3489 PDF
3489 PDF
3489 PDF
skripsi
oleh
Wenty Anggraini
1550406010
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
Wenty Anggraini
NIM. 1550406010
ii
PENGESAHAN
Februari 2011
Panitia:
Ketua Sekretaris
Penguji Utama
Liftiah, S. Psi, M. Si
NIP. 196904151997032002
Penguji I Penguji II
iii
iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN
MOTTO
Cukuplah Allah sebagai Kekasih, Al Quran sebagai teman, Syukur-ikhlas-sabar
sebagai pengiring, dan Kematian sebagai peringatan. Semoga Allah Meridhoi....
(Easty Kartika)
Ketika waktu pagi tiba, jangan menunggu sampai sore. Hiduplah dalam batasan
hari ini. Kerahkan seluruh semangat yang ada untuk menjadi yang lebih baik di
hari ini. (DR. Aidh al-Qarni)
Smart people learn from their own mistakes. Smarter people learn from the
mistakes of others. A champion is someone who always try to get up even when
he/she cant. (Easty Kartika)
Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan
baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju surga. (HR. Muslim)
PERUNTUKAN
v
Keponakanku Astama Naufal Setiawanto dan Andhika Nashif Setiawanto
KATA PENGANTAR
Puji syukur tiada terkira kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Gaya Hidup
Anak Jalanan (Studi Kasus pada Anak Jalanan di Wilayah Binaan Yayasan Setara
Semarang tahun 2009) ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang
telah banyak membantu. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Sugiyarta SL, M.Si, Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
3. Dra. Sri Maryati Deliana, M.Si. dan Sugiariyanti, S. Psi., pembimbing I yang
tidak lelah memberikan bimbingan, nasehat dan arahan agar penulis segera
menyelesaikan skripsi ini.
4. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si., pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, saran, petunjuk, dan masukan selama penulisan skripsi.
5. Liftiah, S. Psi, M. Si., penguji utama yang telah memberikan masukan serta
kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi.
6. Seluruh dosen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah membagi ilmu dan pengalaman.
7. Saudara Mas Purwanto, dan Mba Deli yang sudah memperbolehkan tinggal
bersama selama proses penelitian. Matur nuwun sanget........
8. Keponakanku tersayang, Astama Naufal Setiawanto dan Andhika Nashif
Setiawanto dengan penelitian ini semoga kondisi kalian menjadi lebih baik.
9. Seluruh Dewaan Guru TK Melati (Bu Sri, Bu Ami, dan Bu Musyarofah) serta
Bu Amanah terima kasih telah membantu proses penelitian.
10. Ibu...Ibu...Ibu dan bapak tercinta, matur nuwun sanget kagem sedoyo..., maaf
menawi wenty sering damel Bapak lan Ibu kuciwo.
vi
11. Dek Tyasku tersayang, kamulah energiku. Semoga kamu dapat mencapai hasil
yang lebih tinggi dari yang sudah aku raih.
12. Fandika Dieta Pratama yang selalu memberi semangat dan dukungan. Semoga
ada hari esok untuk kita dapat tetap bersama dan saling mendukung.
13. Sahabat-sahabat terbaikku Ridzki Dewi Nugraheni, Maya Sulistyowati, Sylvia
Anggraeni Motto, dan Roosiana Vika Lindrati terima kasih. Entah jadi apa
aku tanpa kalian. Semoga persahabatan ini kan tetap terjaga.
14. Kakakku Easty Kartika dan Mugi Lestari serta adikku Umi Qulsum, dan Echa
Budi R, terima kasih karena telah menemani dan membuatku lebih bermakna.
15. Demon Community (Mas Tongkol, Mas Luwak, Mas Ponyot, Mas Babon, dan
Mas Puput) yang telah memberikan rasa persaudaraan yang hangat.
16. Seluruh anak-anak Ramadhina Boarding House terima kasih telah menjadi
anggota keluargaku selama ini.
17. Para Kualitatiferz (Mas Hendra, Mas Amri, Atun, Ulfa, Ferdi, Kiki, Rio) yang
tiada henti memberi masukan dan semangat.
18. Konco-konco Psikologi angkatan 2006 (PSIKOPATRIOT) yang telah
bekerjasama dan berbagi suka duka selama menjadi mahasiswa guna menimba
ilmu bersama.
19. Sedulur Basah Community. Bersama kalian aku dapat menemukan saudara di
tanah Wadas Lintang.
20. Rekan-rekan Honey Bee Preschool yang telah memberi kesempatan untuk
bekerja bersama selama satu tahun. Thanks a lot Ms...
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT dan mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan makna dan
manfaat bagi pembaca.
Semarang, 18 Februari 2011
Penulis
vii
ABSTRAK
Anggraini, Wenty. 2011. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Anak (Studi Kasus
Anak Usia 5 Tahun). Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang. Dra. Sri Maryati D.,M.Si dan Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si.
Kata kunci: speech delay, anak
Masalah keterlambatan bicara pada anak merupakan masalah yang cukup serius
yang harus segera ditangani karena merupakan salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara dapat
diketahui dari ketepatan penggunaan kata, yang ditandai dengan pengucapan yang tidak
jelas dan dalam berkomunikasi hanya dapat menggunakan bahasa isyarat, sehingga orang
tua maupun orang yang ada disekitarnya kurang dapat memahami anak, walaupun si anak
sebenarnya dapat memahami apa yang dibicarakan orang. Keterlambatan bicara ini
nantinya tidak hanya dapat mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi anak, tetapi
juga dapat mempengaruhi penyesuaian akademis anak. Keterlambatan bicara (speech
delay) pada anak yaitu apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah tingkat
kualitas perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari
ketepatan penggunaan kata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan bicara (speech delay) pada anak dan juga perlakuan yang diberikan oleh
orang tua dan lingkungan dalam rangka menanggapi permasalahan ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Unit
analisisnya yaitu keterlambatan bicara (speech delay). Narasumber dalam penelitian ini
berjumlah 5 orang yang terdiri dari 2 orang narasumber primer (Bapak dan Ibu subjek)
dan 3 orang narasumber sekunder (Ibu Guru TK A, Ibu Guru TK B, dan Ibu Guru Les
subjek). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara,
observasi, catatan lapangan, serta dokumentasi pendukung untuk memperkuat kebenaran
data yang diambil. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ketekunan pengamatan di lapangan dan teknik triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 faktor yang mempengaruhi
keterlambatan bicara (speech delay) yang terjadi pada subjek dalam kasus ini. 12 faktor
tersebut adalah Multilingual, model yang baik untuk ditiru, kurangnya kesempatan untuk
berpraktek bicara, kurangnya motivasi untuk berbicara, dorongan, bimbingan, hubungan
dengan teman sebaya, penyesuaian diri, kelahiran kembar, jenis kelamin, penggolongan
peran seks, dan besarnya keluarga/ukuran keluarga. Selain faktor-faktor tersebut di atas
terdapat 3 faktor yang merupakan temuan dalam penelitian ini, yaitu sistem kakak adik,
kebiasaan anak dalam menonton televisi, dan pengetahuan orang-orang di sekitar subjek
yang kurang mengetahui akan hambatan ini.
Adapaun implikasi dari penelitian ini adalah sistem kakak yang harus mengalah
dengan adik harus dihilangkan sehingga diharapkan kemampuan sepasang anak kembar
bisa berkembang bersamaan dan secara lebih maksimal, mengurangi kebiasaan anak
menjadi subjek pasif pada saat menonton televisi, maka mereka akan dapat berinteraksi
langsung dengan lingkungan sosial mereka secara aktif, dan juga meningkatkan
pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan bicara terhadap keluarga dan juga
orang-orang yang berinteraksi dengan anak.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 ....................................................................................................... Lata
r Belakang ............................................................................................ 1
1.2 ....................................................................................................... Rum
usan Masalah ........................................................................................ 9
1.3 ....................................................................................................... Tuju
an Penelitian ......................................................................................... 10
1.4 ....................................................................................................... Keg
unaan Penelitian.................................................................................... 10
1.4.1..................................................................................................... Seca
ra Teoritis ......................................................................................... 10
1.4.2..................................................................................................... Seca
ra Praktis .......................................................................................... 11
BAB 2 LANDASAN TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA....................... 13
2.1 ....................................................................................................... Pers
pektif Teoritik ....................................................................................... 13
ix
2.1.1 .................................................................................................. Peng
ertian Bicara ..................................................................................... 13
2.1.2 .................................................................................................. Cara
Memproduksi Bicara... ..................................................................... 15
2.1.3 .................................................................................................. Hal
Penting dalam Belajar Berbicara....................................................... 17
2.1.4 .................................................................................................. Pola
Belajar Berbicara .............................................................................. 19
2.1.5 .................................................................................................. Taha
pan Perkembangan Kemampuan Bicara & Berbahasa... .................... 23
2.1.6 .................................................................................................. Terl
ambat Bicara .................................................................................... 30
2.1.7 .................................................................................................. Fakt
or Penyebab Keterlambatan Bicara ................................................... 31
2.2 ....................................................................................................... Kaji
an Pustaka............................................................................................. 34
2.3 ....................................................................................................... Kera
ngka Teoritis ......................................................................................... 37
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 40
3.1 ....................................................................................................... Jenis
dan Desain Penelitian............................................................................ 40
3.2 ....................................................................................................... Unit
Analisis................................................................................................. 42
3.3 ....................................................................................................... Sum
ber Data ................................................................................................ 44
3.3.1 .................................................................................................. Subj
ek Penelitian..................................................................................... 44
3.3.2 .................................................................................................. Nara
sumber Penelitian ............................................................................. 48
3.4 ....................................................................................................... Met
ode dan Alat Pengumpul Data ............................................................... 48
x
3.4.1 .................................................................................................. Wa
wancara.................................................................................. ............. 49
3.4.2 .................................................................................................. Obse
rvasi Patisipan.................................................................... ................. 52
3.4.3 .................................................................................................. Cata
tan Lapangan....................................................................................... 52
3.4.4 .................................................................................................. Dok
umentasi.................................................................................. ............ 53
3.4.4.1.............................................................................................. Reka
man.................................................................................. ............... 53
3.4.4.2.............................................................................................. Dok
mentasi Tes........................................................................ ............ 53
3.5 ....................................................................................................... Kea
bsahan Data .......................................................................................... 53
3.6 ....................................................................................................... Anal
isis Data ................................................................................................ 56
BAB 4 PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............... 58
4.1 ....................................................................................................... Setti
ng Penelitian ......................................................................................... 58
4.1.1 Gambaran Umum Kota Tangerang ................................................... 58
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Karawaci ........................................... 60
4.1.3 Gambaran Umum Kelurahan Nusa Jaya ........................................... 61
4.2 ....................................................................................................... Pros
es Penelitian.......................................................................................... 62
4.3 ....................................................................................................... Papa
ran Data ................................................................................................ 66
4.3.1 .................................................................................................. Ident
itas Subjek Penelitian ....................................................................... 66
4.3.2 .................................................................................................. Ident
itas Narasumber Primer dan Sekunder .............................................. 66
xi
4.3.3 .................................................................................................. Kete
rangan Koding .................................................................................. 68
4.3.4 .................................................................................................. Riw
ayat Kasus ........................................................................................ 70
4.3.5 .................................................................................................. Kem
ampuan Si Kembar dalam Berbicara ................................................. 75
4.3.6 .................................................................................................. Dina
mika Paparan Data ........................................................................... 78
4.3.5.1.............................................................................................. Subj
ek Berusia 4-22 bulan ................................................................ 78
4.3.5.1.1 .........................................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Subjek Berbicara ....... 79
4.3.5.1.2 ......................................................................................... Hal
Penting dalam Belajar Bicara .................................................. 84
4.3.5.1.3 .........................................................................................
Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Bicara ...... 93
4.3.5.2.............................................................................................. Subj
ek Berusia 22 Bulan-3 Tahun 3 Bulan ....................................... 105
4.3.5.2.1 .........................................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Subjek Berbicara ....... 106
4.3.5.2.2 ......................................................................................... Hal
Penting dalam Belajar Bicara .................................................. 112
4.3.5.2.3 .........................................................................................
Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Bicara ...... 117
4.3.5.3.............................................................................................. Subj
ek Berusia 3 Tahun 3 Bulan ....................................................... 124
4.3.5.3.1 .........................................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Subjek Berbicara ....... 124
4.3.5.3.2 ......................................................................................... Hal
Penting dalam Belajar Bicara .................................................. 129
xii
4.3.5.3.3 .........................................................................................
Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Bicara ...... 137
4.3.5.4.............................................................................................. Subj
ek Sekarang Berusia 5 Tahun 6 Bulan ....................................... 147
4.3.5.4.1 .........................................................................................
Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Subjek Berbicara ....... 147
4.3.5.4.2 ......................................................................................... Hal
Penting dalam Belajar Bicara .................................................. 152
4.3.5.4.3 .........................................................................................
Kondisi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Bicara ...... 162
4.3.7 .................................................................................................. Tem
uan Penelitian ................................................................................... 171
4.3.7.1.............................................................................................. Subj
ek berusia 4-22 bulan ................................................................... 172
4.3.7.2.............................................................................................. Subj
ek Berusia 3 Tahun 3 Bulan ......................................................... 173
4.3.7.3.............................................................................................. Subj
ek Sekarang Berusia 5 Tahun 6 Bulan .......................................... 174
4.4 ....................................................................................................... Pem
bahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 176
4.4.1 .................................................................................................. Kem
ampuan si Kembar dalam Berbicara ................................................. 176
4.4.2 .................................................................................................. Fakt
or yang Mempengaruhi Banyaknya Subjek Berbicara ....................... 179
4.4.2.1.............................................................................................. Intel
igensi......................................................................................... 179
4.4.2.2.............................................................................................. Jenis
Disiplin ..................................................................................... 180
4.4.2.3.............................................................................................. Posi
si Urutan.................................................................................... 181
xiii
4.4.2.4.............................................................................................. Besa
rnya Keluarga ............................................................................ 182
4.4.2.5.............................................................................................. Statu
s Sosial Ekonomi ....................................................................... 184
4.4.2.6.............................................................................................. Statu
s Ras.......................................................................................... 186
4.4.2.7.............................................................................................. Berb
ahasa Dua .................................................................................. 187
4.4.2.8.............................................................................................. Peng
golongan Peran Seks.................................................................. 193
4.4.3 .................................................................................................. Hal
Penting dalam Belajar Berbicara....................................................... 194
4.4.3.1.............................................................................................. Persi
apan Fisik .................................................................................. 194
4.4.3.2.............................................................................................. Kesi
apan Mental............................................................................... 195
4.4.3.3.............................................................................................. Mod
el yang Ditiru ............................................................................ 196
4.4.3.4.............................................................................................. Kese
mpatan Praktek .......................................................................... 206
4.4.3.5.............................................................................................. Moti
vasi untuk Berbicara .................................................................. 209
4.4.3.6.............................................................................................. Bim
bingan ....................................................................................... 211
4.4.4 .................................................................................................. Kon
disi yang Mendorong Keragaman Kemampuan Bicara ..................... 214
4.4.4.1.............................................................................................. Kese
hatan ......................................................................................... 214
4.4.4.2.............................................................................................. Kece
rdasan ........................................................................................ 214
xiv
4.4.4.3.............................................................................................. Kea
daan Sosial Ekonomi ................................................................. 215
4.4.4.4.............................................................................................. Jenis
Kelamin..................................................................................... 218
4.4.4.5.............................................................................................. Kein
ginan Berkomunikasi ................................................................. 219
4.4.4.6.............................................................................................. Doro
ngan .......................................................................................... 223
4.4.4.7.............................................................................................. Urut
an Keluarga ............................................................................... 226
4.4.4.8.............................................................................................. Urut
an Kelahiran .............................................................................. 227
4.4.4.9.............................................................................................. Met
ode Pelatihan Anak .................................................................... 228
4.4.4.10 ............................................................................................ Kela
hiran Kembar............................................................................. 229
4.4.4.11 ............................................................................................ Hub
ungan dengan Teman Sebaya ..................................................... 230
4.4.4.12 ............................................................................................ Kepr
ibadian ...................................................................................... 233
4.4.5 .................................................................................................. Tem
uan Penelitian ................................................................................... 232
4.4.5.1.............................................................................................. Pene
rapan Sistem Kakak Adik .......................................................... 235
4.4.5.2.............................................................................................. Kebi
asaan Menonton Televisi ........................................................... 237
4.4.5.3.............................................................................................. Peng
etahuan yang Kurang akan Hambatan Perkembangan ................ 238
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 244
5.1 ....................................................................................................... Sim
pulan..................................................................................................... 244
xv
5.1.1 .................................................................................................. Fakt
or yang Mempengaruhi Keterlambatan Bicara .................................. 244
5.1.2 .................................................................................................. Perla
kuan oleh Lingkungan ...................................................................... 248
5.2 ....................................................................................................... Impl
ikasi ...................................................................................................... 248
5.2.1 .................................................................................................. Impl
ikasi Teoritis .................................................................................... 248
5.2.2 .................................................................................................. Impl
ikasi Praktis ...................................................................................... 249
5.3 ....................................................................................................... Sara
n ........................................................................................................... 249
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 251
LAMPIRAN .................................................................................................. 253
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahap Tahap Perkembangan Bahasa Brown .......................... 24
Tabel 2.2 Language Milestone from Birth to 3 Years................................ 25
Tabel 2.3 Tahapan Kemampuan Mengucapkan Kata ................................ 30
Tabel 2.4 Risk Variable Percentages ........................................................ 35
Tabel 3.1 Unit Analisis Penelitian ............................................................ 43
Tabel 3.2 Indikator Perkembangan Kemampuan Berbicara ...................... 46
Tabel 3.3 Kriteria dan Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data .................. 54
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Tangerang ................................................. 59
Tabel 4.2 Tabel Alur Pembahasan ............................................................ 240
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Kerangka Teoritis ............................................................. 37
Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang................................................................. 58
Gambar 4.2 Peta Kecamatan Karawaci ........................................................ 60
Gambar 4.3 Peta Kelurahan Nusa Jaya ......................................................... 61
Gambar 4.4 Alur Hasil Penelitian................................................................. 243
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Observasi
a. Pedoman Wawancara ......................................................... 253
b. Pedoman Observasi ............................................................ 254
Lampiran 2. Hasil Wawancara Narasumber Primer Pertama
Transkip Hasil Wawancara Narasumber.................................. 255
Lampiran 3. Hasil Wawancara Narasumber Primer Kedua
Transkip Hasil Wawancara Narasumber.................................. 301
Lampiran 4. Hasil Wawancara Narasumber Sekunder Pertama
Transkip Hasil Wawancara Narasumber.................................. 332
Lampiran 5. Hasil Wawancara Narasumber Sekunder Kedua
Transkip Hasil Wawancara Narasumber.................................. 349
Lampiran 6. Hasil Wawancara Narasumber Sekunder Ketiga
Transkip Hasil Wawancara Narasumber.................................. 364
Lampiran 7. Hasil Wawancara Narasumber
Tabel Alat Ukur Kemampuan Bicara ...................................... 378
Lampiran 8. Catatan Lapangan
a. Catatan Lapangan Wawancara ............................................ 380
b. Catatan Lapangan Observasi ............................................... 385
Lampiran 9. Hasil Analisis Data
Tabel Analisis Data................................................................. 414
Lampiran 10. Dokumentasi
Hasil tes Inteligensi................................................................. 466
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak
untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui
bicara mengacu pada simbol verbal. Selain dengan menggunakan simbol verbal,
bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa
atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk
(ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang
berbeda-beda).
bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (dari anak) dan faktor
ekstrinsik (dari lingkungan). Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir
1
2
termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan
berbicara. Sementara itu faktor ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling
merupakan keluhan sebagian orang tua, yang pada akhirnya didiagnosis sebagai
ditemukan akhir-akhir ini. Dari 60 kasus tersebut hanya sebagian sebagian kecil
saja yang datang pada usia kurang dari 1 tahun. Kegagalan dalam relasi dan
komunikasi pada periode usia 0-3 tahun ini tidak dipandang sebagai suatu defisit
yang permanen tetapi dianggap suatu kondisi yang masih sangat berubah dan
berkembang. Tidak mudah untuk mengubah kegagalan dalam menjalin relasi pada
periode usia 0-3 tahun ini, namun kalau orangtua atau khususnya ibu harus jeli
sehingga dia akan segera tahu ada sesuatu yang terjadi pada anaknya. Dari 60
ternyata sejak bayi mereka memang terlalu diam atau tidak mengoceh sesering
bayi-bayi lain yang normal. 12 bulan pertama kehidupan seseorang anak adalah
serius yang harus segera ditangani karena merupakan salah satu penyebab
bicara dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, yang ditandai dengan
pengucapan yang tidak jelas dan dalam berkomunikasi hanya dapat menggunakan
bahasa isyarat, sehingga orang tua maupun orang yang ada disekitarnya kurang
dapat memahami anak, walaupun si anak sebenarnya dapat memahami apa yang
dibicarakan orang.
berada di bawah anak normal pada usianya. PPDGJ tertulis syarat diagnosa
gangguan berbicara karena tidak memenuhi syarat dalam PPDGJ yang telah
fungsi yang berkaitan erat dengan susunan saraf pusat yang sering disebut sebagai
seseorang untuk mencapai suatu tujuan (Chaplin, 2006: 52). Dalam tugas
berbicara dapat diartikan sebagai suatu kesukaran atau halangan anak dalam
gangguan berbicara lebih bersifat mendetail sesuai yang ditetapkan dalam PPDGJ
fleksibel sesuai dengan kendala anak sukar atau terhalang untuk berbicara sesuai
lingkungan.
harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini.
5
Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang
merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Dalam
deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak
bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak.
ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia
dua tahun, anak tersebut akan membaik. Tetapi bila keterlambatan bicara tersebut
bukan karena proses fungsional (non fungsional) maka gangguan tersebut harus
lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan, maka harus cepat dilakukan
perkembangan bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari
berbicara ada banyak faktor. Diantaranya seperti yang telah dikemukakan oleh
keterlambatan bicara pada anak dengan ras yang tidak diketahui atau campuran
pada anak usia 3 tahun. Dari hasil penelitiannya mengungkap bahwasanya yang
mengenai jenis kelamin laki-laki, rendahnya pendidikan ibu (ibu yang tidak dapat
menyelesaikan SMA), dan juga dampak dari permasalahan genetik yang dibawa
ibu.
6
tahun lebih satu bulan. Pada waktu mereka berusia empat bulan, mereka dibawa
ke luar negeri tepatnya di Australia dan menetap selama 18 bulan di sana. Mereka
apartemennya dan juga kedua orang tuanya. Lingkungan sekitar apartemen atau
komunikasinya sehari-hari. Lain halnya dengan kedua orang tua si Kembar yang
bahasa dan dialek Jawa pada kesehariannya karena mereka berdua berasal dari
daerah yang sama yaitu Banyumas. Perbedaan bahasa yang digunakan antara
lingkungan tempat bermain anak dengan kedua orang tuanya yang mempunyai
dua bahasa yang berbeda atau billingual membuat anak menjadi bingung dalam
menerima bahasa.
pembentukannya. Kalimat yang dibuat oleh kedua orang tua si Kembar hanya
7
berisi subjek dan predikat. Intensitas komunikasi juga bisa dikatakan relatif
sedikit. Dari hal tersebut dapat ditarik sebuah asumsi bahwasanya si Kembar
mengalami keadaan sepi bahasa yang berasal dari kedua orang tuanya.
tersebut dibawa pulang kembali dan menetap di Indonesia. Pada saat itu si
Kembar berumur dua tahun dan yang terjadi adalah kedua anak tersebut
sudah berusia 22 bulan, tetapi mereka belum juga mengeluarkan bicara selain
mama, papa, ni, dan tu. Menurut Monks dkk (2002: 160) menyatakan bahwa di
antara bulan ke-18 dan ke-20 (dengan kemungkinan penyimpangan yang banyak),
anak mulai mempelajari kalimat dua kata yang pertama. Anak mempunyai
perintah, karena hanya ibu saja yang tahu detil kebiasaan si kembar. Kata-kata
lain yang sering terdengar adalah su, untuk menggantikan kata susu. Selain
kata itu anak jarang sekali mengeluarkan kata-kata lain. Anak juga terlihat banyak
bergerak, dan juga terkadang mereka memukul Ibu atau Bapaknya jika keinginan
ataupun bahkan orang tua sendiripun sering tidak mengerti maksud perkataan si
Kembar, karena kata yang mereka gunakan tidak tepat dengan apa yang mereka
inginkan. Sebagai contoh di sini adalah ketika mereka hanya menggunakan kata
ibu pada saat mereka lapar dan ingin makan. Sang Ibu memang sangat mengerti
8
apa yang si Kembar inginkan, tetapi terkadang ibu juga pernah salah dalam
Kembar.
arah tempat yang dia ingin tuju, memegang perutnya lalu menunjukkan ke orang
tuanya ketika mereka lapar. Si Kembar juga terlihat hiperaktif, mereka lebih cepat
menyatakan bahwa dalam organ bicara dari kedua anak itu normal dan dokter
yang berasal dari organ bicaranya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang lain.
bicaranya bisa dikatakan masih mengalami hambatan. Anak umur 4-5 tahun
memiliki 1500-2100 kosa kata. Dapat menggunakan grammar atau tata bahasa
dengan benar terutama yang berhubungan dengan waktu. Pada tahap ini anak
mulai belajar tata bahasa dan dapat menggunakan kalimat dengan lengkap baik,
kata-kata, kata kerja, kata depan, kata sifat maupun kata sambung. 100% kata-kata
sudah jelas dan beberapa ucapan masih belum sempurna. Dalam hal proses
sempurna. Si Kembar hanya mampu membuat gabungan dari dua kata seperti
9
kamu keluar, ma maem, pintu tutup. Mereka juga masih sering sekali malas
untuk sekedar mengucapkan kata iya dan tidak, serta menggantinya dengan
keterlambatan bicara (speech delay) pada anak yang ditemukan dari semenjak
subjek berada di Australia hingga sekarang, dan juga perlakuan apa yang telah
dilakukan orang tua dan lingkungan dalam menanggapi dari kasus tersebut. Pada
berbagai pihak untuk menyikapi kasus keterlambatan bicara (speech delay) pada
anak secara lebih bijak. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi kajian bagi
orang tua agar dapat mengantisipasi dan juga memberikan perlakuan yang tepat
bagi anaknya agar tidak terjadi keterlambatan bicara (speech delay) pada anaknya.
mempunyai dua macam tujuan, yang pertama yaitu untuk membatasi studi, dan
(2) Perlakuan apa saja yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan dalam
tersebut?
(speech delay) pada anak dengan mengkaji dari sudut pandang psikologi
mengenai:
anak.
(2) Perlakuan yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan dalam menanggapi
delay) yang dilihat dari sudut pandang psikologi. Mahasiswa dapat memperoleh
bicara (speech delay) dan juga perlakuan-perlakuan yang dapat dilakukan untuk
delay) pada anak dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya yang dikaji dari
sudut pandang psikologi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk membuktikan teori yang sudah ada dan dapat juga digunakan sebagai
bicara (speech delay) yang dilihat dari sudut pandang psikologi. Hal ini dapat
kepada kasus keterlambatan bicara (speech delay) pada anak secara lebih baik dan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi orang tua
membuat terapi yang tepat dalam penanganan kasus keterlambatan bicara (speech
hal yang diukur secara terpisah dan secara bersama-sama dianggap mencerminkan
dari berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk
dibuat orang dengan mulut mereka untuk menyampaikan suatu pesan; hal tersebut
merupakan suatu saran yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal tersebut diukur
yang digunakan seorang anak dengan norma-norma yang ada bagi kelompok
intonasi suara.
mewakili pikiran seseorang. Hal tersebut mengacu pada kosakata, tata bahasa, dan
kondisi sosial yang mengatur cara kita berkomunikasi melalui berbagai sarana
arti bagi semua bunyi dari kemampuan bicara yang kita lakukan.
