Proposal Praktikum Farmasi Bahan Alam 17

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PRAKTIKUM FARMASI BAHAN ALAM

JAMU PENURUN DEMAM (TOPIKAL)

DOSEN :

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. DESAK MADE NITA PRATIWI (1408505014)


2. NI KOMANG SRI INDRIYANI (1408505021)
3. I PUTU SURYA ANGGARA PUTRA (1408505040)
4. NI LUH NYOMAN NITI KURNIA SARI (1408505042)
5. RAHAYU WIRAYANTI (1408505047)

Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia


Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional


Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (BPOM, 2005). Pengobatan tradisional merupakan
upaya pengobatan dengan cara di luar ilmu kedokteran yang berdasarkan
pengetahuan yang bersumber pada tradisi tertentu (Rahayu dkk., 2006).
Penggunaan obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh leluhur bangsa
sejak berabad abad yang lalu yang terbukti dari adanya naskah lama pada daun
lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief
candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan
tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sari, 2006). Faktor pendorong meningkatnya
penggunaan obat tradisional adalah adanya konsep back to nature. Hal tersebut
diperkuat dari rekomendasi WHO dalam penggunaan obat tradisional termasuk
herbal untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan
penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker (Sari,
2006). Dibandingkan obat-obat modern, obat tradisional memiliki beberapa
kelebihan, antara lain:
1. Efek sampingnya relatif kecil jika digunakan dengan tepat
2. Komponen dalam suatu bahan memiliki efek yang saling mendukung
3. Pada satu tanaman obat memiliki beberapa efek farmakologi
4. Lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif
Selain memiliki beberapa kelebihan, obat tradisional juga memiliki
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional.
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain:
1. Efek farmakologisnya yang lemah,
2. Bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines, belum
dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
(Katno, 2008)
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keamanan dan mutu
obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan
pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk 4 bahan serta
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Ditjen POM, 1994).
Pada dasarnya obat tradisional dapat digolongkan menjadi tiga jenis yakni:
a. Jamu
Pada umumnya jamu di racik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang
belum diteliti secara ilmiah. Khasiat dan keamanannya dikenal secara empiris
(berdasarkan pengalaman turun temurun).

b. Obat Herbal Terstandar


Obat Herbal Terstandar umumnya sudah mengalami pemrosesan, misalnya
berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak tersebut sudah diteliti
khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinis (terhadap hewan) di laboraturium.
Disebut herbal terstandar, karena dalam proses pengujiannya telah di terapkan
standard kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas, serta uji
toksisitas.

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang keamanan serta standard proses
pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis.
(BPOM, 2004)

2.2 Jamu

Jamu adalah salah satu obat tradisional Indonesia. Jamu harus memenuhi
kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, klaim khasiat dibuktikan
berdasarkan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Formula
jamu terdiri beberapa bahan yaitu bahan aktif utama berkhasiat (BAUK), bahan
aktif pendukung khasiat (BAPK), bahan tambahan (bahan pewarna, bahan
penambah aroma, bahan pengisi, bahan penambah rasa) dan bahan pengantar.
Kelompok jamu harus mencantumkan logo dan tulisan JAMU berupa ranting
daun terletak pada lingkaran dan diletakkan pada bagian atas sebelah kiri dari
wadah/pembungkus/brosur. Logo tersebut dicetak dengan warna hijau di atas
dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo.
Tulisan JAMU harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di
atas dasar warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan
jamu (BPOM RI, 2004).

2.3 Pengertian Demam


2.4 Antipiretik
2.5 Tinjauan Bahan yang Digunakan dalam Formulasi
BAB III
METODE

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


3.1.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayana.

3.1.2 Waktu
Pelaksanaan praktikum dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan
September, Oktober dan November. Pada bulan pertama dilakukan penyiapan
proposal materi Jamu penurun demam (topikal) disertai dengan persentasi,
selanjutnya di bulan kedua dilakukan persiapan bahan hingga produksi jamu.
Bulan ketiga dilakukan optimasi dan evaluasi terhadap sediaan dilanjutkan dengan
pengemasan. Berikut rincian jadwal pelaksanaan praktikum.
Tabel 1. Acara Praktikum Formulasi Bahan Alam
No. Tanggal Acara Praktikum
1 08-09-2017 Pembuatan proposal Jamu penurun
demam (topikal)
2 15-09-2017 Persentasi proposal Jamu penurun demam
(topikal)
3 06-10-2017 Persiapan bahan praktikum
4 13-10-2017 Produksi formula jamu segar dan evaluasi
sediaan
5 20-10-2017 Optimasi formula jamu segar
6 27-10-2017 Produksi formula jamu instan
7 17-11-2017 Optimasi formula jamu instan dan
evaluasi sediaan
8 24-11-2017 Uji hedonik jamu dan pengemasan

3.2 Alat dan Bahan


3.3 Formula
3.3.1 Formula Standar
Tabel 2. Formula Standar 1
No. Bahan Jumlah yang digunakan
1 Daun Belimbing 33 lembar
2 Daun Sirih 3 lembar
3 Bawang Merah 3 siung
4 Air cendana secukupnya
Tabel 3. Formula Standar 2
No. Bahan Jumlah yang digunakan
1 Daun Dadap 5 lembar
2 Kencur 3 ruas jari
(Suwidja, 1991).

3.3.2 Formula yang Diajukan


Tabel 4. Formula Jamu Segar
No. Bahan Jumlah yang digunakan
1 Daun Belimbing 33 lembar
2 Daun Sirih 3 lembar
3 Bawang Merah 3 siung
4 Air cendana secukupnya

Tabel 5. Formula Jamu Instan


No. Bahan Jumlah yang digunakan
1 Daun Belimbing 33 lembar
2 Daun Sirih 3 lembar
3 Bawang Merah 3 siung
4 Air Cendana secukupnya
5 Pati 50 gram
6 Minyak Kelapa 15 ml
7 Essential Oil secukupnya

3.3.3 Fungsi Masing-Masing Bahan


Tabel 6. Fungsi Bahan
No. Bahan Fungsi Khasiat
1 Bawang Merah BAUK Antipiretik
2 Daun Sirih BAPK
3 Daun Belimbing BAPK
4 Air Cendana BAPK
5 Pati Bahan tambahan Pengisi
6 Minyak Kelapa Bahan penghantar Penghantar
7 Essential Oil Bahan tambahan Penambah aroma

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Prosedur Kerja Jamu Segar
Dikupas 3 siung bawang merah dan dicuci bersih. Sebanyak 33 lembar daun
belimbing wuluh dan 3 lembar daun sirih dicuci hingga bersih. Dibuat air cendana
: kayu cendana diameter 10 cm dimasukkan ke dalam cobek kemudian
ditambahkan 30 ml air, diaduk hingga berbau khas cendana. Ditumbuk bawang
merah, daun belimbing wuluh dan daun sirih hingga halus. Ditambahkan air
cendana diaduk hingga tercampur rata.

3.4.2 Prosedur Kerja Jamu Instan


Dikupas 3 siung bawang merah dan dicuci bersih. Sebanyak 33 lembar daun
belimbing wuluh dan 3 lembar daun sirih dicuci hingga bersih. Dibuat air cendana
: kayu cendana diameter 10 cm dimasukkan ke dalam cobek kemudian
ditambahkan 30 ml air, diaduk hingga berbau khas cendana. Ditumbuk bawang
merah, daun belimbing wuluh dan daun sirih hingga halus. Ditambahkan air
cendana diaduk hingga tercampur rata. Ditambahkan pati kemudian campuran
dikeringkan dalam oven pada suhu 500C selama 24 jam. Setelah kering campuran
diayak dengan ayakan mesh 40 hingga diperoleh serbuk. Saat pemakain
digunakan sebanyak 5 gram serbuk campuran dan 15 ml minyak zaitun dicampur
rata. Dioleskan pada perut, dada, dan punggung.

3.5 Kemasan
3.6 Evaluasi Sediaan
3.6.1 Evaluasi Kemasan
Evaluasi kemasan sediaan jamu antipiretik dilakukan dengan cara
mengamat kelengkapan pada etiket, brosur, serta penandaan pada kemasan
sekunder. Berikut tabel yang digunakan untuk evaluasi kemasan:
Tabel 5. Evaluasi Kemasan
No. Evaluasi Kemasan Keterangan
1. Merek
2. Khasiat
3. No. Registrasi
4. Logo Jamu
5. Nama Produsen
6. Komposisi Jamu
7. Peringatan
8. Netto/Isi
9. Dosis
10. No Produksi dan
Tanggal Kadaluarsa

3.6.2 Uji Organoleptik dan Uji Kesukaan (Uji Hedonik)


Uji organoleptik dilakukan secara fisik terhadap sediaan topikal meliputi
evaluasi aroma, rasa, dan warna. Uji kesukaan (hedonik) dilakukan dengan
memberikan kuisioner kepada beberapa konsumen jamu antipiretik yang
kemudian dilakukan perhitungan terhadap nilai total kepuasan dengan
menggunakan rumus.
a. Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Besar
sampel mengikuti rumus proporsi Lameshow (1997) yang diadaptasi dari Putri
(2012).
Z2 1-a/2P(1-P)N
n=
d2 (N-1)+Z2 1-a/2P(1-P)

Keterangan:
n = jumlah sampel minimal
2
Z 1-a/2 = selang kepercayaan (95%)
P = prevalensi (50%)
N = jumlah mahasiswa angkatan 2014 (31 orang)
D = nilai presisi yang diinginkan (10%)
Berdasarkan rumus diatas, diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan adalah
... orang.
b. Syarat Pemilihan Responden
- Mahasiswa angkatan aktif Farmasi Universitas Udayana yang memilih
mata kuliah Praktikum Farmasi Bahan Alam
- Berjenis kelamin pria dan wanita
- Tidak memiliki riwayat alergi terhadap daun belimbing wuluh
c. Pengujian
Tabel 6. Tabel Uji Organoleptik dan Uji Kesukaan (Hedonik)
Nomor Panelis: Produk: Jamu Antipiretik
Pria/Wanita: Tanggal:
Tingkat Kesukaan
Jenis Amat Agak Sangat
Sangat Agak Tidak Tanggapan
Pengujian Sangat Suka Tidak Tidak
Suka Suka Suka
Suka Suka Suka
Warna
Aroma
Kemasan
Saran :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh akan dikonversi dari skala hedonik ke skala numerik.
Konversi data dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Konversi Skala Hedonik ke Skala Numerik
Skala Hedonik Skala Numerik
Amat Sangat Suka 7
Sangat Suka 6
Suka 5
Agak Suka 4
Agak Tidak Suka 3
Tidak Suka 2
Sangat Tidak Suka 1

Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai total kepuasan dari masing-masing


jenis pengujian dengan:
Nilai total = (JP x SnASS) + (JP x SnSS) +

3.8 Skema Kerja

DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2004. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Nomor: HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan
Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. BPOM RI: Jakarta. Hlm. 2-3.
BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonsesia Nomor HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan
Fitofarmaka. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Jember: Program Studi Farmasi Universitas
Jember.
Katno. 2008. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Karanganyar: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Halaman 2; 5; 24.
Ditjen POM. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang
Baik (CPOTB). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Suwidja, K. 1991. Berbagai Cara Pengobatan Menurut Lontar Usada
Pengobatan Tradisional Bali. Singaraja: Indra Jaya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai