Tugas Akhir Beban Tak Seimbang
Tugas Akhir Beban Tak Seimbang
Tugas Akhir Beban Tak Seimbang
Disusun oleh :
i
ii
iii
ABSTRAK
Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui besar rata-rata faktor
ketidakseimbangan beban dan mengetahui besar rugi daya serta rugi energi
akibat ketidakseimbangan beban di Penyulang Paccerakkang. Hal ini disebabkan
karena pada penyulang Paccerakkang terjadi perkembangan beban yang cukup
besar sehingga menyebabkan ketidakseimbangan beban yang cukup besar pula.
Penelitian diawali dengan pengumpulan data beban trafo distribusi, Setelah itu
mengolah data dengan aplikasi excel dan menganalisis dengan metode kuantitatif
menggunakan rumus komponen simetris. Hasil penelitian diperoleh persentase
nilai rata-rata faktor ketidakseimbangan beban penyulang Paccerakkang yaitu
sebesar 10,3%, arus netral yang muncul sebesar 2959.82 A dan total rugi daya
akibat ketidakseimbangan beban di penyulang Paccerakkang yaitu sebesar
218,61 kW dimana total daya trafo distribusi adalah sebesar 8250 kVA.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
Laporan Tugas Akhir ini dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis
perhatian dan motivasi yang telah diberikan kepada kami, antara lain:
Pandang
Elektro
membimbing penulis
v
11. Pak Munawir Liling selaku Supervisor Pemeliharaan Jaringan yang
12. Seluruh Staff dan Pegawai di PT PLN (Persero) Area Makassar yang
secara keseluruhan
13. Seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah
Kelistrikan dan juga PT. PLN (Persero). Penulis menyadari bahwa kemampuan
dan pengetahuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga laporan yang
dibuat jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
kasih. Wassalam
PENULIS
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... iv
vii
2. Gardu Distribusi ..................................................................... 6
viii
A. Tempat dan waktu Penelitian ....................................................... 21
1. Wawancara ............................................................................. 21
2. Dokumentasi/Literatur ............................................................ 21
C. Pembahasan .................................................................................. 28
A. Kesimpulan ................................................................................... 31
B. Saran ............................................................................................. 31
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk
prima. Permasalahan utama yang dihadapi PT. PLN (Persero) adalah mulai
terjadinya krisis energi yang mengglobal dan harga bahan bakar minyak di tingkat
internasional terus meningkat. Hal ini menyebabkan PT. PLN (Persero) harus
melakukan efisiensi di segala sektor, dan yang paling utama adalah di sektor
Salah satu langkah efisiensi yang dilakukan PT. PLN (Persero) adalah
dapat dimanfaatkan, sehingga hal ini merupakan salah satu bentuk pemborosan
pelanggan satu dengan pelanggan lainnya. Hal ini menyebabkan adanya arus yang
mengalir pada penghantar netral sehingga terjadi rugi daya/losses pada penghantar
1
netral tersebut. Semakin besar arus netral maka rugi daya/losses akan semakin
Perkembangan beban listrik pada penyulang Paccerakkang ini sudah cukup tinggi.
karena daerah – daerah yang disuplai merupakan daerah yang padat penduduk dan
mendorong untuk dilakukan pengaturan beban yang lebih baik. Untuk mencapai
pengaturan beban yang lebih baik, perlu dilakukan pemerataan beban pada tiap
fasa agar beban seimbang. Salah satu hal yang menyebabkan ketidakseimbangan
beban pada daerah ini yaitu penyambungan beban yang dilakukan di saluran
besar beban di masing-masing fasa. Keadaan demikian tentu saja akan berakibat
penyebaran beban yang tidak seimbang antara ke tiga fasa pada sistem distribusi
sekunder di daerah tersebut. Jadi pada penelitian ini kami akan membahas
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sub bab latar belakang, maka dapat diperoleh rumusan
Paccerakkang?