13
14
bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi
komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting.
namun hampir setengah penduduk dunia adalah tuna aksara total, dan penggunaan
melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga
mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang
dihasilkan. Meskipun demikian, tidak semua bunyi yang dibuat anak dapat
otot syaraf untuk menimbulkan bunyi yang jelas, berbeda, dan terkendali,
mampu mengaitkan arti dengan bunyi yang terkendali itu, tidak jadi soal
Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak
berbicara dalam artian yang benar atau hanya membeo. Yang pertama adalah
harus mengacu hanya pada bola, bukan pada mainan umumnya. Dan yang kedua,
dengan mudah. Kata-kata yang hanya dapat dipahami anak karena sudah sering
mendengarnya atau karena telah belajar memahaminya dan menduga apa yang
adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan
untuk menyampaikan sesuatu. Bicara itu juga terdiri dari berbagai bunyi yang
dibuat orang dengan mulut mereka untuk berkomunikasi, tetapi tidak semua bunyi
yang dibuat anak dapat dipandang sebagai bicara. Hal yang dapat membuktikan
bahwasannya orang tersebut berbicara adalah dia harus mengerti arti dari kata
yang diproduksinya, di samping itu dia juga harus melafalkannya agar orang lain
Scovel (2009: 2649) menyebutkan ada empat cara untuk mengerti proses
1. Conceptualization
bahwa memproduksi bicara itu sendiri ada dua macam. Yaitu dengan syntactic
16
thinking atau dengan mempelajari kata demi katanya terlebih dahulu, atau dengan
informasi. Atau dengan kata lain, informan dan penerima informasi harus bertemu
2. Formulation
informasi yang kita terima, yang pada akhirnya dapat mengaburkan atau dapat
menyalahkan arti yang kita terima dari informan. The second stage of speech
disadari maupun tidak disadari oleh penyampai berita. Di sini, secara tidak
b) Kecepatan bicara. Cepat lambatnya berbicara antara satu orang dengan orang
lain tidak sama. Ada yang bisa mengontrol kecepatan bicaranya, adapula
yang tidak. Orang yang terlalu lambat dalam berbicara sedikit banyak akan
17
yang mempunyai kebiasaan dalam berbicara yang terlalu cepat. Hal ini akan
informan inginkan.
3. Artikulasi
huruf, kata demi kata yang komputer perintahkan. Artikulasi ini adalah cara
berbicara seseorang dalam mengeja huruf per hurufnya. Jika seseorang dalam
pelafalan huruf per hurufnya saja sudah tidak jelas, maka informasinya akan tidak
4. Self-monitoring
pembicaraan yang dia lakukuan terhadap orang lain. Jadi, di sini individu sudah
mengetahui mana kata yang salah dan tidak sesuai penempatannya, dan setelah itu
penting itu serupa dengan yang terdapat dalam mempelajari keterampilan motorik,
penting tersebut hilang maka saat belajar bicara akan terlambat dan kualitas cara
18
akan berada di bawah potensi anak dan di bawah tingkat kemampuan teman
sebayanya. Hurluck (1978: 184-185) menyebutkan bahwa ada enam hal penting
dalam belajar berbicara. Enam hal yang disebutkan oleh Hurlock (1978: 184-185)
Pada waktu lahir, terdapat saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah
terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu mencapai bentuk
yang lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan
model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut mungkin orang di lingkungan
mereka, penyiar radio atau televisi, dan aktor film. Jika mereka kekurangan model
yang baik, maka mereka akan sulit belajar berbicara dan hasil yang dicapai berada
tidak dapat membuat orang lain mengerti mereka akan putus asa dan marah. Ini
5. Motivasi
Jika anak mengetahui bahwa mereka dapat memperoleh apa saja yang
mereka inginkan tanpa memintanya, dan jika pengganti bicara seperti tangis dan
isyarat dapat mencapai tujuan tersebut, maka dorongan untuk belajar berbicara
akan melemah.
6. Bimbingan
perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga,
berbeda. Dari berbagai studi perkembangan pengendalian motorik dan bicara telah
motorik.
20
diikuti oleh periode mendatar atau plateaus yakni saat tidak terjadi perbaikan
yang nyata. Kapan saja tindakan motorik yang baru terbentuk, ada masa mendasar
temporer dalam pola perkembangan bicara. Sebagai contoh, antara umur 9 sampai
dengan 18 bulan, dorongan untuk berjalan kelihatan lebih kuat daripada dorongan
untuk berbicara. Setelah berjalan menjadi otomatis, perhatian bayi diarahkan pada
berbicara, dan di sini anak belajar bicara dengan cepat. Dari umur 18 bulan
Terlepas dari kenyataan bahwa anak belajar berbicara dalam pola yang
tersebut, yakni dalam ukuran kualitas kosakata dan dalam ketepatan pengucapan
sebagai berikut:
1. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara dari pada anak yang tidak
sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan
2. Kecerdasan
cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul dari pada anak
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah
belajar berbicara, mengungkapkan dirinya dengan lebih baik, dan lebih banyak
berbicara dari pada anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya lebih
rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak didorong banyak untuk berbicara
4. Jenis Kelamin
belajar berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek
dan kurang betul tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan
5. Keinginan Berkomunikasi
kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan
6. Dorongan
7. Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal
dan lebih baik dari pada anak dari keluarga besar karena orang tua dapat
8. Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul dari pada anak yang
lahir kemudian. Hal ini dikarenakan orang tua dapat menyisihkan waktunya yang
lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam
Anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa anak harus
belajar.
kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini
melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat
memahami mereka.
23
12. Kepribadian
bicaranya lebih baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dari pada anak
bahasa yang didasarkan atas jumlah kata per kalimat yang dihasilkan oleh seorang
anak di dalam suatu sampel yang terdiri dari sekitar 50 hingga 100 kalimat,
sebagai suatu indeks kematangan bahasa yang baik. Brown mengidentifikasi lima
Tahap MLU
1 1 + hingga 2,0
2 2,5
3 3,0
4 3,5
5 4,0
24
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Brown
Panjang
Usia
pengucapan rata- Kalimat yang
Tahap rata-rata Karakteristik
rata (jumlah rata- lazim diucapkan
(bulan)
rata per kalimat)
1 12 26 1,00 2,00 Perbendaraan kata utamanya Bayi mandi
terdiri dari banyak kata benda
dan kata kerja dengan sedikit
kata sifat dan kata keterangan;
urutan kata diperhatikan.
2 27 30 2,00 2,50 Penggunaan kata jamak; Mobil maju
menggunakan past tense, cepat
menggunakan be, kata depan,
beberapa preposisi.
3 31 34 2,50 3,00 Menggunakan pertanyaan ya- Letakkan bayi
tidak, menggunakan wh (who, itu
what, where); menggunakan
kalimat sanggahan dan kalimat
berita.
4 35 40 3,00 3,75 Melekatkan kalimat yang satu Itu mobil
di dalam kalimat yang lain. yang ibu beli
untukku
5 41 46 3,75 4,50 Koordinasi antara kalimat- Jenny dan
kalimat sederhana dan Cindy itu
hubungan-hubungan saudara
proposional.
25
Tabel 2.2
Language Milestone from Birth to 3 Years
bahasa, pada beberapa karakteristik bahasa awal, pada bagaimana bayi menguasai
orang tua dan para pengasuh lain membantu balita siap untuk literasi (melek
huruf), yaitu kemampuan untuk membaca dan menulis. the tipical sequence of
how babies acquire language and make progress in using it, and at how parents
and other caregivers help toddlers prepare for literacy, the ability to read and
write
Papalia (2004: 250-251) juga menjelaskan bahwa antara usia 4-5 tahun,
panjang rata-rata kalimat yang mereka buat adalah 4-5 kata dan mungkin berupa
Between ages 4 and 5, sentences average four to five wors and may be
1. Kata pertama
penguasaan artikulasi; dan oleh kemampuan mengaitkan kata dengan benda yang
benda tertentu secara konsisten dapat membantu anak dalam mengucapkan kata
itu. Tanpa adanya pengaitan ini, tampaknya menjadi kendala bagi anak untuk
dibuat oleh anak kecil merupakan kata-kata ocehan atau huruf-huruf yang diulang,
bahwa celoteh adalah bentuk senam suara, yang timbul secara spontan, tetapi
tidak ada arti atau asosiasi yang sesungguhnya bagi bayi. Sebagian bayi mulai
berceloteh seawal bulan kedua kehidupan. Setelah itu, terjadi peningkatan yang
Kata pertama yang berhasil diucapkan anak akan disusul oleh kata kedua,
anak biasanya dapat ditafsirkan sebagai sebuah kalimat yang bermakna. Jadi,
bicara anak yang pertamanya mengandung makna adalah terdiri atas kalimat satu
kata. Yang pertama kali muncul adalah ujaran yang sering diucapkan oleh orang
28
dewasa dan yang didengarnya atau yang sudah diakrabinya seperti mainan, orang,
bahwa anak menggunakan satu kata yakni kata benda atau kata kerja, yang
digabungkan dengan isyarat untuk mengungkapkan suatu pikiran utuh. Anak yang
Sebagai contoh, dengan mengatakan beri sambil mengacu pada salah satu
Kalimat dua kata adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua buah kata,
sebagai kelanjutan dari kalimat satu kata. Kemampuan untuk menggabungkan dua
kata ini dalam bentuk sebuah kalimat dikuasai anak menjelang usia 18 bulan. Hal
tersebut didukung oleh apa yang dikatakan Monks dkk (2002: 160) bahwa di
antara bulan ke-18 dan ke-20 (dengan kemungkinan penyimpangan yang banyak)
datanglah kalimat dua kata yang pertama. Anak mempunyai kemungkinan lebih
Misalnya, Gi susu dapat berarti bahwa anak tidak mau minum susu lagi, Gi
mama berarti anak ingin bepergian dengan mamanya, sedangkan Gi oto berarti
otonya baru saja pergi. Jadi yang penting di sini adalah intensitas semantiknya,
yaitu arti daripada apa yang dimaksunya. Hal ini berarti bahwa anak dalam
kalimat dua kata sudah mampu untuk menyatakan berbagai maksudnya meskipun
dengan alat sintaksis yang masih terbatas. Anak sudah dapat menyatakan bentuk
berkembanglah penyusunan kalimat yang terdiri tiga buah kata. Menurut Brown
(dalam Chaer 2003: 236) konstruksi kalimat tiga kata ini sebenarnya merupakan
hasil dari penggabungan atau perluasan dari konstruksi dua kata sebelumnya yang
Monks dkk (2002: 161) menyatakan bahwa perubahan kalimat dua kata
menjadi kalimat tiga kata terjadi kurang lebih antara bulan ke-24 dan bulan ke-30.
dalam kemampuan mengucapkan kata. Tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
30
Tabel 2.3
Tahapan Kemampuan Mengucapkan Kata
huruf-huruf yang
diulang,
bicara anak yang umurnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan
31
kata. Apabila pada saat teman sebaya mereka berbicara dengan menggunakan
kata-kata, sedangkan si anak terus menggunakan isyarat dan gaya bicara bayi
maka anak yang demikian dianggap orang lain terlalu muda untuk diajak bermain.
terlambat bicara adalah anak yang pada usia 2 tahun memliki kecenderungan salah
pada usia 3 tahun, atau juga memiliki kesulitan dalam menamai objek pada usia 5
tahun. Dan anak yang seperti itu, nantinya mempunyai kecenderungan tidak
mispronounce words at age 2, who have poor vocabulary at age 3, or who have
253) yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan definisi anak yang
berbicara sama baiknya seperti teman sebaya mereka yang kecerdasannya normal
atau tinggi; kurang motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat
untuk terus menggunakan bicara bayi karena mereka mengira yang demikian
bergaul dengan saudara kembar yang dapat memahami ucapan khusus mereka dan
Salah satu penyebab yang tidak diragukan lagi, paling umum dan paling
serius adalah ketidakmampuan mendorong anak berbicara, bahkan pada saat anak
mulai berceloteh. Apabila anak tidak didorong berceloteh, hal itu akan
bicara terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada
anak mereka tetapi juga menggunakan variasi kata yang luas, kemampuan bicara
Awal dari masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena
Sebaliknya ada anak-anak lain yang relatif diam, yang tegolong pendiam.
1. Inteligensi
2. Jenis disiplin
Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah lebih banyak
berbicara daripada anak-anak yang orang tuanya bersikap keras dan berpandangan
3. Posisi urutan
Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya dan
orang tua lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.
4. Besarnya keluarga
Anak tunggal di dorong untuk lebih banyak bicara daripada anak-anak dari
keluarga besar dan orang tuanya mempunyai lebih banyak waktu untuk berbicara
dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini
anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
6. Status ras
Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan anak
berkulit hitam dapat disebabkan sebagian karena mereka dibesarkan dalam rumah
dimana para ayah tidak ada atau dimana kehidupan keluarga tidak teratur karena
7. Berbahasa dua
Meskipun anak dari keluarga berbahasa dua sebanyak anak dari keluarga
anak masih berada dalam tahun-tahun pra sekolah. Anak laki-laki diharapkan
sedikit berbicara dibandingkan dengan anak perempuan. Apa yang dikatakan dan
mengkritik orang lain misalnya, dianggap lebih sesuai untuk anak laki-laki.
keterlambatan bicara (speech delay). Jurnal yang berkaitan dengan topik yang
diangkat yaitu jurnal yang berjudul Risk Factors for Speech Delay of Unknown
mencoba mengungkap faktor resiko untuk keterlambatan bicara pada anak dengan
ras yang tidak diketahui atau campuran pada anak usia 3 tahun. Hasil dari
Tabel 2.4
Risk Variable Percentages by Speech Diagnosis, Associated Odds Ratios (OR),
and Confidence Intervals (CI)
Penelitian ini dikenakan pada subjek 639 anak-anak dari berbagai ras
dengan usia 3 tahun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 100 anak mengalami
speech delay sedangkan 539 anak tidak mengalami speech delay. Dari 100 anak
yang mengalami speech delay, 22% anak berasal dari ibu yang pendidikannya
rendah (dalam hal ini tidak lulus SMA), 70% berjenis kelamin laki-laki, 36% yang
bicara (speech delay) daripada perempuan. In the present study, 70% of the
100 children with speech delay were male and 300% were female.
2. Positive family history. Yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah anak
sebagai dampak dari orang tua yang mengalami gangguan tersebut, tetapi
extent to which the increased risk associated with positive family history
KEBUTUHAN BERKOMUNIKASI
BAHASA
Tulisan, gestikulasi,
gestural/pantomim BICARA
Kondisi mendorong
keragaman kemampuan
SPEECH
berbicara DELAY
1. Kesehatan
2. Kecerdasan
3. Keadaan sosial ekonomi Hal penting dalam
4. Jenis kelamin
F belajar berbicara
5. Keinginan berkomunikasi A 1. Persiapan fisik
6. Dorongan K untuk berbicara
7. Ukuran keluarga 2. Kesiapan mental
8. Urutan kelahiran
T untuk berbicara
9. Metode pelatihan anak O 3. Model yang baik
10. Kelahiran kembar R untuk ditiru
11. Hubungan dengan teman 4. Kesempatan untuk
sebaya berpraktek
12. Kepribadian 5. Motivasi
6. Bimbingan
Gambar 2.1
Alur Kerangka Teoritis
39
dan emosi antara antara anak dengan lingkungan. Pertukaran tersebut dapat
menggunakan media yang bernama bahasa. Bahasa di sini adalah bentuk atau
lingkungannya. Bahasa dapat diekspresikan melalui dua cara, yaitu bahasa yang
berupa verbal dan non verbal. Bahasa non verbal mencakup aspek komunikasi
berbagai bunyi yang dibuat dengan mulut mereka menggunakan artikulasi atau
apabila kemampuan berbicara mereka sama dengan anak seusianya dan juga
berbicara tidak sama dan juga tidak bisa memenuhi tugas dari perkembangan
bicara pada usianya tersebut, maka anak tersebut dapat dikatakan mengalami
tersebut. Faktor pertama, yang dapat menjadi penyebab dari keterlambatan bicara
mental untuk berbicara, model yang baik untuk ditiru, kesempatan untuk
menimbulkan anak untuk dapat belajar berbicara dengan baik. Kondisi yang
diri anak). Sedangkan faktor yang ketiga adalah faktor yang membuat anak
menjadi sedikit dalam berbicara, dan menghilangkan istilah masa tukang ngobrol
pada awal masa kanak-kanak. Faktor tersebut adalah inteligensi, jenis disiplin,
posisi urutan, besarnya keluarga, status sosial ekonomi, status ras, berbahasa dua,
bicara itu mengalami kekurangan atau bahkan hilang, maka saat belajar berbicara
akan terlambat dan kualitas bicara akan berada di bawah potensi anak dan juga di
Dalam metode penelitian ini, penulis akan menjelaskan jenis dan desain
penelitian, unit analisis, sumber data, metode dan alat pengumpulan data,
keabsahan data, dan analisis data. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
didasari dengan metode penelitian ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat
ada di lapangan yaitu keterlambatan bicara (speech delay) pada anak. Penelitian
mudah dan mengerti mengenai substansi dari penelitian ini, karena disajikan
angka. karena dalam penelitian ini tidak berusaha untuk memanipulasi setting
penelitian. Data juga dikumpulkan dari latar yang alami (natural setting) sebagai
sumber data langsung. Selain itu berkaitan dengan tema penelitian ini yaitu
41
42
keterlambatan bicara (speech delay) pada anak akan lebih mudah dan efektif
kualitatif ini diarahkan pada latar dan karakteristik individu tersebut secara
dan sedetail mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari objek studi.
pendekatan studi kasus. Menurut Poerwandari (2001: 65), studi kasus merupakan
fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded
context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.
Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi kasus
kolektif, yaitu suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga mencakup
Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
ini peneliti akan melihat hal-hal yang timbul sebagai sebab dari keterlambatan
bicara (speech delay). Karena alasan tersebut di atas, maka akan lebih mendalam
jika dihasilkan dalam hasil penelitian yang berupa kata-kata apa adanya sesuai
dengan yang diungkapkan, dan sesuai dengan keadaan sebenarnya yang dilakukan
oleh subjek.
43
satuan kajian dimana mengenai satuan kajian tersebut, Moleong (2006: 225)
menjelaskan bahwa:
Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah keterlambatan bicara
(speech delay) pada anak. Sedangkan yang menjadi sub unit analisis adalah
faktor-faktor yang menjadi penyebab dari keterlambatan bicara. Melalui sub unit
keterlambatan bicara (speech delay) pada anak. Hal tersebut berupa faktor yang
mempengaruhi keterlambatan bicara (speech delay) pada anak. Adapun tabel unit
Tabel 3.1
Unit Analisis Penelitian
Unit Narasumber
Sub Unit Analisis Sumber
Analisis Primer Sekunder Data
1. Inteligensi Dokumentasi
4. Besarnya keluarga
6. Status ras
7. Berbahasa dua
5. Motivasi
6. Bimbingan
2. Kecerdasan Dokumentasi
45
5. Keinginan berkomunikasi
6. Dorongan
7. Ukuran keluarga
8. Urutan kelahiran
12. Kepribadian
(speech delay) pada anak, maka peneliti menentukan sumber data dari penelitian
anak dan juga orang tuanya bersedia dan senang kehidupannya diekspos untuk
dijadikan bahan penelitian. Penelitian dilakukan terhadap satu orang anak kembar
bicara (speech delay) yang sekarang berusia lebih dari 5 tahun dan bertempat
Keunikan dari kasus keterlambatan bicara (speech delay) yang dialami oleh
subjek dalam penelitian ini adalah bahwasanya mereka merupakan anak kembar
yang pernah hidup di lingkungan multilingual. Subjek juga tercatat pernah 3 kali
keterlambatan bicara (speech delay) yang dialami oleh Astama dan Andika yang
teori yang menjadi landasan pada penelitian ini, maka peneliti membuat alat untuk
keterlambatan bicara (speech delay) ini harus memiliki kriteria yang menunjukkan
(speech delay) yaitu kemampuan bicara mereka berada di bawah dari tugas
mulai usia 1 tahun hingga 5 tahun dapat diketahui dengan melihat tabel sebagai
berikut:
47
Tabel 3.2
Indikator Perkembangan Kemampuan Berbicara
Usia dalam Bulan Karakteristik
dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata keterangan;
dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata keterangan;
2003).
2002: 186-187).
251).
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua orang
anak yang lahir pada tanggal 19 Februari 2005 bernama Astama Naufal
Setiawanto dan Andika Nashif Setiawanto. Keunikan dari subjek tersebut yaitu
mereka berdua merupakan anak kembar, pada waktu mereka baru berumur empat
bulan dibawa oleh ayah dan ibunya ke luar negeri dan menetap untuk sementara
waktu di sana. Pada waktu berumur berumur 22 bulan, mereka dibawa pulang ke
Indonesia kembali. Dan pada saat itulah, mereka berdua mengalami hambatan
dalam perkembangan bicaranya. Mereka belum bisa berbicara sesuai dengan tugas
berbicaranya tidak sama dengan anak-anak seusianya dan juga tidak memenuhi
beberapa tahun yang lalu yang dinilai masih sangat terlambat. Walaupun
seusianya, dan juga mereka masih kurang memenuhi dari tugas perkembangan
pendahuluan pada bulan Maret 2009. Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu
tersebut, penulis melakukan mendiagnosis dari ciri-ciri yang terdapat pada subjek
penelitian ini adalah orang yang interaksinya lebih rapat dengan subjek yaitu
berinteraksi dengan subjek akan tetapi ruang lingkupnya lebih lebar daripada
narasumber primer.
Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes, tipe dan
dengan masalah, tujuan penelitian, serta objek sifat yang diteliti. Pada proses
karena itu dalam proses pengumpulan data diperlukan metode yang benar untuk
Ciri khas dari penelitian kualitatif adalah tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta. Hal tersebut dimana adanya peranan peneliti yang
data, dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa
peneliti adalah instrumen penelitian yang utama, serta sebagai alat pengumpul
penelitian. Selain itu alat perekam dapat digunakan untuk membantu proses
pengolahan data dengan lebih mudah. Selain hal tersebut, peneliti juga akan
melakukan kroscek data terhadap keluarga, teman-teman bermain, dan juga dokter
3.4.1 Wawancara
Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004: 63) menyatakan bahwa wawancara
adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
51
mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. Penelitian ini
pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab ke satu arah yang telah ditetapkan
dengan tegas. Instrument wawancara dibuat dengan tujuan agar wawancara yang
dilakukan terarah dan mendapatkan informasi yang runtut dan akurat. Menurut
Rahayu dan Ardani (2004: 75), interviewer terikat oleh suatu fungsi, bukan saja
sebagai pengumpul data melalui tanya jawab, melainkan sebagai pengumpul data
umum yang akan diberikan kepada kedua orang tua subjek dan juga lingkungan
tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek. Wawancara juga dapat berbentuk
Dalam penelitian ini, subjek penelitian ini adalah anak usia 5 tahun
informasi atau jawaban yang valid sesuai dengan fokus penelitian, oleh karena itu
penelitian harus dilakukan tatap muka secara langsung (face to face) dengan
memberi rasa aman dan perhatian, oleh karena itu tugas peneliti tidak hanya
narasumber.
Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2006: 174), menyatakan bahwa
terjadi dalam keadaan sebenarnya. Menurut Rahayu dan Ardani (2004: 1),
Teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
observee. Hal ini dikarenakan peneliti akan tinggal di rumah subjek dan berperan
peneliti tidak memberitahukan kepada subjek dan juga lingkungan sosial subjek
mengenai adanya pengamatan ini, agar perilaku yang tampak adalah perilaku yang
yang telah dilakukan. Catatan lapangan ini disusun setelah peneliti melakukan
penelitian, untuk disempurnakan lagi sehingga tidak ada hal yang terlewatkan.
Catatan lapangan dibuat secara deskriptif dan diberi tanggal, waktu, lokasi serta
3.4.4 Dokumentasi
3.4.4.1 Rekaman
digunakan sebagai pendukung dan penguat data yang telah diambil oleh peneliti.
55
relevan dengan masalah yang diteliti. Dokumen yang dianalisis adalah dokumen
subjek.
(2006: 320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah setiap keadaan
(3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
Tabel 3.3
Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Kriteria Teknik Pemeriksaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
56
7. Pengecekan anggota
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Patton
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti
adalah dokter anak yang pernah menangani kasus kembar dan juga keluarga
kembar yang lain. Denzin dalam Moleong (2006: 330) menamakan teknik
teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah agar peneliti dapat membandingkan
tersebut.
Setelah data diperoleh, tahap selanjutnya adalah analisis data. Bogdan dan
kualitatif sebagai:
satuan uraian dasar. Analisa data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan
setelah pengumpulan data. Data yang didapat dari latar penelitian merupakan data
mentah yang harus diolah supaya didapatkan suatu data yang siap disajikan
menjadi hasil dari suatu penelitian. Oleh karena itu dilakukan pemilihan,
yang digunakan dan data yang tidak sesuai, kemudian direduksi atau
cara membuat teori dari temuan baru hasil penelitian. Hasil reduksi dan pemilihan
(speech delay) bertempat tinggaldi Jalan Cempaka 1 No. 41 Rt. 02/III Kelurahan
Gambar 4.1
Peta Kota Tangerang
Bandara Sukarno Hatta yang seluas 19,69 Km. Sebagai daerah yang berbatasan
sekaligus kerugian. Keuntungannya kota tersebut bisa nebeng nama besar ibukota
59
60
baik itu berupa jalan-jalan yang mulus, tempat-tempat rekreasi dan pusat
kerugian berdekatan dengan sebuah ibukota, yang secara khusus sangat dirasakan
oleh pemda. Banyak warga Kota Tangerang yang tinggal di daerah perbatasan
Tangerang.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Tangerang
Gambar 4.2
Peta Kecamatan Karawaci
http://bplh.tangerangkota.go.id/?tab=berita&tab2=53&hal=1&id=307).
62
Gambar 4.3
Peta Kelurahan Nusa Jaya
penduduknya sejumlah 9. 665 orang. Nusa Jaya terbagi dalam 12 Rukun Warga
tersebut, membuat kelurahan ini padat penduduk dan sedikit lahan kosong.
Karawaci. Kondisi tempat tinggal subjek termasuk padat, karena di lokasi tempat
tinggal subjek terlihat sempit tetapi banyak penduduknya. Setiap sore hari, banyak
tempat tingga si Kembar bisa dikatakan cukup ramai dan padat penduduknya,
akan tetapi dengan ramainya lingkungan membuat Ibu si Kembar takut untuk
di Kabupaten Tangerang.
sebelum melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jelas latar belakang, dan
juga kondisi fisik dan psikis subjek sehingga ditemukan masalah/kasus yang
mendukung tema penelitian. Observasi awal dilakukan pada bulan Maret 2009.
Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Juli sampai dengan awal
bulan Sepetember 2010. Selama hampir 2 bulan, peneliti tinggal dan hidup
yang berinteraksi dengan subjek selama proses penelitian ini dilakukan. Hal ini
diharapkan dapat merinci fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan untuk
sembunyi. Hal ini tidak mengurangi hasil dari esensi wawancara peneliti terhadap
dilakukan beberapa kali pertemuan agar dapat diperoleh lebih banyak informasi
dan selain itu, penelitian juga melakukan kroscek data kepada narasumber primer
narasumber primer berjalan cukup lancar dan bisa sampai beberapa kali
cukup lancar karena proses tersebut dapat berlangsung mengalir seperti halnya
pembicaraan biasa dan terkadang diselingi dengan suatu lelucon sehingga dapat
menciptakan suasana wawancara yang hidup dan tidak kaku. Adanya sikap
dibutuhkan.
tetapi juga diluar proses wawancara. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada
saat subjek berada di sekolah, di tempat les dan mengaji, ataupun di lingkungan
mereka. Sedangkan observasi pada saat di rumah subjek, peneliti dapat dengan
leluasa mengamati perilaku subjek. Hal ini dikarenakan peneliti tinggal serumah
lancar, tetapi peneliti tetap menemui beberapa hambatan. Ada beberapa faktor
hari. Hal ini dikarenakan pada saat pagi hari Bapak subjek berangkat ke
kantor untuk bekerja dan baru pulang ketika malam. Ketika proses
peneliti.
66
mereka pulang sekolah, agar tidak menyulitkan ibu guru dalam membagi
waktu mengajar, tetapi ada beberapa siswa yang masih berada di sekolah
saling berdekatan atau padat penduduk, sehingga banyak warga yang hilir
tempat tersebut.
67
Usia : 5 tahun
Agama : Islam
Usia : 5 tahun
Agama : Islam
Pada penelitian ini terdapat beberapa pihak yang dilibatkan dan memiliki
melalui narasumber primer dan sekunder dalam penelitian. Berikut ini merupakan
Nama : Deli
Kode :A
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Nama : Purwanto
Kode :B
Usia : 31 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Nama : Bu Ami
Kode :C
Usia : 48 tahun
Agama : Islam
Nama : Bu Sri
Kode :D
Usia : 51 tahun
Agama : Islam
Nama : Bu Amanah
Kode :E
Usia : 27 tahun
Agama : Islam
Tahap pertama sebelum melakukan analisis data adalah melakukan koding dengan
70
membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk
selanjutnya yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan
yang ada dalam data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian
melakukan penafsiran data yaitu berfikir dengan jalan membuat agar kategori dan
data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola-pola hubungan serta
Jawa diketik cetak miring satu spasi dan menjorok ke dalam sebanyak enam spasi.
asli dengan cetak tegak diikuti kode wawancara. Adapun kode yang digunakan
(1) Kode A adalah kode data untuk narasumber primer pertama yaitu ibu subjek.
(2) Kode B adalah kode data untuk narasumber primer kedua yaitu bapak subjek.
(3) Kode C adalah kode data untuk narasumber sekunder pertama yaitu guru
kelas TK A subjek.
(4) Kode D adalah kode data untuk narasumber sekunder kedua yaitu guru kelas
TK B subjek.
(5) Kode E adalah kode data untuk narasumber sekunder ketiga yaitu guru les
subjek.
71
(6) Kode W dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor urutan
wawancara
(7) Kode CLO dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor
(8) Kode CLW dan diikuti angka dengan efek subscript menunjukkan nomor
Berikut ini adalah uraian temuan-temuan yang diperoleh mulai dari proses
penelitian sampai dengan data hasil penelitian dari masing-masing kasus, baik
Dijelaskan dalam sub bab ini tentang gambaran aktivitas keseharian subjek
dan interaksinya dengan orang-orang yang ada di sekitarnya mulai dari mereka
anak laki-laki kembar berusia lima tahun yang mempunyai permasalahan dengan
tahapan tugas perkembangan bicara yang ideal ataupun dengan anak seusianya,
(Speech Delay).
Banyumas dan S2 pada salah satu universitas di Australia, dan beliau sekarang
72
bekerja di LIPI Jakarta. Sedangkan ibu subjek merupakan lulusan SMA yang
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Keduanya mempunyai sifat yang sama, yaitu
sama-sama tidak suka banyak bicara. Terutama Bapak subjek, dia hanya mau
tinggal. Pada awal pernikahan orang tua subjek, mereka tinggal di Jakarta, dan
setelah subjek lahir mereka pindah tinggal di Banyumas. Pada tahun 2005 bapak
membuat dia harus membawa keluarganya untuk ikut bersamanya. Tahun 2007
Jawa Tengah. Dan semenjak tahun 2008 hingga sekarang, mereka tinggal di
Anak pertama yang terlahir kembar laki-laki ini, sewaktu berusia empat
bulan sudah dibawa ke Australia dan tinggal disana oleh kedua orang tuanya.
Subjek dan kedua orang tuanya tinggal dan menetap di Australia selama kurang
lebih 18 bulan. Selama tinggal di Australia, kesibukan bapak subjek adalah kuliah
di salah satu universitas di Australia, sedangkan ibu subjek sebagai buruh setrika.
Ketika bapak subjek sibuk dan mengunci diri di kamar untuk mengerjakan tugas-
tugas kuliahnya, ibu subjek tidak berani mengganggunya. Jadi semua pekerjaan
rumah dan juga mengurus subjek, semua dilakukannya sendiri. Kondisi ini
rendah. Hal yang digunakan untuk menghabiskan waktu dalam setiap harinya
adalah dengan menonton tayangan kartun di televisi atau dengan bermain dengan
73
memang tidak pernah ke luar dari apartemen. Waktu berkumpul dengan semua
tetangga hanya pada hari libur, dan terjadi di taman bermain. Sesekali mereka
berlibur ke kebun binatang, atau tempat wisata lainnya untuk mengisi waktu luang
bersama-sama.
Keluarga baru ini, tinggal jauh dari sanak saudara. Subjek merupakan anak
pertama dari orang tuanya. Kondisi seperti ini membuat bapak dan ibu subjek
agak sedikit bingung dalam mengurus anak. Kondisi tetangga apartemennya juga
Hal ini yang membuat ibu dan bapak subjek akhirnya merawat subjek sendiri
dengan berdasarkan naluri mereka. Mereka membuat jadwal sendiri pada setiap
harinya, seperti waktu makan, tidur, bermain, dan juga mandi. Jadi ketika waktu
makan telah tiba, walau subjek sedang bermain dan tidak ingin makan, makanan
akan tetap datang dan mereka harus makan. Hal ini memang sangat membantu
dalam pengaturan perilaku subjek dan juga keluarganya pada setiap jamnya,
melalui pembiasaan disiplin waktu kegiatan. Untuk membuat subjek tenang dan
tidak rewel ketika sang bapak belajar di rumah atau berangkat kuliah sedangkan si
Interaksi dalam keluarga subjek memang sangat rendah. Hal ini dapat
dilihat dari rutinitas yang dialami oleh keluarga tersebut. Disamping alasan
tersebut, kedua orang tua subjek juga dapat dikatakan sebagai pribadi yang tidak
banyak bicara. Keduanya lebih sering melakukan pekerjaannya saja, tetapi tidak
banyak komentar yang keluar dari mulut mereka. Walau tingkat interaksi dinilai
rendah, tetapi tetap ada komunikasi yang terjalin antar anggota keluarga subjek.
Terdapat kondisi bahasa yang berbeda, yang digunakan oleh lingkungan sekitar
komunikasi intern keluarga ini menggunakan bahasa Indonesia, tetapi karena ibu
dan bapak subjek berasal dari daerah yang sama yaitu Banyumas maka sesekali
yaitu ada yang menggunakan bahasa Indonesia juga, karena program beasiswa
yang sama dengan bapak subjek dapatkan, tetapi ada juga yang penduduk asli
yang ditayangkan di televisi tersebut adalah kartun atau acara untuk sarana belajar
orang tuanya pulang kembali ke Indonesia. Pada saat itu, subjek berusia sekitar 22
bulan. Terdapat keanehan yang dirasakan oleh orang tua subjek dan keluarga
besarnya. Subjek hanya bisa memproduksi 2-3 kata, itupun kata-kata yang keluar
dari mulut mereka tidak jelas. Akhirnya keluarga mengambil tindakan untuk
75
emeriksakan organ bicara dan pendengaran subjek ke dokter anak. Dan hasil yang
didapatkan adalah bahwa organ pendengaran dan juga bicaranya normal, sehingga
Dari Australia, subjek tinggal bersama ibunya tanpa si bapak. Bapak subjek
kembali bekerja di LIPI Jakarta sepulang dari masa studynya di Australia. Subjek
dan ibunya tinggal di rumah orang tua si ibu yaitu di Gumiwang, Banjarnegara.
Subjek tinggal dan menetap di Banjarnegara selama kurang lebih 17 bulan, yaitu
dari usia 22 bulan sampai dengan 3 tahun 3 bulan. Pada saat subjek berada di
lingkungan sekitar rumah nenek subjek terdapat banyak anak yang seumuran
dengan subjek. Bapak subjek yang bekerja di Jakarta, berusaha untuk setiap
Bapak subjek hanya berada dua hari selama di Banjarnegara karena pulang pada
Tangerang mereka tinggal sebagai sebuah keluarga yang utuh. Pada saat subjek
berusia emapat tahun, orang tua subjek memasukkan subjek ke tempat les mengaji
di daerah yang tidak jauh dari rumah subjek. Kegiatan sehari-hari subjek hanya
bermain di dalam rumah, sesekali pergi ke luar rumah dan bermain bersama
Akbar. Akbar adalah tetangga subjek sekaligus teman bermain subjek ketika
mereka berada di rumah. Dan baru subjek berusia empat tahun enam bulan subjek
76
kecil, subjek belajar banyak hal. Dan sekarang subjek berada di kelas TK B atau
TK 0 besar. Subjek tergolong anak yang aktif, dan mempunyai banyak teman di
berbicara yang kembar miliki mulai dari kembar berada di Australia sampai
dengan kondisi saat ini. Pada saat si Kembar berada di Australia dan berumur
Kembar berbicara, maka Ibu si Kembar sulit mendeskripsikan kata apa yang
paling diproduksi oleh si Kembar. Hal tersebut sesuai dengan temuan lapangan
yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap Ibu si Kembar. Berikut kutipan
wawancaranya:
pembuatan kata mengalami hambatan. Pada usia mereka yang hampir 2 tahun
tetapi mereka masih belum mampu membuat kata-kata yang lebih beragam. Kata
yang sering terdengar oleh Si Kembar hanyalah papa, mama, ini, dan itu.
(Di sana, belum bisa bicara. Kata-katanya saja hanya papa, mama,
ini, itu. Tidak bisa bicara kata saja belum bisa)
jarang untuk berbicara, akan tetapi ketika mereka melihat tayangan televisi
Indonesia, mereka masih belum bisa membedakan waktu antara kemarin dan
78
besok. Mereka juga memperlihatkan pembuatan kalimat yang sangat singkat dan
menunggu untuk ditanya oleh lawan bicaranya. Data ini didapatkan melalui
(Ya seperti itu, tidak bisa cerita misalnya, kemaren saya kemana?
ya tidak. Jadi paling, saya pergi dengan .... tapi tanpa keterangan
waktu. Paling baru ditanya kapan?, baru dia bisa membedakan
antara kemaren dan ... gitu. Tidak pernarh Tanya
kalimay dengan susunan 2 kata pada saat mereka berkomunikasi dengan orang
lain. Si Kembar sering kali menghilangkan subjek pada saat membuat kalimat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Guru les si Kembar ketika diwawancarai
memproduksi kalimat secara lengkap yaitu terdiri dari Subjek, Predikat, dan
Objek. Kembar memang dapat membuat kalimat secara lengkap, akan tetapi
mereka sering mencampurkan antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Paparan
79
data ini diperoleh melalui hasil waawancara terhadap Ibu Guru kelas TK A
Satu kata itu lengkap, cuman kadang campur pake ini, bahasa
Jawa.. Kalo Tama Dika utuh.., ajah. Subjek Predikat Objek.
Gitu....ajah. (C1W9: 190810)
terlihat ketika mereka menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh lawan bicara si
Kembar, mereka sering menggunakan kalimat yang sangat singkat. tidak pernah
terlihat adanya timbal balik yang diberikan oleh si Kembar terhadap lawan
bicaranya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Guru les si Kembar yang
Dalam penelitian ini, terdapat empat rentang waktu yang menjadi fokus
pandangan peneliti. Yang pertama, yaitu pada saat subjek tiba di Indonesia
Banyumas, yang ketiga ketika kembar baru pindah ke Tangerang, dan yang
Keadaan yang dilihat dalam rentang waktu ini adalah keadaan dimana
subjek berusia 4-22 bulan, dan keadaan subjek pada saat berada di Australia. Data
80
tua subjek. Data yang dapat digali oleh peneliti adalah data tentang keadaan atau
perlakuan apa saja yang diterima subjek selama berada di Australia sampai sesaat
1) Inteligensi
pengetesan pada inteligensi mereka. Data ini diperoleh penulis melalui Ibu si
2) Jenis disiplin
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya
sebagai berikut:
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
kembar sebagai berikut: Si kembar adalah saudara kandung yang berbeda selisih
lahir 15 menit dari saudaranya yang lain. Mereka merupakan putra pertama yang
4) Besarnya keluarga
Si kembar merupakan anak pertama dari kedua orang tuanya. Anggota inti
keluarga si kembar terdiri dari 4 orang, yaitu: Bapak, Ibu, dan juga si kembar itu
sendiri. Selama tinggal di Australia, anggota keluarga yang tinggal di sana terdiri
dari 4 orang anggota keluarga inti tersebut. hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Pada saat di Australia Bapak si kembar tidak bekerja, begitu pula dengan
Ibu si kembar yang hanya bekerja mengurus rumah tangganya. Untuk biaya hidup
tempat Bapak bekerja, di samping itu ternyata ibu kembar juga bekerja sebagai
buruh setrika ketika di Australia. Dengan cara hidup yang seperti itulah keluarga
kembar bertahan hidup di tempat yang sangat jauh dari keluarga mereka. Data
6) Status ras
Si kembar merupakan anak dengan keturunan orang asli Jawa. Bapak dan
Ibu kembar berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. Semua anggota keluarga
besar si kembar baik yang berasal dari Bapak maupun Ibu merupakan memiliki
keturunan asli orang Banyumas. Hal tersebut diperjelas oleh data yang didapatkan
7) Berbahasa dua
menonton tayangan anak-anak yang disiarkan oleh televisi. Tayangan dari televisi
tayangan dari televisi saja, tetapi dari lingkugannya pun menggunakan bahasa
Inggris. Data tersebut diperoleh dari penuturan Ibu si kembar sebagai berikut:
Nggih bahasa Inggris sedoyo teng mriko wen lah... TVne apane...
Inggrisan kabeh. Mulane dugi mriki bingung larene (A1W3:
310710).
(Ya bahasa Inggris semua di sana wen lah.., dari televisi dan
apapun bahasa Inggrisan semua. Makanya sampai di sini anaknya
bingung).
menonton televisi, kegiatan si kembar yang juga adalah berinteraksi dengan kedua
orang tuanya. Bahasa yang digunakan dalam interaksi yang tercipta antara kembar
dan kedua orang tuanya menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun interaksi antar
anggota keluarga terjalin, akan tetapi antara Bapak dan Ibu si kembar jarang sekali
bahwa antara Bapak dan Ibu si kembar hanya berbicara seperlunya saja. Hal
tersebut yang membuat si kembar meniru apa yang dilakukan kedua orang tuanya.
Biasa jarang ngomong sih wen, dados bingung. Kulo karo mas Pur
ya jarang ngomong, anu seperlune tok, dadi bocaeh pada melu
(A2W6: 100810).
(Biasa jarang ngomong sih wen, jadi bingung. Saya dengan mas
Pur ya jarang ngomong. Seperlunya saja. Jadi anak-anak ya ikutan)
Pada saat Ibu si kembar sedang melakukan interaksi dengan Bapak ataupun
yang menggunakan bahasa Jawa tersebut. Dan ketika hal tersebut terjadi, si
kembar tidak memberikan respon apapun. Berikut pernyataan Ibu kembar yang
Kayane mboten koh wen, dadi mba Deli kalih mas Pur kan
bahasane basa Jawa, dadi Dika Tama kiye ya nangkep ora,
ngomong ya ora, kaya kuwe wen.. (A2W18: 100810).
(Sepertinya tidak kok wen, jadi mba Deli dengan mas Pur kan
bahasanya bahasa Jawa jadi Dika Tama ini ya bisa menangkap juga
tidak, ngomong ya tidak, seperti itu wen...)
bahwa ketika beliau dan Ibu si kembar sedang berinteraksi mereka menggunakan
Nggih mesti mireng. Lah niki contone kados niki. Mboten usah teng
mriko, teng mriki mawon kados niki, mas Pur kalih Deli nggih
mature kalih mamane Dika nggih tesih bahasa Jawa. Tapi nek
matur kalih Tama Dika mature kalih bahasa Indonesia (B1W12:
140810).
85
(Ya pastinya dengar. Lah ini contohnya seperti ini. Tidak usah di
sana, di sini saja seperti ini, mas Pur dengan Deli ya bicaranya
dengan mamahnya Dika ya masih bahasa Jawa. Tapi kalu bicara
dengan Tama Dika bicaranya dengan bahasa Indonesia).
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
berbeda dengan teman-teman kembar yang tinggal di Australia juga dan yang
seusia dengan mereka. Tidak ada permasalahan dengan mental si kembar, sebab
dengannya. Data tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu si kembar sebagai berikut:
Bapak kembar merupakan orang yang sangat tidak suka banyak bicara baik
dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau adalah pribadi yang
pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak terlihat jarang sekali mengobrol
walaupun dengan anggota keluarga yang lain. Data tersebut diperoleh peneliti dari
catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap si Bapak
Bapak kembar adalah orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau
adalah pribadi yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak
terlihat jarang sekali mengobrol walaupun dengan anggota keluarga
yang lain. Beliau bekerja di LIPI Jakarta dan merupakan seseorang
lulusan sarjana S2 pada salah satu universitas di Australia. Bapak
berangkat bekerja pukul 07.00 dan pulang pada pukul 17.00.
Karena lelah seharian bekerja, cara Bapak dalam menghabiskan
waktu di rumah setelah pulang bekerja adalah tidur atau bersantai
melihat televisi bersama keluarganya. Ketika situasi bersama
dengan istri dan anak-anaknya pun tidak pernah terlihat beliau
memulai suatu kondisi yang asik bercerita dengan anggota keluarga
yang lain. Situasi yang terjadi ketika mereka berkumpul bersama
adalah diam selayaknya menikmati suasana keheningan bersama,
walaupun sesekali terlihat Bapak seperti menggigit-gigit kembar
tanda ingin bercanda (CLO14 : 020910).
Ibu kembar merupakan pribadi yang cerewet atau banyak bicara. Ketika
berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada saat Ibu berbicara kurang jelas
diperoleh peneliti dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui
Ibu kembar adalah seorang lulusan SMA dan sekarag beliau tidak
bekerja. Jadi rutinitas kegiatan Ibu pada setiap harinya adalah
mengurusi rumah tangga, suami, dan anak-anaknya. Untuk
mengurusi semuanya itu, Ibu kembar tidak mempunyai pembantu
untuk meringankan pekerjaannya. Karena letih bekerja seharian,
Ibu sering kali membiarkan kembar bermain dengan saudaranya
sementara beliau cukup dengan melihatnya saja sambil tetap
melakukan pekerjaan yang lain. Ketika Ibu mengalami kelelahan,
maka Ibu kadang acuh atau tidak perduli dengan perilaku kembar.
Ketika berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada
saat Ibu berbicara kurang jelas sehingga membingungkan bagi
kembar untuk menuruti perintahnya. Ibu kembar sebenarnya adalah
seorang yang mempunyai pribadi yang cerewet atau banyak bicara
akan tetapi karena kesibukannya, Ibu kembar sering tidak sabar
88
Pada saat kembar berusia 4 bulan, dia bersama keluarganya pindah untuk
hidup sendiri dan sebagian waktu si kembar selama satu hari banyak mereka
habiskan di dalam rumah, yaitu dengan Bapak dan juga Ibunya. Diakui oleh
Bapak, ketika hari biasa beliau jarang sekali berinteraksi dengan si kembar
berbeda ketika hari Sabtu dan Minggu. Si kembar juga dapat berinteraksi dengan
orang di luar keluarganya pada saat hari Sabtu dan Minggu karena biasanya akan
dapat dijumpai acara kumpul bersama orang-orang Indonesia yang juga tinggal di
Australia. Dan ketika hari-hari biasa maka akan sulit ditemui orang-orang
tersebut. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara terhadap Bapak si kembar
sebagai berikut:
Pada saat berada di Australia, Bapak si kembar tidak bekerja, hanya saja
dia sangat sibuk dengan urusan kuliah S2 di salah satu universitas di Australia.
Jadwal kuliah bapak kembar selama mereka tinggal di Australia tidak menentu
pada setiap harinya. Kadang ada jadwal pagi, siang, atau sore selalu berubah-
89
ubah. Hal tersebut serupa dengan apa yang dikatakan oleh bapak kembar berikut
ini:
(Oh, kuliahnya tidak pasti wen.. Kadang pagi, jam 8 nanti jam 10
pulang, jam 12. Tidak pasti sih wen. Kadang sore jam 1 sampai jam
3 atau jam 4. Ada kuliah pagi, sore, siang. Berjam-jam kalau di
sana.
Nek hari Senen tekan Kamis niku enjang nggih teng griyo, sampe
jam pinten nggih? Nggih tergantung kuliahe. Jam 8, jam 9 teng
kampus. Mangke teng kampus ngantos siang. Nek mpun mboten
wonten kuliah malih nggih wangsul. Tapi nek kuliah malih nggih
ngantos sonten (B1W1: 140810).
Kalau hari Senin sampai Kamis itu, pagi ya di rumah, sampai jam
berapa ya? Ya tergantung kuliahnya. Jam 8, jam 9 di kampus. Nanti
di kampus sampai siang. Kalau sudah tidak ada kuliah lagi ya
pulang. Tapi kalau kuliah lagi ya bisa sampai sore).
Bapak si kembar juga menyatakan bahwa setiap hari senin sampai kamis,
kemudian hari jumat, sabtu, dan minggu yang dilakukan olehnya adalah
libur kuliah bapak kembar, mereka biasanya menghabiskan waktu dengan cara
atas:
Nek Sabtu Minggu, paling enjang ditinggal olah raga, berarti trus
siange dolan sedanten. Mesti nek saben Sabtu nopo saben Minggu,
belanja. Kadang numpak pit, kadang numpak kereta. Rutin niku,
mulai umur 3 bulan, sampai 6 bulan eh sampai pokoke pas sampun
saged diajak jalan-jalan nggih niku rutin setiap Sabtu kalih
Minggu (B1W2: 140810).
90
Dijelaskan lebih lanjut dalam hal ini bahwa jika pada hari jumat, sabtu, dan
minggu kembar dapat bertemu dan melakukan interaksi dengan bapak tanpa
batasan waktu. Berbeda dengan hari senin hingga kamis, Bapak hanya bertemu
tersebut adalah pada pagi hari sebelum bapak berangkat ke kampus, dan sebelum
jam 6 malam atau sebelum mereka tidur malam. Berikut kutipan wawancara
Nek sonten Tama Dika niku, jam 6 mesti mpun bubu. Jam 6 sore,
mesti mpun bubu, mesti, mboten nate kebablasen. Pokoke maghrib
mesti bubu sedoyo. Rutin, ngantos wangsul mriki selalu kados niku.
Dados, acarane Tama Dika paling sonten, nek sonten niku
seperlune jalan-jalan tok. Jalan-jalane kan teng mol, caket kalih
mol mriku. Belanjane seneng, jalan-jalan (B1W3: 140810).
(Kalau sore itu, jam 6 pasti sudah tidur. Jam 6 sore Tama Dika itu,
pasti tidak pernah kebablasan. Pokoknya, maghrib pasti tidur
semua. Rutin, sampai pulang ke sini selalu seperti itu. Jadi,
acaranya Tama Dika paling sore, kalau sore itu seperlunya jalan-
jalan saja. Jalan-jalannya kan ke mol, deket dengan mol.
Belanjanya seneng, jalan-jalan).
Sesering nopo sih nggih? Jane sing paling sering nggih enjang
niku. Enjang-enjang niku nggih paling 2 jam. Trus mas Pur kan
teng kampus siang. Mangke wangsul siang kan Tama Dikane kan
mpun bubu. Sonten nembe tangi malih nggih jam 4 jam 5, mangke
jam 6 mpun bubu malih. (B1W8: 140810).
(Sesering apa sih ya? Sebenarnya yang paling sering ya pagi hari
itu. Pagi-pagi itu ya paling dua jam. Terus kan ke kampus mas Pur
siang. Nanti pulang siang kan Tama Dika nya kan sudah tidur. Sore
baru bangun lagi ya jam empat atau jam lima an, nanti jam enam
sudah tidur lagi).
91
Rutinitas tetap kegiatan ibu kembar setiap harinya, yaitu pekerjaan ibu
rumah tangga seperti mencuci, menyetrika dan yang lainnya dia kerjakan sendiri
rumah, bapak, dan anaknya, ibu kembar juga bekerja sebagai penyetrika dari baju
orang lain (loundry setrika). Hal ini menjadikan televisi sebagai teman kembar
yang paling setia ketika bermain di dalam apartemen. Data terbut diperoleh dari
Ana sing ngrewangi ora, rekasa, kesel, wes sing penting meneng,
bocahe karo TV, ana bapake kesanteyen, masak teyeng mangan,
kaya kuwe tok. Lah mendi lah, ana urip wong loro, tuli kethawilan
si wen. Wes kon ngurusi umah, ngurusi bojo, ngurusi anak, mumet
dewek. Lanang-lanang angel-angel. Mrangkang wae gemiyen
rekasa (A1W16: 310710).
(Ada yang membantu juga tidak, susah, capek, sudah yang penting
anaknya diam dengan TV, ada bapaknya santai, masak jadi bisa
makan, ya hanya seperti itu. Lah ada di mana coba, ada hidup dua
orang, kan merasa repot. Sudah disuruh merawat rumah, suami,
anak, pusing sendiri. Laki-laki susah-susah. Merangkak saja dulu
susah).
Dalam keluarga si Kembar, Ibu dan Bapak membuat suatu kebiasaan untuk
memudahkan mereka dalam mengatur makan. Jadi orang tua kembar membuatkan
jadwal makan lengkap dengan waktunya untuk mereka. Sehingga ketika waktu
untuk minum susu sudah tiba, tanpa kembar memintapun maka susu akan
diberikan oleh Ibu atau Bapak si Kembar. Data tersebut dikemukakan oleh Ibu si
92
Wong dadi nek anu, mboten nate ngomong nginum susu, mboten
nate krungu mba Deli. Dadi anu teng mba Deli anu sih di jatah
nginum susune jam sementen, sementen, sementen..., dadi anu
bocaeh mboten nate ngomong ma ngelih. Sing arane ngelih kie,
Dika Tama ora tahu njaluk. Soale mpun di jam i teng mb Deli.
Dadi ora nganti bocaeh ngelih banget nembe diwei kan malah dadi
bocaeh nangis. Mb Deli ora, padane sedina ping pat ya ping pat,
ping lima ping lima, ping telu ping telu. Kaya kuwe. (A2 W15:
100810).
(Kalau itu. Tidak pernah bicara ingin minum susu tidak pernah
dengar mba Deli. Jadi kalau mba Deli minum susunya jam segini,
segini, segini. Jadi anaknya tidak pernah ngomong ma laper.
Yang namanya laper ini Dika Tama tidak pernah minta soalnya
udah diberi waktu oleh mba Deli. Jadi tidak sampai anaknya laper
sekali, baru diberi kan malah anaknya menjadi menangis. Mba Deli
tidak, misalnya sehari empat kali ya empat kali, lima kali ya lima,
tiga kali ya tiga kali. Seperti itu).
Senada dengan apa yang diutarakan oleh Ibu, Bapak juga mengakui kalau
dalam keluarga si Kembar, Ibu dan Bapak membuat suatu kebiasaan untuk
memudahkan mereka dalam mengatur pola makan kembar, dengan cara orang tua
kembar membuatkan jadwal makan lengkap dengan waktunya. Jadi ketika sudah
waktunya untuk minum susu tiba, tanpa kembar memintapun maka susu akan
diberikan oleh ibu atau bapak kembar. Data tersebut sesuai dengan penuturan
orang tua kepadanya, Ibu si kembar mengganti menu tersebut pada setiap harinya
atau bahkan setiap kali kembar makan. Berikut penuturan Ibu kembar:
Mboten, meneng baen dadi kulo sing ganti-ganti menu. Setiap hari
ganti kulo ganti menu wen.. Mboten kentang... terus, ganti roti,
ganti bubur promina, ganti bubur apa, kados niku. Sehari gantine
ping pindo ping tigo. Padane kulo masak perkedel mangke
dipenyet-penyet kan. Purun, mpun mboten ngangge liya-liyane.
Siang ganti malih pengene oh sapi gelem wen, mpun.. Kados iwak
kan dipenyet-penyet kan purun. (A2W16: 100810).
(Tidak, diam saja. Jadi saya yang ganti-ganti menu. Setiap hari
saya ganti menu tidak kentang.. Terus ganti roti ganti bubur
promina ganti bubur apa seperti itu. Sehari gantinya dua kali tiga
kali. Misalnya saya masak perkedel nanti dipenyet-penyet kan mau
kan mau udah tidak pakai yang lain. Siang ganti lagi pengennya oh
sapi mau wen. Udah seperti ikan kan dipenyet-penyet kan mau..)
mengetahui bahwasanya kembar merasa lapar, atau ingin minum, kalau tidak
keduanya berarti anak sakit. Dalam menanggapi kondisi yang demikian, Ibu
kembar banyak menggunakan firasat seorang Ibu. Data tersebut diperoleh dari
Lah wong firasate ibu-ibu kan wes ngerti. Nek bocah nek ora
ngelih ya nginum, kaya kuwe wen.. Nek ora ya anu bocah mriyang
(A1W21: 310710).
94
(Lah, kan firasat ibu-ibu sudah tahu. Kalau anak nangis kalau tidak
laper ya ingin minum, seperti itu wen.. Kalau tidak ya anak yang
sedang sakit)
Nek bayi ora adoh-adoh. Nek ora ngelih ya pengen maem, nek ora
pengen nginum, nek ora bocaeh anu mriyang. Kaya kuwe tok
(A1W22: 310710).
6) Bimbingan
untuk tidak melakukan kesalahannya dengan jalan pembetulan pada kata yang
salah oleh model-model yang berkaitan dengan kembar. Orang tua kembar
mentolerir penggunaan isyarat yang dibuat oleh si kembar, dan tidak melakukan
penjelasan kepada mereka, dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi si
kembar. Data tersebut diperoleh dari penjelasan Bapak si kembar, Nyuwune nggih
saking isyarat. Trus mangke diparingi. Biasane kaya kuwe.. (B1 W14: 140810).
1) Kesehatan
permasalahan dalam hal kesehatannya. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Ibu
2) Kecerdasan
pengetesan pada inteligensi mereka. Data ini diperoleh penulis melalui Ibu si
Pada saat di Australia Bapak si kembar tidak bekerja, begitu pula dengan
Ibu si kembar yang hanya bekerja mengurus rumah tangganya. Untuk biaya hidup
tempat Bapak bekerja, di samping itu ternyata ibu kembar juga bekerja sebagai
buruh setrika ketika di Australia. Dengan cara hidup yang seperti itulah keluarga
kembar bertahan hidup di tempat yang sangat jauh dari keluarga mereka. Data
4) Jenis kelamin
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
5) Keinginan berkomunikasi
antusias dan juga sangat menyukainya. Hal ini membuat kembar dapat berlama-
lama di depan televisi dan menontonnya dengan tenang. Ketika kembar melihat
televisi, mereka bisa dengan sangat tenang dan terlihat seolah-oleh televisi sedang
bercerita kepada kembar. Tayangan televisi juga terkadang menjadi seorang guru
yang mengajarkan pada kembar akan sesuatu hal, sehingga setelah tayangan
tersebut selesai, kembar melakukan apa yang mereka lihat dari tayangan yang ada
di Televisi. Hal tersebut terlihat ketika kembar meniru tayangan televisi dengan
cara ikut menyanyi lagu-lagu yang mereka tonton. Dan sesekali kembar juga
Lah genah nek mpun nonton, nonton mawon kados niki wen..
Mboten nate matur, TVne sing ndongengi (A1W23: 310710).
(Lah memang kalau sudah nonton, ya nonton ajah seperti ini wen..
Tidak pernah bicara, TVnya yang bercerita).
bongkar pasang sesuatu dan yang lainnya. Saat teman-teman yang lain sedang
yang lainnya, kembar tetap sibuk dengan mainannya. Hal tersebut dijelaskan oleh
Walaupun kembar belum bisa berbicara, mereka tetap aktif dan sangat
ingin tahu terhadap banyak hal. Hal tersebut terlihat dari perilaku kembar seperti
dengan barang tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan data wawancara
6) Dorongan
Cara yang dilakukan orang tua si Kembar ketika mengasuh anaknya pada
jumlahnya sangat banyak dan bagus-bagus. Sembari kembar bermain, Ibu bisa
pasang dan lain sebagainya. Pada saat kembar sedang bermain dengan saudaranya
yang lain, mereka terlihat tidak banyak bicara hanya asik dengan pekerjaan
kembar, berikut adalah cuplikan data yang menjelaskan hal tersebut di atas:
99
Bentuk interaksi antara orang tua kembar dan anaknya adalah dengan
bahwasannya anak usia 2 tahun itu belum waktunya berbicara. Pada usia 2 tahun
adalah usia bermain bagi anak, sehingga menurut ibu nanti ketika seorang anak
berusia 3 tahun baru akan mulai berbicara. Jarang sekali bapak atau ibu kembar
mengajak kembar untuk berbicara. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Ibu
sebagai berikut:
Jarang ngomong. Haha hehe saja lah wen. Anu bocah nembe
nalar. Ya mung haha hehe.., lah bahasane bahasa bocah umur
rong tahun kan agi lucu-lucune ngomong, bababa.., kaya kuwe
tok. Ora tahu ngomong bahasa sing detail-detail, kaya aja.
Mboten nate kadose lah wen.. Dadi mangsa-mangsane umur rong
tahun kiye lagi seneng-senenge dolanan, dadi kan nek ngomong
jarang. Kan ngomong-ngomonge kuwe umur 3 tahun apa ya?
..nembe pada ngomong (A2W24: 100810).
(Jarang bicara. Haha hehe saja lah wen. Kan anak baru nalar. Ya
hanya haha hehe, lah bahasanya anak umur dua tahun kan sedang
lucu-lucunya bicara, bababa.., seperti itu saja. Tidak pernah
berbicara sampai detail-detailnya, seperti jangan. Sepertinya gak
pernah lah wen.. Jadi waktu usia dua tahun ini, sedang suka-
sukanya main, jadi kan bicaranya jarang. Kan waktu bicaranya itu
usia tiga tahun pa ya?...baru mereka bicara).
Senada dengan apa yang diutarakan ibu, Bapak juga menjelaskan bahwa
yang dilakukan beliau ketika berinteraksi dengan si kembar yang pada saat itu
bisa berjalan, dan sebagainya. Berikut pengakuan Bapak kembar mengenai hal
tersebut di atas:
Pada saat kembar sedang menonton tayangan di televisi, baik Ibu ataupun
Bapaknya tidak ada yang menemani mereka. hal tersebut menyebabkan tidak ada
bahwasannya bapak bisa lebih mengajarkan banyak hal daripada ibu yang
101
berpendidikan tidak setinggi sang bapak. Data tersebut diperoleh dari penjelasan
bahasa yang digunakan akan berbeda. Berikut kutipan yang menjelaskan hal
tersebut:
7) Ukuran keluarga
Si kembar merupakan anak pertama dari kedua orang tuanya. Anggota inti
keluarga si kembar terdiri dari 4 orang, yaitu: Bapak, Ibu, dan juga si kembar itu
sendiri. Selama tinggal di Australia, anggota keluarga yang tinggal di sana terdiri
102
dari 4 orang anggota keluarga inti tersebut. hal tersebut sesuai dengan pernyataan
8) Urutan kelahiran
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
kembar sebagai berikut: Si kembar adalah saudara kandung yang berbeda selisih
lahir 15 menit dari saudaranya yang lain. Mereka merupakan putra pertama yang
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar adalah pola pendisiplinan di mana orang tua sangat terlibat dalam
peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya sebagai
berikut:
perlakuan Ibu dan Bapak yang sering kali mengalah dan menuruti
permintaan kedua anaknya itu demi menghindari kemarahan
kembar kepada mereka. (CLO14 : 020210)
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
Subjek penelitian pada kasus yang diangkat oleh peneliti merupakan anak
laki-laki yang dilahirkan oleh Bu Deli dengan kondisi kembar. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara kepada Ibu kembar sebagai berikut: Ibu kembar
melahirkan anak pertamanya secara normal. anak tersebut terlahir kembar yang
berjenis kelamin laki-laki dan dalam kondisi yang sehat 19 Februari 2005 (CLW1
: 030910).
Tetangga apartemen kembar terdiri dari warga negara Australia sendiri, dan juga
ada orang India. Ada tiga orang yang berwarganegarakan Indonesia, sama dengan
keluarga kembar. Yang satu mempunyai anak yang sudah menempati kelas 4 SD,
kemudian dua keluarga yang lain mempunyai anak yang sudah menempati kelas 3
dan kelas 1 SD. Tetapi dari ketiga warga negara Indonesia tersebut, mereka jarang
ibu kembar sendiri juga jarang keluar dari apartemennya, selain tidak ada kegiatan
berkumpul dengan sesama warga negara Indonesia, ibu juga bingung akan pergi
104
kemana untuk mengajak anaknya jalan-jalan. Hal ini membuat kembar jarang
individualis. Mereka hanya terlihat saling menyapa, dan setelah itu tidak ada
tindakan atau perilaku lain. Akhirnya kembar tidak pernah bermain atau
sesama orang Indonesia, baru ada saling sapa dan melakukan komunikasi. Data
wawancaranya:
juga televisi. Teman interaksi kembar pada saat di Australia semestinya adalah
anak-anak tetangga apartemen kembar yang bisa jadi berwarga negara Australia
asli, maupun Cina dan juga India. Tetapi dalam menjalani hari-harinya, orang-
orang tersebut terkesan sangat individu. Hal ini membuat kembar tidak
penuturan ibunya, yang terjadi adalah kembar menjadi anak yang aktif tanpa bisa
berbicara. Paparan data di atas sesuai dengan data yang diperoleh peneliti dari Ibu
12) Kepribadian
Banjarnegara, Banyumas)
nenek subjek bersama ibunya, sedangkan bapak subjek kembali bekerja dan
tinggal di Jakarta. Subjek tinggal dan menetap di Banyumas selama kurang lebih
dengan ketika berada di Australia. Data yang digali oleh peneliti adalah perlakuan
apa saja yang diterima subjek selama berada di Banyumas. Dalam rentang waktu
ini, peneliti menggali data menggunakan metode wawancara terhadap ibu dan
bapak subjek.
107
1. Inteligensi
pengetesan pada inteligensi mereka. Data ini diperoleh penulis melalui Ibu si
2. Jenis disiplin
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya
sebagai berikut:
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
3. Posisi urutan
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
kembar sebagai berikut: Si kembar adalah saudara kandung yang berbeda selisih
lahir 15 menit dari saudaranya yang lain. Mereka merupakan putra pertama yang
4. Besarnya keluarga
Si kembar merupakan anak pertama dari kedua orang tuanya. Anggota inti
keluarga si kembar terdiri dari 4 orang, yaitu: Bapak, Ibu, dan juga si kembar itu
sendiri. Selama tinggal di Australia, anggota keluarga yang tinggal di sana terdiri
dari 4 orang anggota keluarga inti tersebut. hal tersebut sesuai dengan pernyataan
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Setelah mereka pulang dari Australia, mereka
sudah membeli sebuah perumahan yang akan ditempati ketika kembar sekeluarga
pindah ke daerah yang letaknya tidak terlalu jauh dengan tempat kerja bapak.
6. Status ras
Si kembar merupakan anak dengan keturunan orang asli Jawa. Bapak dan
Ibu kembar berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. Semua anggota keluarga
besar si kembar baik yang berasal dari Bapak maupun Ibu merupakan memiliki
keturunan asli orang Banyumas. Hal tersebut diperjelas oleh data yang didapatkan
7. Berbahasa dua
teman sebaya yang dapat diajak mereka bermain bersama. Teman bermain kembar
adalah anak-anak yang tinggal tidak jauh dari rumah kembar. Dalam melakukan
akhirnya kembar hanya bisa pasif mendengarkan dan aktif bermain saja.
110
Walaupun demikian kembar tetap merasa senang karena ada teman yang bisa
mereka ajak bermain selain dengan kembarannya. Paparan data di atas sesuai
dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ibu kembar sebagai berikut:
bergaul. Ibu kembar member tahu pada teman-teman kembar agar menggunakan
bahasa Indonesia ketika sedang berbicara dengan kembar. Ibu kembar tidak mau
mengajarkan bahasa Jawa kepada kembar dan membiarkan lingkungan saja yang
berubah menyesuaikan bahasa yang kembar kuasai, hal ini disebabkan oleh ibu
kembar yang takut apabila anaknya akan kebingungan dalam hal penerimaan
bahasa. Hal tersebut di atas sesuai dengan data-data yang diperoleh dari
Nggih, tapi kan Dika Tama ora mudeng. Ya akhire tak kandhani,
kalo ngomong sama Dika Tama pake bahasa Indonesia, harus
ngomong pake bahasa Indonesia. Soale nek diajari bahasa Jawa
ngko bundhet bocaeh (A1W31: 310710).
(Ya, tapi kan Tama Dika tidak mengerti. Ya, akhirnya saya beri
tahu, kalau ngobrol dengan Tama Dika pakai bahasa Indonesia,
harus pakai bahasa Indonesia. Soalnya kalau diajari bahasa Jawa
nanti kusut (bingung) anaknya).
111
dibuat oleh Ibu si kembar yaitu bahwa setiap orang yang akan berinteraksi dengan
kembar harus menggunakan bahasa Indonesia begitu pula teman sebaya kembar
berinteraksi dengan yang lainnya, hal ini disebabkan teman kembar tersebut sudah
membuat suatu kondisi di mana apabila teman kembar berbicara dengan teman
Demikian juga yang dilakukan oleh saudaran-saudara kembar dan juga neneknya.
Model pengajaran ini adalah memperkenalkan dua bahasa tersebut tetapi bapak
tetap mengutamakan agar bahasa Indonesia yang selalu kembar pakai saat sedang
berbicara kepada orang lain. Berikut kutipan pernyataan dari Bapak kembar yang
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
Basalamah yaitu seorang dokter anak yang menangani kesehatan kembar sebagai
Hal di atas juga didukung oleh pernyataan Ibu si Kembar yang didapatkan
berbeda dengan teman-teman kembar yang tinggal di Banjarnegara juga dan yang
seusia dengan mereka. Tidak ada permasalahan dengan mental si kembar, sebab
dengannya. Data tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu si kembar sebagai berikut:
Bapak kembar merupakan orang yang sangat tidak suka banyak bicara baik
dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau adalah pribadi yang
pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak terlihat jarang sekali mengobrol
walaupun dengan anggota keluarga yang lain. Data tersebut diperoleh peneliti dari
115
catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap si Bapak
Bapak kembar adalah orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau
adalah pribadi yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak
terlihat jarang sekali mengobrol walaupun dengan anggota keluarga
yang lain. Beliau bekerja di LIPI Jakarta dan merupakan seseorang
lulusan sarjana S2 pada salah satu universitas di Australia. Bapak
berangkat bekerja pukul 07.00 dan pulang pada pukul 17.00.
Karena lelah seharian bekerja, cara Bapak dalam menghabiskan
waktu di rumah setelah pulang bekerja adalah tidur atau bersantai
melihat televisi bersama keluarganya. Ketika situasi bersama
dengan istri dan anak-anaknya pun tidak pernah terlihat beliau
memulai suatu kondisi yang asik bercerita dengan anggota keluarga
yang lain. Situasi yang terjadi ketika mereka berkumpul bersama
adalah diam selayaknya menikmati suasana keheningan bersama,
walaupun sesekali terlihat Bapak seperti menggigit-gigit kembar
tanda ingin bercanda (CLO14 : 020910).
Ibu kembar merupakan pribadi yang cerewet atau banyak bicara. Ketika
berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada saat Ibu berbicara kurang jelas
diperoleh peneliti dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui
Ibu kembar adalah seorang lulusan SMA dan sekarag beliau tidak
bekerja. Jadi rutinitas kegiatan Ibu pada setiap harinya adalah
mengurusi rumah tangga, suami, dan anak-anaknya. Untuk
mengurusi semuanya itu, Ibu kembar tidak mempunyai pembantu
untuk meringankan pekerjaannya. Karena letih bekerja seharian,
Ibu sering kali membiarkan kembar bermain dengan saudaranya
sementara beliau cukup dengan melihatnya saja sambil tetap
melakukan pekerjaan yang lain. Ketika Ibu mengalami kelelahan,
maka Ibu kadang acuh atau tidak perduli dengan perilaku kembar.
Ketika berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada
116
Saudara yang tinggal satu rumah dengan kembar pada saat mereka berada
di Banyumas adalah nenek kembar dan adik dari Ibu kembar. Menurut penuturan
bercerita kepada kembar. Dalam berbicarapun mereka tidak terlalu cepat dan
jelas, demikian penuturan ibu. Berikut kutipan wawancara dengan Ibu kembar:
berinteraksi dengan siapa saja. Tidak ada yang bisa melakukan pembatasan
terhadap interaksi yang dibangun oleh kembar dengan siapapun itu. Ketika di
Banjarnegara ini kembar bisa bergaul dengan tetangga, dengan banyak teman
yang berada di sekitar rumahnya, dengan neneknya dan dengan siapapun itu. Hal
117
tersebut membuat kembar dapat bermain dengan siapa saja tanpa terkecuali. Data
tersebut diperoleh melalui hasil wawancara terhadap bapak kembar. Dan berikut
ini adalah petikan wawancara yang memuat penjelasan dari hal tersebut di atas:
Hal ini disebabkan oleh bapak yang harus bekerja di Jakarta dan tinggal di sana,
dan hanya mempunyai waktu untuk tinggal selama 3 hari di Banjarnegara, yaitu
pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Dan selama 3 hari itulah, kembar mempunyai
mengajaknya bermain dan berbicara. Hal ini dibuktikan melalui data hasil
Nggih nek pas teng Banjar, tah kathahan kalih kancane nggene
dolan (B1W39: 140810).
6. Bimbingan
Tidak terdapat data yang mengacu pada pemberian bimbingan oleh lawan
1. Kesehatan
Dr. Basalamah yaitu seorang dokter anak yang menangani kesehatan kembar
Hal di atas juga didukung oleh pernyataan Ibu si Kembar yang didapatkan
2. Kecerdasan
pengetesan pada inteligensi mereka. Data ini diperoleh penulis melalui Ibu si
Banyumas, akan tetapi mereka sudah membeli sebuah perumahan yang akan
ditempati ketika kembar sekeluarga pindah ke daerah yang letaknya tidak terlalu
jauh dengan tempat kerja bapak. Berikut cuplikan wawancara yang menjelaskan
paparan di atas:
4. Jenis kelamin
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
5. Keinginan berkomunikasi
temannya yang tinggal di sekitar tempat tinggal kembar. Kembar mau berbicara
temannya. Kembar terbilang tidak terlalu aktif, tetapi ketika dikatakan pasifpun
juga tidak. Terlihat normal dan seperti anak-anak yang lain, begitu menurut
penuturan bapak kembar. Data tersebut diperoleh dari penuturan Bapak kembar,
(Tidak ada perbedaan yang mencolok sih. Relatif biasa dan normal.
Kalau mas Pur bilang sih normal. Dalam arti dibilang aktif ndak,
pasif juga ndak. Biasa ajah. Biasa itu bagaimana ya, ya pasif, ya
aktif, nggih biasa).
6. Dorongan
mengungkapkan hal yang lebih mendalam lagi. Menurut penuturan bapak, kembar
7. Ukuran keluarga
sendiri di rumah kontrakan yang letaknya tidak jauh dari tempat beliau bekerja.
Pada saat kembar dan Ibunya tinggal di rumah nenek, anggota keluarga yang
122
mendiami rumah tersebut ada 5 orang, yaitu: Ibu, dan nenek, paman dari si
8. Urutan kelahiran
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar adalah pola pendisiplinan di mana orang tua sangat terlibat dalam
peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya sebagai
berikut:
perlakuan Ibu dan Bapak yang sering kali mengalah dan menuruti
permintaan kedua anaknya itu demi menghindari kemarahan
kembar kepada mereka. (CLO14 : 020210)
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
Subjek penelitian pada kasus yang diangkat oleh peneliti merupakan anak
laki-laki yang dilahirkan oleh Bu Deli dengan kondisi kembar. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara kepada Ibu kembar sebagai berikut: Ibu kembar
melahirkan anak pertamanya secara normal. anak tersebut terlahir kembar yang
berjenis kelamin laki-laki dan dalam kondisi yang sehat 19 Februari 2005 (CLW1
: 030910).
sekeliling mereka, diantaranya terdapat teman sebaya dan juga sanak saudara
tidak seperti waktu kembar berada di Australia hanya ada bapak dan ibunya.. Di
lingkungan sekitar rumah kembar, terdapat banyak anak-anak yang seusia dengan
kembar, dan mereka sering bermain bersama. Selain dengan temannya kembar
banyak teman, kembar lebih banyak berbicara dengan teman-teman yang mereka
miliki daripada dengan orang tua mereka sendiri. Data di atas didapatkan melalui
Nggih nek pas teng Banjar, tah kathahan kalih kancane nggene
dolan (B1W39: 140810).
12. Kepribadian
Dalam hal kepribadian di sini, kembar bisa bergaul dengan siapa saja, atau
dalam artian dengan banyak orang. Maksudnya gak ada batasan atau hal yang
Tangerang)
Pada saat kembar berusia 3 tahun 3 bulan, kembar dan keluarganya pindah
mereka mengikuti les membaca dan berhitung, serta mengaji. Kemudian setelah
subjek berusia 4,5 tahun, mereka masuk ke Taman Kanak-kanak kelas A. Data
yang dapat digali oleh peneliti dalam rentang waktu ini adalah keadaan subjek
tinggal pertama kali di Tangerang. Data-data ini dapat diperoleh dari orang tua,
guru TK A, dan guru les subjek. Penggalian data dalam rentang waktu ini
menggunakan metode wawancara. Ada beberapa data yang sama dengan data
yang di dapatkan peneliti pada rentang waktu saat ini. Hal ini disebabkan kondisi
lingkungan secara keseluruhan tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini.
1. Inteligensi
kembar pada saat melakukan pengetesan adalah sekita umur 5 tahunan. Data ini
diperoleh penulis melalui Ibu si kembar dan dibuktikan dengan dokumen hasil
2. Jenis disiplin
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya
sebagai berikut:
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
3. Posisi urutan
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
anggota keluarganya. Pada saat kembar dan keluarganya tinggal di rumah baru
mereka, anggota keluarga yang mendiami rumah tersebut ada 4 orang, yaitu: Ibu,
Bapak, dan kemudian si kembar itu sendiri. berikut paparan data yng mengacu ke
pengertian di atas:
dari sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kondisi kembar dan keluarga yang
sudah bisa mereka tempati bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Data
6. Status ras
Si kembar merupakan anak dengan keturunan orang asli Jawa. Bapak dan
Ibu kembar berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. Semua anggota keluarga
128
besar si kembar baik yang berasal dari Bapak maupun Ibu merupakan memiliki
keturunan asli orang Banyumas. Hal tersebut diperjelas oleh data yang didapatkan
7. Berbahasa dua
Indonesia. Tetapi terkadang ibu guru tidak sengaja menggunakan bahasa Sunda
ketika tidak bisa menjelaskan kalimat yang dia maksudkan ke dalam bahasa
Sunda, ibu guru mengakui terkadang bahasa Sundanya tersebut keluar apabila dia
tidak menemukan kata dalam bahasa Indonesia pada saat sedang menjelaskan
sesuatu kepada murid-muridnya. Hal tersebut sesuai dengan pengakuan Ibu Guru
Em.., apa yah? Cuman kadang suka lupa gitu. Bahasa Indonesia
yang bagusnya apa yah?? Itu juga keluar tuh. Apah, bahasa
Sundaku suka keluar gitu (E1W35: 200810).
oleh Bu guru tersebut, kembar hanya diam dan menunjukkan ekspresi tidak faham
akan perkataan Ibu Guru tersebut. Hal serupa juga pernah terjadi pada saat kembar
berbicara menggunakan bahasa Jawa untuk berbicara dengan Ibu Guru kembar.
Ibu Guru juga tidak bisa menangkap maksud dari perkataan kembar tersebut.
Diakui Ibu guru, pernah terjadi suatu situasi di mana kembar dan ibu Guru tidak
129
saling mengerti bahasa yang digunakan oleh lawan bicaranya. Yaitu pada saat
Sunda. Demikian cuplikan wawancara dengan Ibu Guru les kembar yang
kata baru, Ibu Guru les kembar mempunyai cara tersendiri. Cara yang dibuat oleh
Ibu Guru adalah berupa pembelajaran dengan kata-kata yang paling sederhana
yang sering mereka gunakan sehari-hari sehingga pemahaman tersebut akan lebih
mudah untuk dicerna oleh kembar. Sehingga ketika Ibu Guru mengalami
penjelasan yang diberikan dari Ibu Guru maka Guru akan aktif untuk mencari kata
yang sering digunakan atau dikenal oleh anak. Data tersebut diperoleh dari
penjelasan melalui wawancara dengan Ibu Guru les kembar. berikut kutipan
wawancaranya:
Ya, kita gunakan bahasanya dia ajah. Jadi nggak bahasa yang
susah. Bahasa yang dia ngerti ajah. Yang mudah dicerna deh sama
dia. Kita kan gak seperti guru di sekolah yang formal yah, jadi
kitanya ajah yang cari bahasa yang mudah dicerna oleh anak, yang
mudah buat ngerti anak. Kalo anak-anak, Tama Dika belum
mudeng nih ya, apa sih bu?. Kadang kata itu kan juga belum
pernah digunakan, jadi ya dijelaskan lagi... Gitu ajah si (E1 W28:
200810).
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
tidak jauh berbeda dengan teman-teman kembar yang tinggal di Australia juga
dan yang seusia dengan mereka. Tidak ada permasalahan dengan mental si
sebagai berikut:
Bapak si Kembar merupakan orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau adalah pribadi
yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak terlihat jarang sekali mengobrol
walaupun dengan anggota keluarga yang lain. Data tersebut diperoleh peneliti dari
catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap si Bapak
Bapak kembar adalah orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau
adalah pribadi yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak
terlihat jarang sekali mengobrol walaupun dengan anggota keluarga
yang lain. Beliau bekerja di LIPI Jakarta dan merupakan seseorang
lulusan sarjana S2 pada salah satu universitas di Australia. Bapak
berangkat bekerja pukul 07.00 dan pulang pada pukul 17.00.
Karena lelah seharian bekerja, cara Bapak dalam menghabiskan
waktu di rumah setelah pulang bekerja adalah tidur atau bersantai
melihat televisi bersama keluarganya. Ketika situasi bersama
132
Ibu si Kembar merupakan pribadi yang cerewet atau banyak bicara. Ketika
berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada saat Ibu berbicara kurang jelas
diperoleh peneliti dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui
Ibu kembar adalah seorang lulusan SMA dan sekarag beliau tidak
bekerja. Jadi rutinitas kegiatan Ibu pada setiap harinya adalah
mengurusi rumah tangga, suami, dan anak-anaknya. Untuk
mengurusi semuanya itu, Ibu kembar tidak mempunyai pembantu
untuk meringankan pekerjaannya. Karena letih bekerja seharian,
Ibu sering kali membiarkan kembar bermain dengan saudaranya
sementara beliau cukup dengan melihatnya saja sambil tetap
melakukan pekerjaan yang lain. Ketika Ibu mengalami kelelahan,
maka Ibu kadang acuh atau tidak perduli dengan perilaku kembar.
Ketika berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada
saat Ibu berbicara kurang jelas sehingga membingungkan bagi
kembar untuk menuruti perintahnya. Ibu kembar sebenarnya adalah
seorang yang mempunyai pribadi yang cerewet atau banyak bicara
akan tetapi karena kesibukannya, Ibu kembar sering tidak sabar
dengan perilaku kembar yang membuatnya kesal. Dan akhirnya Ibu
sering marah-marah pada kembar dan berujung pada sikap Ibu
yang membiarkan kembar (CLO14 : 020910).
riang dan dekat dengan murid-muridnya. Bu Ami sangat suka mengajak semua
133
bu Ami terbilang cukup pelan akan tetapi artikulasinya agak kurang jelas. Data
tersebut diperoleh peneliti dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui
berbicara Ibu Guru sangat lirih dan artikulasi kurang jelas. Data tersebut diperoleh
dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap Ibu
Teman sebaya kembar pada saat mereka berada di Tangerang ada 3 orang.
Anak-anak tersebut adalah anak yang paling sering kembar ajak interaksi. Data ini
134
diperoleh melalui hasil observasi peneliti terhadap subjek dan teman bermainnya.
1) Akbar adalah teman kembar yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Akbar
terlihat sangat akrab. Dalam berbicara Akbar sangat lancar dan jelas. Serta dia
juga sangat seneng berbicara dan bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia saja. Hal ini yang membuat kembar menjadi aktif dalam
2) Ali adalah teman sekelas kembar. kembar sangat suka bermain dengan Ali,
karena selain Ali membawa banyak mainan ke sekolah dan kembar boleh
digunakan Ali seperti bahasa pada orang dewasa. Susunan kalimat lengkap
dan sesuai dengan EYD selain itu juga sangat jelas diucapkan.
3) Ezy dekat kembar pada saat di sekolah bukan hanya Ali tetapi juga Ezy. Ezy
ini adalah anak yang tempramen, mudah sekali marah dan suka memukul.
Bahasa yang digunakan Ezy hanya sepotong-sepotong saja. Dia juga jarang
terlihat membuat kalimat yang panjang tidak seperti teman kembar yang lain
mereka melakukan interaksi dengan siapa saja yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya. Tidak ada yang melakukan pembatasan kepada kembar dalam hal
pemilihan lawan bermain. Dalam melakukan interaksi tersebut, tidak terlalu sulit
135
yang mereka miliki, akhirnya hal ini banyak mencuri perhatian dari lingkungan.
Hal ini membuat kembar dapat dengan mudah bertemu dengan teman-teman dan
wawancara tersebut:
Trus karena Tama Dika kan agak unik, karena dibilang kembar,
trus Dika Tama membuat orang menaruh banyak perhatian pada
mereka. Jadi itu ada keuntungan juga pada mereka ketika mereka
berdua dateng, trus orang, mana sih yang namanya si kembar?,
seperti apa sih mereka?. Lah yang seperti itu yang memudahkan
mereka berhubungan atau bertemu dengan teman-teman yang ada
di sini (B1 W47: 140810).
Hal serupa juga dikatakan oleh guru les kembar. Beliau mengatakan
bahwasanya pada saat kembar belajar membaca dan menulis di tempat les bu
Amanah tersebut, mereka tidak hanya les dengan kembarannya saja tetapi juga
dengan 2 orang temannya yang lain. Dan ketika kembar belajar mengaji, mereka
mengaji bercampur dengan teman-temannya yang lain tetapi dalam jumlah yang
lebih banyak dan bukan hanya berempat. Berikut ini data dari hasil wawancara
yang dilakukan kepada Ibu guru les kembar yang menjelaskan hal tersebut di atas:
Kalo dari dulu nggak cuman berdua, ada temennya. Paling yah berempat. Kalo
kembar.
6. Bimbingan
lain, dan juga kalimat dapat mereka susun dengan lengkap. Tetapi ketika kembar
baru kembali dari rumah neneknya yang berasal dari Banyumas, bahasa yang
mereka gunakan sering kali tercampur dengan bahasa Jawa. Karena ketika kembar
ibu Guru, bahwasanya ketika seorang murid melakukan kesalahan, harus selalu
diingatkan untuk pembetulannya. Atas dasar hal tersebut di atas, kembar terlihat
pemahaman bahasa ketika ada teman kembar yang tidak faham dengan kalimat
yang kembar ucapkan apabila mereka campur dengan menggunakan bahasa Jawa.
Hal serupa juga diutarakan oleh Guru les kembar yang mencoba memberikan
pengertian bahasa yang dibuat oleh kembar ketika menggunakan bahasa Jawa,
walaupun terkadang Ibu Guru sendiri tidak mengerti dengan bahasa yang
digunakan oleh kembar. Ibu guru juga menasehati kembar agar mengurangi
bahasa Indonesia. Paparan data tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada
1. Kesehatan
2. Kecerdasan
kembar pada saat melakukan pengetesan adalah sekita umur 5 tahunan. Data ini
diperoleh penulis melalui Ibu si kembar dan dibuktikan dengan dokumen hasil
dari sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kondisi kembar dan keluarga yang
sudah bisa mereka tempati bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Data
4. Jenis kelamin
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
5. Keinginan berkomunikasi
interaksi dengan orang lain. Keunikan di sini adalah ketika mereka akan berbicara
Kembar lebih terlihat antusias ketika berbicara pada teman yang sudah dikenal
baik oleh mereka. Berbeda ketika kembar bersama dengan teman yang tidak akrab
dengan mereka. Kembar akan terlihat pasif dan tidak tertarik untuk berkomunikasi
dengan anak tersebut. Berikut cuplikan wawancara kepada Ibu guru les kembar
Itu tadi, kalo sama yang dia udah kenal, kaya sama akbar, kan di
rumah sering main. Ya ngobrolnya asik. Ya becanda heboh, gitu.
Tapi kalo sama temen-temen ngajinya, enggak. Udah duduk, ya
140
duduk ajah. Iseng, nggak. Ngobrol, nggak. Main, juga nggak. Gitu.
Iya, jadi seperlunya ajah (E1W27: 200810).
terlihat sedikit antusias terhadap anak yang sudah mereka kenal baik, akan tetapi
kembar tetap saja terlihat jarang berbicara. Terhadap teman yang sudah dikenal
baik oleh kembar, mereka tetap saja tidak pernah membuat kalimat yang panjang,
hanya sedikit saja dan yang terpenting adalah sudah menjawab pertanyaan
ataupun menanggapi apa yang diutarakan oleh lawan bicaranya. Data tersebut
diperoleh peneliti melalui wawancara yang dilakukan kepada ibu guru les kembar
beriku:
Nggak, kalo ngobrol asik mungkin dia kenal banget ma orang itu,
baru dia mau ngobrol (E1W14: 200810).
Hal tersebut diatas juga diperkuat oleh Ibu Guru Kelas TK B kembar yang
mengatakan bahwa kembar sedikit lebih reaktif untuk berbicara ketika berbicara
dengan teman-temannya daripada dengan Ibu Guru terlebih lagi ketika kembar
bersama dengan teman-teman yang sudah mereka kenal dengan baik. Mereka
akan terlihat asik sekali dalam mengobrol. Berbeda dengan pada saat kembar
bersama dengan ibu Gurunya, kembar hanya akan sekedar menjawab pertanyaan
yang diajukan pada mereka. Paparan data di atas sesuai dengan hasil wawancara
Kembar mempunyai teman yang bernama Akbar. Akbar adalah anak yang
cukup aktif dalam membangun percakapan dan kembar sangat suka berinteraksi
dengannya. Tetapu ada pada suatu saat di mana kembar tidak terlalu
memperdulikan Akbar yang sedang berbicara pada mereka. Menurut ibu kembar
hal ini dikarenakan kembar yang pada dasarnya adalah anak yang cenderung cuek
terhadap apa yang dianggap mereka tidak terlalu penting. Hal tersebut sesuai
Iya, kadang dadi Akbare sing ceramah, sing takon.. Nek Dika
Tama kan ora penting kayane (A2W38: 100810).
6. Dorongan
pernyataan dari Ibu Guru. Ibu Guru menuturkan bahwasanya hal tersebut
terbilang cukup berhasil. Keberhasilan tersebut terlihat ketika Dika akhirnya bisa
berbicara untuk menanggapi apa yang ibu Guru utarakan padanya, tetapi berbeda
dengan Tama yang tetap pasif dalam interaksinya dengan Ibu Guru. Tama hanya
yang diberikan oleh Ibu Gurunya. Dari sini terlihat bahwasanya terdapat
142
perbedaan dalam hal keaktifan pada saat mereka berbicara antara Tama dan Dika.
Paparan data tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap Ibu Guru kelas TK A
... Njawab juga seperlunya ajah mb. Kalo si Dika, apa ajah. Kalo
udah kita pancing itu, ngomong...terus. Tama ndak. (C1W10:
190810).
Kalo si ini, Tama agak kalem. Lebih jarang bicara. Kalo kita ajak
ngobrol baru..njawab. Njawab juga seperlunya ajah mb. Kalo si
Dika, apa ajah. Kalo udah kita pancing itu, ngomong...terus. Jadi
dia, perbendaharaan katanya banyak. Lebih banyakan Dika. Kalo
Tamanya agak kalem. Jadi kalo kita tanya, baru dia ngobrol, gini-
gini-gini. Ya secukupnya ajah. Tapi kalo si Dika kan, dia maunya
deket...ajah ma kita. Nempel-nempel, udah ngobrol ajah (C1W10:
190810).
Iya si Dika, kalo Tama mah diem, padahal ada di samping saya,
kalo si Dikanya mah nempel..ajah (C1 W11: 190810).
kemampuan antara Tama dan Dika, Ibu Guru les kembar juga mengatakan
bahwasanya mereka memang sudah menjadi 2 individu yang berbeda. Pada saat
belajar dengan ibu Guru, terdapat perbedaan keaktifan antara Tama dan Dika. Jika
Tama itu aktif untuk menanyakan hal-hal yang sekiranya dia belum tahu, tetapi
kalau Dika itu menunggu untuk Ibu Guru memberi tahunya terlebih dahulu. Tidak
ada minat yang terlihat pada Dika untuk menanyakan terhadap hal-hal yang belum
dia ketahui. Menurut Ibu Guru, Dika di sini masih sangat membutuhkan
untuk membuat Dika bersuara atau berbicara. Akan tetapi, hal tersebut sangat
bertolak belakang dengan pendapat ibu Guru TK yang mengatakan bahwa yang
lebih reaktif menanggapi adalah Dika, dan bukanlah Tama. Data tersebut
143
diperoleh melalui wawancara terhadap Ibu guru les kembar. Berikut cuplikan
Ya, mancing dulu. Ya jadi kalo diajak ngobrol, selain lagi belajar
itu kadang, Mama lagi apa Dika?, lagi masak, gitu. Jadi
seperlunya ajah bicaranya. Ya, emang kenapa bu?, itu kalo anak
lainnya yah. mamah lagi apa?, lagi masak, emang kenapa bu?,
gak napa-napa, masak apa?, masak sayur, bu guru mau
yah??. Kan suka begitu kalo anak yang lain yah. Kalo Tama ama
Dika enggak. Ya seperlunya ajah. Ditanya ini, ya jawabannya itu,
gitu. Bapak kerja nggak?, kerja, pulangnya jam berapa?,
malem. Gitu jadi nggak ada kalimat apa gitu yah. Udah itu ajah
yang yang ditanya ajah yang dia jawab (E1W10: 200810).
Tama yang sering tanya duluan. ibu, ini gimana sih bu?,aku
nggak ngerti bu. Aktif kalo si Tama. Kalo Dika, nunggu dikasih
tau. gimana sih bu? kalo Tama kan gitu yah. Kalo Dika, Dika
gini yah.., baru dia bilang gini yah bu?Kalo Tama nggak. Dia
aktif (E1W8: 200810).
7. Ukuran keluarga
keluarganya. Pada saat kembar dan keluarganya tinggal di rumah baru mereka,
anggota keluarga yang mendiami rumah tersebut ada 4 orang, yaitu: Ibu, Bapak,
dan kemudian si kembar itu sendiri. berikut paparan data yng mengacu ke
pengertian di atas:
8. Urutan kelahiran
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya
sebagai berikut:
Subjek penelitian pada kasus yang diangkat oleh peneliti merupakan anak
laki-laki yang dilahirkan oleh Bu Deli dengan kondisi kembar. Data tersebut
145
diperoleh melalui wawancara kepada Ibu kembar sebagai berikut: Ibu kembar
melahirkan anak pertamanya secara normal. anak tersebut terlahir kembar yang
berjenis kelamin laki-laki dan dalam kondisi yang sehat 19 Februari 2005 (CLW1
: 030910).
Teman yang setia menemani Tama adalah Dika begitu pula sebaliknya,
demikian menurut penuturan Ibu kembar. Mereka lebih suka berinteraksi dengan
kembarannya dari pada dengan teman yang lain. Tama merasa nyaman ketika
bermain bersama Dika dibandingkan dengan ketika dia bermain dengan temannya
yang lain. Hal ini membuat seolah-olah mereka tidak membutuhkan orang lain
untuk diajak berinteraksi selain dengan suadara kembar mereka sendiri. Data di
Iya, soale wes ana kancane dewek. Seperti tama Dika kuwe kan,
ngobrole tama ya jarang, Dika ya jarang. Ah wes cocok. Mathuk,
dadi seperti ora butuh kanca, seperti kuwe. Wes ana kancane cah
loro si.. (A2W37: 100810).
(Iya, soalnya sudah ada temannya sendiri. Seperti Tama Dika kan,
bicaranya Tama ya jarang, Dika ya jarang. Ah sudah, cocok. Klop,
jadi seperti tidak butuh teman, seperti itu. Sudah ada temannya
berdua itu sih..)
teman sebaya yang akan mereka ajak bermain. Terhadap anak yang belum bisa
berbeda ketika temannya tersebut sudah bisa berbicara. Kembar akan senang dan
mau berinteraksi dengan temannya yang sudah bisa berbicara tersebut. Hal
146
yang usianya tidak jauh berbeda dengan kembar karena temannya tersebut belum
bisa berbicara. Dan ketika anak tersebut sudah bisa berbicara, kembar baru mau
untuk bermain dengannya. Paparan data di atas sesuai dengan hasil wawancara
Nggih kawit dugi mriki lah.. genah kancane sing paling ageng,
niku sing ngontrak mriki (depan rumah) gemiyen, kan kaya kuwe,
kaya Dika 2 tahun arang ngomong, dadi Dika Tama sebel kaya
kuwe, ora teyeng ngomong sih. Begitu kencane umure 3 tahun
saged ngomong, Dika Tama seneng, dadi seperti ana sing ngajak
ngobrol, seperti kuwe. Deweke umur 2 tahun, Dika Tama emoh.
aku gak mau lah ma, ngga bisa ngomong, lah mpun saged
ngomong, seneng, dolane teng mriki (A2W32: 100810).
Dalam bergaul dengan teman satu kelasnya yang hanya di tempati oleh 5
orang siswa termasuk kembar di dalamnya, kembar dapat bergaul dan melakukan
untuk berbicara tetapi produksi bicara mereka lebih sedikit jika dibandingkan
dengan teman-temannya yang lain. Berikut kutipan wawancara terhadap ibu guru
Kalau untuk.., apa bergaul kebetulan anak lakinya cuman sedikit itu
Mba. Anak lakinya cuman ada berapa itu. Muridnya cuman ada 12,
laki-lakinya tuh cuman 5. Jadi kalo untuk berbicara atau bergaul,
147
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu Amanah, guru les membaca dan
mengaji kembar. Ibu Guru mengatakan bahwasanya kembar tidak pernah terlihat
mengaji bersamanya. Padahal ketika kembar mengaji ataupun les membaca dan
menulis tidak pernah hanya bertiga dengan ibu Gurunya saja, tetapi kembar selalu
yang diberikan oleh Ibu Guru lesnya tersebut. Data tersebut diperoleh melalui
hasil wawancara terhadap ibu guru les kembar. Berikut cuplikan wawancaranya:
Pada saat kembar belajar di tempat les ibu Amanah, mereka sempat ganti
jam belajar. Jam belajar kembar pada saat sebelum mereka masuk ke TK adalah
pada pagi hari. Dan setelah mereka masuk ke TK baru mereka masuk pada waktu
sore hari. Dari hal tersebut, secara otomatis berubah pula teman-teman belajar
ketika berinteraksi dengan teman barunya. Kembar cenderung lebih pendiam dan
tidak seperti ketika bersama teman les terdahulunya. Berikut ini cuplikan
Iya, ganti kelas di sini, kan ganti temen-temen. Jadi yang udah TK
ma yang udah TK, yang belum belum. Jadi gini, waktu Tama Dika
sekolah TK, temen-temen sekelas ngajinya, belum TK. Otomatis
dia ganti temen baru di kelas siang. (E1W57: 200810).
1. Inteligensi
kembar pada saat melakukan pengetesan adalah sekita umur 5 tahunan. Data ini
diperoleh penulis melalui Ibu si kembar dan dibuktikan dengan dokumen hasil
2. Jenis disiplin
Tidak terjadi perubahan penerapan bentuk disiplin yang dibuat oleh orang
tua kembar terhadap anaknya tersebut. Jenis disiplin yang diterapkan oleh orang
tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas
atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari pengamatan yang
149
dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar terhadap anaknya
sebagai berikut:
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
3. Posisi urutan
Putra pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Bu Deli ini yang
menjadi subjek penelitian yang diambil oleh penelitian terlahir kembar. Saudara
kembar ini mempunyai selisih waktu lahir 15 menit antara yang lahir pertama
dengan yang berikutnya. Data ini diperoleh dari penuturan Bapak dan Ibu si
kembar sebagai berikut: Si kembar adalah saudara kandung yang berbeda selisih
lahir 15 menit dari saudaranya yang lain. Mereka merupakan putra pertama yang
4. Besarnya keluarga
Kondisi kembar saat ini, mereka tinggal bersama anggota inti keluarganya.
Anggota keluarga inti yang dimaksudkan adalah anggota keluarga yang mendiami
rumah tersebut ada 4 orang, yaitu: Ibu, Bapak, dan kemudian si kembar itu
dari sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kondisi kembar dan keluarga yang
sudah bisa mereka tempati bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Data
6. Status ras
Si kembar merupakan anak dengan keturunan orang asli Jawa. Bapak dan
Ibu kembar berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. Semua anggota keluarga
besar si kembar baik yang berasal dari Bapak maupun Ibu merupakan memiliki
keturunan asli orang Banyumas. Hal tersebut diperjelas oleh data yang didapatkan
7. Berbahasa dua
Pemakaian billingual atau dua bahasa pada saat berbicara dengan kembar
menggunakan bahasa Indonesia dan juga mereka dapat mengerti ketika orang lain
kembar hidup di dalam dua sosial. Yaitu sosial lingkungan masyarakat yang
mayoritas menggunakan bahasa Jawa dan juga bahasa Indonesia. Data tersebut
antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Pernah suatu ketika kembar
menanyakan kata yang tidak dia mengerti kepada Ibunya. Dan refleks dari Ibu
adalah terkadang menjelaskan arti dari kata yang belum kembar ketahui tersebut,
akan tetapi tidak jarang pula Ibu mendiamkan saja hal tersebut. Hal tersebut
sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap Ibu
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
Kondisi fisik kembar saat ini sangat baik. Walaupun pada 3 bulan yang lalu
mereka masuk ke RS karena sakit typus, akan tetapi saat ini mereka tidak sedang
mengalami gangguan kesehatan apapun. Hal tersebut sesuai dengan penuturan Ibu
Kondisi mental kembar pada pada saat ini tidak jauh berbeda dengan
teman-teman kembar yang tinggal di sekitar rumahnya juga dan yang anak-anak
yang seusia dengan mereka. Tidak ada permasalahan dengan mental si kembar,
dengannya. Data tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu si kembar sebagai berikut:
pada saat berinteraksi dengan kembar. Paparan hasil penelitian yang merupakan
154
hasil dari proses penelitian yang menjelaskan orang-orang yang menjadi model
Bapak si Kembar merupakan orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau adalah pribadi
yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak terlihat jarang sekali mengobrol
walaupun dengan anggota keluarga yang lain. Data tersebut diperoleh peneliti dari
catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap si Bapak
Bapak kembar adalah orang yang sangat tidak suka banyak bicara
baik dengan istrinya, anaknya, maupun dengan orang lain. Beliau
adalah pribadi yang pendiam dan tidak banyak bicara. Bapak
terlihat jarang sekali mengobrol walaupun dengan anggota keluarga
yang lain. Beliau bekerja di LIPI Jakarta dan merupakan seseorang
lulusan sarjana S2 pada salah satu universitas di Australia. Bapak
berangkat bekerja pukul 07.00 dan pulang pada pukul 17.00.
Karena lelah seharian bekerja, cara Bapak dalam menghabiskan
waktu di rumah setelah pulang bekerja adalah tidur atau bersantai
melihat televisi bersama keluarganya. Ketika situasi bersama
dengan istri dan anak-anaknya pun tidak pernah terlihat beliau
memulai suatu kondisi yang asik bercerita dengan anggota keluarga
yang lain. Situasi yang terjadi ketika mereka berkumpul bersama
adalah diam selayaknya menikmati suasana keheningan bersama,
walaupun sesekali terlihat Bapak seperti menggigit-gigit kembar
tanda ingin bercanda (CLO14 : 020910).
Ibu si Kembar merupakan pribadi yang cerewet atau banyak bicara. Ketika
berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada saat Ibu berbicara kurang jelas
diperoleh peneliti dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui
Ibu kembar adalah seorang lulusan SMA dan sekarag beliau tidak
bekerja. Jadi rutinitas kegiatan Ibu pada setiap harinya adalah
mengurusi rumah tangga, suami, dan anak-anaknya. Untuk
mengurusi semuanya itu, Ibu kembar tidak mempunyai pembantu
untuk meringankan pekerjaannya. Karena letih bekerja seharian,
Ibu sering kali membiarkan kembar bermain dengan saudaranya
sementara beliau cukup dengan melihatnya saja sambil tetap
melakukan pekerjaan yang lain. Ketika Ibu mengalami kelelahan,
maka Ibu kadang acuh atau tidak perduli dengan perilaku kembar.
Ketika berbicara, masih sering Ibu mencampurkan bahasa Jawa dan
Bahasa Indonesia kepada kembar. Dan terkadang artikulasi pada
saat Ibu berbicara kurang jelas sehingga membingungkan bagi
kembar untuk menuruti perintahnya. Ibu kembar sebenarnya adalah
seorang yang mempunyai pribadi yang cerewet atau banyak bicara
akan tetapi karena kesibukannya, Ibu kembar sering tidak sabar
dengan perilaku kembar yang membuatnya kesal. Dan akhirnya Ibu
sering marah-marah pada kembar dan berujung pada sikap Ibu
yang membiarkan kembar (CLO14 : 020910).
Ibu Guru kelas TK B kembar bernama Bu Sri. Dalam berbicara Ibu Guru
tidak terlalu cepat dan artikulasinya jelas jadi mudah bagi anak untuk menerima
informasi dari Ibu Guru. Akan tetapi Bu Sri jarang melakukan interaksi terhadap
kembar. Hal tersebut dikarenakan kesibukan bu Sri yang juga seorang kepala
Bu Sri:
Dalam berbicara Ibu Guru tidak terlalu cepat dan artikulasinya jelas
jadi mudah bagi anak untuk menerima informasi dari Ibu Guru
(CLO14 : 020910).
berbicara Ibu Guru sangat lirih dan artikulasi kurang jelas. Data tersebut diperoleh
dari catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti melalui pengamatan terhadap Ibu
Teman sebaya kembar pada saat mereka berada di Tangerang ada 3 orang.
Anak-anak tersebut adalah anak yang paling sering kembar ajak interaksi. Data ini
diperoleh melalui hasil observasi peneliti terhadap subjek dan teman bermainnya.
1) Akbar adalah teman kembar yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Akbar
terlihat sangat akrab. Dalam berbicara Akbar sangat lancar dan jelas. Serta dia
juga sangat seneng berbicara dan bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia saja. Hal ini yang membuat kembar menjadi aktif dalam
2) Ali adalah teman sekelas kembar. kembar sangat suka bermain dengan Ali,
karena selain Ali membawa banyak mainan ke sekolah dan kembar boleh
digunakan Ali seperti bahasa pada orang dewasa. Susunan kalimat lengkap
dan sesuai dengan EYD selain itu juga sangat jelas diucapkan.
3) Ezy dekat kembar pada saat di sekolah bukan hanya Ali tetapi juga Ezy. Ezy
ini adalah anak yang tempramen, mudah sekali marah dan suka memukul.
Bahasa yang digunakan Ezy hanya sepotong-sepotong saja. Dia juga jarang
terlihat membuat kalimat yang panjang tidak seperti teman kembar yang lain
orang tua kembar memilih membiarkan kembar untuk menonton televisi dengan
dalam kamar. Atau dengan kata lain, acara menonton televisi pada saat itu kembar
lakukan secara terpisah dengan kedua orang tuanya. Hal tersebut sedikit
tuanya. Paparan data tesebut didapatkan peneliti dari hasil pengamatan terhadap
akan tetapi Bapak bersikap acuh dan seakan-akan tidak memperdulikan hal
tersebut. kejadian itu berawal pada saat Tama mengompol, dia hanya diam saja
dan bapak hanya melihatnya sebentar lalu membiarkannya begitu saja dan Tama
tetap terdiam. Bapak sangat acuh dan tidak menanggapi Tama dan tetap sibuk
Pada suatu pagi tidak terlihat suatu kondisi yang menimbulkan interaksi
antara orang tua kembar dan anaknya. Anggota keluarga terlihat berjalan-jalan
Pada pagi hari ini, diawali oleh rutinitas seperti biasanya yaitu
kembar duduk manis di depan televisi, ibunya memasak di dapur,
sedangkan bapaknya sibuk asik dengan leptop dan tugasnya. Tidak
ada interaksi yang terlihat dan tidak ada komunikasi yang terjalin
pada pagi itu. (CLO3 : 290710)
Pada saat di sekolah, terlihat Ibu Guru sangat sibuk dengan pekerjaannya
dikarenakan Ibu Guru kelas kembar menjabat sebagai kepala Sekolah, sehingga
tugas, kewajiban, serta perhatiannya menjadi terbagi menjadi dua. Data tersebut
159
Setiap hari Sabtu dan Minggu bapak kembar libur dari pekerjaannya.
Walaupun Bapak libur dan berada di rumah, akan tetapi situasi rumah tetap sama
ketika Bapak memang benar-benar tidak ada di rumah. Hal ini membuat kembar
dengan Bapak. Hal tersebut dapat dilihat oleh peneliti melalui pengamatan yang
dilakukan di dalam rumah kembar. Berikut kutipan catatan dari hasil pengamatan
tersebut:
membentangkan kedua tangannya. Dan dalam hal ini Bapak kembar langsung
ketika kejadian itu berlangsung. Hal ini juga tergambar ketika kembar berinteraksi
dengan Ibunya. Ibu juga melaksanakan kemauan kembar dan tidak ada penjabaran
kata atas isyarat yang kembar lakukan. Paparan data di atas didapatkan melalui
Tama dan Dika sering sekali mendekati ibunya atau saya hanya
untuk nglendot atau sekedar mencubit, lalu setelah dipandang,
mereka hanya tersenyum. Hal ini tidak ditanggapi secara serius
oleh ibunya. Malah sering si Ibu mengusir kembar kalo sedang
seperti itu, karena Ibu kembar merasa sudah lelah setelah seharian
mengerjakan pekerjaan rumah yang memang sudah menjadi
kewajibannya. (CLO2 : 280710).
6. Bimbingan
mereka seperti mempunyai istilah sendiri. Menanggapi hal tersebut Ibu kembar
mencoba untuk membetulkannya. Akan tetapi ketika hal tersebut dibetulkan oleh
si Ibu tentang kesesuaian kata dengan maknanya, kembar tidak mau dan dan
ketika ibu memaksa kembar marah-marah. Dan untuk menghindari hal tersebut di
atas, pada akhirnya terkadang Ibu membiarkan peristilahan itu yang menyebabkan
kesalahan bicara tersebut terus dilakukan oleh kembar. Paparan data di atas sesuai
Nggih mb Deli tok.. Lah anu gone ngomong sak karepe dewek
Dika, dewek benerna ora gelem. Jarene wes pinter, yah wes
ngonoh. Masa ora teyenge angger gedhe ngomong... Ah lha angger
kulo ngotot Dika ngotot, malah andon tukaran tok ya. Dika
ngomong ya iya, kaya kuwe baen. Kesuwen. Anek diajari malah
dadi gethut Dika. Karepe andon padon.. Ora trima nek disalahna
(A3W13: 221010).
(Ya, mba Deli saja. Lah itu bicaranya memang seenaknya sendiri,
kita betulkan tidak mau. Katanya sudah pintar, ya sudahlah. Masa
iya kalau sudah besar dia tidak bisa bicara. Ah, lah kalau saya
ngotot, Dika ngotot malah cuma bertengkar saja. Dika bilang ya
iya, seperti itu saja. Terlalu lama. Kalau diajarin malah jadi
ngajak bertengkar sih Dika. Tidak terima kalau disalahkan).
Ibu dari si Kembar menilai bahwasannya penyebab dari si Kembar
dari bapak yang dahulu berbicaranya seperti itu. Hal itu membuat kembar sulit
untuk menanyakan hari. Dan pada saat itu, kesalahan kembar tersebut hanya
dibiarkan saja oleh Ibu dan Bapaknya yang pada saat itu berada tidak jauh dari
mereka. Kedua orang tua kembar tidak melakukan pembenaran kata yang
diucapkan dengan salah arti oleh kembar. Hal tersebut didapatkan oleh peneliti
162
pengamatannya:
Ketika menanggapi sesuatu yang spontan terjadi padanya sering kali Dika
keliru dalam berbicara. Kekeliruan ini dalam hal kata yang Dika gunaka. Melihat
pemahaman Dika akan sesuatu juga dirasa masih kurang. Akan kesalahan yang
Dika perbuat, ibu hanya membiarkan kesalahan tersebut, tetapi juga beliau tetap
melakukan apa yang Dika minta. Paparan data di atas didapatkan melalui
pengamatannya:
Pada waktu sore hari, kembar minta dibuatkan susu oleh Ibunya.
Karena susu yang kembar minta tidak sesuai dengan apa yang
mereka mau, akhirnya mereka protes. Dika mengatakan, ndak
mau besar-besar!!!. Setelah peneliti tanyakan kepada Ibu,
ternyata maksud dari kalimat Dika itu adalah bahwa Dika tidak
mau minum susu yang terlalu banyak. Mendengar kesalahan yang
163
1. Kesehatan
Kondisi kesehatan si kembar saat ini sangat baik. Walaupun pada 3 bulan
yang lalu mereka masuk ke RS karena sakit typus, akan tetapi saat ini mereka
tidak sedang mengalami gangguan kesehatan apapun. Hal tersebut sesuai dengan
2. Kecerdasan
kembar pada saat melakukan pengetesan adalah sekita umur 5 tahunan. Data ini
diperoleh penulis melalui Ibu si kembar dan dibuktikan dengan dokumen hasil
dari sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kondisi kembar dan keluarga yang
sudah bisa mereka tempati bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Data
4. Jenis kelamin
menjadi anak laki-laki yang suka bicara (cerewet). Ibu kembar menganggap
bahwa anak yang cerewet identik dengan sifat yang dimiliki oleh wanita.
Sedangkan yang terjadi adalah anak dari Ibu si kembar adalah seorang anak laki-
laki sehingga, tidak seharusnya anak laki-lakinya itu cerewet. Hal tersebut yang
membentuk sikap Ibu menjadi seorang Ibu yang jarang mengajak berbicara
anaknya. Data tersebut diperoleh dari pengakuan Ibu si kembar sebagai berikut:
5. Keinginan berkomunikasi
pernah mengawali suatu pembicaraan. Ketika dalam suatu interaksi, kembar lebih
memilih untuk diam dan menunggu ditanya terlebih dahulu dari pada harus
mengajak orang lain untuk berbicara dengannya, walaupun orang lain tersebut
adalah orang yang sangat mereka kenal termasuk akbar. Akbar adalah tetangga
mengajak berbicara Akbar terlebih dahulu. Akan tetapi ada suatu kondisi di mana
kembar akan berbicara terlebih dahulu kepada orang lain, yaitu kondisi di mana
kembar meminta jajan kepada Ibu dan juga Bapak mereka. Paparan data di atas
diperoleh peneliti melalui hasil wawancara yang dilakukan terhadap Ibu kembar.
Ya, paling seperti itu. Minta jajan, atau mainan. Baru mau
berbicara dahulu.)
Dalam berinteraksi terlebih lagi dalam hal berbicara, kembar akan terlihat
lebih asik ketika bersama teman-teman dekatnya. Hal tersebut diutarakan oleh Ibu
Guru kembar dengan melihat bahwasanya kembar akan lebih seneng ketika
166
bersama dengan teman satu kelompoknya. Dan ketika kembar bersama teman lain
di luar dari kelompok bermain mereka termasuk juga dengan Ibu Guru kelas TK
antara Tama dan Dika ketika sedang bersama Ibu Guru, bahwasanya Tama akan
lebih aktif menonjol untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh Ibu Guru
tersebut di atas:
Dua-duanya cerewet sama Ali kalo ma yang laen gak, Ezy tuh
huuuhhh selalu mereka kata saya kan Ezy, Ali berempat ya kalo Si
Ali emang diem ya..itu memang banyak cuma kalo ditanya ya
(D2W2: 300810).
Ya itu sih kalo ditanya baru emang ya sampe sekarang tapi kalo
sama temen lebih cerewet (D2W3: 300810).
Iya. Kadang juga saya harus ngomong, Ayo Dika jawab..., punya
mulut kan buat jawab Kalo lagi ama Ali, ma temennya banyak
ngomongnya. Tapi kalo ama Bu Gurunya enggak. Kalo Ali banyak
bicaranya. (D2W26: 300810).
6. Dorongan
hemat dalam pembuatan kata-katanya. Hal tersebut membuat ibu Guru melakukan
dorongan agar kembar dapat menceritakan sesuatu secara lebih panjang dan
167
terperinci. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu
tersebut, Iyah begitu mancing dulu..., jadi bicara seperlunya ajah. Cerita juga
Pada hari di mana kembar baru terbangun dari tidur siangnya, mereka lalu
bermain mobil-mobilan. Pada saat itu mobil Tama mengalami kerusakan. Ibu di
menanyakan apa yang terjadi padanya. Hal ini menggambarkan kurang adanya
dorongan dari Ibu guna menimbulkan motivasi anak dalam berbicara. Tama hanya
dibiarkan saja oleh Ibu ketika dia memberikan suatu stimulus yang membutuhkan
perhatian dari Ibunya. Paparan data di atas sesuai dengan hasil pengamatan
terhadap interaksi kembar dengan Ibu kembar. berikut cuplikan hasil pengamatan
Pada waktu kembar bangun dari tidur siang mereka, Tama bermain
mobil-mobilan. Karena mobilnya rusak Tama hanya mencoba
membetulkannya sendiri, dengan cara memukul-mukulkan
mobilnya ke lantai. Melihat kejadian ini, Si Ibu membiarkan apa
yang dilakukan Tama. Ketika saya bertanya pada ibu, Tama
kenapa ya mba?. Beliau hanya menjawab Paling mobil-
mobilannya rusak, biarin aja, kalo ditanya nanti malah tambah
ngamuk. (CLO1 : 270710).
kalimat pertanyaan yang bersifat tertutup. Kalimat pertanyaan ini adalah kalimat
yang habis ketika dijawab dengan jawaban Ya atau Tidak saja. Dan ketika
juga sering kali menjawab kalimat dengan singkat. Jarang sekali terlihat Ibu
kembar menanyakan kalimat yang bersifat umpan balik agar komunikasi dapat
168
berjalan lebih panjang. Data di atas diperoleh dari beberapa hasil pengamatan.
Berikut ini adalah petikan hasil pengamatan yang memperlihatkan hal tersebut:
Pada malam itu ketika kembar sedang bermain dengan saudara kembarnya,
tidak pernah terdengar suara gaduh anak-anak yang berebut mainan atau sekedar
memberi semangat antara yang satu dengan yang lain. Walaupun ada rangsangan
berupa mainan tetapi hal tersebut nampaknya tidak membuat kembar terdorong
untuk berbicara lebih banyak kepada saudara kembarnya tentang hal tersebut. Hal
Pada saat mereka asik bermain game, keduanya bisa saling berbagi
dengan baik, tapi tidak selayaknya anak seusia mereka yang sedang
asik bermain game, keduanya terlihat jarang sekali berdiskusi atau
sekedar memberikan komentar pada permainan saudaranya.
Kalimat yang terdengar hanyalah, Gantian si.. (CLO1 : 270710).
Komunikasi yang terjalin antara Tama dan Bapaknya pada waktu itu bukan
merupakan komunikasi yang baik atau dua arah. Komunikasi hanya terlihat
sesekali saja hanya untuk sekedar menanggapi secara singkat pendapat dari yang
lain. Ketika Tama terjatuh lalu reaksi ayah adalah menanyakan kepada Tama
dijawab oleh Tama dengan isyarat lalu pembicaraan itu berhenti sampai di situ.
tersendiri bagi kembar untuk berbicara dalam rangka menanggapi pernyataan dan
pertanyaan yang diberikan oleh Akbar. Hal ini terlihat ketika pada waktu ketika
ada Akbar ke rumah kembar mereka menonton televisi bersama dan kembar
sangat aktif berbicara tidak seperti biasanya pada saat tidak ada Akbar. Paparan
data tersebut dapat dilihat melalui cuplikan hasil pengamatan peneliti terhadap
7. Ukuran keluarga
Kondisi kembar saat ini, mereka tinggal bersama anggota inti keluarganya.
Anggota keluarga inti yang dimaksudkan adalah anggota keluarga yang mendiami
rumah tersebut ada 4 orang, yaitu: Ibu, Bapak, dan kemudian si kembar itu
8. Urutan kelahiran
Si kembar merupakan anak pertama dari kedua orang tuanya. Anggota inti
keluarga si kembar terdiri dari 4 orang, yaitu: Bapak, Ibu, dan juga si kembar itu
sendiri. Selama tinggal di Australia, anggota keluarga yang tinggal di sana terdiri
dari 4 orang anggota keluarga inti tersebut. hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Tidak terjadi perubahan penerapan metode pelatihan anak yang dibuat oleh
orang tua kembar terhadap anaknya tersebut. Metode pelatihan yang diterapkan
oleh orang tua kembar pada rentang waktu ini adalah pola pendisiplinan di mana
orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan
sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Data tersebut diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap perilaku kedua orang tua kembar
Hal tersebut di atas didukung oleh data yang diperoleh dari wawancara
Subjek penelitian pada kasus yang diangkat oleh peneliti merupakan anak
laki-laki yang dilahirkan oleh Bu Deli dengan kondisi kembar. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara kepada Ibu kembar sebagai berikut: Ibu kembar
melahirkan anak pertamanya secara normal. anak tersebut terlahir kembar yang
berjenis kelamin laki-laki dan dalam kondisi yang sehat 19 Februari 2005 (CLW1
: 030910).
Interaksi kembar terhadap teman sebaya mereka yang bernama Ezy yang
tersendiri bagi kembar untuk berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil
12. Kepribadian
Ketika kembar berpindah dari kelas A menuju kelas B, kembar hanya mau
teman-teman kembar yang baru masuk, kembar jarang sekali terlihat mau untuk
172
terhadap Ibu kembar. Berikut ini adalah petikan hasil dari wawancara tersebut:
tidak bisa dipaparkan berdasarkan pada indikator dalam penelitian ini. Faktor-
faktor yang menjadi temuan dari penelitian terhadap kasus keterlambatan bicara
(speech delay) dipaparkan menurut rentang waktu terlihatnya faktor tersebut pada
subjek penelitian.
Kesibukan ibu membuat Ibu sangat jarang sekali bisa menemani kembar
pada saat mereka bermain. Sering kali kembar hanya bermain dengan saudara
kembarnya ayaupun juga dengan hanya menonton televisi. Ibu kembar meyakini
173
bahwasanya dengan kembar menonton televisi, pada akhirnya mereka akan dapat
berbicara. Karena ada yang mengajak kembar untuk berbicara yaitu televisi.
Paparan di atas sesuai dengn hasil wawancara terhadap Ibu kembar sebagai
berikut:
Kaya mba deli sing penting lah ya, wong ana TV, masa ra teyeng
ngomonga. Kaya kuwe tok. Ya wes, jorna baen. (A1 W16: 310710).
(Seperti mba Deli yang penting kan ya, ada TV, masa nggak bisa
bicara juga. Ya sudah, biarkan saja).
Ibu, anak usia 2 tahun hanya bisa membuat kalimat ocehan saja dan belum jelas
mengajaknya bermain. Ibu juga meyakini bahwa anak usia 2 tahun sedang dalam
usia bermain sehingga si Ibu mewajarkan kemampuan si Kembar yang belum bisa
berbicara karena usia anak yang dapat berbicara menurut Ibu si Kembar adalah
pada saat anak berumur 3 tahun. Paparan data di atas sesuai dengan wawancara
Jarang, paling nggih ndolani tok lah. Lah wong bocah 2 tahun ya
mung, haha hehe tok lah. Durung bisa cetha ngomong (A1 W17:
310710).
(Jarang, paling ya mengajak anak bermain saja lah. Lah, anak dua
tahun kan hanya, haha hehe saja wen.. Belum jelas bicaranya)
Jarang ngomong. Haha hehe tok lha wen. Anu bocah nembe
nalar. Ya mung haha hehe.., lah bahasane bahasa bocah umur
rong tahun kan agi lucu-lucune ngomong, bababa.., kaya kuwe
174
Tangerang)
sekitar kembar
Menurut Ibu Guru kembar, kemampuan berbicara anak usia 4 tahun seperti
kembar, sampai pada pembuatan satu kata yang utuh, tidak hanya mengucapkan
kata pada suku kata yang belakangnya saja. Kemampuan bicara kembar dikatakan
wajar karena bisa mengucapkan kata secara utuh, tidak seperti anak seusianya
yang dalam pengucapan katanya hanya pada suku katanya yang akhir saja.
Trus ini, kalo bicara sih lancar, untuk usia anak segitu sih lancar
mb, sepotong. Ini kan biasanya anak cuman buntutnya ajah,
belakangnya. Ini mah enggak. Satu kata itu lengkap, cuman kadang
campur pake ini, bahasa Jawa (C1 W9: 190810).
Hal tersebut di atas juga di perkuat oleh pengakuan ibu Guru di mana
ketika kembar berbicara sedikit gagap atau cadel, Ibu Guru menganggapnya
175
sesuatu hal yang biasa saja. Hal tersebut di atas menjadi biasa karena kesamaan
hal yang terjadi pada anak-anak yang Ibu Guru tangani pada setiap harinya. Data
suatu cara bahwasanya kakak haruslah mengalah kepada adik. Hal ini terjadi pada
saat kembar saling berebut mainan dengan saudara kembarnya, maka Ibu Guru
akan langsung memberitahukan hal tersebut. Fungsi dari penerapan sistem kakak
dan adik ini juga dimanfaatkan oleh Ibu Guru untuk memicu semangat untuk
Selalu. Iya selalu. Tama kakak, ayo nggak boleh kalah sama
adek.. Jadi mungkin karena itu, jadi memicu dia pengen cepet-
cepet bisa kali yah (D2 W24: 300810).
dalam membuat kalimat memang sangat singkat. Jadi ketika kembar hanya
176
mengucapkan 2 atau 3 kata saja dalam pembuatan kalimat, hal ini adalah wajar.
Hal tersebut di atas membuat kembar tidak pernah membuat kalimat yang
panjang. Karena ketika Si Ibu cerewet, biasanya karena beliau marah dan ketika
Ibu marah kembar hanya bisa diam saja. Paparan data tersebut didapatkan peneliti
wawancaranya:
Tidak pernah, saya perhatikan dari dulu emang tidak pernah. Kalau
saya cerewet, kalau saya marah seperti kemarin saja, kan anak dua
malah diem aja. Kalau sendirinya salah, berarti kalau saya
ngomong pada diem malah takut seperti itu saja).
terkait dengan fokus kajian dan tujuan penelitian. Adapun hal-hal yang dapat
(speech delay) pada awal masa kanak-kanak yang meliputi latar belakang subjek,
bicara (speech delay), serta perlakuan yang diberikan oleh lingkungan terkait
Pada saat si Kembar berada di Australia dan berumur kurang dari 22 bulan,
si Kembar sulit mendeskripsikan kata apa yang paling diproduksi oleh si Kembar.
Dalam Hurlock (1978: 189) menjelaskan bahwa anak pada usia 12-18 bulan
mereka sudah harus mampu mengucapkan satu kata dan dapat ditafsirkan sebagai
kalimat yang bermakna. Yang terjadi dalam kasus si Kembar pada hal ini adalah
bahwa mereka pada usia yang kurang dari 22 bulan akan tetapi mereka masih
belum mampu mengucapkan satu suku kata yang dapat ditafsirkan oleh orang
lain. Chaer (2003) menambahkan bahwa pada rentang ini seharusnya anak sudah
dapat menggabungkan dua kata. Dan ditemukan pada kondisi si Kembar, mereka
masih belum bisa menggabungkan dua kata seperti yang dijelaskan pada teori dari
Chaer tersebut. Dapat disimpulkan dari hal tersebut bahwa pada saat si Kembar
rentang usia 12-26 bulan maka perbendaraan kata utamanya akan terdiri dari
banyak kata benda dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata keterangan.
Anak juga sudah mulai memperhatikan urutan kata yang dia pakai. Pada kasus ini,
ketika si Kembar berada pada rentang usia tersebut mereka masih belum bisa
terbatas pada kata-kata yang sering mereka ucapkan seperti papa, mama,
ini, dan itu. Ketika melihat kondisi si Kembar yang hanya memiliki 4 kata
178
utama dapat terlihat di sini bahwa perbendaharaan si Kembar tidak terlalu besar.
yang mereka pakai. Chaer (2003) berpendapat bahwa anak usia ini mereka sudah
mulai menyusun kalimat yang terdiri dari tiga buah kata. Yang terjadi pada kasus
ini adalah kemampuan berbicara kembar masih belum dapat mencukupi kriteria
ditari kesimpulan bahwa pada kondisi kembar berusia 26 bulan, mereka masih
masih belum bisa membedakan urutan waktu. Mereka juga masih sangat sering
membentuk kalimat dengan sangat singkat dan selalu menunggu keaktifan dari
lawan bicara mereka. Dijelaskan dalam Santrock (2002: 186-187) bahwa anak
usia tiga tahun seharusnya sudah memiliki kemampuan untuk melekatkan antara
kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain. Melihat kondisi si Kembar yang
lebih dari dua kata serta melekatkan antar kalimat seperti yang telah dijelaskan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat kembar berusia 3 tahun mereka
Pada saat kembar berusia 3 tahun lebih 3 bulan, kembar masih sering
menggunakan kalimat yang sangat singkat. kalimat yang kembar buat tersebut
juga hanya untuk menjawab pertanyaan dari orang lain. Tidak pernah terlihat
kembar menanyakan terlebih dahulu pada orang-orang yang ingin mereka aja
41-46 bulan adalah usia anak yang mampu mengkoordinasikan antara kalimat-
pada kasus si Kembar adalah mereka masih hanya membuat satu kalimat
sederhana sebagai jawaban singkan dari pertanyaan yang diajukan oleh lawan
bicaranya, bahwa mereka sering menggunakan kalimat yang sangat singkat. Tidak
pernah terlihat adanya timbal balik yang diberikan oleh si Kembar terhadap lawan
terdiri dari Subjek, Predikat, dan Objek atau terdiri dari 3 kata. Walaupun
produksi kalimat sudah lengkap, akan tetapi mereka tidak pernah menggunakan
keterangan sebagai pelengkap pada kalimat yang mereka buat sebagai tambahan
informasi yang dapat mereka berikan pada lawan bicaranya. Papalia (2002: 251)
menjabarkan bahwa anak usia 4-5 tahun mereka harus bisa membuat 4-5 kata
dalam satu kalimat. Kalimat tersebut mungkin berupa kalimat pernyataan, kalimat
negatif, kalimat tanya, atau kalimat perintah, bukan seperti yang dilakukan oleh si
kembar hingga saat ini dapat dikatan masih mengalami hambatan dalam
Pada Hurlock (1980: 114-115) menyatakan bahwa pada awal masa kanak-
kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena sekali anak-anak dapat
berikut:
Ketika membahas tentang inteligensi kembar, maka akan kita bahas pula
dapat berbicara.
masuk di kelas TK A Melati atau tepatnya pada saat si Kembar berusia 4 tahun
lebih 8 bulan. Dari tes Inteligensi yang pernah mereka ikuti tersebut, didapatkan
skor IQ yang berbeda antara Tama dan Dika. Dikatakan pada hasil tes tersebut
bahwa skor IQ Tama adalah 103 sedangkan Dika memiliki skor IQ 102 atau
Kembar dapat mereka kuasai secara lebih cepat. Tetapi pada kenyataannya
dikatakan bahwa keterlambatan bicara yang dialami oleh si Kembar bukan berasal
Tidak ada perubahan jenis disiplin yang diterapkan oleh orang tua si
Kembar terhadap anaknya tersebut semenjak kembar masih bayi hingga sekarang.
Pola disiplin yang orang tua terapkan kepada anaknya adalah jenis disiplin di
mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi
menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Atau dalam pengertian
melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya si Kembar tidak pernah
indulgent ini adalah suatu gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat
dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali
disiplin yang cenderung lemah lebih banyak berbicara daripada anak-anak yang
orang tuanya bersikap keras dan berpandangan bahwa anak-anak harus dilihat
tetapi tidak didengar. Sedangkan pada kasus ini ditemukan bahwasanya orang
182
yang cenderung lebih bersifat otoriter seperti yang dijelaskan pada teori tersebut.
anak dapat lebih banyak berbicara karena anak tidak diposisikan sebagai
Kembar adalah anak pertama dari pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Deli.
Posisi urutan kelahiran saudara kembar ini adalah bahwa sang adik yang bernama
Dika lahir 15 menit kemudian setelah Tama atau sang kakak lahir. Sejak kembar
masih bayi hingga sekarang, diakui oleh kedua orang tua si Kembar bahwa dalam
dan segala hal yang dalam takaran yang seimbang antara Tama dan saudara
kembarnya Dika. Dalam mengasuh si Kembar, orang tua tidak menerapkan sistem
kakak dan adik atau menuakan salah satu dari saudara kembar tersebut. Menurut
Bapak si Kembar mereka berdua memang sama tetapi dalam pribadi yang
berbeda. Menjadi sesuatu hal yang wajar ketika kemampuan mereka berdua
berbeda akan tetapi perlakuan seharusnya diberika kepada mereka tidak harus
dibeda-bedakan.
183
Hurlock (1980: 115) menjelaskan bahwa anak sulung didorong untuk lebih
banyak bicara daripada adiknya dan orang tua lebih mempunyai banyak waktu
untuk berbicara dengan adiknya. Sedangkan yang terjadi pada kasus ini adalah
orang tua tidak membedakan si Kembar pada tata urutan kelahiran yang nantinya
Antara Tama dan Dika sama-sama mendapatkan porsi bagian yang sama dalam
segala hal yang diberikan oleh orang tua mereka. Tama dan Dika sama-sama
didorong untuk banyak berbicara, bukan hanya pada salah satunya. Sehingga dari
hal tersebut dihasilkan bahwa dari urutan kelahiran dalam hal ini, tidak
Pada kasus yang terjadi pada subjek penelitian ini, mereka berasal dari
keluarga yang besar. Keluarga besar dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa
si Kembar bukan merupakan anak tunggal, Tama terlahir bersama dengan Dika.
Dengan adanya dua orang anak tersebut, sudah sewajarnya ketika nantinya si
Kembar akan berbagi segala hal dengan saudaranya termasuk perhatian dari kedua
orang tuanya. Walaupun anak pertama mereka terlahir si Kembar akan tetapi
orang tua mengakui bahwasanya tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan
oleh orang tua terhadap anaknya tersebut terkait pada pembagian perhatian
lebih banyak bicara daripada anak-anak dari keluarga besar dan orang tuanya
besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini menghambat anak-anak
untuk berbicara sesukanya. Dalam kasus ini ditemukan bahwa subjek bukan
merupakan anak tunggal. Mereka adalah sepasang anak kembar yang terlahir
dengan selisih waktu 15 menit. Walaupun demikian tetap saja mereka memiliki
saudara yang secara langsung maupun tidak akan membuat perhatian dari orang
tua mereka akan terbelah menjadi dua. memang telah dijelaskan bahwasanya tidak
ada perbedaan yang diberikan oleh orang tua si Kembar terhadap anaknya
tersebut, akan tetapi tetap saja hal tersebut masih kurang untuk mendorong
kembar dalam proses belajar berbicara. Dari kasus ini didapatkan bahwasanya
faktor ukuran keluarga menjadi salah satu faktor penyebab dari keterlambatan
Orang tua si Kembar adalah keluarga baru. Mereka baru saja menikah dan
anak pertama terlahir adalah kembar. Bapak sebenarnya sudah bekerja di LIPI
Jakarta, akan tetapi karena oleh lembaga tempat Bapak bekerja membiayai
tempat yang sangat jauh dari keluarga tersebut, Bapak si Kembar tidak bekerja
sehingga tidak ada pemasukan yang diberikan oleh Bapak si Kembar selain uang
saku dari tempat beliau bekerja. Walaupun tidak ada pemasukan yang berasal dari
Bapak si Kembar, akan tetapi Ibu si Kembar dapat bekerja secara sederhana yaitu
kebutuhan dari keluarga tersebut dapat sedikit mendapat sokongan dana dalam
pemenuhannya.
Dari hal tersebut di atas, bisa terlihat bahwa walaupun Bapak tidak
mendapatkan pemasukan bagi keluarganya dan Ibu harus bekerja demi menambah
pada keluarga si Kembar masih dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contoh
yang bisa membuktikan hal ini adalah bahwa orang tua yang masih bisa
membelikan susu bagi si Kembar yang harganya terbilang cukup mahal seperti
yang diakui oleh Ibu si Kembar. Menurut penuturan Ibu si Kembar, walaupun
kebutuhan keluarga banyak dan beragam akan tetapi dengan hidup secara
beserta Ibunya tinggal dan menetap di rumah neneknya yang berada di Gumiwang
kerjanya. Walaupun Bapak tinggal jauh dari si Kembar dan Ibunya, akan tetapi
dan Ibunya tidak pernah merasakan berkekurangann walaupun jauh dari Bapaknya
yang sedang bekerja. Kebutuhan hidup si Kembar dan Ibunya tetap dapat
sebuah rumah pada kompleks perumahan di Kota Tangerang. Dan hal tersebut
dapat terealisasikan dengan baik sehingga pada saat semua persiapan telah
Keluarga si Kembar resmi pindah dan menempati rumah mereka yang baru
di Perum I Karawaci tersebut pada saat si Kembar berusia 3 tahun lebih 3 bulan.
Pada awal mereka datang hingga saat ini, kebutuhan hidup si Kembar dapat
tercukupi dengan baik. Walaupun jauh dari saudara yang mayoritas berdomisili di
Jawa Tengah, akan tetapi perekonomian keluarga ini tetap dapat berkembang.
Terlihat dari kepemilikan barang mewah yang sudah mereka miliki saat ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mulai dari awal kedatangan si Kembar dan
berasal dari golongan keluarga kelas rendah akan mengalami hambatan dalam
dikatakan dalam hal ini keluarga si Kembar berada pada tingkatan perekonomian
kelas menengah ke atas. Sehingga menurut acuan teori di atas, dapat disimpulkan
penyebab dari keterlambatan bicara yang terjadi pada saudara kembar ini.
187
Si Kembar adalah anak dari keturunan orang Jawa asli khususnya Jawa
Tengah. Bapak si Kembar asli orang Banyumas sedangkan Ibu berasal dari
Banjarnegara. Demikian halnya dengan kakek dan nenek si Kembar yang berasal
dari Bapak maupun dari Ibu si Kembar berasal dari Jawa Tengah. Dari pernyataan
yang kurang baik pada kebanyakan anak berkulit hitam dapat disebabkan sebagian
karena mereka dibesarkan dalam rumah dimana para ayah tidak ada atau dimana
kehidupan keluarga tidak teratur karena banyaknya anak atau karena ibu harus
bekerja di luar rumah. Melihat dari teori tersebut, si Kembar bukanlah keturunan
orang berkulit hitam. Orang berkulit hitam dalam hal ini adalah bukan keturunan
ras Negroid yang memang mayoritas mempunyai pigmen kulit berwarna hitam.
Bapak si Kembar juga tidak memiliki kebiasaan seperti orang berkulit hitam yang
tersebut menjadi tidak teratur. Sedangkan Ibu si Kembar adalah seorang Ibu
Rumah Tangga yang memang mempunyai pekerjaan untuk merawat rumah dan
keluarganya sehingga tidak membuat beliau harus pergi keluar rumah serta
meninggalkan anak-anaknya.
Kesimpulan dari hal tersebut di atas adalah bahwasanya faktor status ras
yang berasal dari kulit hitam beserta kebiasaan orang tua yang kulit hitam tidak
188
dialami oleh si Kembar. Jelas di sini bahwa faktor status ras tidak mempengaruhi
Tangerang, dan kondisi saat ini. Rentang waktu yang pertama yaitu, pada saat si
Kembar berada di Australia yaitu pada umur 4 bulan hingga 22 bulan mereka
Kembar memiliki beberapa warna bahasa yang berbeda. Ada beberapa poin di sini
negara, ada yang memang berwarga negara asli Australia tetapi ada juga yang
pendatang yaitu mereka yang berasal dari India dan juga Cina. Ketika orang-
mereka dalam menonton televisi terhitung sangat tinggi. Hal ini disebebkan
oleh Ibu yang memang memposisikan anak untuk diam dan menonton TV
si Kembar tonton merupak siaran asli dari Australia, sehingga bahasa yang
Inggris.
tukar pikiran. Hal tersebut berarti ketika Ibu sedang bercakap-cakap dengan
Banyumasan. Dan pada saat orang tua si Kembar tersebut sedang bercakap-
setiap hari sejak mereka berada di Australia hingga sebelum mereka pindah ke
Banyumas.
Kembar tinggal di rumah nenek mereka (Ibu dari Ibunya si Kembar). dan pada
190
2) Nenek dan saudara-saudara si Kembar yang lain berasal dari daerah asli
lingkungan mereka yang terdiri dari saudara-saudara, teman bermain dan yang
membuat si Kembar berada pada lingkungan dua bahasa (bilingual) yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Jawa. Kondisi tersebut membuat si Kembar tidak dapat
menangkap apa yang orang-orang bicarakan kepada mereka. Kondisi dua bahasa
(bilingual) ini membuat kembar sulit menangkap informasi dari luar, sebagai
merubah kondisi yang dua bahasa tersebut menjadi satu bahasa. Terdapat point
penting dalam hal ini yaitu di mana Ibu si Kembar membuat pengkondisian
bahasa yang mereka gunakan pada saat berbicara dengan si Kembar. Sehingga
hanya ada satu bahasa saja ketika melakukan komunikasi dengan si Kembar yaitu
antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa Banyumasan. Dan hal ini terbawa
Kembar pindah ke Tangerang pada saat pertama kali. Dalam rentang waktu ini
juga terdapat beberapa hal penting yang perlu ditelisik lebih dalam, yaitu:
orang lain siapapun itu, akan tetapi karena terbawa oleh lingkungan Kembar
tetap dapat mendengar percakapan terbuka yang dilakukan oleh orang tua si
tersebut terjadi ketika beliau tidak menemukan kata yang pas untuk
mengucapkan kata dalam bahasa Jawa yang secara otomatis Ibu Guru les si
maksud si Kembar.
pada saat itu berada dalam kondisi tiga bahasa (multilingual) yaitu bahasa
Indonesia, bahasa Jawa Banyumasan, serta bahasa Sunda. Kondisi tersebut juga
Rentang waktu yang terakhir yaitu kondisi si Kembar pada saat ini.
Kondisi lingkungan si Kembar pada saat ini sama persis ketika si Kembar datang
pertama kali ke Tangerang. Hal tersebut disebabkan oleh lawan bicara si Kembar
atau sosial si Kembar yang tidak berubah seperti pada saat si Kembar pindah ke
bahasa yang sama dengan awal si Kembar berada di Tangerang yaitu mereka
berada dalam kondisi yang tiga bahasa (multilingual) yaitu bahasa Indonesia,
berbahasa dua sebanyak anak dari keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya
sangat terbatas kalau ia berada dalam kelompok sebayanya atau dengan orang
dewasa di luar rumah. Dengan adanya kondisi bahasa seperti yang telah dijelaskan
di atas berdampak pada pembuatan bahasa si Kembar yang saat ini terlihat sangat
acak-acakan, terlihat dari kalimat yang mereka produksi sangat pendek hanya 2
kata saja dan sering kali dicampur antara bahasa Indonesia yang disisipi bahasa
Jawa Banyumasan. Dalam Monks dkk (2002: 161) menjelaskan bahwa anak
usia 5 tahun lebih 6 bulan sudah harus bisa membuat kalimat lebih lanjut (lebih
dari tiga kata) dan juga dapat membentuk kalimat secara lengkap.
bahwasanya perbedaan bahasa dan penggunaan bahasa yang lebih dari satu itu
Pada kasus ini subjek penelitian atau si Kembar berjenis kelamin laki-laki.
Terkait dengan kelahiran anaknya yang berjenis kelamin laki-laki, maka orang tua
semenjak mereka lahir hingga sekarang kepada kembar yang berjenis kelamin
laki-laki itu adalah si Kembar diharapkan nantinya menjadi pribadi atau sosok
anak laki-laki yang sedikit bicara. Hal ini terkait oleh stereotype masyarakat yang
memandang bahwa anak laki-laki itu sebaiknya jangan terlalu banyak bicara dan
194
sebaliknya tidak seperti perempuan yang identik dengan banyaknya mereka bicara
atau cerewet.
Dalam Hurlock (1980: 115) bahwa terdapat efek penggolongan peran seks
pada pembicaraan anak sekalipun anak masih berada dalam tahun-tahun pra
dari anak perempuan, membual dan mengkritik orang lain misalnya, dianggap
lebih sesuai untuk anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan wajar apabila
mengadukan orang lain. Maka dalam kasus ini didapatkan bahwa efek
akan merujuk pada sejauh mana hal-hal yang dibutuhkan pada proses sebelum
anak mulai belajar berbicara dapat terpenuhi dengan baik. Hal-hal yang
sebagai berikut:
waktu lahir, terdapat saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah
terlalu besar untuk saluran suara. Sebelum semua sarana itu mencapai bentuk
yang lebih matang, syaraf dan otot mekanisme suara tidak dapat menghasilkan
rentang kehidupan si Kembar yaitu mulai dari ketika si Kembar lahir sampai
dengan sekarang, mereka dalam kondisi yang sehat. Sejak mereka berada di
dan menetap di Tangerang ini, mereka tidak pernah mengalami sesuatu hal yang
Kembar pada salah satu Dokter Spesialis anak yang berada di Banyumas untuk
Kembar. Dalam hal ini berarti persiapan fisik dalam proses belajar berbicara si
Dari hal tersebut di atas dapat ditarik sedikit kesimpulan bahwa si Kembar
karena masalah yang datangnya dari fisik si Kembar. Sehingga dapat dikatakan
dalam hal ini bahwa persiapan fisik si Kembar yang sudah matang dalam
Subjek penelitian dalam kasus ini adalah dua orang anak si Kembar yang
saat ini berusia 5 tahun. Pada saat si Kembar berusia 2 tahun, tanda-tanda mereka
mengalami gejala dari keterlambatan bicara sudah muncul. Hal ini dapat terlihat
berbicara anak-anak yang seumuran dengan mereka. Seharusnya pada usia 2 tahun
tersebut si Kembar sudah siap secara mental untuk diajarkan berbicara, bahkan
sudah bisa memproduksi kalimat dengan dua kata. Pernyataan di atas tertulis
dalam Monks dkk (2002: 160) yang menyebutkan bahwa menjelang usia 18
bulan, anak sudah memiliki kemampuan untuk menggabungkan dua kata dalam
bentuk kalimat. Pada usia tersebut datanglah kalimat dua kata yang pertama.
Yang terjadi dalam kasus ini adalah bahwa si Kembar yang dengan
seusianya dan juga potensi berbicara yang mereka miliki. Dengan berpedoman hal
tersebut di atas jelas bahwa kondisi mental si Kembar sebenarnya sudah sangat
produksi kalimat yang jelas dan lengkap pada usianya tersebut. Hal ini berarti,
kondisi mental si Kembar bukan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
yang dicontohkan oleh model tersebut. Pada kasus ini peneliti tidak hanya melihat
model yang ada pada saat ini saja, akan tetapi juga melihat pada kondisi si
Kembar sebelumnya. Terdapat 4 rentang waktu yang menjadi fokus penelitian ini,
pindah ke Tangerang, dan kondisi saat ini. Melihat 4 rentang waktu yang berbeda
yang pernah bertemu dan melakukan interaksi dengan si Kembar secara langsung
mereka
Pada rentang waktu yang pertama yaitu pada saat si Kembar berada di
Australia. Model bicara si Kembar pada rentang waktu tersebut 2 orang. Dua
tidak diajak berkomunikasi dahulu, maka beliau tidak akan memulai suatu
Indonesia. Kesibukan Bapak kembar untuk kuliah juga sudah banyak menyita
waktu beliau dalam berinteraksi dengan keluarganya. Hal itu membuat Bapak
pendiam. Dalam hal ini Bapak menjadi model yang kurang baik bagi si
Kembar.
Ibu si Kembar merupakan seseorang yang tidak jauh berbeda dengan Bapak.
Beliau juga seseorang yang lebih suka bergerak melakukan sesuatu daripada
setrika juga sudah sangat menyita tenaga dan waktunya selain harus
Ibu terhadap anggota keluarga yang lain menjadi hilang. Ketika Ibu si
Kembar berbicara, sering kali beliau membuat kalimat bahasa Indonesia dan
anaknya. Dalam hal ini Ibu menjadi model yang kurang baik bagi si Kembar.
Model bicara si Kembar dalam rentang waktu ini hanyalah Ibu dan Bapak
yang secara langsung berinteraksi dengan mereka setiap harinya. Di sini Bapak
199
dan Ibu si Kembar menjadi model yang kurang baik dalam kaitannya dengan
waktu ini si Kembar kekurangan model yang baik dalam kaitannya dengan proses
Banjarnegara. Model bicara si Kembar di sini ada beberapa orang. Yang termasuk
menjadi model bicara si Kembar dalam hal ini adalah Bapak si Kembar, Ibu si
tidak diajak berkomunikasi dahulu, maka beliau tidak akan memulai suatu
pembicaraan dengan orang (anggota keluarga) yang lain. Akan tetapi Bapak
Ibu si Kembar merupakan seseorang yang tidak jauh berbeda dengan Bapak.
terhadap anaknya tersebut. Ketika Ibu si Kembar berbicara, sering kali beliau
berinteraksi dengan Bapak ataupun dengan anaknya. Dalam hal ini Ibu
3) Model dari saudara dan teman bermain si Kembar pada saat mereka tinggal di
rumah neneknya
Menurut penuturan Ibu kembar, nenek dan saudara si Kembar yang tinggal
satu atap dengan mereka sangat suka berbicara. mereka sering mengajak si
cukup jelas dengan ritme suara yang pelan. Tetapi tidak dengan teman-teman
dalam memproduksi suara. Dalam hal ini Saudara dan teman bermain si
Model bicara si Kembar yaitu ada Ibu, Bapak, dan saudara seta teman
harinya. Di sini Bapak dan Ibu si Kembar menjadi model yang kurang baik dalam
waktu si Kembar bersama Bapak yang hanya 2 minggu sekali dapat berkumpul
Kembar juga masih mempunyai model lain yang dalam hal ini menjadi model
yang baik bagi mereka, yaitu saudara dan teman bermain si Kembar. Dengan
Tangerang untuk pertama kali. Model bicara si Kembar di sini ada beberapa
orang. Yang termasuk menjadi model bicara si Kembar dalam rentang waktu ini
adalah Bapak si Kembar, Ibu si Kembar, Bu Ami (Guru kelas TK A), Bu Amanah
(Guru les), dan teman bermain yang dominan berinteraksi dengan si Kembar.
Bapak si Kembar di sini merupakan orang yang sangat pendiam dan ketika
buat juga sangatlah singkat. Dari hal tersebut muncul kesan bahwa Bapak si
Kembar orang yang sangat hemat dalam berbicara. Jelas bahwa Bapak
menjadi model yang kurang baik. Dan pada saat Bapak berbicara kepada si
Kembar yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa mempunyai maksud, yaitu
Ibu si Kembar merupakan seseorang yang tidak jauh berbeda dengan Bapak.
rumah tangga dan keluarganya. Ketika Ibu kembar berbicara, sering kali
beliau membuat kalimat bahasa Indonesia dan dicampur dengan bahasa Jawa
berinteraksi dengan Bapak ataupun dengan anaknya. Dalam hal ini Ibu
komunikasi ritme bicara bu Ami sudah sangat pelan, akan tetapi artikulasi
atau pengucapannya masih agak kurang jelas. Hal ini dirasa mengganggu
dalam proses belajar berbicara si Kembar. Dalam hal ini Ibu Ami menjadi
Guru les mengaji dan membaca si Kembar ini ketika berbicara terkadang
artikulasi atau cara mengucapkan kata-perkata yang dibuat oleh Ibu Guru
agak kurang jelas, walaupun ritme bicara Ibu Guru lambat. Hal ini
Dalam hal ini Bu Amanah menjadi model yang kurang baik bagi si Kembar.
b) Ali adalah anak yang sangat pandai berbahasa. Bahasa yang digunakan Ali
sesuai dengan EYD dan juga pengucapannya jelas dan tidak terlalu cepat.
203
c) Dalam berbicara, Ezy sering membuat kalimat yang sangat singkat atau
pendek-pendek.
Dari ketiga anak tersebut Akbar dan Ali menjadi model yang baik
sedangkan Ezy menjadi model yang kurang baik bagi si Kembar. Dari hal tersebut
dapat dilihat bahwasanya yang menjadi model yang kurang baik adalah Bapak,
Ibu, Ibu Ami, Ibu Amanah, dan Ezy. Sedangkan yang menjadi model yang baik
bagi si Kembar hanyalah teman si Kembar yang bernama Akbar dan Ali. Di sini
bicara kembar. Jadi dalam rentang waktu ini si Kembar mengalami kekurangan
Dan yang terakhir adalah kondisi si Kembar pada saat ini. Model bicara si
Kembar atau orang yang berinteraksi dengan mereka ada beberapa orang. Model-
model tersebut adalah Bapak si Kembar, Ibu si Kembar, Bu Sri (Guru kelas TK
B), Bu Amanah (Guru les), dan teman bermain yang dominan berinteraksi dengan
si Kembar.
Bapak Si kembar di sini merupakan orang yang sangat pendiam dan ketika
buat juga sangatlah singkat. Dari hal tersebut muncul kesan bahwa Bapak si
Kembar orang yang sangat hemat dalam berbicara. Dan pada saat Bapak
bahasa Indonesia tetapi juga faham ketika orang lain berbicara pada mereka
Bapak. Beliau juga terlihat sangat sedikit dalam berbicara ketika di rumah,
yang ada. Akan tetapi hal tersebut tidak bertahan lama, setelah Ibu kembali ke
rumah, maka beliau akan kembali menjadi pribadi yang diam. Hal ini
disebabkan oleh pekerjaan rumah yang harus Ibu kerjakan pada setiap
harinya, maka dari itu minat Ibu si Kembar dalam berbicarapun menjadi turun
karena kelelahan yang beliau rasakan. Ketika Ibu si Kembar berbicara, sering
kali beliau membuat kalimat bahasa Indonesia dan dicampur dengan bahasa
Jawa Banyumasan. Hal tersebut sering kali terlihat ketika beliau sedang
bisa membuat orang lain dapat memahaminya dengan mudah. Ritme bicara
Guru les mengaji dan membaca si Kembar ini ketika berbicara terkadang
artikulasi atau cara mengucapkan kata-perkata yang dibuat oleh Ibu Guru
agak kurang jelas, walaupun ritme bicara Ibu Guru lambat. Hal ini
b) Ali adalah anak yang sangat pandai berbahasa. Bahasa yang digunakan
Alipun sangat baik, sesuai dengan EYD dan juga pengucapannya jelas dan
c) Dalam berbicara, Ezy sering membuat kalimat yang sangat singkat atau
pendek-pendek.
Dapat diambil kesimpulan dari hal tersebut di atas bahwa yang menjadi
model yang kurang baik adalah Bapak, Ibu, Ibu Amanah, dan Ezy. Sedangkan
yang menjadi model yang baik bagi si Kembar adalah Ibu Sri, dan teman si
Kembar yang bernama Akbar dan Ali. Di sini model yang kurang baik
dalam kondisi saat ini si Kembar mengalami kekurangan model yang baik dalam
besar bahwa:
206
4) Pada saat kondisi saat ini, si Kembar kekurangan model yang baik dalam
Monks (2002: 160) menjelaskan bahwa agar anak tahu mangucapkan kata
maka mereka harus memiliki model bicara yang baik untuk ditiru. Model tersebut
mungkin orang di lingkungan mereka, penyiar radio atau televisi, dan aktor film.
Jika mereka kekurangan model yang baik, maka mereka akan sulit belajar
proses bicara mereka. Sehingga faktor model yang baik untuk ditiru dalam
negara asing sangat individualis. Tidak pernah terlihat di antara mereka saling
207
tegur sapa ataupun juga berkunjung ke tempat yang lain. Jadwal Bapak si Kembar
untuk pergi kuliah adalah pada satiap hari senin sampai kamis dan bagi Bapak si
Kembar hari jumat hingga minggu adalah hari bersama keluarganya. Ketika hari
libur itu datang, mereka terkadang pergi berkumpul dengan orang Indonesia yang
ada di sana. Pada saat itulah si Kembar mempunyai lingkungan sosial yang baru
selain rutinitas harian mereka dengan si Bapak, Ibu dan kembarannya. Bentuk
interaksi Bapak dan ibu dengan kembar adalah dengan menemaninya bermain,
mengajarinya berjalan, merangkak, dan sebagainya. Dari hal tersebut diatas, tidak
Selain hal tersebut di atas, orang tua si Kembar juga membuat jadwal menu
makan untuk si Kembar pada setiap harinya. Menu makan itu dibuat dengan
tujuan meringankan pekerjaan kedua orang tua si Kembar, sehingga tidak harus
menunggu kembar menangis karena lapar makanan sudah datang kepada mereka.
mereka bergaul dengan saudara dan nenek mereka serta banyak dari teman-teman
sebayanya. Tidak ada batasan bagi si Kembar untuk berinteraksi dengan siapa
saja. Dan kebanyakan dari lingkungan sosial si Kembar aktif dalam membangun
interaksi dengan si Kembar dengan mengajak mereka berbicara. Hal ini membuat
berbicaranya dengan orang lain. Akan tetapi pada hal kesempatan praktek dengan
yang hanya pulang ke Banjarnegara selama tiga hari setiap 2 minggu sekali.
jarang bertemu dengan Bapaknya, akan tetapi mereka cukup mendapatkan ruang
terbantu dengan kekembaran yang mereka miliki. Karena mereka kembar, maka
dalam berhubungan dengan orang lain. Lingkungan interaksi si Kembar pada awal
kedua orang tua mereka menjadi semakin meluas. Hal ini disebabkan pada waktu
itu si Kembar sudah mengikuti les membaca dan mengaji di tempat les milik Ibu
Amanah. Selain itu si Kembar juga sudah mulai masuk sekolah kelas TK A di TK
Sehingga bisa ditarik kesimpulan di sini bahwa pada awal kepindahan si Kembar
berbicara.
dengan kedua orang tuanya, pada setiap harinya terhitung sedikit. Hal ini
disebabkan oleh rutinitas kesibukan Bapak dan Ibu si Kembar yang sangat tinggi
membuat waktu mereka untuk kedua anaknyapun menjadi berkurang. Hal tersebut
semakin berkurang. Hal yang serupa juga ditemukan ketika di sekolah si Kembar,
Ibu Guru yang sangat sibuk mengurusi murid-muridnya yang terbilang cukup
banyak dengan hanya seorang diri ditambah lagi kesibukannya menjadi kepala
sekolah. Hal tersebut juga membuat kesempatan murid untuk berinteraksi dengan
serupa juga ditemukan pada Ibu Guru les si Kembar. Dalam mengikuti les
bersama teman yang lain. Hal ini membuat perhatian Ibu Guru menjadi terpecah
jika mereka tidak dapat membuat orang lain mengerti mereka akan putus asa dan
marah. Ini sering kali melemahkan motivasi mereka untuk berbicara. Sehingga
semakin jelas di sini bahwa faktor kesempatan untuk berpraktek bicara menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara yang terjadi pada si
Kembar.
Menurut orang tua si Kembar, pada saat mereka masih tinggal di Australia
adalah masa dimana si Kembar masih bayi dan hanya bisa menangis untuk
210
Menanggapi hal tersebut orang tua si Kembar hanya melakukan apa yang
diisyaratkan kepada mereka tanpa memberikan arti atau pemahaman yang lebih
mendalam akan isyarat yang si Kembar gunakan. Singkatnya orang tua si Kembar
mereka sering bermain dengan anak-anak yang berusia sama dengan si Kembar.
dengan orang tuanya. Teman si Kembar tidak mengerti dengan peristilahan yang
kembar buat ketika berkomunikasi dengan orang tuanya tersebut, sehingga akan
membuat teman si Kembar tersebut tidak bisa menanggapi dan akhirnya bisa
membuat interaksi si Kembar menjadi terhambat. Dari hal tersebut terlihat bahwa
Banjarnegara menguat.
pembuatan istilah yang dilakukan oleh si Kembar masih tetap ada. Si Kembar
kedua orang tuanya. Pembuatan isyarat tersebut tidak hanya dilakukan oleh si
211
Kembar, akan tetapi orang tuanya juga melakukan hal yang sama ketika
hanya dengan kedipan mata ataupun senyum, sehingga yang dilakukan si Kembar
keluarganya, maka yang akan terjadi adalah gambaran yang sama yang terlihat
menjadi meningkat hanya pada saat mereka berada di Banjarnegara. Dan selain
pada kondisi itu, terbukti bahwa si Kembar sangat kurang termotivasi untuk
berbicara. Monks dkk (2002: 160) mendefinisikan Jika anak mengetahui bahwa
mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan tanpa memintanya, dan
jika pengganti bicara seperti tangis dan isyarat dapat mencapai tujuan tersebut,
maka dorongan untuk belajar berbicara akan melemah. Maka dalam kasus ini
diperoleh hasil bahwa faktor motivasi yang timbul karena adanya stimulus yang
4.4.3.6 Bimbingan
pemberian contoh yang jelas, dan juga pembetulan pada setiap kesalahan yang
212
dibuat oleh anak. Dalam rentang waktu si Kembar berada di Australia, mereka
tidak mendapatkan model yang baik yaitu dari Bapak dan Ibunya. Ketika
berbicara Bapak dan Ibu kembar dapat mengucapkannya dengan perlahan dan
jelas, akan tetapi intensitas mereka dalam berkomunikasi sangatlah sedikit. Dan
yang terakhir bahwasanya model dan orang yang berinteraksi langsung dengan si
Kembar tidak membetulkan kalimat yang salah pada si Kembar, bahkan mereka
memaklumi kesalahan yang dibuat oleh si Kembar. Dari hal tersebut nampak
terhadap si Kembar. Hal ini dibuktikan dengan adanya model yang baik, yang
cukup untuk memberikan contoh seperti pengucapan kata-kata yang perlahan dan
jelas dapat menunjang dalam proses belajar berbicara anak. Walaupun tidak
cara membetulkan setiap perkataan yang salah yang dilakukan oleh si Kembar
akan tetapi dalam rentang waktu ini bimbingan sudah cukup mendukung
sering kali mencampurkan antara kata dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Sehingga ada beberapa kata dalam bahasa Jawa yang si Kembar masukkan ke
dalam susunan kalimat berbahasa Indonesia yang si Kembar ucapkan pada lawan
213
mencampurkan bahasa ini langsung mendapat pembenaran oleh Ibu Guru kelas
memberikan pengertian, dan juga membuat dan mencotohkan kalimat yang sesuai
dengan kemauan si Kembar itulah bentuk bimbingan yang dilakukan oleh Ibu
Guru dan Guru les si Kembar. Bimbingan yang dilakukan Guru TK dan Guru les
matang dan pada akhirnya si Kembar dapat berbicara dengan lebih baik dan benar.
Berarti dapat terlihat bahwa pada awal keberadaan si Kembar di Tangerang ini,
bimbingan dapat si Kembar peroleh bukan dari orang tua yang tetap membiarkan
peristilahan yang dibuat si Kembar tetap berjalan, akan tetapi pda Ibu Guru yang
Kembar.
Sedangkan yang terjadi pada kondisi saat ini berbeda dengan kondisi si
baik. Model tersebut kurang memberikan contoh yang baik pada si Kembar.
kesalahan dalam arti kata hingga mereka mempunyai istilah tersendiri pada suatu
benda. Keberadaan Ibu Guru yang terlihat tidak fokus ketika berada di kelas dan
Dari segala hal yang berkaitan dengan bimbingan yang sudah dibahas
berbicara mereka samahalnya pada kondisi saat ini. Akan tetapi, kondisi pada saat
membuat kondisi yang berbeda. Dijelaskan bahwa pada rentang waktu tersebut si
mereka.
Monks dkk (2002: 160) menjelaskan tentang cara yang paling baik untuk
kedua, mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak
dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru
model tersebut. Sehingga didapatkan dalam hal ini bahwa faktor kekurangan
4.4.4.1 Kesehatan
Ketika si Kembar terlahir hingga saat ini, orang tua si Kembar mengaku
Indonesia dan menetap di Tangerang ini, tidak pernah muncul gangguan pada
kesehatan kembar. Menurut Ibu si Kembar, anaknya masih dalam kondisi sehat
215
sampai saat ini, walaupun pada beberapa bulan yang lalu Kembar pernah
Dalam Hurlock (1978: 186) menjelaskan bahwa anak yang sehat, lebih
cepat belajar berbicara dari pada anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih
kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota
kelompok tersebut. Dari hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kondisi
kesehatan kembar cukup baik untuk mendukung persiapan menuju proses belajar
ini bukanlah menjadi salah satu penyebab dari timbulnya keterlambatan bicara
4.4.4.2 Kecerdasan
pula masalah inteligensi mereka. Inteligensi atau kecerdasan pada anak sangat
memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul dari pada anak yang
masuk di kelas TK A Melati atau tepatnya pada saat kembar berusia 4 tahun lebih
8 bulan. Dari tes Inteligensi yang pernah mereka ikuti tersebut, didapatkan skor
216
IQ yang berbeda antara Tama dan Dika. Dikatakan pada hasil tes tersebut bahwa
skor IQ Tama adalah 103 sedangkan Dika memiliki skor IQ 102 atau tingkat
Kembar dapat mereka kuasai secara lebih cepat. Tetapi pada kenyataannya si
dikatakan bahwa keterlambatan bicara yang dialami oleh si Kembar bukan berasal
akan didapatkan bahasan yang sama dengan materi status sosial ekonomi yang
sebenarnya sudah bekerja di LIPI Jakarta, akan tetapi karena oleh lembaga tempat
keluarga pindah ke sana. Di tempat yang sangat jauh dari keluarga tersebut, Bapak
si Kembar tidak bekerja sehingga tidak ada pemasukan yang diberikan oleh Bapak
si Kembar selain uang saku dari tempat beliau bekerja. Walaupun tidak ada
pemasukan yang berasal dari Bapak si Kembar, akan tetapi Ibu si Kembar dapat
bekerja secara sederhana yaitu dengan menjadi buruh setrika di Australia. Ibu si
Kembar menerima jasa menyetrikakan baju tetangganya atau orang lain yang
Dari hal tersebut di atas, bisa terlihat bahwa walaupun Bapak tidak
mendapatkan pemasukan bagi keluarganya dan Ibu harus bekerja demi menambah
pada keluarga si Kembar masih dapat berjalan dengan lancar. Salah satu contoh
yang bisa membuktikan hal ini adalah bahwa orang tua yang masih bisa
membelikan susu bagi si Kembar yang harganya terbilang cukup mahal seperti
yang diakui oleh Ibu si Kembar. Menurut penuturan Ibu si Kembar, walaupun
kebutuhan keluarga banyak dan beragam akan tetapi dengan hidup secara
beserta Ibunya tinggal dan menetap di rumah neneknya yang berada di Gumiwang
kerjanya. Walaupun Bapak tinggal jauh dari si Kembar dan Ibunya, akan tetapi
dan Ibunya tidak pernah merasakan berkekurangann walaupun jauh dari Bapaknya
yang sedang bekerja. Kebutuhan hidup si Kembar dan Ibunya tetap dapat
sebuah rumah pada kompleks perumahan di Kota Tangerang. Dan hal tersebut
218
dapat terealisasikan dengan baik sehingga pada saat semua persiapan telah
Keluarga si Kembar resmi pindah dan menempati rumah mereka yang baru
di Perum I Karawaci tersebut pada saat si Kembar berusia 3 tahun lebih 3 bulan.
Pada awal mereka datang hingga saat ini, kebutuhan hidup si Kembar dapat
tercukupi dengan baik. Walaupun jauh dari saudara yang mayoritas berdomisili di
Jawa Tengah, akan tetapi perekonomian keluarga ini tetap dapat berkembang.
Terlihat dari kepemilikan barang mewah yang sudah mereka miliki saat ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mulai dari awal kedatangan kembar dan
dirinya dengan lebih baik, dan lebih banyak berbicara dari pada anak dari
adalah bahwa anak didorong banyak untuk berbicara dan lebih banyak dibimbing
dikatakan dalam hal ini keluarga si Kembar berada pada tingkatan perekonomian
kelas menengah ke atas. Sehingga menurut acuan teori di atas, dapat disimpulkan
219
penyebab dari keterlambatan bicara yang terjadi pada saudara kembar ini.
berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan
kurang betul tata bahasanya, kosakata yang diucapkan lebih sedikit, dan
pengucapannya kurang tepat dari pada anak perempuan. Hal ini didukung oleh
yang lebih tinggi yang terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
Subjek penelitian pada kasus yang diangkat oleh peneliti ini merupakan
sepasang anak kembar yang berjenis kelamin laki-laki. Maka dari hal tersebut
sudah jelas terlihat bahwa faktor dari jenis kelamin si Kembar yang merupakan
dalam berbicara.
kegiatan yang berasal dari dalam apartemennya sendiri. Hal ini disebabkan oleh
dihabiskan untuk bermain dan menonton televisi. si Kembar terlihat antusias dan
sedang menonton tayangan televisi favoritnya. Pada saat sedang asik menonton
tayangan yang ada di televisi, si Kembar terlihat menirukan apa yang dilihatnya di
seperti itu bisa dikatakan bahwa keinginan berkomuniasi si Kembar muncul dan
sangat tinggi. Melihat hal tersebut, tanggapan dari kedua orang tuanya adalah
hanya membiarkan kejadian itu. Tidak ada dukungan yang diberikan orang tua
lebih menyeluruh yang diberikan oleh orang tua si Kembar bisa lebih memperkuat
tayangan televisi kepada si Kembar. Keinginan ini tidak begitu tampak ketika si
Dikatakan interaksi lebih besar ketika bersama telivisi daripada bersama kedua
orang tua karena orang tua sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-
masing sehingga terlihat seperti tidak ada waktu bersama kedua anaknya. Bentuk
interaksi yang diterapkan orang tua juga tidak menimbulkan munculnya keinginan
tayangan televisi dengan tidak adanya respon dari kedua orang tuanya sehingga
keinginan tersebut melemah. Berbeda ketika mereka bersama orang tuanya yang
Kembar untuk berbicara pada saat mereka di Australia lemah atau rendah.
meluas dari yang hanya dengan kedua orang tuanya menjadi lebih luas lagi yaitu
tinggal tidak jauh dari rumah neneknya. Walaupun ada penambahan ruang
interaksi si Kembar bersama saudara dan juga teman bermainnya, tetapi juga ada
Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa dalam melakukan interaksi si Kembar
dapat dikatakan tidak terlalu aktif tetapi dan juga tidak pasif. Aktif di sini
maksudnya adalah si Kembar aktif menanggapi ketika ada teman yang bertanya
Kembar hanya aktif menanggapi tetapi tidak aktif dalam membuat suasana
222
mengajaknya bercerita. Sehingga si Kembar selalu senang dan terlihat asik ketika
sosial yang baru yang berbeda dengan lingkungannya di Banjarnegara. Dalam hal
dalam bermain. Mereka tidak mau melakukan interaksi dengan teman yang
bawah si Kembar. Pada saat itu, si Kembar juga sudah mulai ikut les mengaji dan
membaca. Pada saat usianya sudah mencukupi untuk masuk ke sekolah TK maka
yang terjadi tidak demikian. Model atau orang-orang yang berinteraksi dengan si
Kembar tidak bisa menciptakan suatu kondisi yang menimbulkan minat atau
223
keinginan si Kembar untuk berbicara menjadi lebih tinggi. Seperti kedua orang
hanya bermain dengan saudara kembarannya dan juga menonton televisi. Ketika
yang lain. Kembar juga tidak mau untuk melakukan interaksi dengan teman yang
pada saat mengaji di rumah Bu Amanah menjadi sedikit baik dengan teman
teman-teman bermain mereka atau orang-orang yang memang menjadi objek lekat
mereka berinteraksi dengan orang-orang yang telah mereka pilih untuk menjadi
pear-group mereka. Selain dengan teman dekat mereka, si Kembar juga sangat
antusias ketika dapat berinteraksi dengan Bapaknya, maka dari itu minat bicara si
Kembar terlihat dominan tinggi apabila mereka sedang bersama sang Bapak.
Minat berkomunikasi antara Tama dan Dika juga terlihat berbeda. Mereka
224
mempunyai objek lekat masing-masing, dan objek lekat tersebut tidak sama satu
dengan yang lain. Seperti Dika yang lebih dekat dan mau untuk diajak
lebih suka ketika berinteraksi dengan Bu Sri atau Ibu Guru dari kelas TK B
mereka.
bahwa semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin
kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan
waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar benar adanya. Sehingga faktor
4.4.4.6 Dorongan
saudara kembarnya, dan kedua orang tua mereka. Rutinitas Bapak si Kembar yang
sangat sibuk dengan semua urusan kuliah membuat waktunya bersama keluarga
menjadi semakin sedikit. Senada dengan kesibukan yang dialami oleh Bapak si
Kembar, Ibu juga mempunyai tugas harian yang sangat menyita waktu dan
buruh setrika. Hampir tidak ada waktu yang bisa digunakan oleh si Kembar untuk
menyisihkan waktunya setiap hari sabtu dan minggu untuk menghabiskan waktu
bersama. Interaksi yang dibangun oleh orang tua si Kembar dengan anaknya
seperti merangkak dan berjalan. Karena mereka punya pendapat bahwa anak
seusia si Kembar memang sedang waktunya untuk banyak bermain. Secara garis
untuk bermain dan menonton televisi daripada berinteraksi dengan kedua orang
tuanya. Dari hal tersebut, terlihat bahwa pada saat si Kembar berada di Australia,
sangatlah sedikit dan hal itu menyebabkan si Kembar kurang didorong untuk
Dorongan ini berupa interaksi yang dibuat oleh saudara dan teman bermain si
menceritakan lebih dari apa yang sudah diceritakan oleh mereka. Hal ini membuat
si Kembar terdorong untuk melakukan komunikasi secara lebih baik dilihat dari
Kembar, mereka sering kali menggunakan kalimat yang sangat singkat. Kalimat
berfungsi untuk menjawab pertanyaan lawan bicaranya saja. Hal tersebut seolah-
untuk mendorong si Kembar untuk dapat berbicara lebih panjang maka dari itu
lawan bicara si Kembar harus pandai dalam membuat kalimat pancingan yang
Dan hal tersebut sudah dilakukan oleh model yang berperan positif terhadap si
dasarnya anak seusia si Kembar yaitu awal masa kanak-kanak terkenal sebagai
masa tukang ngobrol, karena sekali anak-anak dapat berbicara dengan mudah,
maka dia tidak putus-putusnya bicara Hurlock (1980: 114-115). Dari hal tersebut
sekarang kekurangan dorongan untuk berbicara yang berasal dari kedua orang
tuanya. Dalam hal ini Ibu tidak mencoba membuat situasi komunikasi kepada
Tama dengan menanyakan apa yang terjadi padanya. Hal ini menggambarkan
kurang adanya dorongan dari Ibu dalam menimbulkan motivasi anak dalam
berbicara. Tama hanya dibiarkan saja oleh Ibu ketika dia memberikan suatu
stimulus yang membutuhkan perhatian dari Ibunya. Hal tersebut juga terlihat pada
rutinitas Bapak yang sangat sibuk sehingga membuat si Kembar jarang sekali bisa
hal ini yang menyebabkan si Kembar lebih aktif berkomunikasi dengan teman-
akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
untuk belajar berbicara. hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
Hurlock (1978: 186) menyebutkan bahwa anak tunggal atau anak dari
keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan lebih baik dari pada anak dari
keluarga besar karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih bayak untuk
Dijelaskan pada kasus ini bahwa si Kembar berasal dari keluarga besar
atau keluarga yang memiliki jumlah anak yang lebih dari satu susunan keluarga
lengkapnya. Orang tua kembar memiliki 2 orang anak yang terlahir secara
kembar, oleh karena itu orang tua harus pandai dalam mengatur porsi pemenuhan
kebutuhan si Kembar agar bagian yang diterima Tama sebesar yang Dika terima.
sudah seharusnya diterima secara merata oleh Tama dan juga Dika. Dari kasus ini
menghasilan bahwasanya faktor ukuran keluarga di atas menjadi salah satu faktor
Posisi urutan kelahiran saudara si Kembar ini berarti bahwa sang adik yang
bernama Dika lahir 15 menit kemudian setelah Tama atau sang kakak lahir. Sejak
si Kembar masih bayi hingga sekarang, diakui oleh kedua orang tua si Kembar
membutuhkan kasih sayang dan segala hal yang dalam takaran yang seimbang
antara Tama dan saudara kembarnya Dika. Dalam mengasuh si Kembar, orang tua
tidak menerapkan sistem kakak dan adik atau menuakan salah satu dari saudara
kembar tersebut. Menurut Bapak si Kembar mereka berdua memang sama tetapi
dalam pribadi yang berbeda. Menjadi sesuatu hal yang wajar ketika kemampuan
mereka berdua berbeda akan tetapi perlakuan seharusnya diberika kepada mereka
Hurlock (1978: 186) menjelaskan dalam keluarga yang sama, anak pertama
lebih unggul dari pada anak yang lahir kemudian. Hal ini dikarenakan orang tua
dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong
anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara dari pada anak yang lahir
kemudian. Sedangkan yang terjadi pada kasus ini adalah orang tua tidak
membedakan si Kembar pada tata urutan kelahiran yang nantinya akan berdampak
pada perbedaan perlakuan yang diberikan kepada si Kembar. Antara Tama dan
Dika sama-sama mendapatkan porsi bagian yang sama dalam segala hal yang
diberikan oleh orang tua mereka. Tama dan Dika sama-sama didorong untuk
banyak berbicara, bukan hanya pada salah satunya. Sehingga dari hal tersebut
229
dihasilkan bahwa dari urutan kelahiran dalam hal ini, tidak mempengaruhi
Tidak ada perubahan dalam metode pelatihan anak yang diterapkan oleh
orang tua si Kembar terhadap anaknya tersebut semenjak si Kembar masih bayi
hingga sekarang. Pola disiplin yang orang tua terapkan kepada anaknya adalah
jenis disiplin di mana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak
mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka. Atau dalam
pengertian lain berarti orang tua si Kembar yang sangat membiarkan anak-
anaknya melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya si Kembar
Hurlock (1978: 186) menyatakan bahwa anak yang dilatih secara otoriter
yang menekankan bahwa anak harus dilihat dan bukan didengar merupakan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar. Sedangkan pada kasus ini
dengan metode pendisiplinan yang cenderung lebih bersifat otoriter seperti yang
dijelaskan pada teori tersebut. Metode pelatihan orang tua terhadap si Kembar
cenderung lemah, yang memungkinkan anak dapat lebih banyak berbicara karena
Dari hal tersebut di atas jelas terlihat bahwas metode pelatihan anak yang
Putra dari pasangan Bapak Purwanto dan Ibu Deli ini terlahir dengan hanya selisih
waktu 15 menit antara Tama dan saudara kembarnya Dika. Semenjak si Kembar
di Australia (usia 5 bulan) hingga saat ini atau pada saat si Kembar berumur 5
tahun lebih 6 bulan, Tama lebih suka ketika berinteraksi dengan Dika daripada
dengan temannya yang lain. Hal ini banyak dipengaruhi oleh waktu yang Tama
habiskan dengan Dika lebih besar daripada ketika mereka bermain dengan
temannya yang lain. Ketika Tama berinteraksi dengan Dika, mereka berdua bisa
terlihat sangat asik dan seolah-olah terlihat tidak membutuhkan kehadiran orang
yang Dika miliki. Hal tersebut dikarenakan interaksi yang rutin terjadi antara
Tama dengan saudaranya yaitu Dika. Interaksi tersebut membuat Tama menjadi
model bicara yang setia bagi Dika begitu pula sebaliknya, Dika juga akan
memodelkan segala hal kepada Tama. Akan tetapi mereka memodelkan hal yang
sama karena mereka hanya bergaul dengan kembarannya yang lain. Hal tersebut
mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami
khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi mereka untuk belajar
lain. Sehingga faktor kelahiran kembar dapat dikatakan sebagai salah satu
pada saudara kembarnya dan kedua orang tuanya. Hal tersebut juga dipicu oleh
bahwa tidak ada orang yang bisa berinteraksi dengan mereka. Anak-anak kecil
dari tetangga apartemen si Kembar juga terlihat tidak banyak melakukan interaksi
di luar rumah. Tidak pernah terlihat adanya saling mengunjungi antar keluarga.
Hal ini membuat batasan bagi si Kembar dalam melakukan interaksi dengan orang
dengan orang lain adalah pada saat si Kembar pergi jalan-jalan ke luar apartemen
Kembar yang dikelilingi oleh banyak teman bermain inilah yang mendukung
mereka ajak bermain. Dalam hal ini, si Kembar tidak menyukai teman yang belum
meluas karena si Kembar sudah mulai bersekolah di TK dan juga les mengaji
bersama teman-teman sebayanya yang lain. Akan tetapi karena sifat si Kembar
yang tidak bisa mengawali suatu percakapan dan selalu menunggu untuk ditanya
yang lebih aktif dalam membangun sebuah komunikasi. Sehingga dapat terlihat
bahwasanya hubungan dengan teman sebaya si Kembar dalam keadaan yang baik
Kondisi hubungan interaksi sosial si Kembar saat ini tidak jauh berbeda
temannya mengajak si Kembar untuk berbicara. Tetapi kondisi saat ini ada sedikit
perbedaan yang mencolok bahwa terlihat minat bicara yang berbeda antara teman
yang sudah akrab dan yang berteman biasa dengan si Kembar. si Kembar bisa
terlihat sangat asik dalam interaksinya bersama teman-teman akrabnya yang sudah
biasa bermain bersama mereka. Hal yang demikian tidak akan didapatkan ketika
si Kembar bersama teman yang tidak begitu akrab dengan mereka, bahkan
disimpulkan bahwa pada kondisi saat ini tidak terdapat permasalahan pada
(1978: 186) menyebutkan bahwa semakin banyak hubungan anak dengan teman
sebayanya dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota
kelompok sebayanya, akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
Dari teori tersebut, didapatkan bahwa dengan tidak adanya permasalahan pada
4.4.4.12 Kepribadian
diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya lebih baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif dari pada anak yang penyesuaian dirinya jelek.
Kenyataannya, bicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk anak yang
sehat mental. Kepribadian dalam hal ini erat kaitannya dengan kemampuan
sehingga membuat kesan bahwa tidak ada orang yang bisa berinteraksi dengan
mereka. Oleh sebab itu, si Kembar hanya berinteraksi dengan saudara kembarnya,
Bapak, dan juga Ibu mereka. Karena tidak adanya kesempatan si Kembar dalam
dan menetap di rumah nenek si Kembar yang berada di Banjarnegara. Pada saat si
tempat tinggalnya yang baru itu terbilang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
pada perilaku si Kembar yang dapat dengan cepat bergaul dengan saudara-saudara
dan teman bermain si Kembar yang baru. Akan tetapi pkemampuan menyesuaikan
diri si Kembar juga tidak dapat berdiri sendiri, mereka dapat berinteraksi dengan
baik karena adanya dorongan dari saudara dan juga teman-teman kembar untuk
mereka 3 tahun lebih 3 bulan. Pada waktu itu, ternyata si Kembar tidak lagi bisa
terhadap lawan bermain mereka. Diakui Ibu si Kembar, bahwa beliau jarang
sekali memberi izin si Kembar untuk bermain di luar rumah. Hal tersebut
aman, sehingga orang tua merasa khawatir untuk melepaskan anaknya di luar
ketika harus berinteraksi dengan mereka. Pada tahun ajaran baru, si Kembar
teman baru lagi. Dan pada saat di sekolah, dalam berteman juga si Kembar juga
yang lebih muda dan dalam berbicara masih belum jelas. Dari beberapa hal
236
Sedangkan pada kondisi saat ini, tidak jauh berbeda dengan awal
melanjutkan dari kepribadian si Kembar yang sudah mulai nampak pada awal
kepindahan mereka di Tangerang ini. Hal yang terjadi dalam rentang waktu ini
adalah dalam hal penyesuaian terhadap lingkungan yang baru, si Kembar sering
seorang anak sebayanya, tetap si Kembar akan menutup diri dengan orang
diajak berinteraksi oleh mereka. Mereka akan cenderung menutup diri dan tidak
mau tersentuh oleh orang-orang baru yang ingin berinteraksi dengan mereka.
si Kembar yang dalam hal ini terkait dengan penyesuaian diri mereka terhadap
berbicara si Kembar.
menerapkan sistem bahwasannya kakak dan adik atau menuakan salah satu di
antara mereka. Ibu Guru mengajarkan kepada Tama atau sang kakak bagaimana
seorang kakak harus bersikap lebih mengalah atau ngemong kepada Dika
adiknya. Penerapan ini sering terjadi pada saat Ibu Guru selalu membela Dika
237
pada saat mereka berebut mainan. Terlepas dari siapa yang merebut dan siapa
yang terebut, Ibu guru kembar selalu memberi tahu kepada kakak kalau dia harus
mengalah kepada Dika. Ibu Guru juga terlihat menutup telinga ketika Tama yang
terjadi kepada Ibu Gurunya. Hal tersebut dirasa sangat mengganggu bagi
Dan secara langsung hal tersebut akan menghambat proses belajar berbicaranya.
Adanya perbedaan perlakuan yang diberikan oleh Ibu Guru yang terkesan
bicara Tama menjadi terhambat karena dia tidak mampu untuk berbicara secara
aktif. Hal tersebut menyebabkan pada kondisi saat ini Tama terlihat begitu acuh
dan minat bicara kepada orang lain sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
Dika.
Berbeda dengan cara mendidik yang diterapkan oleh kedua orang tua si
Kembar. Orang tua si Kembar tidak mau menuakan salah satu dari saudara
kembar tersebut seperti yang telah dilakukan oleh Ibu Guru si Kembar di sekolah.
Orang tua tetap menetapkan bahwa Tama adalah saudara Dika dan tidak ada
permasalahan yang sama dengan yang dialami oleh Ibu Guru si Kembar di
sekolah adalah dengan menitikberatkan pada siapa yang tersakiti dan siapa yang
menyakiti.
Dari hal tersebut di atas dapat terlihat bahwa orang tua dapat memberikan
kesempatan yang sama kepada saudara kembar ini untuk dapat berkembang secara
238
maksimal. Si kembar juga nantinya dapat berkembang tanpa harus dibatasi oleh
sebagai Ibu rumah tangga. Senada dengan kesibukan yang dimiliki oleh Ibu,
Bapak si Kembar juga tidak mempunyai waktu dengan anggota keluarga lain
Kembar jarang sekali bisa menemani kembar pada saat mereka bermain. Sering
kali kembar hanya bermain dengan saudara kembarnya ataupun juga dengan
hanya menonton televisi. Dengan hanya menonton televisi, kembar dapat bersikap
Kembar untuk menyisihkan waktu lebih banyak untuk menonton televisi ini
terbawa hingga kondisi pada saat ini. Kebiasaan kembar dalam hal menonton
televisi yang bisa bertahan hingga berjam-jam tersebut dibiarkan saja oleh Ibu si
mengurangi waktu yang tersedia bagi kegiatan bermain lainnya, terutama bermain
di luar dengan anak lain. Selain itu, menonton televisi juga berdampak pada
bicara anak. Televisi hanya akan melatih anak-anak menjadi pendengar atau
subjek pasif dalam suatu pembicaraan karena jarang atau tidak pernah televisi
Dengan adanya hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
4 tahun seperti kembar, sampai pada pembuatan satu kata yang utuh, tidak hanya
mengucapkan kata pada suku kata yang belakangnya saja. Kemampuan bicara
kembar dikatakan wajar karena bisa mengucapkan kata secara utuh, tidak seperti
anak seusianya yang dalam pengucapan katanya hanya pada suku katanya yang
penyusunan kalimatnya tersebut. Hal ini juga di perkuat oleh pengakuan ibu Guru
di mana ketika kembar berbicara sedikit gagap atau cadel, Ibu Guru
menganggapnya sesuatu hal yang biasa saja. Hal tersebut di atas menjadi sesuatu
hal yang biasa karena kesamaan permasalahan yang terjadi antara anak yang satu
Hal yang serupa juga diketamukan pada Ibu si Kembar. Menurut penuturan
Ibu, anak-anak yang tinggal di sekitar rumah kembar dalam membuat kalimat
240
memang sangat singkat. Jadi ketika kembar hanya mengucapkan 2 atau 3 kata saja
dalam pembuatan kalimat, hal ini adalah wajar. Karena sikap Ibu yang
Dari beberapa penjelasan oleh Ibu dan Ibu Guru TK kembar dapat terlihat
bahwasanya pengetahuan akan hambatan bicara ini masih sangat kurang. Ibu dan
yang ada pada si Kembar karena ditemukannya permasalahan yang sama pada
anak yang seumuran dengan si Kembar. Dari pembahasan di atas maka dapat
Tabel 4.2
Tabel Alur Pembahasan
Awal
SUB UNIT ANALISIS Australia Banjarnegara Sekarang
Tangerang
1. Inteligensi T T X X
2. Jenis disiplin X X X X
3. Posisi urutan X X X X
4. Besarnya keluarga
6. Status ras X X X X
7. Berbahasa dua
Berbicara:
berbicara
5. Motivasi X T
242
6. Bimbingan X X
Keragaman Kemampuan
Berbicara:
1. Kesehatan X X X X
2. Kecerdasan T T X X
4. Jenis kelamin
5. Keinginan berkomunikasi X X
6. Dorongan X X
7. Ukuran keluarga
8. Urutan kelahiran X X X X
12. Kepribadian T X
D. Temuan Penelitian
X X
1. Penerapan sistem kakak adik
Keterangan kode:
= Mempengaruhi terhadap kemampuan berbicara kembar
X = Tidak mempengaruhi terhadap kemampuan berbicara kembar
T = Tidak terdapat data yang mengacu pada faktor tersebut
BAB 5
PENUTUP
Data yang berkaitan dengan fokus penelitian yang diperoleh dari lapangan
telah dianalisis, dipaparkan, serta dibahas dalam bab 4. Selanjutnya pada bab 5 ini
5.1 Simpulan
Sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian maka temuan hasil penelitian ini
keterlambatan bicara (speech delay) dan (2) perlakuan yang diberikan oleh
lingkungan.
Delay)
delay) pada kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Multilingual
delay) yang dialami oleh si Kembar. Si Kembar yang menjadi subjek penelitian
pada kasus ini selalu berada di lingkungan dengan banyak bahasa. Banyak bahasa
(multilingual), yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa serta
lingkungan dua bahasa (billingual), yaitu bahasa Indonesia, dan bahasa Jawa.
244
245
Model yang baik untuk ditiru menjadi salah satu faktor keterlambatan
bicara (speech delay) yang dialami oleh si Kembar karena model yang kurang
(speech delay) yang dialami oleh si Kembar karena tidak adanya faktor
mereka.
memperoleh apa saja hanya dengan bahasa isyarat, dan hal ini membuat motivasi
5. Dorongan
yang dialami oleh si Kembar karena jarangnya mereka diajak untuk berbicara atau
6. Bimbingan
belajar berbicara.
bicara (speech delay) pada kasus ini. Hubungan si Kembar dengan teman
sebayanya.
8. Penyesuaian diri
delay) yang dialami oleh si Kembar karena mereka mengalami kesulitan dalam
Perbedaan perilaku yang menjadi akibat dari sistem kakak adik yang
bicara (speech delay) yang dialami oleh si Kembar karena mereka menjadi
delay) yang dialami oleh si Kembar karena mereka merupakan anak kembar yang
cenderung bergaul hanya dengan saudara kembarnya dan hal tersebut cenderung
delay) yang dialami oleh si Kembar karena kecenderungan anak yang berjenis
perempuan.
(speech delay) yang dialami oleh si Kembar karena mereka adalah seorang anak
(speech delay) yang dialami oleh si Kembar karena mereka bukan merupakan
mengubah bahasa yang mereka gunakan pada saat berbicara dengan kembar.
Sehingga nantinya hanya terdapat satu bahasa yang digunakan ketika melakukan
komunikasi dengan kembar yaitu bahasa Indonesia atau bahasa yang kembar
kuasai.
5.2 Implikasi
bicara (speech delay) pada anak ini mempunyai implikasi yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
Implikasi teoritis dari penelitian ini yaitu dapat menambah kajian tentang
hal yang penting dalam belajar berbicara dari Hurlock (1978). Pada penelitian ini
didapatkan 3 hal yang penting dalam kaitannya dengan proses belajar berbicara
pada anak yaitu sistem kakak adik, kebiasaan anak dalam menonton televisi, dan
interaksinya.
249
1. Sistem kakak yang harus mengalah dengan adik harus dihilangkan sehingga
2. Dengan mengurangi kebiasaan anak menjadi subjek pasif pada saat menonton
5.3 Saran
dapat diuraikan beberapa implikasi untuk pihak yang terkait sebagai berikut:
Peneliti menyarankan orang tua untuk: (1) Menjadi model yang baik
berbicara anak; (2) Tidak mencampuradukkan kata yang berasal dari dua bahasa
atau lebih dalam mengajarkan bahasa pada anak; (3) Memberikan kesempatan
yang sama untuk berpraktek bicara pada setiap anak; dan (4) Menambah
Memberikan kesempatan yang sama untuk berpraktek bicara pada setiap anak; (2)
250
Menjadi model bicara yang baik dengan memberikan motivasi, dorongan, serta
bimbingan dalam proses belajar berbicara anak; dan (3) Tidak membedakan
perlakuan dengan dasar pembeda kakak harus mengalah dengan adik pada
agar lebih dapat bervariasi sehingga diperoleh data yang akurat, tepat dan
251
252