Kemampuan Penalaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

A. Pengertian Kemampuan Penalaran

Menurut Shurter dan Pierce (dalam Purnamasari, 2014:4) istilah penalaran


merupakan terjemahan dari reasoning yaitu suatu proses untuk mencapai
kesimpulan logis dengan berdasarkan pada fakta dan sumber yang relevan.
Sedangkan menurut Keraf (dalam Bernard, 2014:2) menjelaskan penalaran
sebagai proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta yang diketahui
menuju kepada suatu kesimpulan.

Penalaran adalah proses atau aktivitas berfikir dalam menarik kesimpulan


atau membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang
telah dibuktikan kebenaranya.(Arsefa,2014)

Keraf (Sumarmo, 2012: 16) mendefiisikan istilah penalaran serupa dengan


penalaran proporsional atau penalaran logis dalam tes. Sedangkan Lengeot
(Sumarmo, 2012: 16) berpendapat bahwa penalaran sebagai proses berpikir yang
memuat kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan data dan peristiwa yang ada.
Hal senada juga diungkapkan Shurter dan Pierce (Sumarmo, 2012: 16) yang telah
mendefinisikan penalaran sebagai proses memperoleh kesimpulan logis
berdasarkan data dan sumber yang relevan. Sumarmo (2013: 148) menegaskan
pula bahwa penalaran merupakan proses berpikir dalam proses penarikan
kesimpulan.

Kemampuan penalaran meliputi kemampuan untuk menemukan


penyelesaian, kemampuan untuk menarik kesimpulan suatu pertanyaan dan
melihat hubungan implikasi serta kemampuan untuk melihat hubungan antara
idea-idea. Menurut Suria Sumantri ( Jupri, 2004: 16) penalaran adalah suatu
proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan, kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran, dan
berpikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu.

1
Menurut Suriasumantri (1999 : 42) penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Menurut
Fadjar Shadiq (dalam Wardhani, 2008 : 11) penalaran adalah suatu proses atau
suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir
dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada
beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan
sebelumnya

Dengan demikian penalaran adalah proses berpikir untuk mengolah


sekumpulan informasi tentang suatu permasalahan dengan menggunakan prinsip-
prinsip logika untuk memperoleh suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Bernalar adalah melakukan percobaan di dalam pikiran dengan hasil pada


setiap langkah dalam untaian percobaan itu telah diketahui oleh penalar dari
pengalaman tersebut. Ciri-ciri penalaran adalah (1) adanya suatu pola pikir yang
disebut logika. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan sebagai berpikir
menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu; (2) proses berpikirnya
bersifat analitik. Penalaran merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri
pada suatu analitik, dalam kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analitik
tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Kemampuan penalaran
meliputi: 1) penalaran umum yang berhubungan dengan kemampuan untuk
menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah; 2) kemampuan yang
berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada silogisme, dan yang
berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu argumentasi; dan 3)
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan antara
benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan
hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain.

Istilah penalaran matematika atau biasa yang dikenal dengan penalaran


matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical reasoning. Karin
Brodie menyatakan bahwa, “ Mathematical reasoning is reasoning about and
with the object of mathematics”. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

2
penalaran matematis adalah penalaran mengenai objek matematika. Objek
matematika dalam hal ini adalah cabang-cabang matematika yang dipelajari
seperti statistika, aljabar, geometri dan sebagainya.

Referensi lain yaitu Math Glossary menyatakan definisi penalaran


matematis sebagai berikut, “Mathematical reasoning: thinking through math
problems logically in order to arrive at solutions. It involves being able to identify
what is important and unimportantin solving a problem and to explain or justify a
solution.” Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran matematis adalah
berpikir mengenai permasalahan-permasalahan matematika secara logis untuk
memperoleh penyelesaian. Penalaran matematis juga mensyaratkan kemampuan
untuk memilah apa yang penting dan tidak penting dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan dan untuk menjelaskan atau memberikan alasan atas sebuah
penyelesaian.

