Tugas Kesehatan Global

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : Kesehatan Global

Dosen : Riana Dewi Nugrahani, SKM, MPH, Ph. D

ESSAY GLOBAL HEALTH


Theme 2: Governing Global Health: The Role Of International Agency and
Corporations To Tackle International Health Issues

DISUSUN OLEH:

NUR INDAH LESTARI H


K012171064

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
“Governing Global Health: The Role Of International Agency and Corporations To
Tackle International Health Issues About Ebola”
Oleh Nur Indah Lestari H
NIM. K012171064

Pada zaman yang sudah semakin berkembang saat ini, semua itu tidak terlepas dari

peran globalisasi yang telah memberikan dampak positif kepada masyarakat global. Namun

karena semakin pesatnya globalisasi, sehingga pergerakan masyarakat global pun semakin

cepat, yang dimana dapat menyebabkan pergerakan-pergerakan tersebut dapat pula

menimbulkan dampak negatif, yakni seperti adanya penyebaran penyakit-penyakit menular

salah satunya seperti virus ebola.

Globalisasi menciptakan berbagai perpindahan manusia seperti imigran dan

tourisme, yang mana akibat dari perpindahan manusia ini membuat penyakit lebih cepat

menyebar, semua itu dikarenakan karena kita tidak menyadari bahwa penyakit tersebut rentan

berpindah dan ikut dalam perjalanan kita sehingga saat manusia melakukan perjalanan dari

satu tempat ke tempat lain, penyakit itupun sudah tersebar, ditambah lagi pada zaman modern

sekarang ini membuat alat transportasi menjadi semakin canggih yang membuat penyebaran

penyakit pun menjadi lebih cepat hingga keseluruh bagian dunia. Pada Agustus 2014, Badan

Kesehatan Dunia (WHO) memberitahukan bahwa virus ebola ini merupakan darurat

kesehatan international. Bahkan Badan Kesehatan Dunia juga meminta bantuan kepada

masyarakat global untuk membantu negara-negara yang terkena dampak virus ebola tersebut,

apalagi korban virus ebola semakin hari semakin meningkat, sehingga menimbulkan

kekhawatiran di berbagai negara di dunia (Siti & Della, 2016).


Penyakit Ebola Virus (EVD) pertama kali muncul pada tahun 1976 sebagai penyakit

endemis di wilayah dua wabah simultan, satu di tempat Nzara, Sudan Selatan, Republik

Demokratik Kongo. Penularan virus ebola ini sangat cepat terjadi melalui kontak langsung

dengan darah dan cairan tubuh penderita ebola yang telah meninggal karena virus ini tetap

menular selama beberapa hari.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) korban meninggal akibat wabah ebola di

Afrika Barat pada Desember 2014 tercatat 7.518 korban tewas dari 19.340 kasus kemudian

meningkat hingga 7.693 jiwa dari 19.695 kasus. Di Sierra Leone jumlah korban terinfeksi

ebola terbanyak, 14.124 korban yang terinfeksi, terdapat 3.956 korban tewas. Di Guinea,

tercatat 3.811 terinfeksi dengan angka kematian mencapai 2.543, sedangkan di Liberia pada

tercatat ada 10.675 terinfeksi. Namun, jumlah kematian akibat ebola di Liberia tercatat

dengan korban tewas mencapai 4.809 jiwa (Endah, 2017).

Nama ebola sebenarnya berasal dari nama sungai di barat laut Wilayah Kongo yang

mengalir di sekitar Kota Yambuku hingga ke Wilayah Sudan khususnya N’zara, salah satu

kota yang terinfeksi virus ini. Penyebaran virus di Yambuku dan N’zara dimungkinkan

melalui pihak ketiga yaitu melalui hewan karena kedua desa tidak dihubungkan dengan jalan

umum dan tidak ada seorang pun dari kedua desa melintasi batas negara secara mudah. Pada

tahun 2000, ebola mulai menyerang dan sekitar 425 orang terinfeksi virus ebola serta lebih

dari separuhnya meninggal dunia. Wabah ebola tahun tersebut dilaporkan pertama kali pada

awal Oktober dimana penyakit demam disertai dengan pendarahan menyebar di Gulu,

Uganda Utara. Peristiwa ini dikonfrimasi oleh National Instituate of Virology (NIV) di

Afrika Selatan (Endah, 2017).


Di Liberia tercatat memiliki angka tingkat kematian yang tinggi daripada negara

Guinea dan Sierra Leone. Wabah ebola di Liberia dimulai ketika kementerian kesehatan

Liberia mengambil tujuh sampel klinis semua pasien dewasa dari Kabupaten Foya, Lofa yang

diuji dengan menggunakan virus primer ebola zaire oleh laboratorium mobile dari institut

pastuer di Conakry. Dua dari sampel mereka telah diuji positif terkena virus ebola. Foya

merupakan kabupaten di Liberia yang telah terkena virus ebola. Akibat penyebaran ebola

yang sangat pesat ini maka pemerintah melakukan berbagai upaya seperti, pemerintah Liberia

menutup perbatasannya dengan Sierra Leone sebagai upaya mencegah penyebaran ebola.

Kemudian pemerintah melakukan karantina di sebuah pemukiman kumuh di ibu kota

Monrovia guna mencegah penyebaran virus.

Akan tetapi upaya pemerintah Liberia masih dinilai tidak maksimal dikarenakan

kurang layaknya upaya yang dilakukan pemerintah kepada warga negaranya dengan

memblokir pemukiman kumuh dengan pagar besi berduri yang mengelilingi permukiman

tersebut, hal ini berdampak pada masyarakat yang kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari

seperti bekerja dan membeli bahan pangan. Pemerintah dan rakyat Liberia memerlukan

langkah luar biasa untuk keberlangsungan negara dan demi keselamatan warganya (Endah,

2017).

Korban dari virus Ebola lainnya adalah salah seorang anggota staf United Nations

Mission in Liberia (UNMIL) yang bekerja buat misi pemelihara perdamaian PBB di Liberia.

Sebelumnya, staf pertama PBB yang dikirim untuk memelihara perdamaian di Liberia telah

meninggal pada 25 September akibat virus ebola. Untuk mencegah penyebaran virus, maka

seluruh staf UNMIL yang dianggap beresiko tinggi telah diisolasi.


Adapun dari hasil penelitian Putri (2015) menyatakan sistem kesehatan Negara

Sierra Leone yang lemah dan berujung kepada kegagalan yang telah menimbukan dampak

yang cukup besar bagi dunia global, tidak hanya dirasakan oleh Sierra Leone saja, tetapi juga

negara dunia akan merasakan ancaman yang ditimbulkan dari lemahnya sistem kesehatan

Negara Sierra Leone. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan negara dalam menjalankan

peran dan fungsinya di pemerintahan. Hilangnya legitimasi dan kapabilitas dalam

menjalankan kebijkannya, sehingga fungsi minimal negara pada indikator kesehatan dasar

masyarakat terabaikan.

Secara umum kekuatan dari wabah ebola ini dapat mengganggu kondisi kesehatan,

pertanian, stabilitas negara dan berbagai aspek lainnya, sehingga wabah ini menjadi fokus

perhatian banyak negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui salah satu

organisasi dibawahnya yaitu World HealthOrganization (WHO) berusaha menanganinya.

WHO adalah sebuah organisasi internasionalyang bernaung dibawah bendera United

Nations(UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang memiliki peranan menangani

masalah kesehatan di dunia. Misi utama dari WHO adalah mencapai taraf kesehatan yang

setinggi-tingginya bagi semua masyarakat di dunia. WHO menyatakan wabah ebola di negara

Liberia dengan kondisi terparah. Dalam hal ini mendorong negara Liberia melalui menteri

kesehatan dan kepala negara meminta bantuan kepada World Health Organization (WHO).

WHO tidak hanya mengendalikan virus ini, tapi memberikan bantuan-bantuan berupa

dukungan normatif, secara teknis, material, logistik maupun operasional guna menghadapi

dan menangani masalah wabah virus ebola ini.

Wabah virus ebola ini telah merenggut kesempatan negara-negara miskin untuk

bangkit dari keterpurukan ekonomi. WHO telah menjadi bagian penting untuk menekan

respon dan menggenjot bantuan medis di lapangan maupun keuangan bagi sejumlah negara

yang terkena dampak ebola guna membantu pemerintah dan rakyat Guinea, Liberia, Sierra
Leone. WHO sendiri telah menjadi bagian integral dari pemulihan dan pencegahan wabah

ebola di Afrika Barat. Berbagai kebijakan dan strategi WHO dalam mengatasi penyebaran

wabah virus ebola di Afrika Barat mulai dilaksanakan, mulai dari membentuk rancangan

rencana strategi memberantas wabah ebola, membentuk The United Nations Mission for

Ebola Emergency Response (UNMEER), sampai menggalakan kerjasama internasional

dalam memberantas ebola di Afrika Barat, dapat disimpulkan bahwa WHO memiliki peran

yang penting untuk menangani masalah penyebaran virus ebola di Afrika Barat khususnya di

Gunie, Liberia dan Sierra Leone. Adapun langkah yang dilakukan WHO adalah dengan

menegaskan kerja sama internasional untuk meningkatan fasilitas kesehatan dan penanganan

penyakit akibat ebola di Afrika Barat (Hartato, 2015).

Namun dalam upaya menanggulangi masalah wabah ebola ini, tidak terlapas dari

beberapa hambatan-hambatan yakni seperti adanya kondisi infrastruktur dan tenaga kerja

kesehatan yang masih belum memadai, adanya pengaruh kondisi sosial maupun budaya,

adanya resistensi masyarakat berupa pemogokan oleh pekerja perawatan kesehatan maupun

adanya perpindahan penduduk yang tinggi di seluruh perbatasan.

Salah satu badan organisasi bantuan kemanusiaan independen yang paling dikenal

juga, paling aktif dan paling bersuara adalah Médecins Sans Frontières (MSF) yang dalam

bahasa inggris dikenal sebagai Doctors Without Borders yang telah berkembang menjadi

sebuah operasi global, Markas Besar Internasional MSF berbasis di Jenewa, Swiss. MSF

mendesak negara-negara dengan kapasitas respon bencana biologis untuk turun tangan di

Afrika Barat, di mana epidemi ebola telah menyebabkan kematian lebih dari 5.900 korban

jiwa. MSF mengatakan, tanpa adanya bantuan pemerintah asing, kelompok-kelompok non-

pemerintah dan PBB tidak punya harapan efektif untuk menerapkan Global Roadmap WHO

terhadap ebola.
Secara khusus, MSF menyerukan negara-negara untuk segera melakukan intervensi

di Guinea, Sierra Leone dan Liberia untuk mengirimkan personil terlatih , untuk menjalankan

laboratorium untuk meningkatkan diagnosa dan mengatur fasilitas manajemen kasus Ebola.

MSF juga menyerukan negara-negara untuk membangun jembatan udara khusus yang dapat

digunakan untuk memindahkan personil dan peralatan menuju Afrika Barat, maupun yang

masih berada disana untuk menciptakan jaringan regional rumah sakit lapangan untuk

mengobati tenaga medis dan untuk mengatasi runtuhnya infrastruktur negara yang telah

meninggalkan orang di banyak bagian Afrika Barat dengan tidak memiliki akses untuk

mendapatkan layanan dasar kesehatan. Bentuk penanganan dan bantuan yang telah diberikan

MSF yaitu berupa enam elemen penting yang harus dilakukan untuk respon ebola yaitu

Isolasi dan perawatan medis yang mendukung untuk kasus-kasus ebola; penguburan yang

aman; peningkatan kesadaran; waspada dan pengawasan di masyarakat; pelacakan kontak;

dan penyediaan layanan kesehatan umum. Dukungan yang lebih fleksibel sangat diperlukan

dalam semua bidang ini hingga epidemi dapat berakhir, dengan kata lain, sampai kontak yang

terakhir telah ditindaklanjuti dan ditemukan agar dapat terbebas dari epidemi ebola (Yorry,

2015).

Adanya isu kesehatan global ini yakni wabah ebola itu sendiri yang dimana semakin

meningkat membuat sejumlah negara di dunia harus siap siaga dalam mencegah merabahnya

virus tersebut, tidak terkecuali bagi negara Indonesia sendiri. Korban yang meninggal akibat

virus ebola terus berjatuhan sehingga menjadi perhatian serius dari Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO). Indonesia termasuk salah satu negara yang menyatakan siaga menghadapi

kemungkinan warganya terinfeksi virus ebola. Sebagai langkah awal, pemerintah telah

mengantisipasi pencegahan, salah satunya dengan penyiapan kantor kesehatan pelabuhan di

pintu-pintu masuk Indonesia, khususnya di bandara. Telah disampaikan oleh Wakil Menteri

Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, beberapa waktu lalu bahwa pemerintah Indonesia telah
menyiapkan rumah sakit yang dulunya menjadi rujukan penanganan flu burung disiapkan

guna menangani kasus ebola. Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

dengan level keamanan biologi disiapkan untuk memeriksa jika ada pasien terduga ebola

masuk di Indonesia.

Dari beberapa berita di media menyatakan bahwa sejauh ini pemerintah belum

mengeluarkan larangan bagi warga negara Indonesia untuk bepergian ke negara-negara yang

terjangkit virus ebola. Pemerintah baru sebatas menghimbau masyarakat Indonesia untuk

menunda keberangkatan ke Negara yang terkena dampak ebola tersebut. Bagaimanapun

juga, warga negara Indonesia harus tetap waspada karena peluang terjangkit bisa terjadi dari

mana saja.

Gejala yang dapat dirasakan orang yang terjangkit virus ebola yakni dapat

mengalami sakit tenggorokan, lemas, demam, nyeri otot, sakit kepala, muntah, diare yang

memicu pendarahan, serta kerusakan ginjal dan hati. Virus ebola sendiri tidak menular lewat

udara, tetapi melalui kontak langsung dengan darah atau feses dari penderita. Virus ini

penyebarannya begitu cepat dan menelan banyak korban akhir-akhir ini, maka dari itu

masyarakat global harus tetap mewaspadainya agar tidak sampai tertular virus tersebut.

Adanya status siap siaga ebola yang ditetapkan pemerintah Indonesia justru

membuktikan bahwa pemerintah telah bertindak cepat untuk mencegah masuknya virus

ebola. Namun, hal itu bukan merupakan suatu jaminan bahwa penderita ebola tidak dapat

masuk ke Tanah Air, yang paling penting adalah pemerintah harus memberikan sosialisasi

atau pemahaman yang tepat dan benar mengenai gejala wabah ebola ini atau pencegahan

supaya tidak tertular virus ebola, terutama bagi warga negara Indonesia yang akan bepergian

ke luar negeri, khususnya jika ingin berpergian ke Afrika.


Opini yang dinyatakan oleh Tri Satya (2014) bahwa Antisipasi dalam penanganan

wabah ebola ini sangat bergantung pada visi dan misi Indonesia ke depan, terutama

pembangunan kesehatan masyarakat. Indonesia harus bertahap memperkuat negara dalam

memobilisasi tenaga medis, medis veteriner, dan keilmuan lain yang terhubung dengan

jejaring laboratorium veteriner dan laboratorium kesehatan masyarakat pada waktu

dibutuhkan. Dokter, dokter hewan, dan sarjana keilmuan lain seperti ahli mikrobiologi, ahli

kesehatan masyarakat, ahli ekologi, ahli konservasi, dan sebagainya, perlu menyesuaikan

perannya dalam memahami dan mempelajari irisan keterkaitan manusia, hewan, dan

lingkungan. Meskipun virus ebola muncul 38 tahun lalu di Afrika Tengah, spesies

reservoirnya belum teridentifikasi secara tegas sampai saat ini. Konsekuensinya bagi negara

manapun di dunia, termasuk Indonesia, adalah ketidakmampuan kita memprediksi kapan dan

dimana wabah zoonosis berikutnya bakal terjadi di alam yang terus berubah. Ancaman

terbesar kita adalah lompatan virus dengan potensi penularan manusia ke manusia yang

efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Dewi, Tresna, Wijayanti. 2014. Ebola dan Ancaman Keamanan Non-Tradisional di

ASEAN. (online), (https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/338,

diakses 30 September 2017).

Hartato. 2015. Peran WHO dalam Menangani Penyebaran Wabah Virus Ebola di Afrika

Barat Tahun 2013-2014. (online),

(https://media.neliti.com/media/publications/32370-ID-peran-world-health-

organization-who-dalam-menangani-penyebaran-wabah-virus-ebola.pdf, diakses 29

September 2017).

Hasanah, Yorry. 2015. Peran MSF (Medecins Sans Frontieres) dalam Menangani Epidemi

Ebola di Afrika Barat Tahun 2012-2014. (online), (http://www.e-

jurnal.com/2016/02/peran-msf-medecins-sans-frontieres.html, diakses 30 September

2017).

Indraloka, Putri. 2017. Kelemahan Sistem Kesehatan Negara Sierra Leone dalam

Menanggulangi Wabah Virus Ebola. (online),

(http://digilib.unila.ac.id/26893/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHAS

AN.pdf, diakses 1 Oktober 2017).

Lisbet. 2014. Upaya Internasional Untuk Mengatasi Penyebaran Virus Ebola. (online),

(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-19-I-P3DI-

Oktober-2014-69.pdf, diakses 30 September 2017).

Putra, Andi, Jayanegara. 2016. Ebola Virus Disease-Masalah Diagnosis dan Tatalaksana.

(online), (http://kalbemed.com/Portals/6/06_243CME-

Ebola%20Virus%20Disease%E2%80%93Masalah%20Diagnosis%20dan%20Tatala

ksana.pdf, diakses 1 Oktober 2017).


Putri, Devita, Nindiati. 2016. Dampak Penyebaran Virus Ebola dalam Perspektif Human

Security di Afrika. (online), (http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/79635,

diakses 1 Oktober 2017).

Wahyuni, Endah. 2017. Upaya WHO dalam Menangani Virus Ebola di Liberia Pada Tahun

2014-2015. (online), (http://ejournal.hi.fisip-

unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2017/08/eJournal%20jae%20(08-31-17-06-12-

25).pdf, diakses 29 September 2017).

Zumratul, Siti Munawwarah & Della Misti. 2016. Peran WHO dalam Mengatasi Penyebaran

Virus Ebola (Studi Kasus Liberia, Afrika Barat). (online),

(https://www.scribd.com/document/354590630/Ebola, diakses 1 Oktober 2017).

Anda mungkin juga menyukai