Big Data
Big Data
Big Data
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen kelas E
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan anugerah
inspirasi yang diberikan Allah SWT sungguh menjadi sumber pengetahuan bagi
penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah resume Perilaku Organisasi yang
berjudul BIG DATA. Resume ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah
Sistem Informasi Manajemen kelas E
Selesainya penyusunan makalah ini adalah berkat dukungan dan bimbingan dari
dosen pengampu yaitu Idris, SE., MSi dan I Made Sukresna, SE., MSi
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan sumber informasi bagi penulis dan
pembaca.
Semarang
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
Sebelum mempelajari suatu hal tentu diperlukan untuk memahami asal muasal
atau sejarah dari hal yang ingin dipelajari tersebut, ada pun tentang topic kali ini penulis
akan memperkenalkan sejarah big data. Berikut urutannya;
Pada tahun 2005 Roger Mougalas dari OReilly Media menciptakan istilah Big
Data untuk pertama kalinya, hanya setahun setelah mereka membuat istilah Web 2.0.
Itu mengacu pada serangkaian data besar yang hampir tidak mungkin untuk mengelola
dan memproses dengan menggunakan tools business intelligence tradisional.
2005 merupakan tahun ketika Hadoop dibuat oleh Yahoo! dibangun di atas
MapReduce milik Google. Hal tersebut merupakan tujuan untuk melakukan index
terhadap seluruh data World Wide Web dan saat ini Hadoop sebagaiopen-
source digunakan oleh banyak organisasi untuk menyimpan data dalam jumlah besar.
Seiring banyak jejaring sosial yang mulai bermunculan, Web 2.0 mulai semakin
populer dan lebih banyak data dihasilkan setiap harinya. BanyakStartup mulai
menggunakan data yang sangat besar dan juga bidang pemerintahan mulai bekerja
menggunakan proyek Big Data. Pada tahun 2009 pemerintah India memutuskan untuk
mengambil iris scan, sidik jari, dan juga foto dari 1.2 juta penduduk. Semua data
tersebut disimpan dalamdatabase biometrik terbesar di dunia.
Pada tahun 2010 Eric Schmidt berbicara pada konfrensi Techonomy di Lake
Tahoe, California dan dia menyatakan bahwa terdapat 5 exabytes informasi yang
dibuat oleh seluruh dunia diantara awal peradaban dan tahun 2003. Sekarang jumlah
yang sama tersebut dibuat setiap dua hari.
Pada tahun 2011 McKinsey pada seminar Big Data: The next frontier for
innovation,competition, and productivity, mengatakan bahwa pada tahun 2018
Amerika Serikat sendiri akan menghadapi kekurangan 140.000-190.000 data
scientist dan juga 1.5 juta data managers.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah Startups Big Data terus berkembang
dalam jumlah besar, semua mencoba untuk menghadapi Big Data dan membantu
organisasi-organisasi untuk memahami Big Data dan semakin banyak perusahaan
yang secara perlahan mengadopsi dan bergerak ke arahBig Data. Walaupun Big
Data telah ada sejak lama, faktanya Big Data ada ketika internet ada pada tahun 1993.
Revolusi Big Data ada dihadapan kita dan masih banyak perubahan yang akan terjadi
pada tahun-tahun mendatang. (Disadur dari tulisan Mark Van Rijmenam, CEO
Datafloq).
1. Volume
Seberapa besar data yang bisa anda olah saat ini? Apakah dengan jumlah data
yang anda miliki anda sudah lebih baik dibanding kompetitor? Data yang ada saat ini
berukuran sangat besar. Di tahun 2000 saja tercatat 800,000 petabyte data tersimpan di
seluruh dunia dan angka ini diperkirakan akan mencapai 35 zettabyte di tahun 2020
atau bahkan lebih. Bayangkan jika anda membutuhkan analisis terhadap 1 persen saja
dari seluruh data untuk mendapatkan keuntungan dibandingkan kompetitor anda,
apakah teknologi yang anda miliki sekarang mampu melakukannya?
2. Variety
Selain data relasional, data apa saja yang umum dianalisis? Dengan meledaknya
jumlah sensor, dan perangkat pintar , dan juga teknologi social networking yang
menghasilkan data-data yang akan sulit jika harus disimpan di dalam relasional
database. Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak menyimpan semua data yang tidak
terstruktur ini seperti halaman web, web log, search index, forum social media, email,
dokumen, data sensor, dll. Data-data seperti inilah yang mungkin akan memberikan
keuntungan jika kita mampu mengolahnya.
