Bab 1 2
Bab 1 2
Bab 1 2
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
tumbuh sebagai hamartomatous. Tumor odontogenik biasanya muncul
sebagai suatu pembengkakan tanpa nyeri, yang dapat mengakibatkan
hilangnya struktur tulang, pergeseran gigi dan pembesaran rahang.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari Adenoma ondontogenik tumor, lipoma,
fibrolipoma, dan keratositik odontegenik?
2. Apakah etiologi dari Adenoma ondontogenik tumor, lipoma,
fibrolipoma, dan keratositik odontegenik?
3. Bagaimana gambaran klinis dari Adenoma ondontogenik tumor,
lipoma, fibrolipoma, dan keratositik odontegenik?
4. Bagaimana penatalaksanaan Adenoma ondontogenik tumor, lipoma,
fibrolipoma, dan keratositik odontegenik?
C. TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui definisi dari Adenoma ondontogenik
tumor, lipoma, fibrolipoma, dan keratositik odontegenik.
2. Agar pembaca mengetahui etiologi dari Adenoma ondontogenik
tumor, lipoma, fibrolipoma, dan keratositik odontegenik.
3. Agar pembaca mengetahui gambaran klinis dari Adenoma
ondontogenik tumor, lipoma, fibrolipoma, dan keratositik
odontegenik.
4. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan Adenoma ondontogenik
tumor, lipoma, fibrolipoma, dan keratositik odontegenik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Adenomatoid odontogenic tumor (AOT), suatu lesi epitel ganas
yang tidak biasa dari epitel odontogenik. AOT juga disebut "tumor dua
pertiga," karena dua pertiga terjadi pada wanita muda dan juga di
maxilla, dua pertiga kasus dikaitkan dengan gigi yang tidak erupsi, dan
dua pertiga gigi yang terkena adalah gigi taring.5, Penentuan histologis
WHO dari tumor odontogenik, kista rahang, dan lesi sekutu (2005)
telah mendefinisikan AOT sebagai tumor epitel odontogenik dengan
struktur seperti saluran dan dengan tingkat perubahan induktif yang
bervariasi dalam jaringan ikat. (Mutalik, 2012).
2. Etiopatogenesis
3
dentigerous. Terjadi dalam area rahang dan sering ditemukan di dekat
dengan gigi yang dalam proses erupsi, memiliki fitur sitologi yang
mirip dengan berbagai komponen enamel organ, lamina gigi, dan
sisa-sisanya. AOT menjadi hamartoma menunjukkan ukuran yang
terbatas pada sebagian besar kasus dan kurang kambuh. AOT yang
telah terdeteksi dan diobati selama bertahun-tahun, mengakibatkan
asimetri wajah dan distorsi. Secara histologis, jaringan lesi
menunjukkan lebih besar dari penataan normal odontogenic daripada
yang diharapkan pada anomaly perkembangan.
3. Epidemiologi
4. Klinis
Keluhan adanya pembengkakan pada regio kanan wajah
Susah bernafas
5. Diagnosis Banding
kista dentigerous
4
Pengapuran kista odontogenik
Pengapuran tumor odontogenik
Uni ameloblastoma kistik
Kista kerato odontogenik
1. Definisi
Keratocystic Odontogenik Tumor (KOT) merupakan tumor
dengan lobus tunggal atau lebih, lesi yang berasal dari tulang maupun
gigi. Berasal dari sisa sisa lamina dental dan dapat terjadi pada semua
daerah di rahang. Sebelumnya dikenal sebagai odontogenic keratocyst
(OKC), yang lebih menekankan sifat-sifat jinak pada lesi ini. Pada
tahun 2005 WHO merekomendasikan istilah baru KCOT karena lebih
akurat menerangkan tentang sifat-sifat yang berhubungan dengan
keganasan, pada gambaran radiografinya lesi ini tidak terlalu jelas
menggambarkan mengenai kista odontogenik dan beberapa tumor
odontogenik. Lokasi tersering terkenanya tumor ini adalah pada ramus
5
dan corpus mandibula bagian posterior. Pada maksila terjadi di bagian
posterior atau region kaninus.
2. Etiologi
3. Gambaran Klinis
Odontogenik keratokista kecil biasanya asimptomatis dan hanya
ditemukan pada gambaran radiografi saja, tidak tampak secara klinis.
Odontogenik keratokista besar mungkin dapat menyebabkan
pembengkakan, dan drainase pada daerah kista. Pada kasus yang
ekstrem, bahkan kista yang sangat besar bisa tanpa rasa
sakit.Odontogenik keratokista memiliki gambaran klinis yang hampir
sama dengan gambaran klinis kista - kista lainnya di rongga mulut,
sehingga tidak dapat di jadikan sebagai petunjuk diagnosis. Walaupun
gambaran radiografi dapat memberikan gambaran yang jelas adanya
odontogenik keratokista, namun untuk diagnosis pasti melalui
pemeriksaan histopatologis.
Kista ini merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah
rekuren. Prinsip terapi odontogenik keratokista adalah enukleasi.
Dikarenakan tingkat rekuren yang tinggi dari kista ini, maka setelah
tindakan enukleasi harus selalu disertai dengan tindakan kuretase.
6
Selain kecenderungan untuk rekuren, prognosis keseluruhan untuk
sebagian besar kista ini adalah baik.
C. LIPOMA
1. Definisi
Banyak definisi mengenai lipoma pada dasar mulut yang ditulis
oleh para ahli, tetapi dalam tulisan ini penulis hanya
mengemukakan beberapa dari pengertian lipoma. Sterling V.
Mead (1954), lipoma adalah neoplasma jinak yang tunggal atau
mutiple, yang terbentuk dari jaringan lemak. Biasanya terdiri dari
massa lobus yang kekuningan.
K. Ghandour (1992), lipoma secara umum tumbuh lambat,
jinak, berkapsul oleh neoplasma jaringan lemak yang langka terjadi di
rongga mulut. Lipoma berbeda dengan lemak dari tubuh manusia
yang gemuk dimana lemak ini tidak tersedia untuk metabolisme
tubuh.
2. Etiologi
Lipoma pada dasar mulut mewakili sekitar 5% dari semua
neoplasma rongga mulut yang dianggap sebagai lesi langka yang
dapat ditemukan di rongga mulut, yang banyak dibahas etiologinya
antara lain faktor hereditar, gangguan endokrin atau bahkan trauma
lokal dan infeksi sebagai kemungkinan etiologinya. Diperkirakan
bahwa trauma dapat memicu proliferasi jaringan lemak dan
menyebabkan suatu lipoma. Lipoma ini dapat timbul karena aktifitas
mitosisdari sel-sel lemak yang disebabkan oleh suatu trauma atau
karena mekanisme dari metabolisme yang cepat dan diperkuat oleh
faktor hereditar.
7
Sulit untuk mengetahui akan adanya ukuran lipoma yang bisa
tumbuh begitu cepat. Hal ini dikarenakan pasien meminta
perawatan kepada dokter gigi ketika lesi sekunder sudah
terinfeksi, mungkin dikarenakan setelah adanya trauma akibat
gigi tiruan yang tidak stabil.
Hal ini juga sulit diketahui pasien ketika ukuran suatu lesi
membesar sebelum fase akut terinfeksi. Oleh karena itu dijelaskan
bahwa awalnya mungkin lesi terjadi di bawah otot mylohyoid dan
kemudian terjadi di dasar mulut. Ini menjelaskan akan adanya
kerentanan terhadap trauma dan infeksi sekunder.
Iritasi dan trauma ringan yang terus menerus inilah salah satu
penyebab terjadinya lipoma pada dasar mulut.
3. Patofisiologi
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling
sering terjadi pada orang dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma
paling sering ditemukan antara usia 40-60 tahun.
Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel
lemak matang. Dimana tampak metabolik sel-sel lipoma berbeda
dari sel normal meskipun sel-sel tersebut secara histologis serupa.
Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang berfungsi sebagai
depot lemak. Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial
terdiri dari sel spesifik yang mempunyai vaskularisasi tinggi,
berlobus dan berfungsi sebagai depot lemak untuk keperluan
metabolisme. Sel-sel lemak primitif biasanya berupa butir-butir
halus di dalam sitoplasma. Sel ini akan membesar seperti mulberry
sehingga akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke arah
perifer.
8
Jaringan lemak berasal dari sel-sel mesenkim yang tidak
berdifferensiasi yang dapat ditemukan di dalam tubuh. Beberapa
sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak yang matang membentuk
lemak dewasa.
Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena
adanya gangguan metabolisme lemak. Pada lipoma terjadi
proliferasi baik histologi dan kimiawi, termasuk komposisi asam
lemak dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak pada
lipoma berbeda dengan metabolisme lemak normal, walaupun
secara histologi gambaran sel lemaknya sama. Pada lipoma dijumpai
aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein lipase penting untuk
transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam lemak
pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak normal.
Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka secara
normal depot lemak menjadi berkurang, tetapi lemak pada
lipoma tidak akan berkurang bahkan bertambah besar. Ini
menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak
yang dibutuhkan oleh tubuh.
Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu
penonjolan yang dapat menekan jaringan di sekitarnya. Pada
dasar mulut, pembesaran lipoma dapat mengganggu fungsi
pengunyahan dan fungsi bicara, sedangkan pertumbuhannya
menekan gigi geligi maka dapat menyebabkan tanggalnya gigi di
sekitar lipoma tersebut.
4. Gejala klinis
Dari sekian banyak jenis tumor, lipoma memiliki ciri dan atau
karakter tersendiri. Jikia seseorang diduga memiliki penyakit lipoma
gejala yang timbul biasanya terlihat benjolan kecil dan lembut, serta
9
dapat bergerak dengan mudah hanya dengan digerakkan dengan jari.
Selain itu, benjolan akibat lipoma biasnya hanya berada di bawah
permukaan kulit dan kulit terlihat pucat. Lipoma yang paling sering
terjadi terletak pada bagian leher, punggung , dan bahu , tetapi lipoma
juga dapat terjadi pada perut, paha, dan lengan. Lipoma ini tidak
menyakitkan, terkecuali jika ia tumbuh ke dalam saraf di bawah kulit.
5. Penatalaksanaan
Terapi definitif yang dilakukan pada kasus lipoma adalah
pembedahan. Pembedahan ini dapat dilakukan dokter, baik dokter
umum ataupun dokter bedah. Beberapa pengobatan juga dapat
dilakukan, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Pengobatan seperti
injeksi kortikosteroid dilaporkan dapat mengecilkan ukuran lipoma.
BAB III
CASE REPORT
A. CASE REPORT 1
Abstrak
10
epitel odontogenik yang menyumbang sekitar 3-7% dari semua tumor
odontogenik. Ini adalah lesi jinak (hamartomatous), noninvasif dengan
pertumbuhan lambat tapi progresif. Hal ini terutama ditemukan pada pasien muda
dan wanita, yang terletak lebih sering di maxilla pada kebanyakan kasus yang
berhubungan dengan gigi permanen yang tidak erupsi. Pengobatan dilakukan
dengan eksisi bedah konservatif, dan prognosisnya sangat baik. Di sini, kami
melaporkan kasus AOT maxilla pada seorang gadis muda berusia 16 tahun. Kasus
AOT dari maxilla dilaporkan dengan fitur yang tidak biasa seperti ukuran besar
dan perilaku agresif. Manifestasi radiologis yang unik dari lesi membantu
diagnosis, dan tatalaksana dilakukan secara konservatif tanpa adanya bukti
kekambuhan.
PENDAHULUAN
Adenomatoid odontogenic tumor (AOT), suatu lesi epitel ganas yang tidak
biasa dari epitel odontogenik, pertama kali dijelaskan pada tahun 1907 oleh
Dreibladt, sebagai pseudoadenoameloblastoma.1,2 AOT pertama kali dilaporkan
oleh Harbitz pada tahun 1915 sebagai adamantoma kistik.3 Philipsen dan Birn
mengusulkan secara luas nama AOT yang diterima dan saat ini digunakan, sebuah
istilah yang diadopsi oleh jilid pertama dari klasifikasi tumor odontogenik
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization /WHO) pada tahun
1971.4
AOT juga disebut "tumor dua pertiga," karena dua pertiga terjadi pada
wanita muda dan juga di maxilla, dua pertiga kasus dikaitkan dengan gigi yang
tidak erupsi, dan dua pertiga gigi yang terkena adalah gigi taring.5, Penentuan
histologis WHO dari tumor odontogenik, kista rahang, dan lesi sekutu (2005)
11
telah mendefinisikan AOT sebagai tumor epitel odontogenik dengan struktur
seperti saluran dan dengan tingkat perubahan induktif yang bervariasi dalam
jaringan ikat.7 AOT terbagi menjadi tiga kelompok oleh Philipsen dkk dan
masing-masing disebut sebagai folikel, ekstrafolikular, dan perifer.4,5 Semua
varian memiliki karakteristik histologis yang sama dan juga menunjukkan asal
usul umum sebagai sistem kompleks dari lamina gigi atau sisa-sisanya. Varian
folikel dan ekstra folikuler terdiri dari 96% dari semua kasus AOT, dan 71% di
antaranya adalah varian folikular.5 Varian folikuler dikaitkan dengan mahkota dan
sering merupakan bagian akar gigi yang terimpaksi atau tidak erupsi. Sebagian
besar kasus, yang terdiri dari sekitar 88%, didiagnosis pada dekade kedua dan
ketiga kehidupan. Tumor mungkin sebagian kistik, dan dalam beberapa kasus, lesi
padat dapat hadir sebagai massa pada dinding kista besar. Lapisan epitel kista
odontogenik dapat berubah menjadi neoplasma odontogenik - seperti
ameloblastoma atau AOT. Meskipun sebagian besar AOT muncul di anterior
maksila, lesi ini juga bisa berasal dari dinding kista dentigerous antrum maksila
dan sangat jarang di maksila posterior dengan molar kedua yang terimpaksi.4-6
Enukleasi bedah konservatif adalah pilihan pengobatan yang paling disarankan.7
Tingkat kekambuhan untuk AOT sangat jarang.7 Di sini, kami menyajikan kasus
AOT dari maxilla.
LAPORAN KASUS
12
dengan hilangnya lipatan nasolabial. Pembengkakan itu membesar dari hidung ke
prominensia malar. Pemeriksaan intraoral menunjukkan pembengkakan difus
soliter di ruang depan bukal yang membentang dari gigi 11 sampai 17; diameter 6
cm x 4 cm x 4 cm. Obliterasi vestibulum bukal dengan perluasan plat kortikal
bukal terlihat. Mukosa di atasnya berwarna keputihan, berkilau. Pada palpasi,
semua temuan inspeksi dikonfirmasi. Pembengkakan berkonsistensi keras,, tidak
nyeri dan memiliki batas yang terdefinisi dengan baik, permukaan halus, dan
terdapat fluktuasi (Gambar 1).
13
Gambar 2: Orthopantomograph menunjukkan gambaran radiolusen spesifik unikistik yang
berbatas jelas dalam kaitannya dengan 23, 24 (gigi yang terkena dampak) Sangle, dkk.
14
Gambar 3: Foto menunjukkan spesimen yang dilepas dengan operasi
15
Gambar 5: Perbesaran 40 yang menunjukkan sel kolumnar berwarna gelap yang tersusun
dalam pusaran
DISKUSI
16
yang halus. Sebagian besar lesi bersifat perikoronal atau juxtacoronal, namun
radiolusensi dapat meluas secara apikal ke sambungan cemento-enamel pada
setidaknya satu sisi akar.11-14 Sekitar 65% kasus menunjukkan fokus radiopak
yang dapat dideteksi dengan jelas di dalam lesi radiolusen. Perbedaan akar dan
pergeseran gigi terjadi lebih sering daripada resorpsi akar.
Asal usul AOT juga kontroversial.12,17 Beberapa percaya bahwa lesi ini
berasal dari epitel odontogenik kista dentigerous. Selain pada maksila anterior,
tumor telah dilaporkan di daerah mandibula posterior, misalnya angulus
mandibula. Oleh karena itu, sisa-sisa lamina dental kemungkinan mewakili sel
progenitor untuk tumor odontogenik jinak ini. Menurut dugaan ini, lesi tumbuh di
sebelah atau ke dalam folikel gigi terdekat, yang mengarah ke "teori
envelopmental.
Dalam kasus kami, lesi ini mengelilingi gigi taring yang terbentuk
sepenuhnya, yang menunjukkan patogenesis "envelopmental". Laporan terbaru
menunjukkan bahwa sel AOT biasanya berdiferensiasi menjadi fenotipe
ameloblastik yang nyata namun gagal mencapai pematangan fungsional lebih
lanjut.
Pola histologis yang paling sering adalah proliferasi sarang, lembaran, dan
tali sel ameloblast yang didukung oleh stroma yang seringkali samar-samar
hemoragik. Sel-sel ini dapat tersusun membentuk pusaran, roset nodul atau
mengelilingi ruang ovoid untuk membentuk struktur seperti saluran. Selain itu,
17
bahan eosinofilik amorf seperti "amiloid" mungkin melapisi lumen duktus atau
mungkin sebagai tetesan interselular di daerah seluler.18,19 Bahan material
kalsifikasi sering ditemukan di seluruh tumor dan nampaknya berkembang
terutama sebagai persimpangan antara epitel tumor dan jaringan stroma vaskular
yang berdekatan.