2. Berapa besar rugi daya dan rugi energi akibat ketidakseimbagan beban
di Penyulang Paccerakkang?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:
Penyulang Paccerakkang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini yaitu kita bisa
Paccerakkang serta mengetahui besar rugi daya dan rugi energi akibat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
transmisi, saluran distribusi, dan beban yang saling berhubungan dan merupakan
satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Rangkaian dari semua ini dapat
Distribusi Distribusi
sekunder Primer
PMT
G Trf PMT
Transformator
Generator
Pemutus
Tenaga
Konsumen Besar
Konsumen Umum
jaringan transmisi baik melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV (di
pulau Jawa) ataupun melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV dan 70 kV
dimana pada tegangan tinggi ini para pelanggan PLN mulai memakai aliran listrik
PLN, kemudian dari tegangan tinggi diturunkan lagi menjadi tegangan menengah
4
220 V untuk pelanggan tegangan rendah yang merupakan pelanggan terbanyak
PLN.
B. Sistem Distribusi
Menengah (JTM) terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara
Sistem ini dapat menggunakan kabel udara maupun kabel tanah sesuai
lingkungan.
Rendah (JTR) terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara
dimana antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat satu
5
saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Sistem tegangan
tenaga listrik.
2. Gardu Distribusi
adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi
6
2) Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah
pasangan luar tipe portal terdiri atas Fused Cut Out (FCO) sebagai
7
Keterangan Gambar 4:
Keterangan
7. Arrester.Gambar 3:
1. Arrester.
8. Proteksi cut out fused
2.
9. Proteksi cut out fused
Trafo Distribusi
3.
10. Trafo
SakelarDistribusi
beban tegangan
4. Sakelar
rendah beban tegangan
11. rendah
PHB tegangan rendah
5.
12. PHB
Sirkittegangan
keluarrendah
dilengkapi
6. Sirkit
pengamankeluar
lebur dilengkapi
pengaman
(NH-fuse) lebur
(NH-fuse)
dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type
8
NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua bagian konduktif
melebihi 1 Ohm.
Keterangan Gambar 5
1. Kabel masuk-pemisah atau
sakelar beban (load break)
2. Kabel keluar-sakelar beban
(load break)
3. Pengaman transformator
saklar beban + pengaman
lebur
4. Sakelar beban sisi TR.
5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan
6. Pengaman lebur TM (HRC-
Fuse)
7. Pengaman lebur TR(NH-Fuse)
8. Transformator.
9
C. Sistem Distribusi Beban Tidak Seimbang
Pada sistem tenaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan,
disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, daya pembangkitan sama
Saluran Pelayanan
SUMBER BEBAN
Karya Fortescue membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri
dari n fasor yang berhubungan (related) dapat diuraikan menjadi n buah sistem
(symmetrical components) dari fasor aslinya. n buah fasor pada setiap himpunan
komponennya adalah sama panjang, dan sudut di antara fasor yang bersebelahan
dalam himpunan itu sama besarnya. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak
10
seimbang dari sistem tiga-fasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang
dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain
dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti
fasor aslinya.
besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120°, dan
3. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya
dan dengan penggeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang
lain.
ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai fasa a, b, dan c sehingga urutan fasa
tegangan dan arus dalam sistem adalah abc. Jadi, urutan fasa komponen urutan
positif dari fasor tak seimbang itu adalah abc, sedangkan urutan fasa dari
komponen urutan negatif adalah acb. Jika fasor aslinya adalah arus, maka arus
tersebut dapat dinyatakan dengan Ia, Ib, dan Ic. Ketiga himpunan komponen
urutan nol. Komponen urutan positif dari Ia, Ib dan Ic adalah Ia1, Ib1, dan Ic1.
Demikian pula, komponen urutan negatif adalah Ia2, Ib2, dan Ic2, sedangkan
11
Hubungan arus urutan positif,urutan negatif dan urutan nol dengan arus fasanya
1
Iao = ( Ia + Ib + Ic ) (2.1)
3
1
Ia1 = ( Ia + a Ib + a2 Ic ) (2.2)
3
1
Ia2 = ( Ia + a2 Ib + a Ic ) (2.3)
3
Dengan :
a = 1∠120° a2 = 1∠240°
dan
E. Klasifikasi Beban
yaitu:
12
1. Beban rumah tangga
rumah tangga yang harus dilayani tergantung dari sifat dan tingkat sosial
2. Beban bisnis
Beban bisnis adalah beban listrik yang terdiri dari peralatan listrik
berlangsung antara jam 08.00 pagi dimana saat itu toko-toko mulai buka
dan mencapai puncaknya pada sore hari karena pada waktu tersebut
13
beban mulai bertambah dengan bertambahnya atau bekerjanya lampu-
lampu penerangan.
3. Beban industri
Daya
Tarif (VA) Rp/kWH
I1 450 485,-
I1 900 600,-
I1 1300 930,-
I1 2200 960,-
I1 5500 1112,-
4. Beban sosial
14
Pemakaian listrik pada kelompok ini kebanyakaan pada siang hari
Daya
Tarif (VA) Rp/kWH
S2 450 325,-
S2 900 455,-
S2 1300 708,-
S2 2200 760,-
S2 3500 900,-
F. Karakteristik Beban
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm
saja (resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar.
Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor
Dengan :
15
2. Beban Induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang
dililitkan pada suatu inti, seperti coil, transformator dan solenoida. Beban ini
bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa
terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
PL = VI cos φ (2.5)
Dengan :
daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban
PC = VI cos φ (2.6)
16
Dengan :
Apabila beban tidak seimbang maka muncul sebuah besaran yaitu arus
ketidakseimbangannya.
Dalam sistem tiga-fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam
In = Ia + Ib + Ic
= 3Iao
(2.7)
17
Dengan Ia, Ib, Ic masing-masing adalah arus beban pada fasa a, fasa b,
dan fasa c dan Iao adalah arus urutan nol. Jika tidak ada jalur yang
melalui netral dari sistem tiga-fasa, In adalah nol, dan arus saluran tidak
tidak menyediakan jalur ke netral, dan karena itu arus saluran yang
komponen urutan-nol.
Vn = In.Zn (2.8)
hal ini merupakan salah satu bentuk pemborosan energi serta menurunkan
efisiensi.
18
Arus yang mengalir pada penghantar netral menimbulkan panas yang
Pn = In2Rn (2.12)
Dengan :
t = Waktu (jam)
persamaan :
𝐿
R= 𝜌 (2.14)
𝐴
Dengan :
19
H. Faktor Ketidakseimbangan Beban
dapat disingkat dengan F. Apabila data yang diketahui merupakan nilai arus,
[𝐼𝑎2 ]
𝐹= (2.15)
[𝐼𝑎1 ]
%F = F x 100% (2.16)
Dengan :
20
BAB III
METODE PENELITIAN
metode observasi/literature.
1. Wawancara
ketidakseimbangan beban.
2. Dokumentasi/literatur
akhir baik itu yang berasal dari buku ajar, internet, laporan- laporan OJT di
kantor maupun buku panduan dari PT PLN (Persero) yang kami dapat di
21
tempat penelitian di PT. PLN (Persero) Area Makassar. Selain itu,
pengambilan data teknis terkait penelitian kami berasal dari data PT PLN Area
Makassar dan PT PLN Rayon Makassar Timur. Data tersebut antara lain
jurusan.
3. Observasi Lapangan
Data-data yang diperoleh yaitu data beban tiap fasa, panjang penghantar,
c. Menghitung besar rugi daya akibat arus netral yang terjadi di setiap trafo
rumus yang digunakan dalam mengerjakan tugas akhir ini yaitu rumus
22
Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data, ditampilkan pada sistem
Mulai
Mulai
YA TIDAK
[𝐼𝑎2 ]
%𝐹 = x 100%
[𝐼𝑎1 ]
Selesai
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Data-data yang diperoleh yaitu data beban tiap fasa, panjang penghantar,
Kode Gardu Kapasitas Data Pengukuran Beban (Ampere) Panjang Jaringan Luas Penampang Bahan
No
Distribusi Trafo(kVA) R S T (Kms) (mm²) Penghantar
1 GT.IPC001 200 227 246 252 1.73 50 Al
2 GT.IPC002 100 155 111 141 0.83 50 Al
3 GT.IPC003 50 69 70 68 0.2 50 Al
4 GT.IPC004 100 141 111 102 0.25 50 Al
5 GT.IPC006 50 50 49 52 0.12 50 Al
6 GT.IPC007 100 86 97 126 0.13 50 Al
7 GT.IPC010 25 34 32 30 0.1 50 Al
8 GT.IPC012 100 87 107 126 0.08 50 Al
9 GT.IPC014 250 403 517 355 2.43 50 Al
10 GT.IPC015 100 112 98 103 0.26 50 Al
11 GT.IPC016 100 95 142 131 0.47 50 Al
12 GT.IPC017 160 308 252 384 1.67 50 Al
13 GT.IPC018 50 53 28 57 0.07 50 Al
14 GT.IPC019 250 375 269 338 2.5 50 Al
15 GT.IPC020 50 53 35 57 0.41 50 Al
16 GT.IPC022 100 119 113 34 0.53 50 Al
17 GT.IPC023 160 186 219 113 1.21 50 Al
18 GT.IPC024 200 258 289 245 2.24 50 Al
19 GT.IPC025 200 236 311 243 1.7 50 Al
20 GT.IPC026 25 34 35 30 0.1 50 Al
21 GT.IPC027 200 285 263 251 1.87 50 Al
22 GT.IPC028 250 366 311 314 1.8 50 Al
23 GT.IPC029 100 119 123 97 0.5 50 Al
24 GT.IPC030 100 123 132 98 0.22 50 Al
25 GT.IPC031 200 146 273 209 2.51 50 Al
26 GT.IPC032 400 525 396 404 2.7 50 Al
27 GT.IPC033 200 207 211 204 1 50 Al
28 GT.IPC034 100 87 132 98 0.42 50 Al
29 GT.IPC035 160 87 132 152 0.43 50 Al
30 GT.IPC036 250 247 255 273 2.22 50 Al
31 GT.IPC037 160 190 207 209 1.64 50 Al
32 GT.IPC038 160 187 135 152 0.66 50 Al
33 GT.IPC039 100 87 132 121 0.64 50 Al
34 GT.IPC040 100 87 99 121 0.23 50 Al
35 GT.IPC041 160 190 207 209 3.2 50 Al
36 GT.IPC042 160 204 173 239 1.28 50 Al
37 GT.IPC043 400 330 584 454 2.14 50 Al
24
Kode Gardu Kapasitas Data Pengukuran Beban (Ampere) Panjang Jaringan Luas Penampang Bahan
No
Distribusi Trafo(kVA) R S T (Kms) (mm²) Penghantar
38 GT.IPC044 160 186 214 186 2.07 50 Al
39 GT.IPC045 100 87 131 121 4.27 50 Al
40 GT.IPC046 400 480 489 505 1.62 50 Al
41 GT.IPC047 100 72 64 172 0.08 50 Al
42 GT.IPC048 100 110 107 116 3.24 50 Al
43 GT.IPC049 100 113 69 132 1.32 50 Al
44 GT.IPC050 100 83 66 126 0.88 50 Al
45 GT.IPC051 160 88 106 122 0.56 50 Al
46 GT.IPC053 160 156 121 168 2.81 50 Al
47 GT.IPC054 160 168 118 164 1.33 50 Al
48 GT.IPC055 100 83 76 126 0.15 50 Al
49 GT.IPC056 160 135 108 161 2.69 50 Al
50 GT.IPC057 160 168 138 164 0.28 50 Al
51 GT.IPC058 160 213 198 219 2.17 50 Al
52 GT.IPC059 100 188 167 286 0.45 50 Al
53 GT.IPC060 50 70 63 82 1.05 50 Al
54 GT.IPC061 160 141 198 158 0.03 50 Al
55 GT.IPC062 100 188 167 286 0.24 50 Al
56 GT.IPC063 160 186 196 162 3.25 50 Al
57 GT.IPC064 100 188 167 286 0.44 50 Al
58 GT.IPC065 160 188 167 286 1.97 50 Al
Total Kapasitas Trafo = 8520 kVA
B. Analisa Data
Berikut adalah contoh perhitungan beban tak seimbang dari Gardu distribusi
GT.IPC032
In = (Ia + Ib + Ic)
= (125+j6,93)
= (125,19∠3,17˚)
= 125,19A
25
2. Faktor ketidakseimbangan beban
sebagai berikut :
= 41,73A
= 441,67 A
[𝐼𝑎2 ]
𝐹= [𝐼𝑎1 ]
41,73 𝐴
𝐹= = 0,094
441,67 𝐴
%F = 0,094 x 100%
= 9,4%