3. Velocity
Seberapa cepat kita dapat memproses data yang ada? Mungkin hal itu yang
pertama ada dalam benak anda ketika anda membaca ini. Namun sebenarnya velocity
di sini kita lihat dari persepsi seberapa cepat kita mampu mendapatkan hasil analisis
terhadap aliran data yang terus mengalir di saat yang hampir bersamaan dengan
datangnya data tersebut. Bayangkan jika kita memiliki sistem yang mampu mendeteksi
buronan yang tertangkap kamera cctv, ataumendeteksi dini titik kritis seorang bayi dari
suhu tubuh, tekanan darah, denyut jantung, kecepatan bernafas bayi tersebut,
melakukan sensor terhadap kata kasar atau kata yang tidak seharusnya diucapkan yang
diucapkan pada siaran langsung di tv atau pada percakapan telepon customer service
sebuah perusahaan.
Big Data adalah kesempatan bukan pengganti teknologi pengelolaan data yang
ada saat ini. Sekarang bayangkan kemampuan untuk menganalisis BIG DATA
digabungkan dengan teknologi basis data relasional dan warehousing yang ada saat ini
untuk mendapatkan keuntungan.
Hasil riset yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit pada 2012
menunjukkan bahwa fragmentasi data merupakan tantangan terbesar (57%) yang
dihadapi organisasi: terlalu banyak silo sehingga data tidak ditampung secara terpusat.
Keempat, tantangan platform dan aplikasi. Karena big data analytics tengah
menjadi trend, tak mengherankan apabila banyak perusahaan teknologi informasi yang
terjun mengembangkan peranti yang dibutuhkan, baik berupa platform maupun
aplikasi untuk analisis. Sejumlah ahli mengingatkan bahwa sebagian peranti yang
tersedia belum sangat matang, bahkan relatif baru. Karena itu, menurut mereka,
diperlukan kejelian dalam memilihplatform dan aplikasi yang paling sesuai dengan
kebutuhan Anda, termasuk mempertimbangkan besar anggaran yang Anda alokasikan
untuk big data analytics.
Itulah enam tantangan terpenting big data analytics. Namun percayalah bahwa
setiap tantangan niscaya mendorong Anda untuk menemukan jalan keluarnya. Jalan
keluar inilah yang ditawarkan oleh banyak perusahaan yang menyediakan jasa big data
http://wikibon.org/blog/navigating-the-big-data-vendor-landscape/
Segmentasi diatas menunjukan peluang besar bagi ragam startup untuk
masuk kedalam market Bigdata.
IDC memprediksi bahwa market Bigdata akan mencapai $16.1 billion
pada tahun 2014, tumbuh 6 kali lebih cepat dibandingkan rata-rata market IT.
Jumlah ini termasuk infrastruktur (server, storage, dll), servis, dan software.
Saya belum melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai market Bigdata di
Indonesia, namun jika melihat kebutuhan Bigdata di US maka tidak salah
apabila muncul istilah Bigdata is the new H1B Visa. Tidak percaya? Coba
lihat pencarian job ini(Hadoop Developer) dan ini (Hadoop System
Administrator) di Linkedin, itu baru sebagian kecil saja dan baru seputaran
hadoop developer serta system administrator namun sudah menunjukan betapa
besarnya market Bigdata di US.
Sebagai negara agraris dengan lebih dari 30 juta petani dan lahan
pertanian yang luas, Indonesia tentunya akan diuntungkan dengan adaptasi
teknologi Big Data khususnya di bidang agrikultur. Regi Wahyu CEO
dari Mediatrac, perusahaan analisa Big Data terkemuka di tanah air, dalam
presentasinya bercerita tentang bagaimana Big Data bisa membantu para
petani. Ide ini muncul di saat Regi merasa tertantang untuk meningkatkan taraf
hidup petani. Lalu bagaimana caranya?
Kepala Direktorat Jenderal Pajak, Iwan Djuniardi, juga ikut serta dalam
konferensi Big Data ini. Iwan membawakan topik pemanfaatan Big Data untuk
meningkatkan pendapatan pajak negara. Menurut Iwan, hingga saat ini
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih rendah sehingga setiap
tahun Dirjen Pajak tidak pernah memenuhi target pendapatan pajak.