KESIMPULAN
B. CASE REPORT 2
ABSTRAK
Pendahuluan: Tumor Adenomatoid odontogenik telah menjadi subjek penelitian
yang ditekuni oleh Ahli Kedokteran Oral dan Radiologi serta Ahli patologi Oral
terdahulu selama bertahun-tahun. Tumor Adenomatoid odontogenik merupakan
neoplasma hamartoma jinak yang tumbuh lambat dan berasal dari epitel
odontogenik dalam berbagai pola histoarchitectural, tertanam dalam stroma
18
jaringan ikat yang matur dan ditandai dengan pertumbuhan yang lambat namun
progresif
Rangkaian kasus: Dalam penelitian ini kami membahas mengenai empat
rangkaian kasus tumoradenomatoid odontogenikfolikular di rahang atas yang
menggambarkan beragam manifestasi klinis, mikroskopis, dan biologis tumor.
Kesimpulan: Beberapa pembaruan dan data yang tersedia mengelompokkan
tumoradenomatoid odontogenik dalam berbagai area klasifikasi kelompok
tumorodontogenik. Bukti histologis telah diajukan oleh beberapa penulis dengan
menunjukkan histogenesis dari setiap jenis sel sehingga pengaruh proses induktif
memang terjadi pada tumor adenomatoidodontogenik. Melalui rangkaian kasus
tersebut, kami menekankan pentingnya hubungan antara folikel gigi dan asal
jaringan tumor serta histogenesis dari lesi odontogenik vital tersebut.
Kata Kunci: TumorAdenomatoid Odontogenic (AOT), Hamartoma, Neoplasma,
Asal Epitel, Odontogenik, Histogenesis
Pendahuluan
Tumor hamartoma odontogenik jinak yang unik dikenali sebagai
tumoradenomatoid odontogenik (AOT) yang terletak di pusat atau tepi rahang
tidak diketahui. Sebagian besar literatur menggambarkan lesi tersebut secara jelas
berdasarkan karakteristik klinis, radiologis, histologis dan epidemiologisnya
[1].Berbagai bentuk telah digunakan untuk menggambarkan lesi tersebut, dimana
adenoameloblastoma merupakan sebutan yang lazim digunakan selama
bertahun-tahun sejak tumor tersebut dianggap sebagai variasi histologis dari
ameloblastoma. AOT yang diketahui saat ini pertama kali djelaskan oleh
Dreybladtpada 1907. Philipsen dan Birn pada tahun1969 memperkenalkan
terminology yang berlaku umum dan sangat populer saat ini, serta digunakan
sebagai nomenklatur dari AOT. Beberapa penulis menggambarkan AOT sebagai
neoplasma jinak yang tidak berbahaya dan tidak agresif, sementara penulis yang
lain menganggapnya sebagai sebuah perkembangan hamatroma odontogenik [2].
19
Tumor Adenomatoid odontogenik sekitar 2,2-7,1% dari semua tumor
odontogenik, dan meningkatnya jumlah laporan dalam literatur tentang AOT
menunjukkan bahwa tumor tersebut berkembang lebih sering daripada yang
diperkirakan sebelumnya [3, 4]. Teori bahwa sistem yang kompleks dari lamina
gigi atau sisa-sisanya kemungkinan adalah asal mula AOT yang menyerupai lesi
radiolusen peri-apikal yang paling umum di daerah gigi insisivus rahang atas [5].
Laporan ini menyajikan beberapa presentasi unik dari AOT dengan
konotasi radiografi dan histologis yang beragam dan memberikan gambaran
umum tentang aspek diagnostik tumor ini termasuk kontroversi saat ini dalam
patogenesis dan manajemennya.
RANGKAIAN KASUS
Kasus 1: Seorang gadis berusia 16 tahun digambarkan dengan keluhan
pembengkakan di daerah gigi atas depan sebelah kanan dengan durasi satu bulan.
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan perluasan difus yang keras dan tegas di
daerah rahang atas anterior sebelah kanan. Secara intra-oral gigi insisivus lateral
maksila kananhilang secara klinis dan terdapat pembengkakan hiperemik di ruang
depanbibir atas. Pemeriksaan radiologis menunjukkan tumor membentang
mendekati sinus maksilaris kanan danadanya impaksi gigi insisivus permanen di
lateral maksila dengan area radiolusen unilokuler di sekitar gigi. Proyeksi
radiografi oklusal menunjukkan lesi kistik unilokuler berukuran 1x1,5 cm di dekat
daerah periapikal 11 (Gambar 1). Terdapat sedikit erosi tulang palatal. Uji
vitalitas positif pada gigi di daerah yang berdampingan. Berdasarkan temuan
klinis dan radiografis, dibuat diagnosis sementara berupa kista dentigerous yang
terkait dengan impaksi gigi insisivus kanan maksila lateralserta diagnosis banding
yang dicurigaiberupa tumor odontogenik jinak. Diagnosis banding radiografis
termasuk tumor adenomatoid odontogenik dan kalsifikasi tumor/kista
odontogenik dengan impaksi gigi insisivus kanan maksila lateral. Temuan
makroskopis tumor yang telah diangkat menunjukkan gambaran dinding beraneka
20
ragam, berwarna merah tua dan keabu-abuan, granul kasar dengan impaksi gigi
dan beberapa daerah di sisi lateralnya yang tampak seperti selaput tipis (Gambar
2). Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan pola khas AOT.Sel odontogenik
dibentuk dari gulungan sarang epitel bersama dengan daerah kelenjar atau pola
duktal(gambar 3). Pada beberapa tempat rongga kistik yang dilapisi oleh epitel
skuamosa tipis bertingkat.Bagian padat tumor terdiri dari lapisan sel epitel
dengan stroma jaringan ikat yang sedikit.Karakteristik duktus seperti struktur
yang membentuk lumen pada bagian sentral dilapisi oleh sel kolumnar yang tinggi
berupa lapisan yang tersebar di seluruh tumor (Gambar 4). Lumina menutupi
fibrillar atau homogen, bahan eosinofilik yang terikat pada margin bebas sel
kolumnar dengan cara seperti kutikula. Di tempat lain, sel epitel membentuk
struktur yang kusut atau menyerupai gulungan yang terdiri dari untaian ganda sel
kolumnar tanpa lumen sentral. Sel sisa lainnya adalah stellata atau berbentuk
spindle, dengan inti oval dan sitoplasma yang jelas, membentuk lembaran padat
di antara struktur sel kolumnar. Sel berbentuk spindle di daerah yang lebih
longgar memberikan tampilan yang menyerupai retikulum stellata. Eosinofilik,
tidak terkalsifikasi, seperti bahan tetesan yang juga dikenali dalam lembaran
epitel. Bagian pinggiran tumor terdiri dari lembaran satu atau dua selepitel dengan
ketebalan yang membentuk konfigurasi trabekuler atau kribiformis.
Gambar 1: Proyeksi radiologi oklusal yang menunjukkan lesi kistik unilokuler berukuran 1
x 1,5 mm di dekat daerah peri-apikal 11.
21
Gambar 2: Gambaran makroskopis tumor yang telah diangkat menunjukkan gambaran
dinding beraneka ragam, berwarna merah tua dan keabu-abuan, granul kasar dengan
impaksi gigi dan beberapa daerah di sisi lateralnya yang tampak seperti selaput tipis
Gambar 3: Sel odontogenik dibentuk dari gulungan sarang epitel bersama dengan daerah
kelenjar atau pola duktal (noda H & E, x100)
22
Gambar 4: Karakteristik struktur menyerupai saluran yang terdiri dari lumen sentral yang
dilapisi oleh sel kolumnar tinggi dalam satu lapisan yang tersebar di seluruh tumor (noda H
& E, x400)
23
Gambar 5: Radiografi panoramik menunjukkan radiolusen yang luar dan terdistribusi baik
yang meluas ke seluruh maxilla anterior dari kanina kiri ke daerah premolar pertama.
Gambar 6: Spesimen yang dipotong menunjukkan mahkota gigi yang tertutup dalam massa
tumor.
24
kanina permanen dalam satu lesi radiolusen tunggal yang unilokuler. Diagnosis
sementara kista dentigerous dalam kaitannya dengan impaksi kanina rahang atas.
Pada eksisi lokal, terungkap massa tumor yang melingkupi gigi. Gambaran
mikroskopis menunjukkan histomorfologi khas AOT selain pola duktular atau
glandular. Sel kuboid atau kolumnar membentuk tali yang terbelitatau bentukan
dalam pola rumit yang menunjukkan invaginasi.
Gambar 7: Seorang laki-laki berusia 17 tahun dengan massa tanpa rasa nyeri yang tumbuh
lambat di daerah anterior rahang atas sebelah kanan.
25
pada bagian dalam dengan lapisan bergranul dan rongga kistik yang rapuh.
Pewarnaan hematoxylin dan eosin menunjukkan lumen kistik yang dilapisi oleh
epitel odontogenik proliferatif yang tersusun dalam bentuk gulungan, sarang
padat, roset dan pola duktus dengan sedikit intervensi jaringan stroma (Gambar
8). Sel epitel dalam pola sarang dan roset berbentuk polyhedral dengan inti bulat
yang menonjol dengan dua sampai tiga lapisan sel berbentuk gelendong yang
membentuk aliran seperti pola, pusat nodul menunjukkan eosinofilik amorfatau
bahan flokulan dalam lumen.Struktur seperti saluran dilapisi oleh sel epitel
kolumnar tinggi dengan inti oval memanjang yang terlihat terpolarisasi dari
permukaan luminal. Massa yang diperhitungkan tersebar di antara pola seluler
diamati secara signifikan.
Gambar 8: Pewarnaan hematoksinlin dan eosin yang menunjukkan lumen kistik yang
dilapisi oleh epitel odontogenik proliferatif yang tersusun dalam bentuk gulungan, sarang
padat, roset dan pola duktus dengan sedikit intervensi jaringan stroma (noda H & E, x400).
DISKUSI
Rangkaian kasus tesebut menggambarkan variasi klinis-patologis dari
berbagai AOT folikularyang sering diamati secara preoperatif sebagai kista
odontogenik folikuler terkait dengan gigi yang tidak tumbuh atau yang mengalami
impaksi. AOT sering salah didiagnosis sebagai kista odontogenik dan tumor lain
pada pemeriksaan radiografi [5, 6]. Tujuh puluh tujuh persen tipe AOTfolikular
26
awalnya didiagnosis sebagai kista dentigerous [7]. Kejadian tersebut paling sering
ditemui pada pasien muda, terutama pada dekade kedua kehidupan dan jarang
pada kelompok usia yang lebih tua [8]. Insiden yang umum terjadi di rahang atas
yang berwujud sebagai lesi asimtomatik yang tumbuh lambat dan sering
ditemukan selama pemeriksaan radiografi rutin, sehingga membuatnya menjadi
salah satu diagnosis banding yang disukai untuk tumor anterior rahang atas.
Secara radiografi, variasi intra-tulang terdiri dari jenis folikular dan
ekstra-folikular. Variasiklinik- topografi yang paling umum dan banyak diterima
meliputi (i) folikular (ii) ekstra-folikular dan (iii) perifer; yang ketiganya memiliki
gambaran histologis yang sama [9]. Tipe folikulardidefinisikan dengan baik dalam
bentuk radiolusenunilokuler bulat atau ovoid yang terkait dengan mahkota dan
sering merupakan bagian dari akar gigi yang tidak tumbuh sehingga menyerupai
kista dentigerous atau folikular [3]. Tipefolikular secara signifikan lebih menonjol
pada maxilla, sedangkan tipe ekstra-folikular terlihat lebih mencolok dalam
kaitannya dengan mandibula. Tipe perifer terletak di mukosa gingiva dan muncul
secara klinis sebagai epulis berserat atau hiperplasia gingiva [10].Gambaran
radiografi panoramik sering tidak mampu menunjukkan radioopasitas saat terjadi
kalsifikasi yang minimal, dimana radiografi intra-oral mungkin penting untuk
menginterpretasikan gambaran radiografi dari AOT yang sesungguhnya melalui
kalsifikasi dalam jumlah nominal [11]. Tumor odontogenik Kerato kistik (KCOT)
dan ameloblastoma unicystic (UA) juga dapat menyerupai AOT folikular bila
berada di lokasi perikoronal. Kedua lesi ini didiagnosis pada dekade kedua dan
ketiga kehidupan yang mirip dengan AOT, namun lebih umum terjadi pada daerah
posterior mandibula. Tumor odontogenik kalsifikasi kistik (CCOT) juga
menyerupai sebuah AOT karena ditemukan di daerah anterior rahang yang
mungkin terkait dengan gigi yang tidak rumbuh dan adanya radio-opasitas serta
terdiagnosis pada dekade kedua [12]. Kanina permanen merupakan gigi terkait
yang paling sering tidak tumbuh dan bersifat etiologis pada sekitar 74% dari
selurih kasus yang dilaporkan dan kanina pada rahang atas adalah yang paling
27
sering di antara mereka. Opasitas digambarkan sebagai flek, snow-flakes, dan area
kalsifikasi yang tidak merata, jangkauan radio yang tersebar, radio-opasitas yang
ireguler, radio-opasitas amorf, radio-opasitas halus dan radio-opasitas yang samar
[10]. Tipe AOT ekstrafolikular juga didiagnosis secara berbeda dari kista
periodontal lateral (LPC) yang terletak di antara akar gigi yang tumbuh di daerah
anterior mandibula, namun terdiagnosis pada kelompok usia lebih dibandingkan
AOT [13]. Temuan klinis secara umum sesuai dengan penelitian tambahan yang
telah diterbitkan dan telah mengungkapkan bahwa AOT dihubungkan dengan
kurangnya pertumbuhan gigi yang menyebabkan pasien berkonsultasi dan
menghasilkan diagnosis dini [14]. Radiolusen unilokuler dengan opasitas dan
perpindahan gigi di daerah anterior rahang adalah ciri radiologis yang paling khas
pada AOT.
Tidak diketahui apakah AOT berasal dari kompleks sistem lamina gigi
atau sisa-sisanya [5]. Tumor odontogenik menyimpulkan ontogeni gigi dan
menggambarkan bukti histologis dari induksi timbal balik. Matriks dentinal
berhubungan dengan epitel odontogenik dan ditandai oleh sel kolumnar tinggi
yang menyerupai ameloblas atau odontoblas. Sisa epitel terlihat dalam bentuk
sarang atau kluster kecil yang bercampur dengan matriks gigi dengan pola
menyerupai renda. Unit sekretori melingkar yang terdiri dari deretan sel sekretori
kolumnar yang tinggi dengan sitoplasma eosinofilik dan disertai inti basal yang
tersusun dalam bentuk lingkaran atau seperti saluran yang menyetorkan bahan
matriks gigi dan menyerupai odontoblas dan ameloblas. Terdapat pula kelompok
sel lain yang terlihat sebagai sel kuboidal yang pendek atau sedikit sel kolumnar
di sekitar unit duktus dengan sitoplasma basofilik dan tidak terkait dengan
deposisi matriks gigi. Sangat sedikit laporan yang menggambarkan sel kolumnar
tinggi yang secara aktif mensekresikan matriks gigi yang menunjukkan bukti
proses induktif yang diterima sebagian [15, 16]. Beberapa penelitian menjelaskan
histogenesis struktur pseudo-ductular yang mewakili invaginasi epitel
odontogenik. Diyakini bahwa epitel tersebut membawa stroma ekto-mesenkimal
28
yang sebagian besar terputus dari suplai darahnya dan menyebabkan atrofi atau
nekrosis sementara stroma yang masih ada di pinggiran struktur pseudo-ductular
yang mempertahankan kapasitas induktifnya dan menginduksi sel kolumnar ke
matriks pra-dentin (16). Untuk mendukung hipotesis tersebut, serat retikulin
ditunjukkan dengan metachromasia toludiene blue di bagian dalam dalam struktur
duktus dan mengandung bahan yang menyerupai lamina basal serta
butiran-butiran yang telah ditetapkan sebagai lapisan predentin oleh Shear.
Sebagian besar bahan mirip amyloid juga dikonfirmasi dalam laporan kami.
Bahan mirip Amyloid hadir dalam jumlah yang variabel, bercampur dengan bahan
matriks gigi dengan karakteristikrefraksi ganda hijau apel dengan pewarnaan
congo red bila dilihat dalam cahaya yang terpolarisasi.
KESIMPULAN
Tumor odontogenik termasuk dalam apa yang disebut tumor adenomatoid
odontogenik (AOTs) yang terdiri dari kelompok lesi heterogen yang berkisar dari
hamartoma sampai neoplasma jinak dan ganas dengan variabel agresivitas.
Rangkaian kasus ini menunjukkan bagaimana kurangnya kriteria seragam yang
digunakan untuk mengidentifikasi dengan tepat serta beberapa persamaan
histomorfologi yang ditemukan di antaranya yang bereaksi berbeda, dan
minimnya metode yang tepat untuk menentukan asal-usul mereka, sehingga
perludisadari bahwa saat ini, walaupun memiliki kriteria diagnostik yang kurang
lebih ketat yang telah diterima secara internasional, terdapat kebutuhan untuk
terus mengembangkan penelitian di bidang epidemiologi, klinis-patologis,
morfofisiologis, dan terapeutik di bidang patologi dan kedokteran oral dan
maxillofacial.
C. CASE REPORT 3
29
Tumor Odontogenik Keratokistik: Sebuah Laporan Kasus dan Tinjauan
Literatur
Akram Belmehdi1, Saliha Chbicheb2, Wafaa El Wady2
Abstrak
1. PENGANTAR
KOT adalah suatu jenis neoplasma yang sebelumnya telah dijelaskan oleh
Philipsen pada tahun 1956 [1] dan dikonfirmasi oleh Browne pada tahun 1970 dan
1971 [2] [3]. Pada saat itu KOT diyakini sebagai kista odontogenik jinak, namun
berpotensi agresif dan reaktif, dan mungkin merupakan suatu lesi primordial [4]
[5].
30
Metamorfosis diagnosa KOT menjadi neoplasma kistik terjadi setelah
pengamatan perilaku biologis dan penelitian tentang kelainan kromosom dan
genetik yang sesuai dengan perkembangan neoplastik [6] [7]. Pada tahun 2005
[8], WHO mengklasifikasikan KOT sebagai tumor, sehingga terpisah dari lesi
orthokeratinizing, yang saat ini disebut sebagai kista odontogenik [9].
Dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan sebuah laporan kasus tentang
keratoseptor, yang berasal dari impaksi kaninus. Sebagai tambahan, penulis juga
meninjau terapi KOT, dan secara singkat membahas tren baru yang membantu
penegakan diagnosis dan terapi yang lebih spesifik dan efektif.
2. LAPORAN KASUS
31
Gambar 1. Inspeksi Intraoral.
Keratokistik;
32
Kista dentigerous karena adanya gambaran radiolusen yang mengandung
mahkota gigi;
Tumor Odontogenik Adenomatoid, karena gambaran radiolusen yang
mengandung bentukan gigi impaksi;
Ameloblastoma, karena gambar unikistik yang berhubungan dengan gigi
impaksi
Terlepas dari diagnosis yang ditegakkan, tujuan pengobatan adalah operasi
pengangkatan. Oleh karena itu, intervensi dengan anestesi lokal diputuskan, dan
lesi sepenuhnya akan dienuklasi (Gambar 4).
Gambar 3. (a) (b) Gambaran CT Scan potongan koronal: tampak densitas yang menurun
pada dasar rongga hidung di sisi kiri dan integritas sinus maksilaris; (c) Pada potongan
aksial terlihat densitas yang cenderung lebih tinggi pada anteroposterior daripada
bukopalatal.
33
Gambar 4. Inspeksin Intraoral. (a) Lesi Enukleasi; (b) Kavitas tulang setelah enukleasi.
3. DISKUSI
34
destruktif lokal yang dimilikinya, tingkat kekambuhan yang tinggi, dan
kecenderungan multiplikasi [10] [11].
Keratokistik odontogenik sebagian besar berasal dari lamina gigi atau dari
sel basal epitel oral (60%) yang mana juga merupakan tempat keratokistik
odontogenik primordial berasal (Gambar 7 (a)) [10]. Sisanya (40%) timbul dari
epitel enamel yang terkikis dari folikel gigi dan disebut sebagai keratokistik
odontogenik dentigerous (Gambar 7 (b)). Identifikasi klinis ini penting karena
rekurensi lebih sering terlihat setelah pengobatan tipe primordial [5] [10].
Gambar 6. Gambaran histologis: Dinding kistik yang dilapisi oleh sek epitel skuamosa
stratified dan permukaan parakeratinized (H&E, Gx40).
35
Gambar 7. (a) Keratokistik odontogenik dentigerous; (b) Permulaan dentigerous.
KCOT dapat terjadi pada hampir semua umur, namun insidensi tertinggi
umumnya terjadi pada dekade kedua dan ketiga kehidupan [2] [3] [9] [10].
Beberapa penulis juga mencatat puncak kedua antara dekade kelima dan
kedelapan [9]. Chow [12], Brannon [13] dan Browne [3] menemukan usia
rata-rata 32,1 - 37,8 tahun pada saat diagnosis. Distribusi jenis kelamin mungkin
sama, atau sedikit lebih tinggi pada pria (1.3 - 3.1) [9].
KCOT dapat terjadi pada bagian rahang atas dan bawah, dengan mayoritas
terjadi pada mandibula, paling umum pada angulus dan ramus mandibularis [9]
[10]. KCOT melibatkan kira-kira 11% dari semua kista di rahang. Namun, pasien
kami memiliki lokalisasi yang relatif jarang, yaitu di maksilla. Lesi ini dapat
dikaitkan, meskipun tidak dalam semua kasus, dengan gigi yang mengalami
impaksi [14] dan paling sering terletak di dalam rahang. Meski begitu, beberapa
kasus langka terjadi di gingiva. Bentuk ini disebut sebagai keratokistik
odontogenik perifer. Lesi semacam ini sering salah didiagnosis sebagai kista
gingiva pada kista periodontal dewasa atau kista radikular lateral. Keratokistik
odontogenik perifer secara klinis agresif dan memiliki potensi untuk kambuh
sebagai keratokistik odontogenik klasik [15].
36
Keratokistik odontogenik adalah bagian penting dalam gambaran klinis
sindrom nevus sel basal atau sindrom Gorlin dan Goltz. Mutasi gen PTCH
sebagian bertanggung jawab; Ekspresi parsial dapat memicu meningkatnya
rekurensi keratokistik. Sindroma nevus sel basal adalah kondisi genetik dengan
pola pewarisan autosomal-dominan yang mencakup trias KCOT dari rahang,
skeletal lainnya (sering termasuk tulang rusuk bifid, abnormalitas jari tangan dan
kaki, frontal bossing, dan kalsifikasi falx cerebri), serta manifestasi kulit seperti
karsinoma sel basal, palmar pitting, dan kelainan kulit lainnya [16] [17]. Kelainan
ginjal dan medulloblastoma pada bayi baru lahir juga dapat merupakan
manifestasi dari kondisi ini. Kebanyakan kasus terkait secara genetis dan
menunjukkan penyimpangan dalam jalur pensinyalan. Jalur pensinyalan ini
melibatkan hubungan dinamis antara serangkaian gen supresor tumor dan
onkogen [5].
Lesi mungkin tunggal atau ganda, kasus terakhir lebih sering terjadi pada
pasien dengan sindrom Gorlin dan Goltz. KCOT harus dibedakan dari
ameloblastoma, karena kedua lesi tersebut dapat tampak sebagai bentukan
37
radiolusen multilokuler dan dapat menyebabkan resorpsi gigi dan perluasan tulang
secara keseluruhan [19] [20], selanjutnya, keduanya juga terjadi pada rentang usia
yang sama dan sama-sama menunjukkan predileksi pada mandibula posterior dan
memiliki tingkat kekambuhan tinggi [9]. Penyakit kista dan neoplastik lainnya,
seperti kista dentigerous, kista tulang traumatis, kista odontogenik minimal
kalsifikasi, granuloma sel raksasa pusat, dan fibroma ameloblastik, juga dapat
hadir dengan fitur radiologis yang sama [21].
Tujuan utama dari semua ahli bedah adalah untuk membuang lesi dengan
cara apa pun sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Ada pro dan kontra pada setiap
pilihan pengobatan. Berbagai modalitas perawatan, mulai dari yang konservatif
hingga radikal, telah dikembangkan dalam upaya memberikan terapi yang
definitif [24]. Pendekatan umum untuk merawat KCOT adalah enukleasi dan
kuretase, dan terapi alternatif berupa dekompresi/marsupialisasi juga valid namun
memiliki indikasi yang terbatas [10].
38
untuk KCOT secara konservatif dan agresif, keduanya merupakan bentuk
intervensi bedah [26]. Perawatan agresif terkait dengan sifat neoplastik KCOT
dan mencakup ostektomi perifer, kuretase kimia dengan larutan Carnoy atau
reseptor end-block/segmental. Eksisi mukosa yang menutupi lesi telah
direkomendasikan, berdasarkan bukti histologis bahwa gugus pulau epitel
(mungkin berpotensi menyebabkan kekambuhan), ditemukan di daerah di mana
lesi terhubung dengan mukosa [24].
39
perforasi kortikal. Hal ini dikarenakan lapisan tipis pada tulang atau jaringan
lunak yang menghalangi enukleasi lengkap [30] [31]. Tetapi, perlu diketahui
bahwa kuretase atau ostektomi perifer setelah enukleasi tidak menurunkan tingkat
kekambuhan, dibandingkan dengan enukleasi saja [2].
40
4. KESIMPULAN
D. CASE REPORT 4
Abstrak
Lipoma adalah tumor jinak yang umum terjadi namun tumor intra-oral
langka mewakili 2,4% dari semua tumor jinak dari rongga mulut. Kami
melaporkan di sini kasus fibrolipoma pada pasien laki-laki berusia 60 tahun
Pengantar
41
Dalam rongga mulut mereka relatif jarang dengan tingkat yang dilaporkan 1/5000,
dan terdiri dari 2,4% dari semua tumor jinak dari rongga mulut.
Deskripsi pertama lipoma oral dibuat oleh Roux pada tahun 1848. Dia
menyebutnya sebagai 'Epulis kuning'. Lipoma intra-oral secara morfologi dapat
diklasifikasikan sebagai bentuk yang menyebar yang mempengaruhi jaringan
yang lebih dalam, bentuk dangkal dan bentuk yang dienkapsulasi. Beberapa
lipoma kepala dan leher telah diamati pada neurofibromatosis, sindrom Gardner,
lipomatosis Ecephalo-Craniocutaneous, lipomatosis familial multipel dan sindrom
Proteus, sindrom Cowden, sindroma hamartoma dan penyakit Dercum.
Telah disarankan bahwa lipoma oral lebih sering terjadi pada pria tapi
fibrolipoma lebih sering terjadi pada wanita, berbeda dengan keseluruhan tubuh
dimana lipoma dua kali lebih umum pada wanita seperti pada pria. Sehubungan
dengan lokasi terjadinya fibrolipatal khususnya jarang terlihat di daerah
vestibular.
LAPORAN KASUS
42
pedunculated benar-benar dipotong dan spesimen dikirim untuk pemeriksaan
histopatologis.
43
Table 3 : menunjukkan sel lemak diselingi dengan jaringan fibrosa
DISKUSI
Lipoma adalah neoplasma mesenkim jinak yang jarang terjadi yang jarang
terjadi di rongga mulut.Etiologi lipoma bervariasi dari diferensiasi sel
mesenchymal multi-poten dalam jaringan lemak, tulang rawan, dan tulang hingga
metaplasia lipoma yang sudah ada sebelumnya. Sel mesenkim dimodifikasi oleh
pengaruh sistemik dan lokal yang berkisar dari trauma lokal hingga iskemia
berkepanjangan.
44
Meskipun kesamaan histologis pada jaringan adiposa normal, lipoma
memiliki kelainan kromosom klonal khas seperti translokasi yang melibatkan 12q
13-15, eliminasi interstisial lokus 13q, dan penataan ulang yang melibatkan lokus
8q 11-13.
Mengingat usia, lipoma memiliki distribusi usia yang luas dari dekade
kedua sampai dekade kesembilan kehidupan dengan usia puncak 40 sampai 50
tahun. Kasus sekarang terlihat pada pasien berusia 60 tahun. Telah disarankan
bahwa lipoma oral umum terjadi pada pria, sementara fibrolipoma oral lebih
sering terjadi pada wanita yang berbeda dengan keseluruhan tubuh dimana lipoma
dua kali lebih umum pada wanita seperti pada pria. Kasus fibrolipoma saat ini
terlihat pada pasien laki-laki berusia 60 tahun.
45
iritasi. Namun, dengan adanya tanda slip dan konsistensi lesi yang sebelumnya
dikesampingkan. Diagnosis lain yang harus dibedakan dari lipoma meliputi
granuloma pirogenik, neuromas traumatis, kista epidermoid, kista dermoid.
Kesimpulan
E. CASE REPORT 5
46
Prince Peter Dhas, Ravindran Ambika, Amirthagani Arumugam, Jagan
Somasundaram
Abstrak
Lipoma adalah neoplasma jinak dari jaringan lunak yang berasal dari
adiposit matang. Meski begituadalah tumor yang sangat umum, hal ini relatif
jarang terjadi di rongga mulut. Ini mewakili sekitar 1% sampai 4% darisemua
tumor jinak di rongga mulut.
PENDAHULUAN
47
Berdasarkan aspek histopatologisnya, lipoma dapat dicirikan sebagai
lipoma klasik, fibrolipoma, intramurallipoma, selaput sel spindel, angiolipoma,
sialolipoma, lipoma pleomorfik, lipoma myxoid dan atipikal.
Laporan kasus
48
Foto 1 : menampilkan massa di langit-langit yang keras
49
Foto 3 : gambar sebelum operasi
50
Foto 5 : bagian potongan dari massa yang dipotong
Diskusi
51
kasus lesi oral pada periode 8tahun, 6 kasus adalah lipoma oral. Dari 4, 3
dilaporkan berada di mukosa bukal, 1 di bibir bawah, 1 di lidah.
Lipoma oral secara oral umumnya hadir sebagai nodul submukosa ringan
yang tidak menimbulkan rasa sakit dengan warna kekuningan. DiPasien kami
adalah massa pedunculated yang merupakan presentasi langka.
Eksisi bedah adalah modalitas pengobatan yang disarankan dan jika cukup
resected, kekambuhan jarang terjadi. Kami mengikutinyapasien selama 1 tahun
tanpa kekambuhan.
Kesimpulan
Kami menyajikan kasus ini untuk situs, ukuran dan presentasi yang
langka. Seorang dokter juga harus mengenali diagnosis banding lainnya, untuk
misal semacam itu yang harus dikecualikan dengan pemeriksaan radiologis dan
histopatologis untuk dilanjutkandengan perawatan yang benar.
F. CASE REPORT 6
52
Pendahuluan
lipoma adalah tumor jinak jaringan jiposa yang sangat umum, namun
kehadirannya di daerah oral dan orofaring jarang terjadi. fibrolipoma merupakan
varian histologis lipoma, sebagian besar mempengaruhi mukosa bukal dan
menyebabkan cacat fungsional dan kosmetik. Oleh karena itu pemeriksaan
histopatologi akurat tentang lipoma penting untuk rencana perawatan yang benar.
Artikel ini menjelaskan tentang gadis berusia 10 tahun dengan fibrolipoma
mukosa bukal dengan tinjauan tumor yang sesuai
Pengantar
53
Laporan kasus
lesi dikeluarkan dengan anestesi lokal dan jaringan yang dilepas dikirim
untuk pemeriksaan histopatologis.
Diskusi
deskripsi pertama lipoma oral diberikan pada tahun 1848 oleh roux dalam
tinjauan massa alveolar yang dia sebut sebagai epulis kuning. lipoma adalah
tumor jinak jaringan jiposa yang sangat umum, namun kehadirannya di daerah
oral dan orofaringeal relatif jarang terjadi dengan tingkat prevalensi hanya 1/500
54
orang dewasa. fibrolipoma adalah varian mikroskopik dari lipomacharacterized
oleh komponen berserat yang signifikan yang bercampur lobulus sel lemak.
55
Lesi di luar rongga mulut dapat menunjukkan tingkat kekambuhan yang
lebih besar setelah eksisi bedah, namun lipoma intramuskular intraoral, walaupun
tidak terbatas, jarang menunjukkan kekambuhan jika benar-benar dipotong.
Kesimpulan
G. CASE REPORT 7
Abstrak
56
yang biasanya muncul pada dekade kedua atau ketiga dan terletak lebih sering di
rahang atas daripada mandibula dan sering dikaitkan dengan gigi permanen yang
tidak erupsi. Namun, AOT sering menyerupai lesi odontogenik lainnya seperti
kista dentigerous atau ameloblastoma. Pengobatannya konservatif dan
prognosisnya sangat baik. Untuk ilustrasi, kasus AOT yang jarang terjadi pada
mandibula yang dikaitkan dengan gigi taring permanen yang tidak erupsi
disajikan.
1. Pendahuluan
57
2. Laporan kasus
58
Gambar 1. Pembengkakan ekstra-oral difus di daerah anterior mandibula
Gambar 3. Lokasioperasi
59
Gambar 4. Tumor 22 x 18 mm dengan gigi taring yang terimpaksi
3. Temuan Histopatologis
60
teratur, sel spindel, dan sel kolumnar tinggi yang membentuk saluran seperti
struktur sebagai akibat degenerasi jaringan stroma. Laporan histopatologis
mengkonfirmasi diagnosis tumor odontogenik adenomatoid
Gambar 7. Perbesaran 10x menunjukkan daerah seperti saluran dengan sel kolumnar tinggi
4. Diskusi
61
saat ini tidak ada bukti untuk mmebuktikan dugaan ini. Untuk kasus di mana lesi
tampak mengelilingi gigi yang tidak erupsi dan tidak memiliki komponen
radiopak, kista dentigerous juga dapat dipertimbangkan dalam diagnosis banding.
Namun, tumor odontogenik adenomatoid sering muncul dan menutupi mahkota
dan akar, sedangkan kista dentigerous tidak menyelimuti akar (Curran AE et al,
1997) (Lee JK et al, 2000).
5. Ringkasan
62
terimpaksi. Selain itu, kasus ini mendukung deskripsi umum AOT yang
disebutkan di atas pada studi sebelumnya. Oleh karena itu, lesi ini harus
dibedakan dari lesi yang lebih umum dengan asal odontogenik dalam pemeriksaan
gigi rutin kita.
H. CASE REPORT 8
Abstrak
Tumor Odontogenik Adenomatoid (AOT) adalah tumor odontogenik yang
secara eksklusif berasal dari epitel odontogenik, yang menyumbang sekitar 3-7%
dari semua tumor odontogenik. Ini adalah lesi jinak (hamartomatous), noninvasive
dengan pertumbuhan lambat tapi progresif. Lesi ini terutama ditemukan pada
pasien muda dan wanita, lebih sering ditemukan di rahang atas dan dalam banyak
kasus terkait dengan gigi permanen yang tidak erupsi. Pengobatan dilakukan
dengan eksisi bedah konservatif dan prognosisnya sangat baik. AOT sering
menyerupai lesi odontogenik lainnya seperti kista dentigerous. Secara
immunohistokimia AOT ditandai oleh reaksi positif dengan sitokeratin tertentu.
Disini kami laporkan kasus adenomatoid odontogenic tumor (AOT) pada maxilla
pada seorang gadis muda berusia 14 tahun.
PENDAHULUAN
63
Tumor odontogenik Adenomatoid pertama kali dijelaskan pada tahun 1907
oleh Dreibladt, sebagai pseudo adenameloblastoma.1 Selama bertahun-tahun
berbagai terminologi telah digunakan untuk menunjuk entitas yang sangat
menarik ini seperti adenoameloblastoma, odontoma adenoameloblastik, tumor
epitel yang terkait dengan tumor adenomatoid ameloblastik, kista perkembangan,
dan ameloblastoma adenomatoid atau pseudo adenomatous.2 Philipsen dan Birn
mengusulkan nama adenomatoid odontogenic tumour pada tahun 1969 dan
menyarankan agar tidak dianggap sebagai varian ameloblastoma karena perilaku
tumor yang berbeda.3,4 Tumor odontogenik Adenomatoid juga disebut tumor dua
pertiga, karena 2/3 terjadi pada wanita muda, 2/3 tumor adenomatoid terjadi di
maxilla, 2/3 kasus dikaitkan dengan gigi yang tidak erupsi, dan 2/3 gigi yang
terkena adalah gigi taring. Ada adalah 3 varian tumor adenomatoid odontogenik,
yaitu tipe folikel (terhitung 73% kasus), yang memiliki lesi sentral yang terkait
dengan gigi tertanam; jenis extrafollicular (24% kasus), yang memiliki lesi sentral
dan tidak ada hubungannya dengan gigi; dan tipe perifer (3% kasus).6 Penentuan
histologis WHO terhadap tumor odontogenik, kista rahang dan lesi sekutu (2005)
telah mendefinisikan AOT sebagai tumor epitel odontogenik dengan struktur
seperti saluran dan dengan tingkat perubahan induktif yang bervariasi di jaringan
ikat.7 Enukleasi bedah konservatif adalah pilihan pengobatan yang paling
disarankan. Tingkat kekambuhan untuk AOT sangat jarang terjadi. Kecuali hanya
tiga kasus yang dilaporkan pada pasien Jepang menunjukkan kekambuhan tumor
ini, oleh karena itu, prognosisnya sangat baik bila benar-benar diambil secara
keseluruhan5
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan berusia 14 tahun memeriksakan diri ke
departemen kedokteran gigi kesehatan masyarakat dengan keluhan pembengkakan
di daerah gigi depan kanan atas sejak 5 bulan. Sejarah penyakit saat ini
mengungkapkan bahwa pada awalnya pembengkakan berukuran kecil dan secara
64
bertahap membesar dan mencapai ukuran saat ini. Pembengkakan tidak terkait
dengan rasa sakit atau nanah, dan tanpa riwayat trauma yang terkait dengannya.
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan asimetri wajah ringan dengan hilangnya
lipatan nasolabial (Gambar 1). Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya
pembengkakan difus soliter pada daerah gigi maksila kanan yang membentang
dari aspek mesial 51 sampai aspek mesial 13 bentuk oval kira-kira berukuran
sekitar 1 2 cm dalam dimensi terbesar. Warna mukosa di atasnya normal. Pada
palpasi, semua temuan inspeksi dikonfirmasi pembengkakan konsistensnya
lembut, tidak nyeri. Pada pemeriksaan jaringan keras, terdapat gigi 51 yang
tertahan dan gigi 11 hilang secara klinis. Ada pembutuan vestibular terkait dengan
51,12,13 (Gambar 2). Jadi, berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis diagnosis
sementara kista dentigerous i.r.t 11 dengan diagnosis banding tumor odontogenik
adenomatoid. Dalam penyelidikan sitologi aspirasi jarum dilakukan dan
mengungkapkan cairan berwarna jerami dengan kadar protein adalah 4,9 gm / dL.
(Gambar 3). Radiografi intraoral periapikal menunjukkan radiolusensi unilokular
yang terdefinisi dengan baik terlihat terkait dengan 51 dengan 11 terimpaksi.
Terdapat resorpsi akar sehubungan dengan 51 (Gambar 4).
65
Gambar 2: Gambaran intraoral menunjukkan pembengkakan aspek palatal
Gambar 4: Radiografi periapikal intraoral dari gigi insisivus kanan atas ke daerah
kaninus yang menunjukkan gambaran radiolusen unilokular
66
Radiografi oklusal juga menunjukkan gambaran radiolusen yang
terdefinisi dengan baik11 (Gambar 5). Orthopantomograf pasien yang diambil juga
menunjukkan temuan serupa (Gambar 6). Prosedur eksisi bedah telah dilakukan
dan spesimen dikirim untuk pemeriksaan histopatologis, yang kemudian
menunjukkan gambaran sel kuboidal ke kolumnar yang tersusun dalam bentuk
seperti sarang dan mawar. Gambaran tubular, area padat, pola seperti saluran, dan
susunan selulosanya tampakdengan jelas. Beberapa sel juga tersusun dalam pola
pleksiform dan area kribriform juga dapat terlihat. Pada pembesaran, tinggi,
terlihat gambaran sarang sel polihedral yang tinggi, disertai pola duktus yang
dilapisi oleh sel kuboidal ke sel koloumnar (Gambar 7), Pada pembesaran rendah,
sel epitel terdapat di sepanjang pola duktus (Gambar 8), yang mana
mengkonfirmasi kembali diagnosis akhir AOT11.
67
Gambar 7: Pembesaran tinggi
DISKUSI
AOT adalah lesi odontogenik jinak non-invasif yang dengan tipe
pertumbuhan yang lambat. Kondisi ini umumnya terjadi intraosseous, tetapi dapat
juga terjadi di area perifer, walaupun jarang8. Enam puluh sembilan persen AOT
didiagnosis pada dekade kedua kehidupan, dan lebih dari setengahnya terjadi
selama masa remaja. Rasio wanita terhadap laki-laki untuk semua kelompok usia
dan semua varian adalah sama yaitu 2:1. Umumnya ukuran tumor tidak melebihi
1-3 cm, tapi bisa lebih besar, dan umumnya terjadi di daerah rahang bawah terkait
dengan beberapa kasus impaksi yang menyertai.9,10 Asal usul AOT diyakini
berasal dari sumber odontogenik, dengan fitur sitologi mirip dengan organ
enamel, pengikisan epitel enamel, lamina gigi dan komponen lainnya. Lesi
umumnya tidak bergejala, namun pertumbuhan dengan lesi sentral dapat
menyebabkan ekspansi korteks. Temuan-temuan radiografi AOT sering
menyerupai lesi odontogenik lainnya seperti kista dentigerous, kalsifikasi kista
68
maksila globuler, kalsifikasi kista odontogenik, tumor odontogenik,
ameloblastoma, keratokista odontogenik, dan peyakit periapikal.12 Pergeseran
gigi-gigi di sampingnya karena ekspansi tumor jauh lebih umum terjadi daripada
penyerapan akar. Adanya lesi perifer dapat menunjukkan beberapa erosi pada
tulang korteks yang berdekatan.9 Gambaran radiografi periapikal intraoral
menunjukkan suatu radioopasitas di AOT sebagai fokus diskrit dengan pola
fluksulen dan pada beberapa kasus dijumpai gambaran deposit kalsifikasi
minimal. Sekitar 78% dari keseluruhan kasus AOT menunjukkan deposit
kalsifikasi.13 Tindakan bedah konservatif dengan enukleasi adalah modalitas terapi
pilihan. Regenerasi jaringan yang dipandu dengan teknik membran disarankan
untuk defisiensi intraboni-periodontal yang disebabkan oleh AOT setelah
pengangkatan tumor secara lengkap.14
KESIMPULAN
AOT adalah lesi odontogenik yang jarang terjadi, namun dapat dikenali
dari manifestasi klinis dan gambaran radiografinya. Persistensi gigi sulung untuk
jangka waktu yang lebih lama dan gigi permanen yang tidak mengalami erupsi,
bila dikaitkan dengan pembengkakan, selalu memerlukan pemeriksaan lebh lanjut
untuk suatu lesi odontogenik.
I. CASE REPORT 9
69
dan menunjukkan predileksi untuk daerah anterior rahang atas. Lesi biasanya
dikaitkan dengan mahkota gigi yang tertutup, yang paling umum adalah kaninus
maksila. Dalam makalah ini penulis menyajikan AOT yang terkait dengan kista
dentigerous yang mempengaruhi maksila kiri pada wanita berusia 15 tahun.
Penulis juga membahas manifestasi klinis, radiografsi, histopatologis, dan
terapeutik dari kasus ini.
1. PENDAHULUAN
AOT terdiri dari epitel odontogenik dalam berbagai pola histoarsitektural,
tertanam dalam stroma jaringan ikat dewasa, dan ditandai dengan pertumbuhan
yang lambat namun progresif. Dalam klasifikasi WHO tahun 2005, AOT
termasuk dalam epitel odontogenik dengan stroma berserat yang matang tanpa
ektomesenkim odontogenik [1]. Rentang usia di mana AOT terjadi bervariasi
antara 3 dan 82 tahun. Lebih dari dua pertiga didiagnosis pada dekade kedua
kehidupan dan 90% ditemukan sebelum usia 30 tahun. Lebih dari separuh kasus
terjadi di kalangan remaja. Rasio laki-laki:perempuan adalah 1:1,9 [2, 3]. Di
beberapa negara Asia rasionya bisa mencapai 1:3,2. AOT hampir secara eksklusif
terjadi intraosseous dengan lokasi predileksi di maxilla lebih besar dibanding
dengan mandibula (rasio 2,1: 1) [4]. Tipe perifer yang jarang terjadi, hampir
secara eksklusif terjadi pada gingiva maksila anterior. AOT juga dapat ditemukan
dalam tipe permanen (tipe folikel), pada empat gigi taring mencapai 60%,
sedangkan gigi kaninus maksila saja mencapai 40%. Penulis dengan ini
menyajikan kasus AOT yang berasal dari dinding kista dentigerous maksila pada
kelompok usia anak-anak di India.
2. LAPORAN KASUS
Seorang wanita India berusia 15 tahun dirujuk oleh dokter umum untuk
evaluasi pembengkakan rahang atas ke Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial,
Career Post Graduate Institute of Dental Sciences & Hospital, Lucknow. Riwayat
70
medisnya tidak signifikan. Pasien tidak mengeluhkan gejala lainnya dan kesehatan
umum baik. Pemeriksaan intraoral menunjukkan ekspansi rahang kiri dengan
kaninus yang hilang, dan mukosa tampak normal (Gambar 1 (a) dan 1 (b)). Pasien
tidak mengalami defisit saraf atau adenopati di daerah wajah dan leher.
Gambar 1: (a) Foto ekstraoral preoperatif wanita berusia 15 tahun dengan
pembengkakan pada maksila kiri. (b) Foto intraoral preoperatif yang menunjukkan
kaninus yang hilang.
71
Diagnosis banding berupa kista dentigerous, kalsifikasi kista odontogenik,
kalsifikasi tumor epitel, tumor odontogenik keratokistik, dan ameloblastoma
unikistik telah dibuat. Setelah dibedah, ditemukan jaringan berukuran 4,5 cm x
2,5 cm x 4 cm dengan permukaan halus dan disertai dengan kaninus (Gambar 3).
Tidak ada kalsifikasi yang ada di lumen kistik. Secara mikroskopis, bagian-bagian
menunjukkan nodul padat sel kolumnar dan sel berbentuk spindel yang
membentuk sarang dan struktur seperti bunga mawar. Bentukan amorf eosinofilik
terlihat di antara ruang seperti saluran yang dilapisi oleh satu baris sel epitel
kolumnar, dengan inti yang terpolarisasi jauh dari permukaan luminal (Gambar 4).
Area kistik terdiri dari jaringan fibrosa padat yang dilapisi oleh satu sampai tiga
lapisan epitel skuamosa keratinisasi berlapis (Gambar 5). Lapisan kista ini
berkontinuitas dengan area AOT. Sehingga, diagnosis histologis akhir sebagai
AOT yang timbul dari kista dentigerous pada maksila kiri. Tidak ada tanda
rekurensi pada evaluasi 3 tahun post operatif.
72
Gambar 4: Struktur mirip saluran dari epitel odontogenik; satu diisi dengan bahan
eosinofilik, bersama dengan 1-2 lapisan sel kuboidal (panah) (H & E 40)
Gambar 5: Area kistik yang dilapisi oleh lapisan 1-2 sel kuboidal tebal (H & E,
10).
3. DISKUSI
AOT pertama kali dijelaskan oleh Steensland pada tahun 1905 [12].
Namun, berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan tumor ini. Unal
dkk. [13] menghasilkan daftar berisi semua nomenklatur untuk AOT yang
dilaporkan dalam literatur. Banyak nama yang berbeda seperti
adenoameloblastoma, tumor adenomatoid ameloblastik, adamantinoma,
epitelioma adamantium, atau odontoma teratomatosa telah digunakan sebelumnya
untuk mengklasifikasikan lesi ini. Pada tahun 1999, Philipsen dan Reichart [14]
mempresentasikan sebuah tinjauan berdasarkan laporan yang diterbitkan sampai
1997 yang menunjukkan beberapa aspek menarik mengenai karakteristik dan
73
epidemiologi tumor ini [15]. Baru-baru ini, Esquiche Leon dkk. dalam sebuah
studi multicentre mengemukakan baik fitur klinisopatologis dan imunohistokimia
dari 39 kasus AOT [16].
Rick melaporkan AOT terjadi dengan banyak jenis kista dan neoplasma
termasuk kista dentigerous, kalsifikasi kista odontogenik, odontoma, dan
ameloblastoma. Sehubungan dengan kista dentigerous, AOT dapat menunjukkan,
satu atau lebih rongga kistik yang berkaitan, baik secara makros maupun
mikroskopis. Beberapa kista ini dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis yang mirip
dengan lapisan kista dentigerous atau dilapisi oleh membran yang kurang
terstruktur yang dapat menunjukkan ekstensi mirip tunas ke dalam jaringan ikat
[17]. Dalam kasus ini, daerah kistik terdiri dari jaringan fibrosa padat yang
dilapisi oleh satu sampai tiga lapisan epitel skuamosa berlapis. Kista AOT dan
dentigerous ditemukan pada lesi yang sama. Temuan klinis, radiografi, dan
makroskopik dalam kasus ini konsisten dengan deskripsi lesi pada literatur yang
ada [17]. AOT umumnya padat tapi terkadang kistik. Penelusuran sistematis
literatur medis berbahasa Inggris hanya mengungkapkan sembilan kasus seperti
itu termasuk populasi anak-anak dan hanya satu kasus anak dari India (Tabel 1).
Struktur kista dan komponen lain di sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi
khas untuk kista dentigerous. Odontogenesis adalah proses yang kompleks dan
lesi neoplastik atau hamartomatous dapat terjadi pada setiap tahap odontogenesis.
Perkembangan sekunder dari proliferasi ameloblastik, apakah hiperplastik ataupun
neoplastik, sudah diketahui namun tetap kontroversial. Dalam kasus ini,
proliferasi seluler multifokal memiliki struktur mirip AOT. Perkembangan mural
kista dentigerous tidak jarang terjadi. Tumor ini juga terenkapsulasi dan
menunjukkan perilaku jinak yang identik. Oleh karena itu, bedah enukleasi secara
konservatif menghasilkan hasil yang sangat baik dengan minimal rekurensi.
Sangat sedikit laporan kasus AOT yang timbul dari kista dentigerous
dengan identifikasi histologis yang sebelumnya telah dilaporkan. Kasus ini
membuat penulis sedikit mengalami kebingungan untuk mengelompokkan
74
sebagai kista odontogenik yang mengandung komponen epitel dan mesenkimal
atau tumor hibrida.
75