Role Play Terapi Aktivitas Kelompok Baru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

NASKAH ROLE PLAY AKTIVITAS KELOMPOK

Stimulus persepsi : RPK sesi 2

Peran

Annis Oktariani : Leader

Dwi Ristanti Y : Co leader

Indria Dwi R : Pasien

Muthia Karina : Observasi

Pingkan Septiani : fasilitator 1

Syifa Nuramalia : fasilitator 2

Pada hari jumat, 29 september 2017, berkumpulah satu keluarga Rumah Sakit Jiwa
Bogor untuk melakasanakan terapi ativitas kelompok pada pasien stimulus persepsi
RPK pada sesi 2.

Annis : selamat pagi ibu-ibu/bapak-bapak disini, apa kabar hari ini? Bagaimana

masih ingat dengan perawat yang ada disini?

Semua Pasien : masih ingat, *menggangguk

Pasien : ingat sus. Suster annis, lina, pingkan, syifa, dan muthia kan.

Annis : Wah. Hebat-hebat yaa ibu-ibu/bapak-bapak bisa mengingat nama-nama

susternya. Apakah masih ada yang mengingat rencana kita yang kemarin?

Pasien : saya sus (salah satu pasien). Suster ingin mengajarkan kami cara mengontrol

marah. Benar kan sus?

Leader : Wah ibu/bapak memang hebat. Ayo beri tepuk tangan untuk ibu/bapak

terus ada yang masih ingat cara mengidentifikasi marah?


Semua pasien : penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan.

Lina : Wah hebat beri tepuk tangan buat semuanya. nanti suster annis akan

menjelaskan tujuan diajarkan mengontrol marah.

Annis : tujuan kita disini adalah ibu-ibu dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisa

dilakukan, dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku

kekerasan, ibu-ibu dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat

mencegah perilaku kekerasan.

Lina : baik saya akan membacakan peraturannya. Jika ada ibu-ibu yang ingin

meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada perawat, Lama kegiatan

45 menit, Setiap Ibu-ibu harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Annis : sebelum kegiatannya dilakukan yuk ibu ibu kita joget sama-sama, nanti kita

ada satu permainan, kita joget baby shark, nanti kita liat videonya cara

jogetnya. Nanti kita musiknya berenti kalian duduk dikursi apabila ada yang

tidak dapat, dia memperkenal diri, nama, hobi, asalnya.

Annis : oke suster nyalakan musiknya ya. Kalian bersemangat ya jogetnya

Lina : ayo semangat ibu-ibu/bapak-bapak

Annis : kita ikutin gerakan yang ada didalam video bersama-sama ya. Ketika nanti

musiknya dimatikan kalian duduk dikursi yang sudah disediakan.

Syifa : (melihat salah satu pasien hanya terdiam) ibu kenapa tidak mau berjoget ?

Pasien : *diam

Fasilitator 2 : ayo ibu semangat dong, disini saja sustter dan lainnya sudah bersemangat.

Ayo ibu.

Pasien : iya sus


Ketika music dimatikan. Ada satu pasien yang tidak mendapat kursi.

Indria : yah sus, saya tidak mendapat kursi.

Pingkan : iya ibu, berarti sesuai dengan peralutan permaianan, ibu harus

memperkenalkan diri ibu, nama panggilan, hobi, asal, dan bakat yang ibu

miliki.

Indria : nama saya indria, saya lebih suka dipanggil dibang, hobi saya memasak,

bakat saya memainkan alat music

Annis : wah ibu indria, hebat. Kita kasih tepuk tangan buat ibu indria.

Semua pasien : *bertempuk tangan

Annis : kita mulai lagi ya, nanti kita joget seperti yang divideo tersebut. Setelah itu

kita harus mencari teman untuk berpelukan. Apabila tidak ada yang

mendapatkan pasangan nanti dia yang harus perkenalkan dirinya, dan hobi

dan mampu mengajak berkenalan dengan yang disebelahnya.