(2.12), (2.13) dan (2.14) diperoleh besar rugi daya pada penghantar
26
𝐿
R= 𝜌
𝐴
2700
= 2,78 . 10-8
50.10−6
= 1,501 ohm
Pn = In2 x Rn
= 125,192 x 1,501
= 23.528watt
= 23,528 kW
Hn = Pn x t
= 23,528 x 24
beban dan besar rugi daya pada penghantar netral dengan menggunakan
Tabel 6 Perhitungan besar arus netral, faktor ketidakseimbangan beban dan besar
rugi daya pada penghantar netral
27
Kode Gardu Pengukuran beban(A) tahanan Luas Rugi Daya
In Panjang
Distribusi f jenis penampang Rn Pn Hn %F
R S T
(A) 1x10??(ohm-m) (kms) (mm²) (ohm) (KW) (kWh)
GT.IPC015 112 98 103 12.28851 0.039 2.78 0.26 50 0.145 0.022 0.524 3.9
GT.IPC016 95 142 131 42.5795 0.116 2.78 0.47 50 0.261 0.474 11.371 11.6
GT.IPC017 308 252 384 114.7526 0.122 2.78 1.67 50 0.929 12.227 293.445 12.2
GT.IPC018 53 28 57 27.22064 0.197 2.78 0.07 50 0.039 0.029 0.692 19.7
GT.IPC019 375 269 338 93.18277 0.095 2.78 2.5 50 1.390 12.069 289.666 9.5
GT.IPC020 53 35 57 20.29726 0.14 2.78 0.41 50 0.228 0.094 2.254 14
GT.IPC022 119 113 34 82.16446 0.309 2.78 0.53 50 0.295 1.989 47.745 30.9
GT.IPC023 186 219 113 93.95242 0.181 2.78 1.21 50 0.673 5.938 142.524 18.1
GT.IPC024 258 289 245 39.15343 0.049 2.78 2.24 50 1.245 1.909 45.822 4.9
GT.IPC025 236 311 243 71.75676 0.091 2.78 1.7 50 0.945 4.867 116.805 9.1
GT.IPC026 34 35 30 4.582456 0.046 2.78 0.1 50 0.056 0.001 0.028 4.6
GT.IPC027 285 263 251 29.86661 0.037 2.78 1.87 50 1.040 0.927 22.259 3.7
GT.IPC028 366 311 314 53.56304 0.054 2.78 1.8 50 1.001 2.871 68.911 5.4
GT.IPC029 119 123 97 24.24903 0.072 2.78 0.5 50 0.278 0.163 3.923 7.2
GT.IPC030 123 132 98 30.51242 0.086 2.78 0.22 50 0.122 0.114 2.733 8.6
GT.IPC031 146 273 209 109.9866 0.175 2.78 2.51 50 1.396 16.882 405.172 17.5
GT.IPC032 525 396 404 125.1918 0.094 2.78 2.7 50 1.501 23.528 564.679 9.4
GT.IPC033 207 211 204 6.082585 0.01 2.78 1 50 0.556 0.021 0.494 1
GT.IPC034 87 132 98 40.6326 0.128 2.78 0.42 50 0.234 0.386 9.253 12.8
GT.IPC035 87 132 152 57.66296 0.155 2.78 0.43 50 0.239 0.795 19.079 15.5
GT.IPC036 247 255 273 23.06549 0.03 2.78 2.22 50 1.234 0.657 15.760 3
GT.IPC037 190 207 209 18.08314 0.03 2.78 1.64 50 0.912 0.298 7.156 3
GT.IPC038 187 135 152 45.92403 0.097 2.78 0.66 50 0.367 0.774 18.574 9.7
GT.IPC039 87 132 121 40.63243 0.12 2.78 0.64 50 0.356 0.587 14.100 12
GT.IPC040 87 99 121 29.86601 0.097 2.78 0.23 50 0.128 0.114 2.738 9.7
GT.IPC041 190 207 209 18.08314 0.03 2.78 3.2 50 1.779 0.582 13.963 3
GT.IPC042 204 173 239 57.19298 0.093 2.78 1.28 50 0.712 2.328 55.870 9.3
GT.IPC043 330 584 454 219.9908 0.161 2.78 2.14 50 1.190 57.583 1382.002 16.1
GT.IPC044 186 214 186 27.99938 0.048 2.78 2.07 50 1.151 0.902 21.655 4.8
GT.IPC045 87 131 121 39.94991 0.118 2.78 4.27 50 2.374 3.789 90.938 11.8
GT.IPC046 480 489 505 21.93209 0.015 2.78 1.62 50 0.901 0.433 10.398 1.5
GT.IPC047 72 64 172 104.2298 0.338 2.78 0.08 50 0.044 0.483 11.597 33.8
GT.IPC048 110 107 116 7.937029 0.024 2.78 3.24 50 1.801 0.113 2.724 2.4
GT.IPC049 113 69 132 55.97262 0.178 2.78 1.32 50 0.734 2.299 55.184 17.8
GT.IPC050 83 66 126 53.56254 0.195 2.78 0.88 50 0.489 1.404 33.689 19.5
GT.IPC051 88 106 122 29.46165 0.093 2.78 0.56 50 0.311 0.270 6.486 9.3
GT.IPC053 156 121 168 42.29639 0.095 2.78 2.81 50 1.562 2.795 67.081 9.5
GT.IPC054 168 118 164 48.1247 0.107 2.78 1.33 50 0.739 1.713 41.103 10.7
GT.IPC055 83 76 126 46.89325 0.165 2.78 0.15 50 0.083 0.183 4.401 16.5
GT.IPC056 135 108 161 45.90172 0.114 2.78 2.69 50 1.496 3.151 75.630 11.4
GT.IPC057 168 138 164 28.21294 0.06 2.78 0.28 50 0.156 0.124 2.974 6
GT.IPC058 213 198 219 18.73545 0.03 2.78 2.17 50 1.207 0.424 10.164 3
GT.IPC059 188 167 286 110.0136 0.172 2.78 0.45 50 0.250 3.028 72.676 17.2
GT.IPC060 70 63 82 16.64284 0.077 2.78 1.05 50 0.584 0.162 3.881 7.7
GT.IPC061 141 198 158 50.68529 0.102 2.78 0.03 50 0.017 0.043 1.028 10.2
GT.IPC062 188 167 286 110.0136 0.172 2.78 0.24 50 0.133 1.615 38.761 17.2
GT.IPC063 186 196 162 30.26562 0.056 2.78 3.25 50 1.807 1.655 39.725 5.6
GT.IPC064 188 167 286 110.0136 0.172 2.78 0.44 50 0.245 2.961 71.061 17.2
GT.IPC065 188 167 286 110.0136 0.172 2.78 1.97 50 1.095 13.257 318.160 17.2
Total Arus Netral = 2959.821 A
F rata-rata = 0.103
Total Rugi Daya = 218.6102 kW
Total Rugi Energi = 5246.645 kWh
C. Pembahasan
1. Arus Netral
berbeda-beda, arus netral yang paling besar adalah 219,99 A yaitu pada
28
adalah 1,73 A yaitu pada gardu distribusi GT.IPC003.Adapun total arus
jika
PLN tidak boleh lebih dari 20%. Berdasarkan tabel 6 diperoleh faktor
0,008 atau sebesar 0,8% yaitu pada GT.IPC003. Adapun nilai rata-rata
sebesar 10,3 %.
rugi daya penghantar netral yang paling besar adalah 57,583 kW yaitu
pada GT.IPC043 dan rugi energi yang paling besar adalah 1382 kWh
29
semakin panjang penghantar maka semakin besar rugi daya yang akan
218,61 kW dimana total daya trafo distribusi adalah sebesar 8250 kVA,
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
perhari.
B. Saran
penyeimbangan beban
di tiap fasa .
31
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
PLN Jasdik, 2009. Losses pada Jaringan Distribusi, PT PLN (Persero) Jasa
Pendidikan dan Pelatihan UDIKLAT Bogor.
Sarimun, Wahyudi. 2011. Buku Saku Pelayanaan Teknik (Yantek). Edisi Kedua.
Depok: Garamond.
Syarifuddin, dkk 1996. Menentukan Rugi Daya Penghantar Netral Pada Sistem
Distribusi Tiga Fasa Empat Penghantar. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan Pusat Penelitian Politeknik Teknologi Universitas Andalas
32
LAMPIRAN
1. Aplikasi Excel
a. Arus Netral
= (125+j6,93)
= (125,19∠3,17˚)
= 125,19A
33
b. Faktor Ketidakseimbangan Beban
= 41,73A
34
= 441,67 A
[𝐼𝑎2 ]
𝐹=
[𝐼𝑎1 ]
41,73 𝐴
𝐹= = 0,094
441,67 𝐴
%F = 0,094 x 100%
= 9,4%
c. Rugi Daya
2700
R = 2,78 . 10-8
50.10−6
= 1,501 ohm
Pn = 125,192 x 1,501
= 23.528watt
= 23,528 kW
35
Hn = 23,528 x 24
36
37