Oprit Jembatan Adalah
Oprit Jembatan Adalah
Oprit Jembatan Adalah
Dalam pelaksanaan pekerjaan jembatan ada yang disebut diantaramya expansion joint,
monolit, oprit dan banyak lagi, yang saya lihat dilapangan khususnya dalam pengerjaan
jembatan, oprit itu adalah daerah dengan kontur yang rata di belakang abutment yang
difungsikan untuk instalasi girder/gelagar, untuk memasang bailey sebelum girder di
luncurken atau launching dan ditempatkan diantara abutment dan pilar.
Pengertian Oprit
Oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang abutment yang dibuat
sepadat mungkin untuk menghindari penurunan. oprit bisa terdiri atas timbunan pilihan
dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah tembok
penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut jika kondisi oprit
jembatan berada pada lokasi berbukit. Perencanaan konstruksi oprit ini sangat perlu
diperhatikan agar desain oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan kuat sesuai
dengan umur rencana yang telah ditentukan.
Timbunan jalan pendekat sebagai pondasi dasar yang mendukung lapis pondasi bawah.
Apabila lapis pondasi bawah tidak ada maka lapisan tanah dasar mendukung langsung
timbunan, timbunan jalan pendekat mempunyai kekuatan dan keawetan tertentu.
Dalam penentuan tebal timbunan nilai CBR dapat dikorelasi terhadap daya dukung tanah
(DDT). Tinggi timbunan harus dipertimbangkan terhadap adanya bahaya longsor,
sebaiknya pada lahan mencukupi dibuat kelandaian lereng alami dan apabila tidak
mencukupi harus dibuat konstruksi penahan tanah. Timbunan harus dipadatkan lapis
demi lapis sesuai ketentuan kepadatan lapisan.
Timbunan jalan pendekat harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mendukung
terhadap kekuatan dan kestabilan konstruksi kepala jembatan. Khusus untuk timbunan
jalan pendekat dengan timbunan tanah yang tinggi, konstruksi penahan tanah sangat
diperlukan agar badan jan tidak longsor.
1) Pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelakasanaan, akibat tebal pemadatan
tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum tidak terpenuhi.
2) Karena air mengalir keluar, dimana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau kelurusan air
melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan efektif.
3) Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, dimana terjadi perubahan
kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan tanah yang dapat mendesak
permukaan perkerasan ke atas.
Dalam mekanika tanah telah diketahui tanah timbunan jalan pendekat atau tanah pondasi
sebagai material isotropis mempunyai dua sifat fisik yaitu:
1) indeks fisik seperti kadar air (w), massa jenis, batas cair (LL), indeks plastis (PI), batas
susut (SL) dan lain-lain.
2) sifat kohesif (c), indekss kompresibilitas (Cc) dan permeabilitas (k).
Untuk mengeliminir penurunan pada kepala jembatan adalah dengan menggali pada
tanah kritis/labil umumnya di daerah rawa dan menggantinya dengan material pilihan
sehingga material timbunan akan lebih cepat memadat. Penggunaan material ringan
untuk mengurai berat timbunan sehingga penurunan dan stabilitas dapat ditekan.
Fungsi Oprit
Selaian sebagai pelat injak jalan menuju jembatan oprit juga dipergunakan sebagai ruang
instalasi girder pada jembatan beton prategang, pada oprit bailey di pasang dan girder di
stressing sebelum diluncurkan ke antara abutment dan pillar.
Oprit diratakan atau di padatkan dan dibuat sesuai alinyemen jalan yang sebelumnya
direncanakan, tetapi oprit yang digunakan pada instalasi girder sekiranya oprit harus
mempunyai minimal 100 meter, fungsinya untuk merangkai girder yang akan diluncurkan
atau di launching.
Bailey yang dipasang dari oprit samapi ketengah jembatan berfungsi untuk mengangkat
girder yang sudah dirangkai dan distressing pada oprit, makanya perlu dicermati untuk
kepadatan timbunan oprit dan kontur yang rata karena untuk memaksimalkan pekerjaan
yang laianya seperti hal-nya instalasi girder.
Permasalahan yang terjadi pada timbunan oprit jembatan dapat berakibat pada
ketidakstabilan abutmen jembatannya yang mengalami deformasi sehingga akan
berdampak pada stabilitas kekuatan tiang pendukungnya. Deformasi yang terjadi pada
abutmen jembatan dapat berakibat terganggunya stabilitas dan bergerak ke arah sungai
sehingga akan berpengaruh pada perletakan dan gelagar jembatan yang berada di
atasnya. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kasus deformasi abutmen
jembatan, terdapat 2 (dua) tipe keruntuhan abutmen jembatan, yaitu:
1) Abutmen jembatan terdorong bagian atasnya sehingga gelagar jembatan terdorong ke
arah sungai
2) Abutmen jembatan terdorong bagian bawahnya sehingga gelagar jembatan bertendensi
untuk terlepas dari kedudukannya.
Terjadi penurunan yang tiap tahun perlu di-rising atau di-overlay atau dilakukan
penambahan lapisan beraspal sebagai wujud pemenuhan persyaratan standar
pelayanan minimum bagi pengguna jalan, yaitu aman dan nyaman. Untuk kejadian
penurunan timbunan oprit, agar memenuhi standar pelayanan minimum berlalulintas
perlu dilakukan overlay.
Bila penurunan yang terjadi ini bertambah secara signifikan, baik secara cepat atau
selama masa konstruksi maupun untuk waktu yang cukup lama atau selama masa
pelayanan, akan berdampak pada struktur bangunan di sekitarnya. Tentunya dengan
penambahan lapisan perkerasan untuk mewujudkan standar pelayanan minimum yang
disyaratkan, akan berdampak terhadap menurunnya tingkat stabilitas timbunan oprit
secara signifikan. Kecepatan penurunan timbunan oprit yang terjadi dapat dipengaruhi
oleh tingkat konsistensi tanah lunak yang berada di bawahnya dan tinggi timbunan yang
dibangun.
2) Kasus ke dua akibat tinggi timbunan yang melebihi tinggi kritisnya yang ditopang oleh
lapisan tanah lunak yang tebal sehingga berakibat terdorongnya bagian bawah abutmen
jembatan yang diakibatkan karena hilangnya penahan lateral dan/atau bertambahnya
daya dorong akibat beban timbunan di atas lapisan tanah lunak, Serta terdorongnya
bangunan di sekitarnya dan terangkat tanah di kiri kanan timbunan oprit dan akibat
dampak penurunan.
3) Kasus ke tiga lebih banyak diakibatkan oleh berkurangnya tahanan lateral akibat perilaku
sungai yang mengubah penampang sungai secara signifikan sehingga mengakibatkan
degradasi dasar sungai, erosi tebing sungai, dan turbulensi yang terjadi di depan
abutment karena terhambatnya arus sungai oleh material bongkahan yang berada di
antara daerah aliran di bawah jembatan. Untuk kejadian ke tiga ini mekanisme
keruntuhan abutmen jembatan yang umumnya tidak disertai terangkatnya tanah di
sampingnya.
Langkah yang perlu diperhatikan adalah dengan mengetahui keberadaan aluvial deposit.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap sejarah terbentuk lapisan endapan sedimen ini
dari proses terbentuknya Geology Batuan Dasar, proses transportasi, serta kondisi
karakteristiknya. Yang terakhir adalah mempelajari kondisi geohidrologinya dan
melakukan evaluasi dan analisis terhadap stabilitas timbunan oprit jembatan yang
keberadaannya perlu memenuhi:
1) Standar pelayanan minimum berlalulintas.
2) Stabilitas konstruksi timbunan oprit jembatan dengan memperhatikan:
a) Kondisi lahan yang merupakan penyebaran tanah lunak dan gambut.
b) Kemampuan daya dukung tanah lunak dalam mendukung beban timbunan oprit yang
tentunya harus memenuhi ketentuan persyaratan tinggi sehingga lalulintas yang melalui
di bawah jembatan.
c) Faktor Keamanan (FK) Global, baik diakibatkan berkurangnya tahanan lateral maupun
bertambahnya gaya dorong yang disebabkan oleh beban timbunan.
d) Kondisi lingkungan dan perilaku sungai secara historis.
Evaluasi dan analisis terhadap karakteristik tanah lunak atau gambut dilakukan
berdasarkan hasil data investigasi geoteknik sehingga diperoleh informasi karakteristik
stratifikasi tanah lunak atau gambut. Evaluasi dan analisis ini sangat penting karena
mekanisme keruntuhan timbunan oprit yang dibangun di atas tanah lunak atau tanah
gambut sangat berbeda. Pada stabilitas timbunan oprit yang dibangun di atas tanah
lunak, umumnya berlaku penurunan konsolidasi yang dapat dimulai dari saat
pelaksanaan konstruksi sampai dengan masa layannya.
Pada stabilitas timbunan oprit yang dibangun di atas tanah gambut umumnya akan
mengalami keruntuhan pada masa konstruksi. Keadaan ini diakibatkan oleh karena tanah
gambut umumnya sangat lunak dan kompresibilitasnya tinggi sampai dengan sangat
tinggi, sehingga pada saat dibangun akan langsung mengalami penurunan, yang disebut
penurunan langsung.
Hal lain lagi yang perlu diperhatikan adalah terjadinya keruntuhan yang berdampak pada
terdeformasinya abutmen jembatan, yang dapat dikenali:
1) Pada saat lapisan tanah lunak mengalami penurunan kuat geser secara signifikan selama
masa proses konsolidasi sehingga keruntuhan timbunan juga terjadi.
2) Pada saat lapisan tanah gambut mengalami penuruan kuat geser secara signifikan karena
adanya beban timbunan oprit disaat yang sama waktu dibangun.
Pada dunia konstruksi memang banyak sekali yang harus direncanakan sesuai dengan
rujukan dan standar yang ada, pada pengerjaan proyek jembatan pun tidak hanya
merencanakan dan mengerjkan konstruksi jembatan saja tetapi konstruksi oprit juga
merupakan salah satunya yang harus direncanakan, seperti yang sudah saya paparkan
diatas semuanya mengenai oprit dan dampak tidak stabil timbunan semoga menjadi
referensi bagi saudara yang sedang menempuh pendidikan dan pengetahuan
tamabahan ketika terjun ke lapangan. Mungsin demikian yang bisa saya jelaskan, sekian
dan terimakasih.