Laprak Differensial Leukosit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

DIFFERENSIAL LEUKOSIT

Oleh :
Nama : Sekar Tyas Pertiwi
NIM : B1A016080
Rombongan : B2
Kelompok :1
Asisten : Dini Darmawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat
makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir
metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke
jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan mikro
organisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani, 2013). Darah merupakan jaringan
yang terdiri dari sel yang sudah terspesialisasi dalam menjalankan fungsi fisiologis
tubuh. Darah terdiri dari trombosit, eritosit, dan leukosit, dimana darah sendiri mengalir
didalam sistem sirkulasi yang terdiri atas arteri, vena, kapiler, dan jantung. Darah
berfungsi sebagai transport substansi seperti nutrisi, gas, dan hormon, dan berbagai hal
yang menjaga kehomeostatisan tubuh (Watson, 1997).
Sel darah manusia terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
putih), dan trombosit (keeping-keping darah). Eritrosit berwarna merah, karena
mengandung pigmen pernapasan yang merah, disebut hemoglobin. Bentuk bulat, dari
sisi double cekung (bikonkaf). Sel tak berinti dengan diameter 7-8 mikometer, yang
berjumlah 5 juta/mm3 darah. Umumnya terbatas, hanya 120 hari, dihancurkan dalam
limpa dan dan sumsum tulang, lalu diganti dengan yang muda lewat pembelahan sel
induk eritrosit (eritroblast). Eritrosit berperan mengangkut oksigen dari paru. Leukosit
tidak berpigmen, sehingga tidak berwarna. Leukosit ini berguna untuk pertahanan
tubuh, macam-macamnya yaitu monosit, granulosit dan limfosit. Trombosit juga tidak
berpigmen, dan tidak berupa sel utuh, karena tak memiliki inti dan organel sel yang
lengkap. Berperan untuk penggumpulan darah jika terjadi luka. Plasma darah dan
sebagian lekosit pada pembuluh kapiler dapat ke luar pembuluh dan berada di celah
jaringan, sehingga disebut cairan tubuh saja (Yatim, 2007).
Leukosit jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih dan mempunyai
kemampuan gerak yang independent. Sel ini berperan dalam proses kekebalan tubuh.
Bentuk leukosit ini sangat bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing
(Soetrisno, 1999). Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki
sitoplasma granular (granulosit) dan yang memiliki sitoplasma non granuler
(agranulosit). Granulosit terdiri dari monosit dan limposit. Leukosit ini berperan dalam
pertahanan seluler dan hormonal organisme serta melindungi tubuh dengan
menimbulkan peradangan di tempat-tempat yang terkena infeksi, memfagositasi
mikroba, merusak toksin dan merusak antibody (Ville et al,1988). Jumlah leukosit dan
subtipe (neutrofil, limfosit dan sel campuran) dianalisis berjumlah 26.667 pada pria dan
wanita, berusia 45-73 tahun (Borne et al., 2016).

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui jenis-jenis leukosit beserta


bentuknya.
II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah darah manusia, methanol
absolut, alkohol 70%, pewarna giemza 7%, dan air mengalir.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, gelas objek, dan
gelas penutup.

2.2 Cara Kerja

1. Dibersihkan gelas objek dengan menggunakan alkohol 70 % (untuk membuang


lemak yang menempel), selanjutnya dikeringkan dalam suhu kamar.
2. Darah diteteskan pada ujung gelas objek I, kemudian diambil gelas objek ke II,
disentuhkan di ujung tetesan darah membentuk sudut 45, lalu dihapuskan ke
arah depan.
3. Preparat darah didiamkan sampai kering pada suhu kamar, difiksasi dengan
metanol absolut 5 menit dengan cara memasukkan gelas objek ke dalam
bekker gelas yang telah diisi dengan metanol absolut sampai semua apusan
darah terendam dalam metanol.
4. Preparat dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering preparat diwarnaidengan
larutan giemza 7 % selama 20 menit.
5. Dicuci preparat dengan air mengalir dan dikeringkan dalam suhu kamar.
6. Apusan darah ditetesi dengan 1 tetes minyak imersi dan ditutup dengangelas
penutup, kemudian diferensial leukosit (presentase neutrofil, limfosit, monosit,
eusinofil dan basofil) dihitung dibawah mikroskop.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Preparat Apusan Darah


