan gardient yang datar tepat pada gradient 1 dan 5,untuk
perhitungan gradient yang tidak sama dengan nol,sebagai berikut:
81 - 81
g1= *100 %
STA 3+700 - STA 0+000
A = g2 – g1
= -0.22 – 0.00
A = g3 – g2
= 0.00 – (-0.22)
A = g4 – g3
= 0.25 – 0.00
106
Perbedaan aljabar gradien ketiga adalah 0.25%
A = g5 – g4
= 0.00- 0.25
A = g2 – g1
= -0.22 – 0.00
= -0.22%
𝑆 2 .𝐴
S<L 𝐿= 2
100.(√2.ℎ1+√2.ℎ2)
1202 .(−0.22)
𝐿= 2
100.(√2.1,05+√2.0,15)
=8m
2
200𝑥(√2.ℎ1+√2.ℎ2)
S>L 𝐿 = (2. 𝑆) −
𝐴
2
200𝑥(√2.1,05+√2.0,15)
𝐿 = (2.120) −
−0.22
= 3829 m
A = g5 – g4
= 0.00 – 0.25
= -0.25%
𝑆 2 .𝐴
S<L 𝐿= 2
100.(√2.ℎ1+√2.ℎ2)
1202.−0.25
𝐿= 2
100.(√2.1,05+√2.0,15)
=9m
2
(√2.ℎ1+√2.ℎ2)
S>L 𝐿 = (2. 𝑆) − 200
𝐴
107
2
(√2.1,05+√2.0,15)
𝐿 = (2.120) − 200
−0.25
= 3430 m
A = g3 – g2
= 0.00 – (-0.22)
= 0.22%
S<L
𝐴. 𝑆 2
𝐿=
150 + 3,5 . 𝑆
0,22.1202
𝐿=
150 + 3,5 .120
=6 m
S>L
150 + 3,5. 𝑆
𝐿 = (2. 𝑆) −
𝐴
150 + 3,5.120
𝐿 = (2.120) −
0.22
= -2325 m
A = g4 – g3
= 0.25-0
= 0.25%
S<L
𝐴. 𝑆 2
𝐿=
150 + 3,5 . 𝑆
0,25.1202
𝐿=
150 + 3,5 .120
108
=6m
S>L
150 + 3,5. 𝑆
𝐿 = (2. 𝑆) −
𝐴
150 + 3,5.120
𝐿 = (2.120) −
0.25
= -2040 m
Elevasi PLV
= 81 m
Ev Puncak =
𝐴. 𝑋 2
𝐸𝑃𝑉1 −
200. 𝐿
−0.22.602
81 −
200.120
= 80.97 m
= 80.87 m
Elevasi PLV
= 80.85 m
Ev Puncak =
𝐴. 𝑋 2
𝐸𝑣 𝑃𝑉4 −
200. 𝐿
0.25. (602 )
81 −
200.120
109
= 80.96 m
= 81 m
= 79.13m
Ev Puncak =
𝐴. 𝑋 2
𝐸𝑣 𝑃𝑉2 −
200. 𝐿
0.22. (602 )
79 −
200.120
= 79.03 m
= 79 m
= 79 m
Ev Puncak =
𝐴. 𝑋 2
𝐸𝑣 𝑃𝑉3 −
200. 𝐿
0.25. (602 )
79 −
200.120
= 79.03 m
= 78.8 m
110
3.7 Perhitungan Dimensi Saluran drainase
Sistem drainase merupakan suatu item yang tidak boleh dilupakan dalam
berbagai macam proyek apapun,baik itu proyek pembangunan
gedung,Jembatan,maupun proyek pembangunan Jalan Raya.
111
1 1
IR=2500* ( ) *( )
365-120 24
C*I*A
Q1= ( ) *FK
3,6
Dimana:
Q1 : Debit Banjir aktual m3/det
I : Itensitas Rencana Hujan mm/jam
A : Catchment Area km2
FK : Faktor Keamanan
Maka debit banjir aktual didapat sebagai berikut:
C*I*A
Q1= ( ) *FK
3,6
Didapat 0,278 m3/det
112
Menghitung debit rencana Saluran (Q2):
1 2 1
Q2= *R3 *S 2
n
Dimana:
Q2 : Debit Rencana Saluran (m3/det)
n : Koefesien Kekasaran Saluran
R : Jari Jari Jari Hidrolis
S : Kecepatan Aliran Saluran ( m/det)
Maka :
1 2 1
Q2= *(0,17)3 *(0,001)2
0,0150
Didapat debit rencana sebesar 0,638 m3/det
Kesimpulan
Pada perhitungan bagian kanan dan kiri Jalan ini berfungsi untuk
mengetahui Bagiamana Kondisi Eksisting (Asli) dari medan jalan yang akan
direncanakan.Perhitungan ini akan digambarkan dalam bentuk potongan
melintang (Cross section),adapun metode yang digunakan dalam perhitungan
Elevasi bagian kakan dan kiri jalan ini sama seperti dengan perhitungan mencari
elevasi AS Jalan,yaitu dengan menggunakan metode Interpolasi.
113
Perhitungan elevasi bagian kanan dan kiri jalan ini juga mengacu
pada Lebar badan Jalan,bahu jalan,dan lebar saluran drainase.Pada
perhitungan ini data data yang dicari akan disajikan dalam bentuk tabel
B1
EV=h1- *(h1-h2)
B2
Dimana:
EV = Elevasi Stasioning
Elevasi Cross
NO STA h2 h1 B1 B2
Section
1 0+000 89 88 151,32 144,48 89,05
2 0+100 88 87 116,68 146,4 87,80
3 0+200 88 87 66,24 144,48 87,46
4 0+300 88 87 160,95 290,19 87,55
5 0+400 87 86 109,94 139,71 86,79
6 0+500 87 86 58,93 139,71 86,42
7 0+600 87 86 153,64 285,42 86,54
8 0+700 86 85 102,64 139,71 85,73
9 0+800 86 85 51,63 139,71 85,37
10 0+844 86 85 29,05 139,71 85,21
11 0+900 86 85 147,46 139,71 86,06
12 0+911 85 84 142,45 139,71 85,02
13 1+000 85 84 97,29 141,67 84,69
14 1+082 85 84 116,07 146,45 84,79
15 1+100 85 84 118,67 146,34 84,81
16 1+149 85 84 126,89 146,34 84,87
17 1+200 85 84 135,3 146,34 84,92
18 1+300 85 84 143,23 146,85 84,98
19 1+400 85 84 139,89 149,15 84,94
20 1+500 85 84 120 148,25 84,81
21 1+600 85 84 106,18 148,83 84,71
114
22 1+700 85 84 107,18 148,83 84,72
23 1+800 85 84 92,19 157,27 84,59
24 1+900 85 84 63,58 157,27 84,40
25 2+000 85 84 34,97 157,27 84,22
26 2+100 85 84 169,27 157,65 85,07
27 2+200 84 83 141,03 157,27 83,90
28 2+300 84 83 118,3 163,15 83,73
29 2+400 84 83 118,44 164,77 83,72
30 2+500 84 83 97,91 165,77 83,59
31 2+600 84 83 76,45 165,77 83,46
32 2+700 84 83 54,98 165,78 83,33
33 2+800 84 83 33,52 165,77 83,20
34 2+900 84 83 12,06 165,77 83,07
35 3+000 83 82 164,91 166,78 82,99
36 3+100 83 82 145,13 166,78 82,87
37 3+200 83 82 125,71 166,8 82,75
38 3+300 83 82 105,03 166,8 82,63
39 3+301 83 82 104,75 166,8 82,63
40 3+368 83 82 90,16 167,18 82,54
41 3+400 83 82 80,25 167,18 82,48
42 3+500 83 82 67,14 167,18 82,40
43 3+600 82 81 138,69 167,18 81,83
44 3+602 82 81 137,4 167,18 81,82
45 3+668 82 81 84,13 167,18 81,50
46 3+700 82 81 76,02 167,18 81,45
47 3+800 81 80 167,45 167,18 81,00
48 3+900 81 80 85,7 167,18 80,51
49 4+000 80 79 177,13 167,18 80,06
50 4+100 80 79 95,39 167,18 79,57
51 4+200 79 78 13,64 167,18 78,08
52 4+300 79 78 105,07 167,18 78,63
53 4+400 79 78 32,47 166,67 78,19
54 4+500 78 77 153,33 166,67 77,92
55 4+600 78 77 89,16 156,93 77,57
56 4+698 77 76 155,14 156,29 76,99
57 4+700 77 76 9,11 156,29 76,06
58 4+765 77 76 103,03 156,29 76,66
59 4+800 77 76 77,91 156,29 76,50
60 4+900 77 76 34,74 155,46 76,22
61 5+000 77 76 125,17 156,52 76,80
62 5+100 77 76 35,61 150,52 76,24
63 5+143 77 76 43,03 150,52 76,29
64 5+200 77 76 66,41 152,18 76,44
115
65 5+210 77 76 68,54 152,18 76,45
66 5+300 77 76 78,32 152,18 76,51
67 5+400 77 76 119,5 148,32 76,81
68 5+500 77 76 152,01 145,61 77,04
69 5+600 78 77 32,91 145,61 77,23
70 5+689 78 77 85,79 145,61 77,59
71 5+700 78 77 65,42 145,61 77,45
72 5+756 78 77 85,92 145,61 77,59
73 5+800 78 77 98,15 145,61 77,67
74 5+900 79 78 123,58 143,74 78,86
75 6+000 79 78 148,7 143,19 79,04
76 6+066 79 78 6,9 142,4 78,05
77 6+100 79 78 90,53 142,4 78,64
78 6+133 80 79 6,9 142,4 79,05
79 6+200 80 79 32,36 142,4 79,23
80 6+300 80 79 122,59 142,4 79,86
81 6+400 81 80 64,42 142,4 80,45
82 6+500 82 81 6,25 142,07 81,04
83 6+600 82 81 98,59 142,04 81,69
84 6+700 83 82 42,92 142,04 82,30
85 6+800 83 82 135,29 142,04 82,95
86 6+900 84 83 79,62 142,04 83,56
87 7+000 85 84 23,95 142,04 84,17
88 7+100 85 84 116,32 142,04 84,82
89 7+200 86 85 60,65 142,04 85,43
90 7+300 86 85 153,02 142,04 86,08
91 7+400 85 86 9,86 162,12 85,94
92 7+500 85 86 105,75 162,12 85,35
93 7+600 84 85 33,52 162,12 84,79
94 7+606 84 85 140,51 162,12 84,13
95 7+673 83 84 36,66 162,12 83,77
96 7+700 83 84 129,42 162,12 83,20
97 7+800 82 83 57,19 162,12 82,65
98 7+900 82 83 153,08 162,12 82,06
99 8+000 82 83 80,85 162,12 82,50
100 8+061 81 82 59,8 162,12 81,63
101 8+100 81 82 86,9 162,12 81,46
102 8+128 81 82 105,64 162,12 81,35
103 8+200 81 82 154,02 162,12 81,05
104 8+300 80 81 47,69 167,02 80,71
105 8+400 80 81 11,2 167,02 80,93
106 8+500 81 80 71,24 166,03 80,43
107 8+600 81 80 131,28 166,03 80,79
116
108 8+700 79 80 19,29 166,03 79,88
109 8+800 79 80 79,33 166,03 79,52
110 8+900 79 80 139,37 166,03 79,16
111 9+000 78 79 27,37 166,03 78,84
112 9+100 78 79 83,85 162,47 78,48
113 9+200 78 79 136,75 161,48 78,15
114 9+300 77 78 22,18 161,48 77,86
115 9+400 77 78 69,2 155,6 77,56
116 9+500 77 78 107,63 155,37 77,31
117 9+600 77 78 154,49 159,18 77,03
118 9+700 76 77 57,66 150,83 76,62
119 9+800 76 77 126,01 150,83 76,16
120 9+900 75 76 100,6 141,62 75,29
121 10+000 75 76 37,35 150,83 75,75
Elevasi Cross
NO STA h2 h1 B1 B2
Section
1 0+000 88 87 139,32 156,48 87,89
2 0+100 88 87 104,68 158,4 87,66
3 0+200 88 87 54,24 156,48 87,35
4 0+300 88 87 148,95 302,19 87,49
5 0+400 87 86 97,94 151,71 86,65
6 0+500 87 86 46,93 151,71 86,31
7 0+600 86 85 141,64 297,42 85,48
8 0+700 86 85 90,64 151,71 85,60
9 0+800 86 85 39,63 151,71 85,26
10 0+844 86 85 17,05 151,71 85,11
11 0+900 85 84 135,46 151,71 84,89
12 0+911 85 84 130,45 151,71 84,86
13 1+000 85 84 85,29 153,67 84,56
14 1+082 85 84 104,07 158,45 84,66
15 1+100 85 84 106,67 158,34 84,67
16 1+149 85 84 114,89 158,34 84,73
17 1+200 85 84 123,3 158,34 84,78
18 1+300 85 84 131,23 158,85 84,83
19 1+400 85 84 127,89 161,15 84,79
117
20 1+500 85 84 108 160,25 84,67
21 1+600 85 84 94,18 160,83 84,59
22 1+700 85 84 95,18 160,83 84,59
23 1+800 85 84 80,19 169,27 84,47
24 1+900 85 84 51,58 169,27 84,30
25 2+000 85 84 22,97 169,27 84,14
26 2+100 84 83 157,27 169,65 83,93
27 2+200 84 83 129,03 169,27 83,76
28 2+300 84 83 106,3 175,15 83,61
29 2+400 84 83 106,44 176,77 83,60
30 2+500 84 83 85,91 177,77 83,48
31 2+600 84 83 64,45 177,77 83,36
32 2+700 84 83 42,98 177,78 83,24
33 2+800 84 83 21,52 177,77 83,12
34 2+900 84 83 0,06 177,77 83,00
35 3+000 83 82 152,91 178,78 82,86
36 3+100 83 82 133,13 178,78 82,74
37 3+200 83 82 113,71 178,8 82,64
38 3+300 83 82 93,03 178,8 82,52
39 3+301 83 82 92,75 178,8 82,52
40 3+368 83 82 78,16 179,18 82,44
41 3+400 83 82 68,25 179,18 82,38
42 3+500 83 82 55,14 179,18 82,31
43 3+600 82 81 126,69 179,18 81,71
44 3+602 82 81 125,4 179,18 81,70
45 3+668 82 81 72,13 179,18 81,40
46 3+700 82 81 64,02 179,18 81,36
47 3+800 81 80 155,45 179,18 80,87
48 3+900 81 80 73,7 179,18 80,41
49 4+000 80 79 165,13 179,18 79,92
50 4+100 80 79 83,39 179,18 79,47
51 4+200 80 79 1,64 179,18 79,01
52 4+300 79 78 93,07 179,18 78,52
53 4+400 79 78 20,47 178,67 78,11
54 4+500 78 77 141,33 178,67 77,79
55 4+600 78 77 77,16 168,93 77,46
56 4+698 77 76 143,14 168,29 76,85
57 4+700 77 76 -2,89 168,29 75,98
58 4+765 77 76 91,03 168,29 76,54
118
59 4+800 77 76 65,91 168,29 76,39
60 4+900 77 76 22,74 167,46 76,14
61 5+000 77 76 113,17 168,52 76,67
62 5+100 77 76 23,61 162,52 76,15
63 5+143 77 76 31,03 162,52 76,19
64 5+200 77 76 54,41 164,18 76,33
65 5+210 77 76 56,54 164,18 76,34
66 5+300 77 76 66,32 164,18 76,40
67 5+400 77 76 107,5 160,32 76,67
68 5+500 77 76 140,01 157,61 76,89
69 5+600 78 77 20,91 157,61 77,13
70 5+689 78 77 73,79 157,61 77,47
71 5+700 78 77 53,42 157,61 77,34
72 5+756 78 77 73,92 157,61 77,47
73 5+800 78 77 86,15 157,61 77,55
74 5+900 78 77 111,58 155,74 77,72
75 6+000 78 77 136,7 155,19 77,88
76 6+066 79 78 -5,1 154,4 77,97
77 6+100 79 78 78,53 154,4 78,51
78 6+133 81 80 -5,1 154,4 79,97
79 6+200 81 80 20,36 154,4 80,13
80 6+300 81 80 110,59 154,4 80,72
81 6+400 81 80 52,42 154,4 80,34
82 6+500 82 81 -5,75 154,07 80,96
83 6+600 82 81 86,59 154,04 81,56
84 6+700 83 82 30,92 154,04 82,20
85 6+800 83 82 123,29 154,04 82,80
86 6+900 84 83 67,62 154,04 83,44
87 7+000 85 84 11,95 154,04 84,08
88 7+100 85 84 104,32 154,04 84,68
89 7+200 86 86 48,65 154,04 86,00
90 7+300 86 85 141,02 154,04 85,92
91 7+400 85 86 -2,14 174,12 86,01
92 7+500 85 86 93,75 174,12 85,46
93 7+600 84 85 21,52 174,12 84,88
94 7+606 84 85 128,51 174,12 84,26
95 7+673 83 84 24,66 174,12 83,86
96 7+700 83 84 117,42 174,12 83,33
97 7+800 83 84 45,19 174,12 83,74
119
98 7+900 82 83 141,08 174,12 82,19
99 8+000 82 83 68,85 174,12 82,60
100 8+061 81 82 47,8 174,12 81,73
101 8+100 81 82 74,9 174,12 81,57
102 8+128 81 82 93,64 174,12 81,46
103 8+200 81 82 142,02 174,12 81,18
104 8+300 80 81 35,69 179,02 80,80
105 8+400 80 81 -0,8 179,02 81,00
106 8+500 81 80 59,24 178,03 80,33
107 8+600 79 80 119,28 178,03 79,33
108 8+700 79 80 7,29 178,03 79,96
109 8+800 79 80 67,33 178,03 79,62
110 8+900 79 80 127,37 178,03 79,28
111 9+000 78 79 15,37 178,03 78,91
112 9+100 78 79 71,85 174,47 78,59
113 9+200 78 79 124,75 173,48 78,28
114 9+300 77 78 10,18 173,48 77,94
115 9+400 77 78 57,2 167,6 77,66
116 9+500 77 78 95,63 167,37 77,43
117 9+600 77 78 142,49 171,18 77,17
118 9+700 76 77 45,66 162,83 76,72
119 9+800 76 77 114,01 162,83 76,30
120 9+900 75 76 88,6 153,62 75,42
121 10+000 75 76 25,35 162,83 75,84
120
3.9 Perhitungan Tebal Perkerasan Jalan
Direncanakan tebal perkerasan untuk 1 jalur 2 lajur dan 2 arah. Umur rencana
jalan 15 tahun. Jalan dibuka pada tahun 2021.
Data – data :
4. Truk 3 as 20 ton 80
5. Truk 5 as 30 ton 60
Peneyelesaian :
LHR pada tahun 2021 (awal umur rencana), dengan rumus : (1+i)n
4. Truk 3 as 20 ton 97
5. Truk 5 as 30 ton 72
121
LHR pada tahun ke – 15 (Akhir Umur Rencana), dengan rumus : (1+i)n
𝐿𝐸𝑃 = ∑ 𝐿𝐻𝑅𝑗 𝑥 𝐶𝑗 𝑥 𝐸𝑗
𝑗=𝑖
Dimana :
122
(LHR yang digunakan adalah LHR awal Pelaksanaan)
LEP = 277,02
Dimana :
UR = Umur Renacana
LEA = 877,70
123
Menghitung LET (Lintas Ekivalen Tengah):
Let = 577,37
LER = 866,05
CBR : 4%
IP : 2,5 (Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana. Untuk Ler 100 – 1000
dan jenis jalan arteri didapat IP = 2 – 2,5)
FR : 1,5 (Disesuaikan Dengan Iklim II, Curah Hujan > 900 mm/th dan
Kelandaian Dibawah 6%)
LER = 866,05
UR = 15 tahun
D1 = 15,7 16 cm
124
Susunan Perkerasan ;
125
3.10 Perhitungan Volme Galian dan Timbunan (cut and fill)
Perhitungan galian timbunan (cut and fill) adalah salah satu pekerjaan
yang sangat penting dalam sebuah proyek perencanaan jalan. Adapun
perhitungan galian dan timbnan yang didapat dari perencanaan jalan yang
dibuat adalah sebagai berikut :
126
STA 2+600 - STA 2+700 100 19,785 1978,50
STA 2+700 - STA 2+800 100 18,3151 1831,51
STA 2+800 - STA 2+900 100 16,7703 1677,03
STA 2+900 - STA 3+000 100 15,285 1528,50
STA 3+000 - STA 3+100 100 13,94 1394,00
STA 3+100 - STA 3+200 100 12,5554 1255,54
STA 3+200 - STA 3+300 100 11,1751 1117,51
STA 3+300 - STA 3+301 1 9,77 9,77
STA 3+301 - STA 3+368 67 9,735 652,25
STA 3+368 - STA 3+400 32 12,14 388,48
STA 3+400 - STA 3+500 100 11,42 1142,00
STA 3+500 - STA 3+600 100 10,52 1052,00
STA 3+600 - STA 3+602 2 3,2125 6,43
STA 3+602 - STA 3+668 66 0,3501 23,11
STA 3+668 - STA 3+700 32 0,3497 11,19
STA 3+700 - STA 3+800 100 0,3053 30,53
STA 6+500 - STA 6+600 100 0,4992 49,92
STA 6+600 - STA 6+700 100 3,2652 326,52
STA 6+700 - STA 6+800 100 8,3294 832,94
STA 6+800 - STA 6+900 100 13,3305 1333,05
STA 6+900 - STA 7+000 100 21,7651 2176,51
STA 7+000 - STA 7+100 100 28,4505 2845,05
STA 7+100 - STA 7+200 100 35,8603 3586,03
STA 7+200 - STA 7+300 100 45,375 4537,50
STA 7+300 - STA 7+400 100 50,8005 5080,05
STA 7+400 - STA 7+500 100 50,5947 5059,47
STA 7+500 - STA 7+600 100 43,7504 4375,04
STA 7+600 - STA 7+606 6 36,9148 221,49
STA 7+606 - STA 7+673 67 29,2304 1958,44
STA 7+673 - STA 7+700 27 21,68 585,36
STA 7+700 - STA 7+800 100 15,1336 1513,36
STA 7+800 - STA 7+900 100 17,3251 1732,51
STA 7+900 - STA 8+000 100 1,9678 196,78
STA 8+000 - STA 8+061 61 6,56 400,16
STA 8+061 - STA 8+100 39 0,3164 12,34
STA 8+100 - STA 8+128 28 0,218 6,10
STA 8+128 - STA 8+200 72 2,572 185,18
Jumlah Total Galian (m3) 159.467,3727
127
Perhitungan Timbuan (Fill) :
128
STA 8+500 - STA 8+600 100 1,5084 150,84
STA 8+600 - STA 8+700 100 10,6163 1061,63
STA 8+700 - STA 8+800 100 16,3163 1631,63
STA 8+800 - STA 8+900 100 20,5227 2052,27
STA 8+900 - STA 9+000 100 24,7163 2471,63
STA 9+000 - STA 9+100 100 28,8263 2882,63
STA 9+100 - STA 9+200 100 32,9063 3290,63
STA 9+200 - STA 9+300 100 36,7448 3674,48
STA 9+300 - STA 9+400 100 40,5905 4059,05
STA 9+400 - STA 9+500 100 44,0363 4403,63
STA 9+500 - STA 9+600 100 46,9163 4691,63
STA 9+600 - STA 9+700 100 50,1563 5015,63
STA 9+700 - STA 9+800 100 55,3926 5539,26
STA 9+800 - STA 9+900 100 60,5963 6059,63
STA 9+900 - STA
10+000 100 68,0063 6800,63
Jumlah Total Timbunan (m3) 111.633,645
Dari perhitungan galian dan timbunan (cut and fill) pada perencanaan jalan ini
menghasilkan tanah galian sebesar 159.467,3727 m3 dan memerlukan tanah
timbunan sebesar 111.633,645 m3.
129
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Titik – titik yang dilewati oleh trase jalan dalam perencanaan ini adalah ;
4. Pada perhitungan desain tebal perkerasan jalan, diperoleh tebal pada tiap –
tiap lapisan perkerasan sebagai berikut :
a. Laston (MS744kg) = 16 cm
130
5. Total volume pekerjaan tanah galian dan timbunan (cut and fill) pada
perencanaan ini adalah :
4.2 Saran
3. Perlu diperhatikan juga pada saat menentukan alinyemen vertikal. Hal ini
dimaksudkan agar nantinya volume hasil galian dan timbunan seimbang,
sehingga tanah hasil galian dapat digunak sebagai timbunan.
131