Laporan Kopi
Laporan Kopi
Laporan Kopi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan
berperan penting sebagai sumber devisa negara. Jenis kopi yang sering
dikonsumsi adalah kopi Arabica dan kopi Robusta. Akan tetapi kopi Arabica
merupakan jenis kopi yang paling sering digunakan, hampir semua produk
olahan kopi menggunakan biji kopi arabica karena rasanya yang sangat enak
dan tidak terlalu pahit. Sedangkan Kopi Robusta merupakan jenis kopi kedua
yang digemari oleh orang-orang, tidak semua orang dapat menikmati kopi
robusta dimana kopi ini memiliki cita rasa yang lebih pahit dan memiliki rasa
asam.
Produk olahan kopi yang umumnya diperdagangkan saat ini adalah
dalam bentuk kopi bubuk, baik berupa kopi murni maupun kopi yang telah
dicampur dengan bahan lainnya (Wijaya, 2007). Kopi memiliki cita rasa dan
aroma yang khas. Hal inilah yang membuat kopi sangat banyak disukai oleh
berbagai kalangan. Akan tetapi kopi memiliki beberapa kekurangan, salah
satunya yaitu adanya kandungan kafein serta asam organik yang tinggi.
Karena kopi mengandung kafein maka kopi mempunyai beberapa dampak
baik bagi kesehatan serta dampak buruk apabila mengkonsumsi secara
berlebihan. Kandungan kafein pada biji kopi berbeda beda. Hal ini
tergantung dari jenis kopi serta kondisi geografis tempat kopi. Kopi robusta
mengandung kafein 1 2% dan 10,4 asam organik, sedangkan kopi arabika
mengandung kafein 0,4 2,4% dari total berat kering (Vistanti, 2010).
Produk olahan kopi lainnya yaitu kopi tanpa ampas. Kopi tanpa ampas
merupakan kopi yang telah dipisahkan dari ampasnya dan harus diaglomerasi
terlebih dahulu sebelum menjadi kopi instan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi karakteristik kopi tanpa ampas yang dihasilkan adalah proses
penyeduhannya. Proses penyeduhan memiliki banyak variabel, salah satunya
yaitu perbandingan antara volume air yang ditambahkan dengan jumlah kopi
: Plantae
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Astridae
Ordo
: Rubiaceace
Genus
: Coffea
Spesie
: Coffea robusta
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika.
Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat
kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat.
Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah
dan tingkat rendemennya rendah.
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan
untuk tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi
ini berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki
kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika
dan Liberika.
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua
spesies atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun,
keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama
dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara
vegetatif seperti stek atau sambungan.
2.3 Produk Olahan Kopi
Beberapa produk olahan kopi antara lain:
1. Kopi celup
Kopi celup merupakan kopi bubuk yang mempunyai rasa yang khas,
menurut banyak orang jika membawa kopi bubuk dari luar kota sampai di tempat
tujuan aroma dan cita rasanya berbeda dengan aslinya. Dari sinilah kopi celup
diciptakan dengan cita rasa dan aroma yang khas dan berbeda dengan kopi
lainnya. Kopi celup juga merupakan salah satu produk inovasi dari pengolahan
kopi yang sangat beraneka ragam. Kopi celup sangat praktis dan mudah
dihidangkan bagi penggemar kopi dan sangat cocok untuk tren atau gaya hidup
yang modern dan dinamis saat ini. Jadi kopi
(roasting),
penggilingan,
pengisian
pada
kemasan
filter,
3 golongan yaitu ligh roast suhu yang digunakan 193 C sampai 199 C,
medium roast suhu yang digunakan 204 C dan dark roast suhu yang
digunakan 213 C sampai 221 C. Light roast menghilangkan 3-5% kadar air,
medium roast menghilangkan 5-8% dan dark roast menghilangkan 8-14%
kadar air (Wang, 2012).
b. Penghalusan/Penggilingan/Pembubukan Biji Kopi Sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh
butiran kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai
luas permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh.
Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah
larut dalam air seduhan (Mulato, 2002).
c. Pengemasan
Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan aroma dan citarasa
kopi bubuk selama transportasi, didistribusikan ke konsumen dan selama
dijajakan di toko, di pasar tradisioonal dan di pasar swalayan.Demikian
halnya selama disimpan oleh pemakai. Jika dikemas secara baik, kesegaran,
sroma dan sita rasa kopi bubuk akan berkurang ssecara signifikan setelah satu
atau dua minggu. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keawetan kopi
bubuk selama dikemas adalah kondisi penyimpanan (suhu lingkungan),
tingkat sangarai, kadar air kopi bubuk, kehalusan bubuk dna kandungan
oksigen di dalam kemasan.
3. Kopi Instan
Kopi instan yaitu kopi yang telah diolah menjadi kopi yang larut tanpa sisa
atau endapan bila diseduh. Kopi instan mempunyai kandungan kafein sebesar
80 mg per sachet kopi dalam 150 ml air (Rejo dkk, 2011 ).
Kopi instan dibuat dari ekstrak kopi dari proses penyangraian. Kopi
sangrai yang masih melalui tahapan: ekstraksi, drying (pengeringan) dan
pengemasan.
a. Roasting
Roasting merupakan proses Penyangraian biji kopi yang tergantung
pada waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang
signifikan. Terjadi kehilangan berat kering terutama gas CO 2 dan produk
Freeze Drying
Prinsip
kerja
Freeze
drying
meliputi
pembekuan
larutan,
Pertama tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan praktikum,
tujuaannya yaitu untuk mempermudah proses praktikum. Kemudian pelarutan
masing-masing jenis kopi bubuk dalam air panas sebagai pelarut dengan
perbandingan 1 : 3. Kopi yang digunakan yaitu kopi arabika dan robusta.
Pelarutan ini menggunakan air panas bertujuan untuk mempermudah atau
meningkatkan daya larut bubuk kopi sehingga antara bubuk dengan air dapat
homogen. Kemudian diaduk agar tercampur rata dan didiamkan selama 5 menit
agar ampas kopi mengendap dan dapat dipisahkan. Setelah itu dilakukan
penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan partikel kopi yang tidak larut
dengan air (ampas) sehingga dihasilkan partikel kopi yang larut air (ekstrak kopi).
Ampas kopi tidak digunakan dan dibuang sedangkan untuk ekstrak kopi
digunakan untuk membuat kopi instan tanpa ampas. Kemudian ekstrak kopi
dipanaskan kembali pada kompor . Dalam proses ini dilakukan penambahan gula
sebanyak 200 gram. Pemanasan pertama yaitu untuk melarutkan gula yang
ditambahkan dan pemanasan kedua untuk proses kristalisasi. Dalam proses
pemanasan
kedua
dilakukan
pengadukan
secara
terus
menerus
untuk
mesh. Fungsi dilakukan pengayakan yaitu untuk memisahkan bubuk kopi yang
telah halus dan yang masih kasar atau ukuran partikelnya besar serta untuk
mendapatkan butir kopi instan tanpa ampas yang seragam. Selanjutnya, kopi
instan tanpa ampas dilakukan pengujian fisik dan sensoris meliputi uji derajat
brix, uji kelarutan dan organoleptik.
3.2.2
Perebusan 100 oC (1 : 5)
Selama 30 menit
Selama 60 menit
Brix
10
11
7,5
8
Brix
1,8
2,4
2,6
2
Daya Larut
(s)
11.00
15.03
06.07
03.00
Daya Larut
(s)
06.17
06.69
10.92
08.09
Perlakuan
Kopi Robusta Instan
Kopi Arabika Instan
Berat Awal
(gram)
200
200
Berat Bubuk
yang Dihasilkan
(gram)
211,67
216,44
Rendemen
(%)
105,84
108,22
Berat Awal
(gram)
100
100
100
100
Berat Bubuk
yang Dihasilkan
(gram)
55,94
46,67
37,53
50,47
Rendemen
(%)
55,94
46,67
37,53
50,47
175
628
293
369
Ali Ridho
Nely Sendy
Bella Puspita
Trisna Aris
Siti Lutfiah
Riri Nur
Desy Eva
Jajiroh
Nimas Ayu
Niken Riris
Risma Suryadinata
Ely Astriyaningsih
Dyah Ratna
Claudia Ayu
Dyah Ayu
Yuli Dewi
Alif Ainur
Kiky Chily
Ulfatu L. A.