Perbesaran 400X

5
5
1
5

Keterangan :

a. Granulosit
1. Neutrofil
2. Eusinofil
3. Basofil
b. Agranulosit
4. Monosit
5. Limfosit
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok 1 yang dapat diamati menggunakan


mikroskop tipe sel darah putih yang ditemukan adalah neutrofil, eusinofil, basofil,
monosit, dan limfosit. Menurut Khasanah (2016), leukosit dibagi menjadi lima jenis tipe
berdasarkan bentuk morfologinya yaitu basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit dan
monosit. Masing-masing jenis sel darah putih ini memiliki ciri khas dan fungsi yang
berbeda.
`Tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat apusan darah antara lain
pengambilan sampel darah, pembuatan film darah, pengeringan, fiksasi,
pengeringan, pewarnaan, pencucian, dan pelabelan. Setiap tahapan mempunyai fungsi
dan maksud yang berbeda-beda. Pengambilan sampel darah dimaksudkan untuk
mengambil darah probandus dengan bantuan blood lancet pen, kemudian pembuatan
film darah untuk membuat hasil apusan darah. Apusan darah harus setipis mungkin agar
dapat diamati dan sel darah tidak saling menumpuk dan rapat. Pengeringan
dilakukan dengan bantuan angin agar darah hasil apusan cepat kering sehingga
ketika dilakukan fiksasi tidak luntur. Fiksasi bertujuan agar elemen-elemen sel mati
tetapi tetap mempertahankan bentuk, struktur, maupun ukurannya. Fungsi utama
fiksasi yaitu untuk mempertahankan struktur sel darah yang dijadikan objek, mengubah
indeks bias sel darah agar mudah diamati, dan mengubah sel agar mudah menyerap zat
warna. Pengeringan dilakukan agar sel terfiksasi dengan sempurna, fiksasi yang tersisa
menguap dan hasil apusan tetap kering dan tidak luntur ketika diwarnai. Pewarnaan
menggunakan Giemsa yang terdiri atas methylen blue dan eosin yang memberi warna
biru pada inti sel. Kemudian dilakukan pengeringan agar warna menempel sempurna
dan pencucian dilakukan agar zat warna yang tidak mewarnai sel larut
terbawa aliran air. Digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang
menempel pada apus darah karena ketika dilakukan pengamatan dapat terjadi kesalahan
analisis (Handari, 2003).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah 5000- 9000/mm3, bila
jumlahnya lebih dari 10.000/mm3, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari
5000/mm3. Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular.
Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik
(yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis
leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma
sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar dan mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan
asidofil (eosinofil) (Effendi, 2003).
Menurut Ganong (2000) tipe tipe leukosit, diantaranya :
1. Neutrofil
Neutrofil adalah kelompok terbesar dari sel darah putih, membuat naik 45
sampai 75 persen dari jumlah darah putih. Neutrofil adalah fagosit, pemain utama dalam
memerangi infeksi bakteri dan virus. Penurunan neutrofil di bawah 1.000 sel per
mikroliter meningkatkan risiko pengembangan infeksi. Neutrofil adalah responden
pertama dalam peradangan: yang pertama di tempat kejadian untuk menghancurkan
bakteri dan virus. Neutrofil memiliki jangka hidup yang pendek, hanya sekitar 10 jam.
Neutrofil belum matang, yang disebut band, banyak di infeksi yang aktif. Penurunan
neutrofil dikenal sebagai neutropenia, penyebab neutropenia termasuk pengobatan
kemoterapi, infeksi bakteri dan virus, dan reaksi alergi.
2. Limfosit
Limfosit terdiri dari kelompok terbesar kedua dari sel-sel darah putih, 20
sampai 40 persen dari sel-sel darah putih adalah limfosit, menurut Merck. Ada tiga jenis
limfosit: sel T, sel B dan sel-sel pembunuh alami. Sel B membuat antibodi yang
menyerang antigen asing. Sel T dan sel-sel pembunuh alami menyerang sel-sel asing
dan juga membuat racun yang merusak penyerang. Peningkatan limfosit biasanya
menunjukkan infeksi virus atau beberapa jenis infeksi bakteri. Sejumlah penurunan sel
T ditemukan dalam infeksi, sel-sel tumor dan virus HIV.
3. Monosit
Monosit membuat 1 sampai 10 persen dari sel-sel darah putih. Monosit bergerak
keluar dari aliran darah dan ke dalam jaringan, di mana mereka berubah menjadi
makrofag, sel pemulung besar yang menghancurkan sel-sel asing, mengangkat jaringan
mati dan membunuh sel kanker. Monosit meningkat pada infeksi kronis dan penyakit
autoimun, kemoterapi dapat menyebabkan tingkat penurunan.
4. Eosinofil
Eosinofil membentuk sekitar 7 persen dari sel-sel darah putih dan memulai
reaksi alergi terhadap alergen. Sebuah jumlah yang meningkat dari eosinofil paling
sering menunjukkan respon reaksi alergi, stres yang ekstrim atau invasi parasit juga
dapat menyebabkan peningkatan eosinofil.
5. Basofil
Basofil mewakili kurang dari 3 persen dari sel-sel darah putih. Basofil berperan
dalam reaksi alergi dengan melepaskan histamin, yang menyebabkan pembuluh darah
membesar. Basofil juga membantu dalam memperbaiki luka dengan melepaskan
heparin, yang menunda pembekuan darah sehingga lebih banyak sel dapat mencapai
lokasi luka.
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral terhadap
zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses
diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel
dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per mikroliter darah,
pada orang dewasa normal adalah 5000-9000/mm3, waktu lahir 15000-25000/mm3, dan
menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal.
(Effendi, 2003).
Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem
hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel. Selain sel-sel tersebut, untuk
membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam pembentukan leukosit terdapat
dua tipe yaitumielositik dan limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai
dengan sel muda yang berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik
dimulai dengan sel muda yang berupa limfoblas. Leukosit yang dibentuk di dalam
sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut
diperlukan dalam sirkulasi. Kemudian, bila kebutuhannya meningkat, beberapa faktor
seperti sitokin-sitokin akan dilepaskan. Dalam keadaan normal, granulosit yang
bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam
sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. Sedangkan
limfosit sebagian besar akan disimpan dalam berbagai area limfoid kecuali pada sedikit
limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah (Mohammad, 2001).
Leukosit merupakan sel darah putih. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan
dengan eritrosit. Jika pada manusia laki-laki dan perempuan dewasa setiap mm
kubiknya darah hanya terdapat kira-kira 4.500 sampai 10.000 jumlah butir. Leukosit
mempunyai bentuk bervariasi dan mempunyai ukuran lebih besar dari eritrosit. Leukosit
mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amuboid serta
dapat menembus dinding kapiler (diapedesis) (Anderson, 2008). Leukosit bertanggung
jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda
yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit
bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit
akan menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit akan
menderita penyakit leukopenia (Darba, 2016).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum differensial leukosit, dapat disimpulkan bahwa :


1. Leukosit atau sel darah putih terdiri dari beberapa tipe yaitu granular (neutrofil,
eosinofil, dan basofil) dan agranular (monosit dan limfosit).
2. Semua tipe leukosit memegang peranan dalm sistem kekebalan tubuh. Leukosit
bersirkulasi dalam darah sampai ada sinyal pada bagian tubuh yang terpapar
penyakit dan infeksi.
DAFTAR REFERENSI

Anderson, P. D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.


Borne, Y., Smith J. G, Nilsson, P. M, Melander, O., Hedblad, B. & Engstrm G. 2016.
Total and Differential Leukocyte Counts in Relation to Incidence of Diabetes
Mellitus: A Prospective Population-Based Cohort Study. PLoS ONE, 11(2), pp.
1-13.
Darba, A. 2016. Pendidikan Sains Berbasis Agama untuk Membangun Hidup Sehat.
Jurnal At-Tadib, 11(2), pp. 243-258.
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh.
Medan : Fakultas Kedokteran USU.
Ganong, W. F. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Handari & Suntoro, S. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta : Bhatara Karya Aksar.
Handayani, L., Ning, I. & Endro, Y. 2013. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru
Terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung. Jurnal Ilmiah
Peternakan, 1(1), pp. 39-46.

Khasanah, M. N., Agus, H. & Ika, C. 2016. Klasifikasi Sel Darah Putih Berdasarkan
Ciri Warna dan Bentuk dengan Metode K-Nearest Neighbor. IJEIS, 6(2), pp.
151-162.
Mohammad, S. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika.
Soetrisno. 1999. Diktat Fisiologi Ternak. Purwokerto: Fakultas Peternakan Unsoed.
Ville, C. A., Walker, W. & Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Watson, R. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran.

Yatim, W. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai