Pengertian Filsafat Ilmu Dan Tujuannya
Pengertian Filsafat Ilmu Dan Tujuannya
Pengertian Filsafat Ilmu Dan Tujuannya
Beberapa pendapat lain mengenai pengertian filsafat ilmu seperti yang dijelaskan H.
Endang Komara dalam buku filsafat ilmu dan metodologi penelitian seperti yang di
jelaskan berikut :
1. Robert ackman filasafat ilmu dalam suatu segi tinjauan krtis tentang pendapat-
pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandngan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari – pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas
bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktik ilmiah secara aktual.
2. Michael V. Berry filsafat ilmu penelaahan tentang logika intern dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan anatara percobaan dan teori yakni tentang metode
ilmiah
3. May Brodbeck filsafat adalah : analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
4. Stephen R. Toulman filsafat ilmu adalah sebagai suatu cabang ilmu, filsafat
ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan,
metode-metode penggantian dan perhitungan, peranggapan-peranggapan metafisis
dan seterusnya menilai landasan-landasan bagi kesalahnnya dari sudut tinjauan
logika formal, metodologis praktis, dan metafisika.[5]
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat
ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat
ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Dengan
kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
B. TUJUAN FILSAFAT ILMU
Tujuan Filsafat ilmu sebagaimana yang disebutkan sebagai berikut :
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai
bidang sehingga kita mendapatkan gambaran tentang proses ilmu kontemporer
secara historis.
3. Menjadi pedoman para insan akademis di perguruan tinggi dalam mendalami
studi diperguruan tinggi, terutama persoalan yang ilmiah dan yang non ilmiah.[6]
3. SEJARAH FILSAFAT ILMU
Sejarah Filsafat ilmu tidak terlepas dari priodisasi sejarah terdahulu yaitu sejak dari
cara berpikir yang sangat sederhana hingga cara berfikir modern zaman kemajuan
ilmu pengetahuan modern yang dikelompokkan kedalam beberapa masa yaitu :
1. Zaman prasejarah. Zaman prasejarah sering juga disebut zaman batu tua atau
manusia purba. Pada zaman ini manusia telah mampu menciptakan konsep tentang
alat sebagai perkakas untuk keperluan kehidupan manusia hal ini menunjukkan
telah ada pemikiran menuju arah ilmu pengetahuan pada masa ini manusia.
Kemudian pada masa ini mereka sudah mampu memelihara tanaman dan hewan
liar hingga menjadi hewan dan tanaman yang kualitasnya sesuai serta memenuhi
kebutuhan manusia.6
2. Zaman sejarah. Zaman sejarah disebut juga dengan zaman batu muda atau
zaman peradaban dan pertanian. Pada masa ini manusia ini manusia telah
mempunyai kemampuan menulis, membaca dan menghitung sehingga setiap
peristiwa dapat dicatat dan dapat memperkecil kesalahan. Di zaman ini telah
dapat memasyarakatkan pengetahuan secara luas walaupun disampaikan lisan.
Kemajuan pengetahuan terlihat pesat dengan bukti lahirnya kerajaan-kerajaan
besar seperti Mesir, Babilonia dan juga kerajaan-kerajaan lain yang lahir di India
dan Cina.
3. Zaman logam. Zaman logam ini masuk kategori kebudayaan klasik. Pada masa
ini perkembangan ilmu lebih pesat lagi, yaitu telah ditemukannya logam yang
diolah sedemikian rupa menjadi sebuah perhiasan yang indah dan mahal harganya.
Kemampuan yang tinggi, kemudian dipakai untuk hal-hal diabadikan dalam
bentuk patung yang sekarang masih tersimpan dalam museum, bernilai artistik
tinggi, misalnya patung nefertili, istri raja Fir’aun di Mesir.
4. Zaman Yunani dan Romawi. Perkembangan know how di masa ini tingkatannya
lebih maju dari zaman sebelumnya. Pengetahuan empiris berdasarkan sikap
receptive attitude mind, artinya bangsa Yunani tidak dapat menerima empiris
secara pasif reseptif karena mereka memiliki jiwa an inquiring attitude
5. Filsafat ilmu pada masa islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi lahir dari
kandungan islam yaitu menemukan metode ilmiah menjadi kunci rahasia pembuka
rahasia alam yang jadi perintis modernisasi eropa dan Amerika. Percobaan-
percobaan yang dilakukan dalam dunia islam mirip dengan percobaan trial and
erorr untuk membuat logam emas yang sangat berharga lahirlah metode kimia
(alkimia) dan penemuan dalam kedokteran ialah salmak dari sini lahirlah pemikir –
pemikir dalam islam seperti Ibnu Sina Ibnu Rusd, al-Rasi.