Albertus Ryan
RATA-RATA
3
5
3
3
1
4
3
5
3
3
4
1
4
4
2
4
5
1
4
5
3,35
4
4
4
3
2
3
4
4
2
4
3
2
5
2
2
3
4
2
5
4
3,3
3
3
5
5
4
2
3
3
4
2
3
3
2
3
3
2
3
5
3
2
3,15
3
2
2
4
5
2
2
3
5
1
2
4
1
3
4
2
1
4
3
3
2,8
175
628
293
369
5
5
5
5
2
5
3
5
2
2
2
4
2
2
4
4
4
5
2
3
2
3
5
3
2
2
3
3
4
1
3
4
2
1
3
4
Keterangan :
175 : Kopi Robusta Bubuk
628 : Kopi Arabika Bubuk
293 : Kopi Robusta Instan
369 : Kopi Arabika Instan
2. Aroma
Nama Panelis
Ali Ridho
Nely Sendy
Bella Puspita
Trisna Aris
Siti Lutfiah
Riri Nur
Desy Eva
Jajiroh
Nimas Ayu
Niken Riris
Risma Suryadinata
Ely Astriyaningsih
Dyah Ratna
Claudia Ayu
Dyah Ayu
Yuli Dewi
Alif Ainur
Kiky Chily
Ulfatu L. A.
Albertus Ryan
RATA-RATA
4
4
4
4
4
5
3
3
2
5
5
4
1
1
3
3
2
2
4
4
1
4
2
2,8
2
2
2
1
3
3
1
3
4
3
3
2,6
3
2
1
2
2
3
1
3
3
3
4
2,6
Keterangan :
175 : Kopi Robusta Bubuk
628 : Kopi Arabika Bubuk
293 : Kopi Robusta Instan
369 : Kopi Arabika Instan
3. Rasa
Nama Panelis
175
628
293
369
Ali Ridho
Nely Sendy
Bella Puspita
Trisna Aris
Siti Lutfiah
Riri Nur
Desy Eva
Jajiroh
Nimas Ayu
Niken Riris
Risma Suryadinata
Ely Astriyaningsih
Dyah Ratna
Claudia Ayu
Dyah Ayu
Yuli Dewi
Alif Ainur
Kiky Chily
Ulfatu L. A.
Albertus Ryan
RATA-RATA
4
3
1
2
1
3
3
5
2
3
3
2
3
2
2
2
3
2
3
5
2,7
3
5
2
1
2
4
4
4
3
1
1
1
1
2
4
3
5
1
2
2
2,55
2
4
3
4
5
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
1
2
4
4
3
3,3
3
2
4
2
4
4
2
2
4
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
4
2,9
Keterangan :
175 : Kopi Robusta Bubuk
628 : Kopi Arabika Bubuk
293 : Kopi Robusta Instan
369 : Kopi Arabika Instan
4. Keseluruhan
Nama Panelis
175
628
293
369
Ali Ridho
Nely Sendy
Bella Puspita
Trisna Aris
Siti Lutfiah
Riri Nur
Desy Eva
Jajiroh
Nimas Ayu
Niken Riris
Risma Suryadinata
Ely Astriyaningsih
Dyah Ratna
Claudia Ayu
Dyah Ayu
Yuli Dewi
Alif Ainur
Kiky Chily
Ulfatu L. A.
Albertus Ryan
RATA-RATA
5
5
2
3
2
4
3
5
2
4
5
2
4
3
3
3
4
2
4
4
3,45
4
4
3
2
3
4
4
4
3
1
2
1
3
2
2
4
5
1
4
3
2,95
3
3
4
4
5
3
2
2
4
2
3
4
2
2
5
1
3
4
3
2
3,05
4
2
5
2
4
3
2
3
5
3
2
3
1
3
4
2
2
3
3
5
3,05
Keterangan :
175 : Kopi Robusta Bubuk
628 : Kopi Arabika Bubuk
293 : Kopi Robusta Instan
369 : Kopi Arabika Instan
Nama Panelis
159
241
375
427
Riri Nur
Desy Eva
Trisna Aris
Wahyu Sintya
Kiky Chily
Nimas Ayu
Amalia Dyah
Herninda
Ferdianto
Albertus
Jajiroh
Niken Riris
Ulfatu
Zainia
Lina
Risma
Daniar
Siti Lutfiah
Yuli Dewi
Eris Septiani
RATA-RATA
3
4
3
4
3
5
2
4
3
3
4
5
5
3
3
2
4
3
3
3
3,45
3
3
3
3
4
4
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
4
4
2
2
2,95
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
4
1
3
5
1
4
2,05
4
5
4
5
1
3
3
5
4
4
5
4
4
2
2
4
4
2
4
2
3,55
159
241
375
427
4
4
4
3
3
4
3
4
3
3
5
3
4
3
2
4
3
2
3
3
3
3
1
2
1
1
2
2
4
2
2
1
2
3
3
4
4
1
4
1
5
4
4
4
Keterangan :
159 : Kopi Robusta 30 menit
241 : Kopi Robusta 60 menit
375 : Kopi Arabika 60 menit
427 : Kopi Arabika 30 menit
2. Aroma
Nama Panelis
Riri Nur
Desy Eva
Trisna Aris
Wahyu Sintya
Kiky Chily
Nimas Ayu
Amalia Dyah
Herninda
Ferdianto
Albertus
Jajiroh
Niken Riris
Ulfatu
Zainia
Lina
Risma
Daniar
Siti Lutfiah
Yuli Dewi
Eris Septiani
RATA-RATA
4
3
2
4
3
3
3
2
3
3,35
3
4
3
3
3
3
2
3
2
2,95
1
4
2
4
1
3
4
1
2
2,1
3
4
3
3
4
3
2
2
4
3,25
Keterangan :
159 : Kopi Robusta 30 menit
241 : Kopi Robusta 60 menit
375 : Kopi Arabika 60 menit
427 : Kopi Arabika 30 menit
3. Rasa
Nama Panelis
159
241
375
427
Riri Nur
Desy Eva
Trisna Aris
Wahyu Sintya
Kiky Chily
Nimas Ayu
Amalia Dyah
Herninda
Ferdianto
Albertus
Jajiroh
Niken Riris
Ulfatu
Zainia
Lina
Risma
Daniar
Siti Lutfiah
Yuli Dewi
Eris Septiani
RATA-RATA
3
5
1
2
3
2
3
4
4
4
3
2
2
2
1
2
4
3
2
1
2,65
2
3
2
2
4
3
2
3
2
2
4
3
3
3
2
3
1
1
2
3
2,5
1
2
1
3
2
1
2
5
2
1
2
2
3
2
2
1
3
3
3
2
2,15
3
3
2
1
1
2
1
1
3
2
1
1
1
2
1
3
2
2
1
1
1,7
Keterangan :
159 : Kopi Robusta 30 menit
241 : Kopi Robusta 60 menit
375 : Kopi Arabika 60 menit
427
: Kopi Arabika 30 menit
4. Kesukaan
Nama Panelis
159
241
375
427
Riri Nur
Desy Eva
Trisna Aris
Wahyu Sintya
Kiky Chily
Nimas Ayu
Amalia Dyah
Herninda
Ferdianto
Albertus
Jajiroh
Niken Riris
Ulfatu
Zainia
Lina
Risma
Daniar
Siti Lutfiah
Yuli Dewi
Eris Septiani
RATA-RATA
4
5
2
4
3
3
1
2
3
3
4
4
4
3
2
2
3
3
2
2
2,95
1
3
2
2
4
4
2
1
2
2
3
3
2
4
3
2
1
1
3
4
2,45
1
2
1
1
2
1
4
5
1
1
1
1
2
2
4
1
3
4
1
3
2,05
3
4
3
3
1
3
3
3
4
4
2
2
3
2
2
4
1
2
2
2
2,65
Keterangan :
159 : Kopi Robusta 30 menit
241 : Kopi Robusta 60 menit
375 : Kopi Arabika 60 menit
427 : Kopi Arabika 30 menit
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kopi Instan
a. Nilai Derajat Brix
12
10
8
6
4
2
0
11
10
7.5
11
15.03
6.07
dan arabika instan. Hal ini menunjukkan bahwa daya larut kopi instan memiliki
daya larut lebih cepat dibandingkan dengan kopi bubuk, baik kopi robusta
maupun kopi arabika. Hal-hal yang mempengaruhi daya larut adalah proses
aglomerasi dan proses pengecilan ukuran. Berdasarkan penelitian Fang Chu
(2012) , prinsip dari proses aglomerasi adalah membasahi kembali permukaan
butiran kopi dengan uap, air atau minyak. Kelarutan bubuk kopi dapat dilihat
dari keterbasahan, kemampuan tenggelam dan penyebaran. Sehingga setelah
proses aglomerasi, porositas bahan yang dihasilkan lebih tinggi dan mudah cepat
larut didalam air. Partikel besar akan sulit untuk di larutkan dari pada partikel
kecil karena luas permukaanya yang bersentuhan dengan pelarut. Ukuran partikel
kopi instan lebih kecil dibanding dengan ukuran kopi bubuk. Menurut Lestari
(2009) bahwa
interfacial lebih luas antara fase padat dan fase cair, sehingga jarak lintasan untuk
sudut terdifusi di dalam partikel sampai permukaan menjadi lebih pendek, bidang
transfer semakin luas, kecepatan kelarutan semakin meningkat.
