Flail Chest
Flail Chest
Flail Chest
Oleh :
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Fail
Chest. Mengetahui konsep medis dari Fail Chest.
Tujuan Khusus
Secara khusus '' Konsep Keperawatan Klien dengan Fail Chest '', ini disusun
supaya :
a) Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,serta proses
keperawatan yang akan dijalankan.
b) Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan Fail
Chest.
c) Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada
pasien yang dirawat dengan Fail Chest.
d) Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan Fail Chest.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN FAIL CHEST
1. Definisi
Flail chest adalah keadaan dimana beberapa atau hampir semua kostae patah,
biasanya di sisi kanan kiri dada yang menyebabkan pelepasan bagian depan dada
sehingga tidak bisa lagi menahan tekanan negative waktu inspirasi dan malahan bergerak
kedalam waktu inspirasi.(Northrup,Robert S.1989)
Flail chest adalah suatu keadaan apabila dua iga berdekatan atau lebuh mengalami
fraktur pada dua tempat atau lebih. Bila fraktur terjadi pada dua sisi maka stabilitas
dinding dada lebih besar dan kurang mengancam ventilasi daripada bila terjadi pada satu
sisi.
.
2. Etiologi
Flail chest berkaitan dengan trauma thorax. Biasanya sering disebabkan oleh
Trauma tumpul pada thorax, misalnya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian, tindak kekerasan, atau benturan dengan energi yang besar.
3. Klasifikasi
Trauma Tembus
a) Pneumothoraks terbuka
b) Hemothoraks
c) Trauma tracheobronkial
d) Contusio Paru
e) Ruptur diafragma
f) Trauma Mediastinal
Trauma Tumpul
a) Tension pneumothoraks
b) Trauma tracheobronkhial
c) Flail Chest
d) Ruptur diafragma
e) Trauma mediastinal
f) Fraktur kosta
4. Patofisiologi
Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat
mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat jantung, paru dan
pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan.
Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya
utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan
terhadap organ. Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang
dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa penetrasi atau
non penetrasi (tumpul). Luka dada penetrasi mungkin disebabkan oleh luka dada yang
terbuka, memberi keempatan bagi udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan
mengganggua mekanisme ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan
serius bagi paru, kantung dan struktur thorak lain.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun
Pa Co2 kadang-kadang menurun
Pa O2 normal / menurun
Saturasi O2 menurun (biasanya)
b. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
c. Hemoglobin : mungkin menurun.
d. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain
e. Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan
trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil
pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat
terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
f. CT Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti
fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal
hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan
ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat
dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi
6. Manifestasi Klinis
Awalnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan dinding
dada.
Gerakan paradoksal segmen yang mengambang saat inspirasi ke dalam,
ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ventilator.
Sesak nafas
Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
Takikardi
Sianosis
Os menunjukkan trauma hebat
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen,
ekstremitas).
Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan
Penurunan tekanan darah
Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
Bunyi muffle pada jantung
Perfusi jaringan tidak adekuat
7. Komplikasi
a) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
b) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
pembedahan.
c) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur
klep
d) jantung.
e) Pembuluh darah besar : hematothoraks.
f) Esofagus : mediastinitis.
g) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
(Mowschenson, 1990).
8. Penatalaksanaan Medis
Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
c. Jika perlu antibiotika
d. Fisiotherapy
Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD)
b. Pemasangan alat bantu nafas
c. Chest tube
d. Aspirasi (thoracosintesis)
e. Operasi (bedah thoraxis)
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
6. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada
; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama
; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,
bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
B. Diagnosa
a) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang
tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
b) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage.
d) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
e) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
Daftar Pustaka