6. Filsafat ilmu pada abad kegelapan, pada masa ini bangsa Romawi lebih sibuk
dengan masalah-masalah keagamaan yang terus mempelaari dosa dan bagaimana
cara menghapuskannya. Bangsa Romawi pada masa ini tidak memperhatikan soal
pengetahuan dan soal duniawi sehingga kerajaan romawi runtuh maka masa ini
dikenal sebagai masa kegelapan.
7. Filsafat ilmu pada abad ke 18 dan 19 . pada masa ini kecepatan perkembangan
ilmu pengetahuan pada abad-abad berikutnya sangat menakjubkan, Ilmu
pengetahuan empiris makin mendominasi ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan
pada akhir abad 18 di dominasi oleh pengetahuan dibidang fisika.[7]
4. RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Ruang lingkup filsafat ilmu seperti yang dikutip A.Susanto meliputi beberapa bidang
seperti berikut ini :
1. Peter Angeles merumuskan filsafat ilmu terbagi ke dalam empat bidang kajian,
yaitu :
2. Telaah berbagai konsep, pra anggapan dan metode ilmu,berikut analisis,
perluasan, dan penyusunan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan
cermat.
3. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu
4. Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu
5. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan
dengan penerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas hubungan logika dan
matematika dengan realitas.[8]
1. Cornelius Benyamin merumuskan filsafat ilmu ke dalam tiga bidang
kajian merumuskan filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian, yaitu
2. Telaah mengenai metode ilmu, telaah ini banyak menyangkut logika da
teori pengetahuan dan teori umum tentang tanda.
3. Penjelasan mengenai konsep dasar, dan pangkal pendirian ilmu, berikut
landasan-;andasan empiris, rasional atau pragmatis yang menjadi
tumpuannya.
1. Edward Madden, merumuskan lingkup filsafat ilmu kedalam tiga
bidang kajian yaitu, probabilitas, induksi, dan hipotesis
2. Ernes Nagel memberikan rumusan ruang lingkup filsafat ilmu ke
dalam tiga bidang kajian yaitu pola logis yang ditunjukkan oleh
penjelasan dalam ilmu, pembentukan konsep ilmiah dan pembuktian
keabsahan kesimpulan sifat ilmiah.
Dengan memperhatikan pendapat para ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan
ruang lingkup filsafat ilmu mencakup dua pokok bahasan utama yaitu membahas sifat-
sifat pengetahuan ilmiah (epistimologi) dan menelaah cara-cara mengusahakan
pengetahuan ilmiah (metodologi) sehingga filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian besar yaitu filsafat ilmu umum yang mencakup kajian tentang persoalan
kesatuan, keseragaman, serta hubungan diantara segenap ilmu dan yang kedua filsafat
ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang membicarakan kategori-kategori serta
metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu seperti kelompok ilmu alam,
kelompok ilmu kemasyarakatan, kelompok ilmu teknik dan sebagainya.
situs: www.rangkumanmakalah.com
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian FILSAFAT
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan
asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of
all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama,
yang memikul sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran ,
tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung
tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
2. PENGERTIAN ILMU
M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan
eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
# THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam
bentuk penolakan maupun pengembangannya
# NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
# POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan
teori dan uji empiris
4. Ruang lingkup
Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan
bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat
bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada
sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft)pengalaman, atau komunikasi antara akal dan
pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga
dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme
atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya.
Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik be-
serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi,
pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu
meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai
suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam
melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi
kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga
arti maknanya bagi kehidupan.
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUPFILSAFAT ILMU
Oleh Salwinsah
A. Pendahuluan
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta
kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang
karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu, filsafat
dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan,
keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian dan
pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya
dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu sebagai landasan
dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan penggunaan alternatif
metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun perpaduan
kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat.
Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan
yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan
makro kosmos maupun mikrokosmos. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang
selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala
ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi,
epistimologi dan axiologi. Maka Filsafat Ilmu menurut Jujun Suriasumantri merupakan
bagian dari epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji
hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam pokok bahasan ini akan diuraika pengertian
filsafat ilmu, dan obyek yang menjadi cakupannya.1)
B. Pembahasan
1. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan
filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia
yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom).
Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta
kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi
praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir.
Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh. 2)
Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah
akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara
menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk: “jika,….maka…” 3)
______________________________
1. http://gurutrenggalek.blogspot.com
2. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 9
3. http://filsafat-ilmu.blogspot.com
Menurut Robert Ackerman filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-
kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu
jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. Lewis
White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A. Cornelius Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat
yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum
cabang-cabang pengetahuan intelektual. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat
ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-
hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Menurut May Brodbeck filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu
merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat
seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam
semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di
lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu
landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan
pada penghapusan kesalahan. 4)
_____________________________
4. http: //areknarsis.dagdigdug.com
Filsuf adalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan mendalam. Ringkasnya filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang
memikirkan dan mencari suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat
merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala
sesuatu.5)
Stephen R. Toulmin mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses
penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-
metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-
sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.6)
Dari uraian di atas akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah
kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari
segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang
hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
________________________
5. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 9
6. http: //areknarsis.dagdigdug.com
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional ?
Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting pula bagi
seorang filsuf.8)
Dari sudut pandang lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula
dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu
yang didapat dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang
didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.9)
Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan
obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah
metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan
deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek
material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik
mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah
dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf
membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris,
yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal
filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala
yang ada.
________________________
8. H.A Mustofa, 2004, Filsafat Islam, hal. 14
9. Yusuf Qardawi, 1998, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan
Ilmu Pengetahuan, hal. 88
Dalam perspektif ini dapat diuraikan bahwa filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua
obyek substantif dan dua obyek instrumentatif, yaitu:
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal
a. Fakta (Kenyataan)
Yaitu empiri yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami fakta (kenyataan ini
ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian yang berbeda-beda, diantaranya
adalah positivisme, –ia hanya mengakui penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu
sebagai fakta apabila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual
lainnya. Data empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas
peneliti–. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data empirik
sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan, sehingga ada
subyektifitas peneliti.
Tetapi subyektifitas di sini tidak berarti sesuai selera peneliti, subyektif disini dalam arti
tetap selektif sejak dari pengumpulan data, analisis sampai pada kesimpulan.. Data
selektifnya mungkin berupa ide , moral dan lain-lain. Orang mengamati terkait langsung
dengan perhatiannya dan juga terkait pada konsep-konsep yang dimiliki. Kenyataan itu
terkonstruk dalam moral realism, sesuatu itu sebagai nyata apabila ada korespondensi
dan koherensi antara empiri dengan skema rasional.
Mataphisik sesuatu sebagai nyata apabila ada koherensi antara empiri dengan yang
obyektif universal. Yang nyata itu yang riil exsist dan terkonstruk dalam kebenaran
obyektif. Empiri bukan sekedar empiri sensual yang mungkin palsu, yang mungkin
memiliki makna lebih dalam yang beragam. Empiri dalam realisme memang mengenai
hal yang riil dan memang secara substantif ada. Dalam realisme metaphisik skema
rasional dan paradigma rasional penting.
Empiri yang substantif riil baru dinyatakan ada apabila ada koherensi yang obyektif
universal. Pragmatis, yang ada itu yang berfungsi, sehingga sesuatu itu dianggap ada
apabila berfungsi. Sesuatu yang tidak berfungsi keberadaannya dianggap tidak ada
Rasionalistik : Yang nyata ada itu yang nyata ada, cocok dengan akal dan dapat
dibuktikan secara rasional atas keberadaanya.10)
b. Kebenaran
Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual sesuatu dengan
empiri sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada diketemukannya frekwensi
tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme sesuatu itu benar apabila ada korespondensi
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan
berdasarkan diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar
dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori kebenaran,
yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Bagi
phenomenologi, phenomena baru dapat dinyatakan benar setelah diuji
korespondensinya dengan yang dipercaya. Realisme Metaphisik, ia mengakui kebenaran
bila yang faktual itu koheren dengan kebenaran obyektif universal. Realisme, sesuatu
itu benar apabila didukung teori dan ada faktanya. Realisme baru menuntut adanya
konstruk teori (yang disusun deduktif probabilisti) dan adanya empiri terkonstruk pula.
Islam, sesuatu itu benar apabila
________________________
10. http://gurutrenggalek.blogspot.com
yang empirik faktual koheren dengan kebenaran transenden berupa wahyu.
Pragamatisme, mengakui kebenaran apabila faktual berfungsi. Rumusan substantif
tentang kebenaran ada beberapa teori, menurut Michael Williams ada lima teori
kebenaran, yaitu,
Kebenaran Preposisi, yaitu teori kebenaran yang didasarkan pada kebenaran
proposisinya baik proposisi formal maupun proposisi materialnya.
Kebenaran Korespondensi, teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada
adanya korespondensi antara pernyataan dengan kenyataan (fakta yang satu dengan
fakta yang lain). Selanjutnya teori ini kemudian berkembang menjadi teori Kebenaran
Struktural Paradigmatik, yaitu teori kebenaran yang mendasarkan suatu kebenaran pada
upaya mengkonstruk beragam konsep dalam tatanan struktur teori (struktur
ilmu/structure of science) tertentu yang kokoh untuk menyederhanakan yang kompleks
atau sering
Kebenaran Koherensi atau Konsistensi, yaitu teori kebenaran yang medasarkan suatu
kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan
lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.
Kebenaran Performatif, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu
dianggap benar apabila dapat diaktualisasikan dalam tindakan.
Kebenaran Pragmatik, yaitu teori kebenaran yang mengakui bahwa sesuatu itu benar
apabila mempunyai kegunaan praktis. Dengan kata lain sesuatu itu dianggap benar
apabila mendatangkan manfaat dan salah apabila tidak mendatangkan manfaat.
Referensi