Penerapan teknologi Big Data dalam perpajakan ini masih dalam tahap
pengembangan. Iwan sempat menampilkan demo dari sistem pajak online
dalam konferensi Big Data kemarin. Demo tersebut memperlihatkan visualisasi
yang sangat detail seperti silsilah keluarga, jenis dan barang kekayaan apa saja
yang dimiliki, serta jenis pajak dan status apakah sudah membayar pajak atau
belum.
2.8.4 Kesempatan dan Tantangan Big Data untuk Menikatkan Sektor Kesehatan
Topik selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah pemanfaatan Big Data di
sektor kesehatan yang disajikan oleh Anis Fuad, peneliti dari Universitas Gajah Mada.
Dalam presentasinya, Anis menjelaskan situasi sektor kesehatan di Indonesia yang
mana saat ini setiap klinik, puskesmas, dan rumah sakit menggunakan software yang
berbeda-beda untuk mencatat data pasien. Data yang dikirim Dinas Kesehatan pun
masih sangat sederhana dan tidak semuanya lengkap. Selain itu, sumber informasi yang
bisa dikumpulkan sangat banyak mulai dari klinik, data kesehatan pasien, finansial,
admistrasi, hingga media sosial.
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Big Data adalah kemampuan utuk mengelola data dengan volume besar yang
berbeda dengan kecepetan yang tepat dan dalam kerangka waktu yang tepat
memungkinkan penggunanya untuk dapat memperoleh nilai daripada tiap informasi
yang terkandung dalam Big Data. Big data juga dapat didefinisikan sebagai data yang
berkuran raksasas yang mana volumenya terus bertambah, terdiri dari varietas data,
terbentuk secara terus menerus dengan kecepatan tertentu dan harus diproses dengan
kecepatan tertentu.
Sebuah informasi atau data dapat disebut Big Data apanila memiliki 1 dari tiga
karakteristik yang terdiri dari Volume, Variety dan Velocity. Banyak sekali pengguna
big data baik itu individu maupun organiasional (perusahaaa, Bisnis, Pemerintah,
Pasara dan lainnya) yang memiliki kumpulan dari banyak data yang terus menerus
menumpuk. Karena terlalu banyaknya data tersebut terkadang tidak dapat mengetahui
tindakan apa yang harus diambil terhadap kumpulan data tersebut agar nantinya data
tersebut berguna dan mempunyai nilai bagi pihak yang berkepentingan. Perlu adanya
analisis terhadap data tersebut beberapa vendor di pasar saaat ini sudah banyak yang
menawarkan solusi terkait dengan pengambilan nilai terhadap Big Data. Sepertinya
misalnya IBM dengan mengintegrasikan seluruh platform termasuk embedding analisi.
Produknya termasuk warehouse infoSphere yang memiliki built data mining sendiri.
Big Data yang merupakan gabungan dari berbagai jenis data baik secara
volume, variatas, dan velocity. Perusahaan perusahaan yang memang tidak bergerak di
bidang IT atau tidak bersinggungan langsung ke bidang ini harus menggunakan jasa
dari pihak ketiga. Penggunaan jasa pihak ketiga mengingat bahwa pengelolaan data
yang besar agar dapat tercipta infomrasi data yang valuable bagi perusahaan adalah hal
yang rumit. Penggunaan infrastruktur yang cukup banyak dan sumber daya manusia
yang ahli adalah mahal apabila dimiliki perusahaan yang bukan bergerak di bidang IT.
Pengelolaan oleh ihak ketiga ini juga harus memperhatikan bahwa pengeloaan
Big Data harus benar benar bisa memberikan solusi atas maslaah organisasi. Perlu
adanya Big Data yang bisa dikelola secara murah oleh perusahan yang tidak terlalu
besar atau Small Medium Enterprise agar nantinya informasi tidak hanya dikuasi oleh
perusahaan perusahaan besar.
3.3 Saran
http://komangaryasa.com/2014/12/sejarah-singkat-big-data/
https://www.linkedin.com/pulse/20140727111659-27264088-apa-itu-bigdata
http://adhityaibarda.blogspot.co.id/2014/03/big-data.html
https://id.techinasia.com/pemanfaatan-teknologi-big-data-di-indonesia/
http://komangaryasa.com/2015/02/bagaimana-perusahaan-digital-memanfaatkan-big-
data/
http://www.marsindonesia.com/about-us/founder/selamat-datang-era-big-data
https://openbigdata.wordpress.com/2014/09/