Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru sebagai
pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki di kelasnya, yang jika
dibiarkan akan berdampak buruk bagi peroses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa
yang mengalami kesulitan yang sama dalam mempelajari suatu bagian pelajaran, ada siswa yang tidak
disiplin mengerjakan tugas, atau hasil belajar siswa menurun secara drastic. Anda dapat mengemukakan
contoh lain dari pengalaman Anda sendiri dalam mengelola peroses pembelajaran. Masalah yang
dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar
masalah tersebut menjadi semakin jelas.
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahapan penelitian. Oleh sebab itu,
identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah yang asal-asalan (kurang
teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi karena penelitiannya tidak membawa temuan
yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung dalam tulisan sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan
dapat didekati dengan penelitian tindakan kelas. Untuk itu, beberapa langkah berikut perlu diikuti
dengan saksama sebagai cara untuk menemukan masalah yang dapat didekati dengan peneltian
tindakan kelas.
1. Masalah harus riil dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut dibawah kewenangan
seseorang guru untuk memecahkan. Masalah itu pun datang dari pengamatan (penglaman) seorang
guru sendiri melalui kegiatan sehari-hari, bukan datang dari pengalaman orang lain.
2. Masalah harus problematik (artinya, masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua masalah
pendidikan yang nyata adalah masalah-masalah yang problematik karena (a) pemecahan masalah
tersebut kurangmendapat dukungan literatur/sarana prasarana, (b) pemecahan masalah belum
mendesak dilaksanakan, dan (c) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan.
3. Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi
manfaat yang jelas atau nyata. Untuk itu pilih masalah penelitian yang memiliki asaa manfaat secara
jelas.
4. Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani). Apakah dilihat dari sumber daya
peneliti (waktu,, dana, dukungan,birokrasi, dan seterusnya) asalah tersebut dapat dipecahkan . Dengan
kata lain, tidak semua peneliti yang sudah riil problematik dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk
itu harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan pertimbangan faktor-faktor pendukung diatas.
Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi
masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu
gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut. Meskipun
demikian akan lebih baik bila mana Anda mengawalinya dengan menemukan suatu masalah yang benar-
benar nyata dihadapi karena hal itu akan mempermudah merumuskan bentuk tindakan perbaikan yang
sesuai.
Adapun pertanyaan yang dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi masalah menurut Sudarsono
(1996/1997 : 5) yaitu :
4. Bukti-bukti apa yang dapat anda kumpulkan agar dapat membantu membuat penilaian tentang apa
yang terjadi ?
6. Bagaimana anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan tentang apa yang
telah terjadi ?
Meskipun pertanyaan di atas nampak sederhana, akan tetapi membutuhkan waktu dan pemikiran yang
serius untuk menjawabnya. Mungkin diperlukan waktu untuk merenung atau melakukan refleksi
tentang apa yang sesungguhnya terjadi di kelas. Perlu kembali diingat bahwa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada refleksi diri membutuhkan keterbukaan dan kejujuran.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Wardani (2003:2.5) memamparkan beberapa bentuk
pertanyaan sederhana untuk menjadi acuan di dalam mengidentifikasi masalah yang dapat dijawab oleh
guru sendiri :
5. Apa yang saya dapat lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?
Adapun contoh identifikasi masalah pada sebuah sekolah misalnya SMAN.1 BARRU yang mana sekolah
ini masih memiliki masalah tentang proses belajar mengajar, khususnya pada pelajaran matematika
berdasarkan guru yang sedang meneliti.Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh
siswa. Berdasarkan hasil observasi awal di sekolah tersebut hanya 30 % yang menyukai matematika
sedangkan 70 % yang tidak menyukai mata pelajaran matematika. Alasannya matematika itu sulit
dimengerti, rumit dan membosankan ditambah lagi siswa yang takut terhadap guru matematika. Hal ini
mengakibatkan kurangnya ketertarikan siswa dalam belajar matematika salah satu mata pelajaran
tersebut adalah Sistem Persamaan Linear pada siswa kelas X. Setelah diidentifikasi lebih lanjut maka
adapun permasalahan yang dihadapi antara lain:
2. Guru kurang bervariasi dalam menggunakan metode mengajar dalam pelajaran matematika.
4. Materi sistem persamaan linear merupakan salah satu materi pelajaran masih sulit dipahami oleh
siswa misalnya kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah permasalahan ke model matematika.
C. Analisis Masalah
Menganalisi masalah merupakan langkah yang harus dilakukan guru setelah melakukan identifikasi. Jika
melalui identifikasi anda dapat menemukan beberapa masalah yang terkait dengan kegiatan
pembelajaran di kelas, maka analisis bertujuan agar masalah tersebut menjadi lebih jelas dan dapat
menduga faktor-faktor penyebabnya. Guru sebagai peneliti selanjutnya perlu melakukan analisis.Melalui
Brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan dengan
mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, suatu tindakan dapat
dikembangkan. Untuk memastikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa teknik pengumpulan
data dapat diterapkan. Misalnya (a) mengembangkan angket, (b) mewawancarai siswa, dan (c)
melakukan observasi langsung dalam kelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dapat ditemukan untuk memastikan penyebab
yang paling mungkin, siswa diminta pendapatnya atau diwawancarai,apa yang sesungguhnya menjadi
penyebab hasil belajar siswa di kelas X masih rendah. Data dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk
menentukan penyebab yang paling mungkin dan data-data dikumpulkan melalui (a) angket, (b)
wawancara, (c) observasi kelas. Data tersebut kemudian dianalisis secara (kolaboratif) dan disimpulkan.
Ternyata melalui hasil kolaboratif dan analisis data, penyebab sesungguhnya adalah metode yang
digunakan guru tidak kondusif (mendukung/mendorong) siswa untuk memahami pelajaran matematika
khususnya materi sistem persamaan linear sehingga tidak mampu mencapai hasil belajar yang maksimal.
Umumnya, siswa menganggap bahwa akar penyebab masalah kualitas belajar mengajar antara lain
sebagai berikut:
Akar penyebab masalah tersebut perlu dianalisis sehingga bentuk intervensi (action/soluting) dalam
penelitian tindakan kelas dapat dikembangkan secara lebih tepat.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas, merupakan titik tolak dari hasil penelitian nantinya
dan atau judul penelitian. Maka setelah mengidentifikasi dan memilih masalah, langkah berikutnya
adalah merumuskan masalah. Kesalahan fatal seorang guru yang akan melakukan penelitian tindakan
kelas adalah, berusaha membuat judul tanpa merumuskan masalah terlebih dahulu.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa yang menjadi masalah penelitian adalah
kesenjangan antara apa yang seharusnya. Situasi yang mencerminkan adanya kesenjangan itu disebut
dengan situasi yang problematik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengenali situasi tersebut adalah
dengan mengenali terlebih dahulu berbagai fakta yang ada, terutama yang terkait dengan munculnya
situasi yang problematik itu. Dengan berpijak pada fakta yang ada di kelas, selanjutnya dipikirkan
bagaimana seharusnya situasi itu, dengan cara mencari penjelasan berdasarkan suatu teori ilmiah
tertentu, asumsi-asumsi yang ditemukan dari suatu teori, atau konsep-konsep yang diperoleh dari
berbagai literatur yang terkait seperti buku-buku, majalah, jurnal dan laporan penelitian, dan fakta di
kelas lain. Dengan pengenalan terhadap situasi problematik dan gambaran yang diperoleh mengenai
rumusan masalah, mencerminkan pula variabel-variabel penelitian. Setelah jelas posisi masing-masing
variabel (apakah terikat atau bebas), maka dirumuskan definisi operasional yaitu batasan tentang
keberadaan variabel secara operasional, bagaimana pengukurannya serta instrumen apa yang
digunakan untuk mengukurnya.
Dalam membuat rumusan masalah, terdapat beberapa patokan yang perlu dipedomani antara lain :
b. Rumusan itu hendaklah khusus, padat dan jelas, dan tidak terlalu umum. Contoh: apakah karakter
menteri kabinet tahun 1985-1990 mampu meningatkan motivasi belajar siswa di kelas.. Topik ini jelas
sangat luas karena meliputi wilayah yang sangat luas dan heterogen dari sosial, budaya, dan sebagainya.
Karena itu topik perlu dibatasi. Misalnya apakah metode cerita mampu meningkatkan motivasi Belajar
Siswa ..
c. Rumusan itu hendaklah memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data dalam
rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan-rumusan itu.
d. Menghindari rumusan masalah yang terlalu umum, dan terlalu argumentatif, mengandung emosi,
prasangka atau unsur-unsur yang tidak ilmiah, Misalnya : Berbulan Madu di Pulau Sembilan.
Agar mudah dimengerti, rumusan masalah tersebut perlu memberikan informasi tentang:
Adapun rumusan masalah pada permasalahan sebelumnya dapat kita rumuskan Apakah metode
Bruner (penemuan) mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMAN.1 BARRU ?
a. Bagaimana persepsi dan kesan siswa terhadap metode cooperative learning dalam pelajaran
matematika ?
b. Bagaimana pengunaan alat peraga untuk meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran
fisika dikelas X SMA Jakarta?
c. Apakah dengan metode cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I
SMPN.1 Jakarta?
E. Rangkuman