Game pun masih berjalan, ada satu pasien lagi yang tidak dapat pasangan.

Annis : ibu, ayo sebutkan kegiatan olahraga yang ibu biasa lakukan?

Pasien : lari suster, memukul ketika saya sedang marah.

Annis : kemarinkan sudah suster sampaikan, keuntungan dan kerugian memukul saat

marah apa? Disini masih ada yang suka mukul temannya sendiri tidak?

Pasien : tidak suster,

Annis : baiklah, kita sudah selesai bermainnya. Beri tepuk tangan buat semua.

Semua bertepuk tangan, Setelah melakukan kegiatan permaianan annis pun menlanjut
ke tahap evaluasi

Annis : bagaimana? Seru tidak?


Lina : baik ibu-ibu bagaimana? Apakah disini ibu/bapak masih merasa marah

setelah kemarin kita berdiskusi tentang keuntungan dan kerugiannya

memukul tembok ?

Pasien : iya sus, saya belum bisa mengatasi amarah saya?

Setelah itu annis bersama perawat lainnya masuk kefase kerja

Annis : saya mau menayakan kegiatan rumah tangga, harian dan olahraga yang biasa
dilakukan ibu-ibu disini. Dimulai dari kamu
Pasien : saya biasa dirumah mencuci, merapikan rumah. Saya jarang berolahraga
Annis : kalau kamu?
Pasien : saya suka berolahraga lari sus, kegiatan dirumah saya menjaga anak dan
memasak
Annis : kalau kamu ibu indria, apa yang kamu lakukan kegiatan sehari-harinya
dirumah?
Pasien : kegiatan saya dirumah sama dengan yang lainnya. Dan saya suka berolahraga
bulutangkis
Lina : wah hebat ya ibu ibu banyak hal kegiatan yang ibu lakukan sewaktu dirumah.

Annis : sekarang saya, akan memberikan cara untuk ibu, mengontrol marah?

Lina : jadi ada dua tips disesi ini, nafas dalam, memukul mukul bantal

Annis : pertama ibu bisa pilih ingin menagtasi marahnya dengan cara tarik nafas

dalam atau memukul bantal.

Lina : kita coba bersama-sama ya, tarik nafas dalam. Ikutin instruksi leader

Annis : Jadi kalau ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata

melotot, ibu dapat melakukan tarik nafas dalam. tarik nafas secara perlahan

dari hidung, tahan sebentar, kemudian keluarkan perlahan-lahan melalui

mulut. Coba lihat saya ya ibu.

Pingkan : ibu kenapa? Kesulitan? Atau ingin ketoilet? Kenapa ibu diem saja?
Indria : *diem, dan hanya melirik

Pingkan : ibu indria kenapa? Ayo semangat ya, jangan melamun. Kegiatan ini sangat

menarik, ibu indria bisa tau cara mengontrol emosi apabila mendengarkan

materi yang diberikan suster annis.

Indria : iya sus,

Annis : coba kita ulangi lagi bersama. Tarik nafas perlan-lahan, tahan, hembuskan

lewat mulut. Iya bu bagus.

Lina : bagus, mengasihkan apresiasi

Annis : Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan teknik relaksasi nafas

dalam?

Indria : sudah tidak merasa marah lagi sus

Annis : wah bagus ya buk. Sekarang kita melakukan cara yang memukul mukul

bantal

Fasilitor 1-2 membagikan bantal terhadap pasien

Annis : apakah semuanya sudah kebagian ?

Semua pasien : sudah sus

Annis : saya akan belajar mengontrol perasaan marah dengan cara kedua yaitu

kegiatan fisik dengan pukul bantal. Jadi kalau ibu marah dan muncul

perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, ibu dapat melakukan pukul

kasur dan bantal.

Indria : jadi kalau nanti ibu kesal dan ingin marah, langsung kekamar dan lampiaskan

kemarahan tersebut dengan memukul kasur atau bantal.

Annis : Jadi caranya seperti ini bu. Ibu bisa lihat saya dulu. sekarang coba ibu/bapak
yang melakukannya bersama-sama.

Semua pasien memukul bantalnya. Dan ada satu pasien yang mengerutkan dahinya
seperti marah didalam acara tersebut

Syifa : ibu kenapa? Yuk ibu bareng-bareng sama teman-temannya memukuli bantal.

Pasien : tidak mau sus

Syifa : kenapa ibu tidak mau? Apakah ada yang membuat ibu tidak nyaman atau

marah?

Pasien : tidak ada

Syifa : baiklah apa ibu mau mempraktekan nya, berdua dengan saya di ruangan

kamar ibu?

Pasien : tidak sus, saya hanya ingin barisan saya tidak disamping indria. Karena

indria memukul bantalnya sampai begitu keras, dan saya yang disamping

tergangu, dan hamper terkena saya, saat indria melampiskan kemarahannya

terhadap bantal itu.

Syifa : baik ibu, sekarang tarik nafas dalam. Tahan hembus kan. Ayo bu sekali lagi,

bagaimana bu? Apakah ibu mau pindah tempatnya ?

Pasien : iya suster lebih tenang, walaupun garagara indria saya hampir sempat marah.

Pingkan : iya bagus, jadi sekarang ibu bisa mengikutin lagi ya.

Leader : bagaimana perasaan ibu-ibu bapak setelah mempraktikan cara mengontrol

emosi

Pasien : lebih bisa mengontrol emosi sus, jadi saya tidak perlu memukul wajah yang

ada didekat saya. Dan saya juga bisa lakukan tarik nafas dalam.

Co leader : coba ibu indria praktikan cara yang pertama?


Pingkan : ayo ibu indria maju, tidak perlu malu. Ibu indria bisa

Annis : ayoo ibu indria

Indria : pertama-tama kita tarik nafas dalam melalui hidung, tahan, dan hembuskan

nafas perlahan-lahan mealaui mulut.

Annis : wah hebat sekali ibu indria, ber tepuk tangan untuk ibu indria.

Lina : sekarang siapa yang bisa mempraktikan cara memukul bantal?

Pasien : saya sus,

Pingkan : yu ibu, bisa bawa bantalnya kedepan.

Pasien : jika marah saya sudah muncul, saya bisa lari kekamr dan memukul bantal.

Cara seperti ini,

Annis : wah ibu hebat. Beri tepuk tangan untuk semuanya.

Setelah semua pasien melakukan memukul bantal. Pasien pun sudah memahaminya
dan mampu mengontrol marahnya. Dan suster muthia mengobserversi kegaitan ini

Muthia : bagaimana perasaan nya setelah dilakukan dua kegitan dari hari sebelumnya

dengan hari sekarang?

Pasien : saya bersama teman teman sudah bisa mengontrol, mengandilkan marah.

Muthia : ibu-ibu / bapak hebat sekali sudah ada perkembangnya.

Muthia : sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian.

Pasien : iya suster

Perawat annis dan lina membuat kontrak yang akan datang

Annis : Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melihat sejauh mana ibu

melaksanakan latihan memukul kasur atau bantal. Nah


mencegah rencananya besok kita akan lanjutkan latihan cara mengontrol
marah dengan komunikasi yang baik diantaranya cara mengungkapkan
marah dengan baik, cara menolak dengan baik, serta cara meminta dengan
baik.

Lina : baik ibu-ibu atau bapak, kita seleasi sampai disini. Jangan lupa besok sesuai

kita mulai lagi jam 8, tempatnya disini lagi ya. Kita punya sedikit hadiah

untuk ibu-ibu dan bapak yang tadi sudah bersemangat mengikuti kegiatan ini.

Annis : baik ibu-ibu bapak kita pamit keruangan. Sampai jumpa.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai