Tugas Kesehatan Global
Tugas Kesehatan Global
Tugas Kesehatan Global
DISUSUN OLEH:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
“Governing Global Health: The Role Of International Agency and Corporations To
Tackle International Health Issues About Ebola”
Oleh Nur Indah Lestari H
NIM. K012171064
Pada zaman yang sudah semakin berkembang saat ini, semua itu tidak terlepas dari
peran globalisasi yang telah memberikan dampak positif kepada masyarakat global. Namun
karena semakin pesatnya globalisasi, sehingga pergerakan masyarakat global pun semakin
tourisme, yang mana akibat dari perpindahan manusia ini membuat penyakit lebih cepat
menyebar, semua itu dikarenakan karena kita tidak menyadari bahwa penyakit tersebut rentan
berpindah dan ikut dalam perjalanan kita sehingga saat manusia melakukan perjalanan dari
satu tempat ke tempat lain, penyakit itupun sudah tersebar, ditambah lagi pada zaman modern
sekarang ini membuat alat transportasi menjadi semakin canggih yang membuat penyebaran
penyakit pun menjadi lebih cepat hingga keseluruh bagian dunia. Pada Agustus 2014, Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memberitahukan bahwa virus ebola ini merupakan darurat
kesehatan international. Bahkan Badan Kesehatan Dunia juga meminta bantuan kepada
masyarakat global untuk membantu negara-negara yang terkena dampak virus ebola tersebut,
apalagi korban virus ebola semakin hari semakin meningkat, sehingga menimbulkan
endemis di wilayah dua wabah simultan, satu di tempat Nzara, Sudan Selatan, Republik
Demokratik Kongo. Penularan virus ebola ini sangat cepat terjadi melalui kontak langsung
dengan darah dan cairan tubuh penderita ebola yang telah meninggal karena virus ini tetap
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) korban meninggal akibat wabah ebola di
Afrika Barat pada Desember 2014 tercatat 7.518 korban tewas dari 19.340 kasus kemudian
meningkat hingga 7.693 jiwa dari 19.695 kasus. Di Sierra Leone jumlah korban terinfeksi
ebola terbanyak, 14.124 korban yang terinfeksi, terdapat 3.956 korban tewas. Di Guinea,
tercatat 3.811 terinfeksi dengan angka kematian mencapai 2.543, sedangkan di Liberia pada
tercatat ada 10.675 terinfeksi. Namun, jumlah kematian akibat ebola di Liberia tercatat
Nama ebola sebenarnya berasal dari nama sungai di barat laut Wilayah Kongo yang
mengalir di sekitar Kota Yambuku hingga ke Wilayah Sudan khususnya N’zara, salah satu
kota yang terinfeksi virus ini. Penyebaran virus di Yambuku dan N’zara dimungkinkan
melalui pihak ketiga yaitu melalui hewan karena kedua desa tidak dihubungkan dengan jalan
umum dan tidak ada seorang pun dari kedua desa melintasi batas negara secara mudah. Pada
tahun 2000, ebola mulai menyerang dan sekitar 425 orang terinfeksi virus ebola serta lebih
dari separuhnya meninggal dunia. Wabah ebola tahun tersebut dilaporkan pertama kali pada
awal Oktober dimana penyakit demam disertai dengan pendarahan menyebar di Gulu,
Uganda Utara. Peristiwa ini dikonfrimasi oleh National Instituate of Virology (NIV) di
Guinea dan Sierra Leone. Wabah ebola di Liberia dimulai ketika kementerian kesehatan
Liberia mengambil tujuh sampel klinis semua pasien dewasa dari Kabupaten Foya, Lofa yang
diuji dengan menggunakan virus primer ebola zaire oleh laboratorium mobile dari institut
pastuer di Conakry. Dua dari sampel mereka telah diuji positif terkena virus ebola. Foya
merupakan kabupaten di Liberia yang telah terkena virus ebola. Akibat penyebaran ebola
yang sangat pesat ini maka pemerintah melakukan berbagai upaya seperti, pemerintah Liberia
menutup perbatasannya dengan Sierra Leone sebagai upaya mencegah penyebaran ebola.
Akan tetapi upaya pemerintah Liberia masih dinilai tidak maksimal dikarenakan
kurang layaknya upaya yang dilakukan pemerintah kepada warga negaranya dengan
memblokir pemukiman kumuh dengan pagar besi berduri yang mengelilingi permukiman
tersebut, hal ini berdampak pada masyarakat yang kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari
seperti bekerja dan membeli bahan pangan. Pemerintah dan rakyat Liberia memerlukan
langkah luar biasa untuk keberlangsungan negara dan demi keselamatan warganya (Endah,
2017).
Korban dari virus Ebola lainnya adalah salah seorang anggota staf United Nations
Mission in Liberia (UNMIL) yang bekerja buat misi pemelihara perdamaian PBB di Liberia.
Sebelumnya, staf pertama PBB yang dikirim untuk memelihara perdamaian di Liberia telah
meninggal pada 25 September akibat virus ebola. Untuk mencegah penyebaran virus, maka
Sierra Leone yang lemah dan berujung kepada kegagalan yang telah menimbukan dampak
yang cukup besar bagi dunia global, tidak hanya dirasakan oleh Sierra Leone saja, tetapi juga
negara dunia akan merasakan ancaman yang ditimbulkan dari lemahnya sistem kesehatan
Negara Sierra Leone. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan negara dalam menjalankan
menjalankan kebijkannya, sehingga fungsi minimal negara pada indikator kesehatan dasar
masyarakat terabaikan.
Secara umum kekuatan dari wabah ebola ini dapat mengganggu kondisi kesehatan,
pertanian, stabilitas negara dan berbagai aspek lainnya, sehingga wabah ini menjadi fokus
perhatian banyak negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu
masalah kesehatan di dunia. Misi utama dari WHO adalah mencapai taraf kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi semua masyarakat di dunia. WHO menyatakan wabah ebola di negara
Liberia dengan kondisi terparah. Dalam hal ini mendorong negara Liberia melalui menteri
kesehatan dan kepala negara meminta bantuan kepada World Health Organization (WHO).
WHO tidak hanya mengendalikan virus ini, tapi memberikan bantuan-bantuan berupa
dukungan normatif, secara teknis, material, logistik maupun operasional guna menghadapi
Wabah virus ebola ini telah merenggut kesempatan negara-negara miskin untuk
bangkit dari keterpurukan ekonomi. WHO telah menjadi bagian penting untuk menekan
respon dan menggenjot bantuan medis di lapangan maupun keuangan bagi sejumlah negara
yang terkena dampak ebola guna membantu pemerintah dan rakyat Guinea, Liberia, Sierra
Leone. WHO sendiri telah menjadi bagian integral dari pemulihan dan pencegahan wabah
ebola di Afrika Barat. Berbagai kebijakan dan strategi WHO dalam mengatasi penyebaran
wabah virus ebola di Afrika Barat mulai dilaksanakan, mulai dari membentuk rancangan
rencana strategi memberantas wabah ebola, membentuk The United Nations Mission for
dalam memberantas ebola di Afrika Barat, dapat disimpulkan bahwa WHO memiliki peran
yang penting untuk menangani masalah penyebaran virus ebola di Afrika Barat khususnya di
Gunie, Liberia dan Sierra Leone. Adapun langkah yang dilakukan WHO adalah dengan
menegaskan kerja sama internasional untuk meningkatan fasilitas kesehatan dan penanganan
Namun dalam upaya menanggulangi masalah wabah ebola ini, tidak terlapas dari
beberapa hambatan-hambatan yakni seperti adanya kondisi infrastruktur dan tenaga kerja
kesehatan yang masih belum memadai, adanya pengaruh kondisi sosial maupun budaya,
adanya resistensi masyarakat berupa pemogokan oleh pekerja perawatan kesehatan maupun
Salah satu badan organisasi bantuan kemanusiaan independen yang paling dikenal
juga, paling aktif dan paling bersuara adalah Médecins Sans Frontières (MSF) yang dalam
bahasa inggris dikenal sebagai Doctors Without Borders yang telah berkembang menjadi
sebuah operasi global, Markas Besar Internasional MSF berbasis di Jenewa, Swiss. MSF
mendesak negara-negara dengan kapasitas respon bencana biologis untuk turun tangan di
Afrika Barat, di mana epidemi ebola telah menyebabkan kematian lebih dari 5.900 korban
jiwa. MSF mengatakan, tanpa adanya bantuan pemerintah asing, kelompok-kelompok non-
pemerintah dan PBB tidak punya harapan efektif untuk menerapkan Global Roadmap WHO
terhadap ebola.
Secara khusus, MSF menyerukan negara-negara untuk segera melakukan intervensi
di Guinea, Sierra Leone dan Liberia untuk mengirimkan personil terlatih , untuk menjalankan
laboratorium untuk meningkatkan diagnosa dan mengatur fasilitas manajemen kasus Ebola.
MSF juga menyerukan negara-negara untuk membangun jembatan udara khusus yang dapat
digunakan untuk memindahkan personil dan peralatan menuju Afrika Barat, maupun yang
masih berada disana untuk menciptakan jaringan regional rumah sakit lapangan untuk
mengobati tenaga medis dan untuk mengatasi runtuhnya infrastruktur negara yang telah
meninggalkan orang di banyak bagian Afrika Barat dengan tidak memiliki akses untuk
mendapatkan layanan dasar kesehatan. Bentuk penanganan dan bantuan yang telah diberikan
MSF yaitu berupa enam elemen penting yang harus dilakukan untuk respon ebola yaitu
Isolasi dan perawatan medis yang mendukung untuk kasus-kasus ebola; penguburan yang
dan penyediaan layanan kesehatan umum. Dukungan yang lebih fleksibel sangat diperlukan
dalam semua bidang ini hingga epidemi dapat berakhir, dengan kata lain, sampai kontak yang
terakhir telah ditindaklanjuti dan ditemukan agar dapat terbebas dari epidemi ebola (Yorry,
2015).
Adanya isu kesehatan global ini yakni wabah ebola itu sendiri yang dimana semakin
meningkat membuat sejumlah negara di dunia harus siap siaga dalam mencegah merabahnya
virus tersebut, tidak terkecuali bagi negara Indonesia sendiri. Korban yang meninggal akibat
virus ebola terus berjatuhan sehingga menjadi perhatian serius dari Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO). Indonesia termasuk salah satu negara yang menyatakan siaga menghadapi
kemungkinan warganya terinfeksi virus ebola. Sebagai langkah awal, pemerintah telah
pintu-pintu masuk Indonesia, khususnya di bandara. Telah disampaikan oleh Wakil Menteri
Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, beberapa waktu lalu bahwa pemerintah Indonesia telah
menyiapkan rumah sakit yang dulunya menjadi rujukan penanganan flu burung disiapkan
guna menangani kasus ebola. Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dengan level keamanan biologi disiapkan untuk memeriksa jika ada pasien terduga ebola
masuk di Indonesia.
Dari beberapa berita di media menyatakan bahwa sejauh ini pemerintah belum
mengeluarkan larangan bagi warga negara Indonesia untuk bepergian ke negara-negara yang
terjangkit virus ebola. Pemerintah baru sebatas menghimbau masyarakat Indonesia untuk
juga, warga negara Indonesia harus tetap waspada karena peluang terjangkit bisa terjadi dari
mana saja.
Gejala yang dapat dirasakan orang yang terjangkit virus ebola yakni dapat
mengalami sakit tenggorokan, lemas, demam, nyeri otot, sakit kepala, muntah, diare yang
memicu pendarahan, serta kerusakan ginjal dan hati. Virus ebola sendiri tidak menular lewat
udara, tetapi melalui kontak langsung dengan darah atau feses dari penderita. Virus ini
penyebarannya begitu cepat dan menelan banyak korban akhir-akhir ini, maka dari itu
masyarakat global harus tetap mewaspadainya agar tidak sampai tertular virus tersebut.
Adanya status siap siaga ebola yang ditetapkan pemerintah Indonesia justru
membuktikan bahwa pemerintah telah bertindak cepat untuk mencegah masuknya virus
ebola. Namun, hal itu bukan merupakan suatu jaminan bahwa penderita ebola tidak dapat
masuk ke Tanah Air, yang paling penting adalah pemerintah harus memberikan sosialisasi
atau pemahaman yang tepat dan benar mengenai gejala wabah ebola ini atau pencegahan
supaya tidak tertular virus ebola, terutama bagi warga negara Indonesia yang akan bepergian
wabah ebola ini sangat bergantung pada visi dan misi Indonesia ke depan, terutama
memobilisasi tenaga medis, medis veteriner, dan keilmuan lain yang terhubung dengan
dibutuhkan. Dokter, dokter hewan, dan sarjana keilmuan lain seperti ahli mikrobiologi, ahli
kesehatan masyarakat, ahli ekologi, ahli konservasi, dan sebagainya, perlu menyesuaikan
perannya dalam memahami dan mempelajari irisan keterkaitan manusia, hewan, dan
lingkungan. Meskipun virus ebola muncul 38 tahun lalu di Afrika Tengah, spesies
reservoirnya belum teridentifikasi secara tegas sampai saat ini. Konsekuensinya bagi negara
manapun di dunia, termasuk Indonesia, adalah ketidakmampuan kita memprediksi kapan dan
dimana wabah zoonosis berikutnya bakal terjadi di alam yang terus berubah. Ancaman
terbesar kita adalah lompatan virus dengan potensi penularan manusia ke manusia yang
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Dewi, Tresna, Wijayanti. 2014. Ebola dan Ancaman Keamanan Non-Tradisional di
Hartato. 2015. Peran WHO dalam Menangani Penyebaran Wabah Virus Ebola di Afrika
(https://media.neliti.com/media/publications/32370-ID-peran-world-health-
organization-who-dalam-menangani-penyebaran-wabah-virus-ebola.pdf, diakses 29
September 2017).
Hasanah, Yorry. 2015. Peran MSF (Medecins Sans Frontieres) dalam Menangani Epidemi
2017).
Indraloka, Putri. 2017. Kelemahan Sistem Kesehatan Negara Sierra Leone dalam
(http://digilib.unila.ac.id/26893/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHAS
Lisbet. 2014. Upaya Internasional Untuk Mengatasi Penyebaran Virus Ebola. (online),
(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-19-I-P3DI-
Putra, Andi, Jayanegara. 2016. Ebola Virus Disease-Masalah Diagnosis dan Tatalaksana.
(online), (http://kalbemed.com/Portals/6/06_243CME-
Ebola%20Virus%20Disease%E2%80%93Masalah%20Diagnosis%20dan%20Tatala
Wahyuni, Endah. 2017. Upaya WHO dalam Menangani Virus Ebola di Liberia Pada Tahun
unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2017/08/eJournal%20jae%20(08-31-17-06-12-
Zumratul, Siti Munawwarah & Della Misti. 2016. Peran WHO dalam Mengatasi Penyebaran