Penalaran matematis juga dapat diartikan salah satu proses berfikir yang
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan dimana kesimpulan tersebut
merupakan kesimpulan yang sudah valid atau dapat dipertanggung jawabkan
(Nurrahman,2011)

Kemampuan penalaran meliputi: 1) penalaran umum yang berhubungan dengan


kemampuan untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah; 2) kemampuan
yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada silogisme, dan yang
berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari suatu argumentasi; dan 3)
kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan antara benda-
benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan kemudian mempergunakan hubungan itu
untuk memperoleh benda-benda atau ide-ide lain. (Arsefa,2014)

B. Pentingnya Kemampuan Penalaran

Penalaran matematik penting untuk mengetahui dan mengerjakan


matematika. Kemampuan untuk bernalar menjadikan siswa dapat memecahkan
masalah dalam kehidupannya, di dalam dan di luar sekolah. Kapan pun kita

3
menggunakan penalaran untuk memvalidasi pemikiran kita, maka kita
meningkatkan rasa percaya diri dengan matematika dan berpikir secara matematis.

Penalaran matematika merupakan hal yang sangat penting untuk


mengetahui dan mengerjakan masalah matematika. Menurut Ross (2000)
menyatakan bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran matematika
adalah mengajarkan kepada siswa penalaran logika (logikal reasoning).

Pada kemampuan penalaran, bahwa materi matematika dan penalaran


matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika
dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui
belajar materi matematika. Siswa dapat berfikir dan menalar suatu persoalan
matematika apabila telah dapat memahami persoalan matematika tersebut. Suatu
cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola pikir
tentang penyelesaian yang akan dilakukan. Di sisi lain, matematika juga
merupakan ilmu yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu dan teknologi,
sehingga matematika juga perlu diajarkan melalui proses pembelajaran.
(Arsefa,2014)

Menurut Novick et al. (dalam Rosita, 2012), penalaran berperan signifikan


dalam pemecahan masalah. Kemahiran siswa dalam memecahkan masalah
matematis, dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memahami matematika.
Kemampuan bernalar berperan penting dalam memahami matematika. Sehingga
kemampuan bernalar sangat penting dalam pembelajaran matematika. (Rosita ,
2012)

Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan bernalar. Dalam menciptakan suasana atau pelayanan,
hal yang esensial bagi guru adalah memahami bagaimana siswa memperoleh
pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses
pemerolehan pengetahuan, maka ia dapat menentukan strategi pembelajaran yang
tepat bagi murid-muridnya.

4
Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika apa pun memerlukan
kemampuan pemahaman dan penalaran. Melalui penalaran siswa diharapkan
dapat melihat bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal tanpa merasa
tergantung pada cara-cara yang instan dalam menyelesaikan persoalan
matematika. Siswa dapat berpikir dan bernalar suatu persoalan matematika
apabila telah dapat memahami persoalan tersebut. Dengan demikian siswa merasa
yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan dan dievaluasi.

C. Jenis – Jenis Kemampuan Penalaran

Kemampuan penalaran terbagi menjadi dua , yaitu penalaran induktif dan


penalaran deduktif. Jenis kemampuan penalaran ini dobutuhkan untuk mengetahui
adanya berbagai pola fikir yang ada. Berikut adalah penejelasan mengenai 2 jenis
kemapuan penalaran.

 Penalaran induktif

Menurut Smart ( Nadia,2011) , penalaran induktif adalah penalaran yang


memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal yang bersifat umum. Penalaran
ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi (pengamatan) atau empirik.
Dengan kata lain penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari
kasus –kasus yang bersifat individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum , dan inilah alasan eratnya kaitan antara logika induktif dengan istilah
generlisasi.

Sedangkan menurut Sagala (2006, hlm.77) mengatakan bahwa berfikir


induktif ialah suatu proses dalam berfikir yang berlangsung dari khusus menuju
ke yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai
fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat tersebut
terdapat pada semua jenis fenomena.

 Penalaran deduktif

Matematika terkenal denga penalaran deduktifnyakarena matematika tidak


mungkin menerima generalisasi berdasarkan pengamatan saja. Menurut Maula

5
(2006, hlm.29) “Bahwa kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada
kebenaran pernyatan-pernyataan lain. Dalam penalaran deduktif kebenaran satiap
pernyataan harus didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar .

Sedangkan menurut Sagala (2006, hlm.76) “ Pendekatan deduktif adalah


penalaran yang bermula dari keadaan umum hingga keadaaan khusus sebagai
pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum
itu kedalam keadaan khusus”. Seperti yang telah dijelaskan diatas dapat kita
simpulkan bahwa jenis penalaran itu ada dua yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif . perbedaan penaran induktif dan penalaran deduktif terlihat
pada cara penarikan kesimpulannya. Penalaran induktif , penarikan kesimpulan
berasal dari panca indra atau dari pengamatan. Penarikan kesimpulan pada
penalaran induktif juga merupakan penarikan kesimpulan dari kasus kasus yang
individual ( khusus ) ke umum . dapat diambil contoh penalaran induktif :

Pada hari senin doni pergi ka danau dan ia melihat seekor angsa berwarna
putih , kemuadian pada hari selasa dan rabu doni pergi lagi ke danau dan melihat
angsa berwarna putih , dengan penalaran induktif doni menarik kesimpulan bahwa
semua angsa berwarna putih . Padahal tidak semua angsa berwarna putih.Maka
dari itu didalam matematika , penalaran induktif tidak dipakai , matematika lebih
menggunakan penalaran deduktif yang penarikan kesimpulannya dari pernyataan
atau fenomena – fenomena umum kemudian baru ke khusus .

D. Indikator- Indikator Kemapuan Penalaran Matematis


Menurut Sumarmo (Yulia, 2012: 22) mengungkapkan bahwa indikator
siswa telah menguasai kemampuan penalaran matematis adalah sebagai berikut,
(1) Menarik kesimpulan logis; (2) Memberi penjelasan menggunakan gambar,
fakta, sifat, hubungan yang ada; (3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi;
(4) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis, membuat analogi,
generalisasi, dan menyusun serta menguji konjektur; (5) Mengajukan lawan
contoh; (6) Mengajukan aturan inferensi, memeriksa validitas argument, dan

6
menyusun argument yang valid; (7) menyusun pembuktian langsung, pembuktian
tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.
Sedangkan menurut Asep Jihad (2013) , indikator Penalaran terdiri atas :
 Menarik kesimpulan logis
 Memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan
hubungan
 Memperkirakan jaaban dan proses solusi
 Menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematika
 Menyusun dan menguji Konjektur
 Merumuskan lawan contoh (counter examples)
 Mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argument
 Menyusun argumen yang valid
 Menyusun pembuktian langsung , tidak langsung, dan menggunkan
induksi matematika
Selain itu, indikator kemampuan penalaran yang dijelaskan dalam teknis
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004, diuraikan
bahwa indikator siswa memiliki kemampuan penalaran adalah mampu: (Yulia,
2012:14)

1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematika
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi.
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan.
5. Memeriksa kesahihan suatu argument.
6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.
Indikator kemampuan penalaran matematis yang dikemukakan oleh TIM
PPPG Matematika (dalam Damayanti, 2012:15) adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan dugaan
2. Melakukan manipulasi matematik

7
3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti
terhadap kebenaran solusi
4. Menarik kesimpulan dari pernyataan
5. Memeriksa kesahihan suatu argumen
6. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi

E. Rubrik Penilaian Penalaran Matematis

SOAL PENALARAN
Materi pokok : Barisan dan Deret Aritmatika
Kelas : XI SMK
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep barisan dan deret dalam
pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep barisan dan deret geometri.
SOAL :
Perhatikan gambar di bawah ini, jika panjang sisi pada persegi terbesar
adalah 1 satuan panjang dan persegi berikutnya diperoleh dengan cara
menghubungkan semua titik tengan pada ke empat sisinya. Tentukan luas
daerah yang diarsir.
Jawab :

L1 L2

L3

L
L
Llll

8
 Diketahui persegi terbesar mempunyai panjang sisi 1 satuan panjang,
1
berarti luasnya = 1 satuan luas. Daerah L1 yang diarsir = 8 satuan luas.
1 1 1 1
 Luas daerah L2 adalah 2 dari L1 atau L2 = (2) (8) = 16
1 1 1 1
 Luas daerah L3 adalah 2 dari L2 atau L3 = (2) (16) = 32
1 1 1 1
 Luas daerah L3 adalah 2 dari L3 atau L4 = (2) (32) = 64
1 1 1 1
 Luas daerah L2 adalah 2 dari L4 atau L5 = (2) (64) = 128

Maka luas daerah yang diarsir adalah :


1 1 1 1 1 16+8+4+2+1 31
L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = 8 + + + + = =
16 32 64 128 128 128
31
Jadi luas daerah yang diarsir adalah satuan luas.
128

Berdasarkan jawaban di atas maka dapat diberi skor dengan menggunakan


Rubrik Penalaran, yaitu
RUBRIK PENILAIAN PENALARAN MENURUT (ARNIATI, 2010) :
Level kategori
0 Bukan jawaban yang sesuai. Tidak menggunakan istilah –
istilah dalam bahasa pemgukuran, data dan peluang, aljabar,
geometrid an bilangan

1 Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba mengemukakan

2 Jawaban benar, tetapi penalarannya tidak lengkap atau tidak


jelas
3
Jawaban benar dan penelaran baik. Penjelsannya lebih lengkap
dari level 2, tetapi mengandalkan pada pengetahuna konkret

9
atau visual dari pengetahuan abstrak.
4
Jawaban sempurna, siswa menggunakan pengetahuan dari
bahasa pengukuran, aljabar, geometri dan bilangan.

Berdasarkan jawaban di atas, maka dapat diberikan skor jawaban tersebut


dengan menggunakan Rubrik Penalaran, yaitu :
Level = 4,
Karena jawaban sempurna, menggunakan pengetahuan dari bahasa
pengukuran, aljabar, geometri dan bilangan. Menggunakan penalaran yaitu
luas persegi terbesar kedua adalah setengah dari luas persegi terbesar
1
pertama atau L2 = 2 L1 dan seterusnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arsefa,Dezi.2012.Kemampuan Penalaran Matematika Siswa dalam


Pembelajaran Penemuan Terbimbing.Jurnal UPI. Bandung

Asep Jihad dan Abdul Haris .2008. Evaluasi Pembelajaran .Yogyakarta : Multi
Pressindo

BSNP. 2006 . Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.

Damayanti, Rima. 2014. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika dan


Mendorong Motivasi Siswa dengan Pendekatan Problem Solving pada
Program Peerintah Kota Karawang. Jurnal STKIP Siliwangi. Bandung.

Priatna N.2003. Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa


Kelas 3 SMP Negeri di Kota Bandung, (Bandung:Disertasi UPI,2003)

Rosita, Cita Dwi. 2010. Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis :


Apa, Mengapa, dan Bagaimana Ditingkatkan pada Mahasiswa. Jurnal
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

Sagala, Syaiful .2006. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sariningsih, Ratna. 2014. Peningkatan Kemampuan Penalaran Pelajaran


Matematika Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Kontekstual.
Jurnal STKIP Siliwangi. Bandung.

Shadiq, F. 2014. Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algesindo.

11
Yulia Winda .2012 . Implementasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Investigasi dalam Meningkatkan Kemapuan Penalaran Matematis
Siswa SMP. Skripsi UPI.Bandung

https://arniatiu.files.wordpress.com/2010/12/soal-dan-rubrik.docx

12

Anda mungkin juga menyukai