c. Rendemen
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan rendemen kopi instan tanpa
ampas menunjukkan bahwa nilai rendemen kopi robusta instan yaitu 52,92% dan
kopi arabika instan sebesar 54,11%. Nilai rendemen tersebut diperoleh dengan
hasil prosentase berat akhir bubuk kopi yang dihasilkan dengan berat awal kopi
bubuk dan gula yang digunakan. Menurut Rejo, dkk., 2011 jumlah rendemen yang
dihasilkan ini tergantung dari jenis kopi yang digunakan. Kopi robusta instan
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi arabika, hal tersebut
disebabkan karena adanya pemisahan ampas sehingga nilai rendemen berkurang
serta terdapat penambahan gula yang berfungsi membantu proses kristalisasi atau
penginstanan ekstrak kopi. Semakin baik kualitas kopi maka rendemen kopi pun
akan semakin baik. Beberapa faktor lingkungan seperti ketinggian tempat, curah
hujan, dan intensitas cahaya matahari akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kopi (Danarti dan Najayati, 2004).
d. Pengujian Organoleptik
Warna
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
175
628
293
369
warna biji dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi sederhana. Kunci dari
proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini merupakan tahapan
pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan
panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa organik calon
pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.Waktu sangrai ditentukan atas dasar
warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat sangrai.Makin lama waktu
sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua kehitaman (Mulato, 2002).
Aroma
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
4
2.6
2.8
2.6
yang berputar. Udara yang telah terpakai dilepaskan melewati sisi tower dan
biasanya dilewatkan melalui peralatan siklon dengan tujuan untuk
memperoleh kembali partikel kopi halus yang mungkin tercampur dengan
aliran bubuk. Menurut Aziz et al (2009) Minyak kopi (coffee bean oil)
merupakan suatu senyawa yang sebagian besar mengandung triasigliserol
dengan sejumlah konstituen senyawa aromatik. Minyak kopi adalah salah satu
produk olahan biji kopi yang bermanfaat untuk aromatisasi. Namun, proses
aromatisasi yang tidak sempurna menyebabkan aroma dari kopi instan tidak
terlalu tercium.
Rasa
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3.3
2.7
2.9
2.55
hasil
uji
organoleptik
yang
telah
dilakukan
menunjukkan bahwa rasa dari yang paling disukai berturut turut yaitu
robusta instan, arabika instan, robusta bubuk dan arabika bubuk. Hal ini
menunjukkan bahwa kopi instan lebih disukai. Hal ini dikarenakan pada
kopi instan banyak bahan bahan tambahan, selain itu panelis lebih
menyukai rasa pahit. Produk olahan kopi yang umumnya diperdagangkan
saat ini adalah dalam bentuk kopi instan, baik berupa kopi murni maupun
kopi yang telah dicampur dengan bahan lainnya. Kopi memiliki cita rasa
dan aroma yang khas. Hal inilah yang membuat kopi sangat banyak
disukai oleh berbagai kalangan (Wijaya, 2007). Kopi robusta instan
memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dan rasa pahit yang khas.
Keseluruhan
3.5
3.4
3.3
3.2
3.1
3
2.9
2.8
2.7
3.45
3.05
2.95
3.05
2.4
2.5
2
2.6
2
1.8
1.5
1
0.5
0
Gambar 7. Perbedaan Derajad Brix Kopi Arabika dan Kopi Robusta terhadap
Variasi Lama Perebusan
Berdasarkan gambar 7 dapat diketahui nilai terbesar derajat brix berturut
turut yaitu arabika 30 menit, robusta 60 menit, arabika 30 menit dan arabika 60
menit. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kopi arabika 30 menit memiliki
nilai derajat brix terbesar dan kopi arabika 60 menit memiliki derajat brix terkecil.
hal ini disebabkan oleh rendahnya adsorbsi air oleh biji kopi. Peningkatan kadar
air pada kopi arabika perebusan 60 menit lebih tinggi. Kadar air berkaitan dengan
cepat rambat di dalam jaringan sel kopi. Semakin rendah kandungan air dalam biji
kopi maka kemampuan untuk penguapan air semakin menurun. Rendahnya
kemampuan dalam penguapan air dapat disebabkan oleh posisi molekul air yang
lebih jauh dari permukaan (Wijaya, 2007). Kadar air yang semakin rendah akan
menurunkan kemampuan susut berat pada biji kopi sehingga bubuk kopi yang
direbus dengan waktu 60 menit memiliki rendemen yang lebih sedikit. Karena
pada pengujian ini semua kopi yang diuji menggunakan prinsip kopi bubuk maka
banyaknya padatan terlarut pada air cenderung kecil. Hal ini dapat terjadi karena
pengaruh ukuran partikel masing-masing kopi tanpa ampas dan instan. Semakin
kecil ukuran partikelnya maka semakin mudah larut dan padatan terlarutnya juga
akan semakin tinggi sehingga nilai derajat brixnya semakin tinggi.
b. Kecepatan Daya Larut
12
10.92
10
8
6
8.09
6.17
6.69
4
2
0
pengurangan kadar kafein dalam kopi. Selama proses pembutan kopi, banyak
kafein yang hilang karena rusak ataupun larut dalam air perebusan. Sehingga,
semakin lama waktu perebusan semakin cepat daya larut pada biji kopi arabika
maupun kopi robusta. Selain proses perebusan, kelarutan juga dipengaruhi oleh
proses penyangraian.
c. Rendemen
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan rendemen kopi minim
kafein menunjukkan bahwa nilai rendemen tertinggi pada kopi arabika minim
kafein dengan perebusan 60 menit yaitu 55,94% dan nilai rendemen terendah
Menurut Danarti dan Najayati (2004) menyatakan bahwa semakin baik kualitas
kopi maka rendemen kopi pun akan semakin baik. Beberapa faktor lingkungan
seperti ketinggian tempat, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi.
d. Pengujian Organoleptik
Warna
3.4
3.2
3
2.8
2.6
2.4
3.35
3.15
3.3
2.8
sekitar 20 menit pada suhu sekitar 180oC -204oC karena pada suhu dan waktu
kurang dari itu, maka pembentukan senyawa flavor khas tidak berlangsung
optimal serta penguapan senyawa asam hanya sedikit akibatnya kopi akan terasa
sedikit asam. Penyangraian yang terlalu lama pada suhu yang juga terlalu tinggi
akan menurunkan kualitas kopi terutama pada kualitas aroma dan warna seduhan
karena bila terlalu lama bisa menyebabkan terbentuknya warna yang hitam dan
rasa pahit serta kehilangan senyawa aroma yang mudah menguap.
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini
merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji
kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak
senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi.Waktu sangrai
ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajat
sangrai.Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua
kehitaman (Mulato, 2002).
Aroma
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
3.35
2.95
3.25
2.1
menit. Hal tersebut dapat terjadi karena flavor yang dihasilkan dari produk kopi
terdekafeinasi akan semakin menurun dengan semakin lamanya proses pelarutan
(Widyotomo
et
al,
2012).
Senyawa-senyawa
volatile
berperan
dalam
Rasa
3
2.5
2
2.65
2.5
2.15
1.7
1.5
1
0.5
0
citarasa kopi dan rasa pahit pada kopi (Sri, Mulato et al., 2004; Lestari, 2004;
Widyotomo et al., 2009). Kadar kafein pada kopi dengan perebusan 60 menit
lebih rendah dibandingkan dengan kadar kafein kopi dengan perebusan 30 menit
disebabkan oleh penggunaan suhu yang semakin lama dalam perebusan akan terus
meningkat sehingga kafein dapat larut dalam air dengan jumlah yang lebih banyak
(Widyotomo et al., 2009). Kandungan kafein pada biji kopi berbeda beda. Hal
ini tergantung dari jenis kopi serta kondisi geografis tempat kopi. Kopi robusta
mengandung kafein 1 2% dan 10,4 asam organik, sedangkan kopi arabika
mengandung kafein 0,4 2,4% dari total berat kering (Farida et al., 2013). Cita
rasa kopi dapat menurun selama proses dekafeinasi karena panas dapat
menyebabkan asam klorogenat mengalami hidrolisa menjadi senyawa dengan
berat molekul yang lebih rendah, kemudian diikuti dengan dekomposisi asam
klorogenat menjadi senyawa organik lain dan mempunyai sifat mudah larut dalam
pelarut (Koeing, 1980).
Keseluruhan
4
2.95
2.65
3 2.45
2.05
2
1
0
159 (Robusta 30')
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan yaitu:
1. Cara pembuatan kopi instan tahapan utamanya yaitu ekstraksi dan drying
(pengeringan) sedangkan pada kopi rendah kafein yaitu pengurangan
kadar kafein dengan perebusan
2. Pengaruh dari proses penyangraian yaitu dapat mempengaruhi aroma dan
rasa pada kopi
3. Kopi instan yang dijual dipasaran lebih disukai oleh panelis karena lebih
terasa pahit.
5.2 Saran
Bahan yang digunakan dalam satu kelompok 1 jenis saja dan setiap
kelompok berbeda (robusta dan arabika) sehingga dalam membandingkan akan
lebih mudah
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Tamzil et al. 2009. Pengaruh Pelarut Heksana dan Etanol, Volume Pelarut,
dan Waktu Ekstraksi terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Jurnal Teknik
Kimia No. 1 Vol. 16.
Candra, A.W. 2009. Studi Pengaruh Jumlah Air dan Lama Ekstraksi Terhadap
Mutu Kopi Instan Secara Mikroenkapsulasi. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.
Fang Chu, Y. 2012. Coffee Emerging Health Effects and Disease Prevention. New
Delhi, India.
Fuferti, M.A., Syakbaniah, dan Ratnawulan. 2013. Perbandingan Karakteristik
Fisis Kopi Luwak (Civet coffee) dan Kopi Biasa Jenis Arabika. Pillar of
Physics, Vol 2, 68-75.Early, 1983 dalam Widyotomo, 2012
Lestari,S. 2009. Biologi Mahluk Hidup dan Lingkungannya. Jakarta: Pusat
Perbukuan.
Mahardika, 2011 Vistanty, H. 2010. Pengeringan Pasta Susu Kedelai
Menggunakan Pengering Unggun Terfluidakan Partikel Inert. Tesis.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian
Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan
Lingkungan dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk
Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 17
Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Najiyati dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen, Edisi
Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rejo, A., S. Rahayu, dan T. Panggabean. 2011. Karakteristik Mutu Biji Kopi Pada
Proses Dekafeinasi. Palembang: Universitas Sriwijaya
Ridwansyah, 2003. Pengolahan Kopi. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera
Utara.Fakultas Pertanian. 14-16.
Violita, R. E. S. 2011. Kopi Artikel Ilmu Bahan Makanan. Semarang:Universitas
Diponegoro
Vistanty, H. 2010. Pengeringan Pasta Susu Kedelai Menggunakan Pengering
Unggun Terfluidakan Partikel Inert. Tesis. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Wang, N. 2012. Physicochemical Changes of Coffee Beans During Roasting.
Master Thesis. The University of Guelph
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= 37,53%
4. Kopi Robusta 30 menit
Rendemen = ( Berat Akhir / Berat awal ) x 100%
= ( 50,47 / 100 ) x 100%
= 50,47%
LAMPIRAN
Kopi Instan Tanpa Ampas
Pemanasan
Pengecilan ukuran
Uji organoleptik
Penyangraian
Pengecilan ukuran