Biografi Khulafaur Rasyidin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BIOGRAFI KHULAFAUR RASYIDIN

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


Abu Bakar (lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di antara
mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar menjadi
khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M. Lahir dengan nama Abdullah
bin Abi Quhafah, ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin
atau khalifah yang diberi petunjuk. .
Abu Bakar Ash-Shidiq Nama lengkapnya adalah 'Abd Allah ibn 'Utsman bin Amir bi Amru bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr al-Quraishi at-
Tamimi'. Bertemu nasabnya dengan nabi SAW pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan
ibu dari abu Bakar adalah Ummu al-Khair salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin
Taim yang berarti ayah dan ibunya sama-sama dari kabilah bani Taim.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad. Nama yang sebenarnya adalah
Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Muhammad menjadi
Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Muhammad memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang
berkata benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Miraj yang diceritakan oleh
Muhammad kepada para pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-
Shiddiq".
Abu Bakar dilahirkan di kota Mekkah dari keturunan Bani Tamim (Attamimi), sub-suku bangsa
Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan
kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan
mimpi.
Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, ia pindah dan hidup bersama
Abu Bakar. Saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah,
rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya.
Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.
Dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah Muhammad kepada perorangan, dituliskan bahwa
Abu bakar masuk Islam setelah diajak oleh Nabi Abubakar kemudian mendakwahkan ajaran
Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi
Waqas dan beberapa tokoh penting dalam Islam lainnya.
Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar
menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya
kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami
penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama
nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari
golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para
keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu
Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian
memberinya kemerdekaan.
Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar juga terikat dengan Nabi Muhammad
secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa
saat setelah Hijrah.
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai
indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya, dilakukan
musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya
menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam
pada tahun (632) M.
Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar
sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan
pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi
kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang
menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum
sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni
berargumen bahwa Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan
pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti
sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah
dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi
rujukan dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta
jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat
masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at)
kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum
sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi
pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali
melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah
istrinya yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri
dari kehidupan publik.
Segera setelah suksesi Abu Bakar, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas
komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan
Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di antaranya menolak
membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali
memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut
mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan
kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan
perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda
peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama
Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru
menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran
Akraba oleh Khalid bin Walid.
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar
memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.
Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga meraih
sukses.
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa setelah
kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal
Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin
Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan
tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah
lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal
maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar
dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan
koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an yang dikenal saat ini.
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya
pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat masjid Nabawi,
di samping makam Nabi Muhammad.

UMAR BIN KHATTAB


Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab
(581 - November 644) adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang juga adalah khalifah
kedua Islam (634-644). Umar juga merupakan satu diantara empat orang Khalifah yang
digolongkan sebagai Khalifah yang diberi petunjuk (Khulafaur Rasyidin).
Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku
terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi
dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad
yaitu Al-Faruk yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang
pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat
dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk
Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga
mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih
barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya
dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku
menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada
masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak
menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang
memabukkan) secara tegas.
Ketika Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka di Mekkah, Umar bereaksi sangat antipati
terhadapnya, beberapa catatan mengatakan bahwa kaum Muslim saat itu mengakui bahwa Umar
adalah lawan yang paling mereka perhitungkan, hal ini dikarenakan Umar yang memang sudah
mempunyai reputasi yang sangat baik sebagai ahli strategi perang dan seorang prajurit yang
sangat tangguh pada setiap peperangan yang ia lalui. Umar juga dicatat sebagai orang yang
paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatannya untuk menyiksa pengikut
Muhammad.
Pada puncak kebenciannya terhadap ajaran Muhammad, Umar memutuskan untuk mencoba
membunuh Muhammad, namun saat dalam perjalanannya ia bertemu dengan salah seorang
pengikut Muhammad bernama Nu'aim bin Abdullah yang kemudian memberinya kabar bahwa
saudara perempuan Umar telah memeluk Islam, ajaran yang dibawa oleh Muhammad yang ingin
dibunuhnya saat itu. Karena berita itu, Umar terkejut dan pulang ke rumahnya dengan dengan
maksud untuk menghukum adiknya, diriwayatkan bahwa Umar menjumpai saudarinya itu
sedang membaca Al Qur'an (surat Thoha), ia semakin marah akan hal tersebut dan memukul
saudarinya. Ketika melihat saudarinya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian
meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat, diriwayatkan Umar menjadi terguncang oleh apa
yang ia baca tersebut, beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk Islam,
tentu saja hal ini yang selama ini selalu membelanya membuat hampir seisi Mekkah terkejut
karena seseorang yang terkenal paling keras menentang dan paling kejam dalam menyiksa para
pengikut Muhammad kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya tersebut, akibatnya
Umar dikucilkan dari pergaulan Mekkah dan ia menjadi kurang atau tidak dihormati lagi oleh
para petinggi Quraisy yang selama ini diketahui selalu membelanya.
Pada tahun 622 M, Umar ikut bersama Muhammad dan pemeluk Islam lain berhijrah (migrasi)
(ke Yatsrib (sekarang Madinah) . Ia juga terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta
penyerangan ke Syria. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Ia
dianggap sebagai seorang yang paling disegani oleh kaum Muslim pada masa itu karena selain
reputasinya yang memang terkenal sejak masa pra-Islam, juga karena ia dikenal sebagai orang
terdepan yang selalu membela Muhammad dan ajaran Islam pada setiap kesempatan yang ada
bahkan ia tanpa ragu menentang kawan-kawan lamanya yang dulu bersama mereka ia ikut
menyiksa Muhammad dan para pengikutnya.
Pada saat kabar kematian Muhammad pada 8 Juni 632 M (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah) di
Madinah sampai kepada umat Muslim secara keseluruhan, Umar dikabarkan sebagai salah
seorang yang paling terguncang atas peristiwa itu, ia menghambat siapapun memandikan atau
menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Akibat syok yang ia terima, Umar berkeras bahwa
Muhammad tidaklah wafat melainkan hanya sedang tidak sadarkan diri, dan akan kembali
sewaktu-waktu.
Abu Bakar yang mendengar kabar bergegas kembali dari Madinah, Ia menjumpai Umar sedang
menahan Muslim yang lain dan lantas mengatakan ("Saudara-saudara! Barangsiapa mau
menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa mau
menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.")
Abu Bakar mengingatkan kepada para pemeluk Islam yang sedang terguncang, termasuk Umar
saat itu, bahwa Muhammad, seperti halnya mereka, adalah seorang manusia biasa, Abu Bakar
kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an yang mencoba untuk mengingatkan mereka kembali
kepada ajaran yang diajarkan Muhammad yaitu kefanaan makhluk yang diciptakan. Setelah
peristiwa itu Umar menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat
kepalanya. Ssetelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk
menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil
alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri
masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan
Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan
Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada
pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam
mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di
Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan
atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di
dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam
Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya
mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta
Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar
memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian,
Masjid Umar didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga
memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid
Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan
keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan
memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan
Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap
Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya,
oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya
jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Semasa Umar masih hidup Umar meninggalkan wasiat yaitu :
1. Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka
cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.
2. Bila engkau hendak memusuhi seseorang, maka musuhilah perutmu dahulu. Karena tidak
ada musuh yang lebih berbahaya terhadapmu selain perut.
3. Bila engkau hendak memuji seseorang, pujilah ALLAH SWT. Karena tiada seorang
manusia pun lebih banyak dalam memberi kepadamu dan lebih santun lembut kepadamu selain
ALLAH SWT.
4. Jika engkau ingin meninggalkan sesuatu, maka tinggalkanlah kesenangan dunia. Sebab
apabila engkau meninggalkannya, berarti engkau terpuji.
5. Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiplah untuk mati. Karena jika engkau
tidak bersiap untuk mati, engkau akan menderita, rugi ,dan penuh penyesalan.
6. Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat. Karena engkau tidak akan
memperolehnya kecuali dengan mencarinya.

UTSMAN BIN AFFAN


Utsman bin Affan (574 656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 8182 tahun) adalah sahabat Nabi
Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang
saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-
Qur'an.
Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 6970 tahun) hingga 656
(selama 1112 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia
dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak
bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat
julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman
telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah
Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-
Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri
menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara
kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah
Saw, Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar
masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman
masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa? Rasullullah menjawab,
Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya
tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya
memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak
lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada
peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah.
Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan
beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk
Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw
memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman
mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi
untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan
juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari
seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum
yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin
Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Saad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya
Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah
ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada
bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul
mapan dan terstruktur.
ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid
Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima
(haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk
mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian,
menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga
membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan
kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau
kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini
banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk
membunuh khalifah.
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan
Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan
diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak,
namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat
sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki
rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang
disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa
pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak selama 40
hari.usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di
Madinah.

ALI BIN ABI THALIB


Ali bin Abi Thalib (lahir sekitar 13 Rajab 23 Pra Hijriah/599 wafat 21 Ramadan 40
Hijriah/661), adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi
Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin.
Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih
oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah
mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah
yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan
Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.
Syi'ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan
sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir Khum. Syi'ah meninggikan kedudukan
Ali atas Sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Syi'ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau semoga
Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan.
Sebagian Sunni yaitu mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para pendukungnya
memandang Ali sama dengan Sahabat Nabi yang lain.
Sunni menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah
melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan
kepada Sahabat Nabi yang lain.
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah (KW) atau
semoga Allah me-mulia-kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasar riwayat bahwa
beliau tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang
sopan sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa beliau tidak suka memandang ke
bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain
menyebutkan dalam banyak pertempuran (duel-tanding), bila pakaian musuh terbuka bagian
bawah terkena sobekan pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan duel hingga musuhnya
lebih dulu memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah (divine
wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau bermunculan cabang-cabang tarekat
(thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan
beliau sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyah
dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali
melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir
Jilani (karya Syekh Ja'far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia
Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut
berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang
berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan
Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari
Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak
punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi
SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal
ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau
kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan seperti
Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan
sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang
percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena
sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau
menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada
pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf
lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang
diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang
lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas
masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan
menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk
waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan
oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya
Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat
dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu
mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan
banyak hal lain.
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab
yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling
disukai oleh Ali.
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di
sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy
Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi
bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi
Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi
Wud terbelah menjadi dua bagian.
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin
dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah
perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut
dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw
bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan
menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan
Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan
benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab
lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad
untuk menjaga kota Madinah.
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan
pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat
(berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat.
Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana
duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa
sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-
Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang
dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar
dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin
Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku
ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui
kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan
pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib
terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah
Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-
bai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah
demi mencegah perpecahan dalam ummat
Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena
umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian
sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di
seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.
Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin
Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan
Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya
dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya
mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan.
Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya,
Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin
Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda
Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu
kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan
(akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh
hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan
perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya
selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin
yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi
perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang
ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh
Abdurrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat
mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan
napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di
Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra dan memiliki keseluruhan 36
orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah,
adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar
kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai
keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.
Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki
dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan
Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.
Anak laki-laki Anak perempuan

Hasan al-Mujtaba Zainab al-Kubra

Husain asy-Syahid Zainab al-Sughra

Muhammad bin al-Hanafiah Ummu Kaltsum

Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl) Ramlah al-Kubra

Abdullah al-Akbar Ramlah al-Sughra

Ja'far al-Akbar Nafisah

Utsman al-Akbar Ruqaiyah al-Sughra

Muhammad al-Ashghar Ruqaiyah al-Kubra

Abdullah al-Ashghar Maimunah

Abdullah (yang dijuluki Abu Ali) Zainab al-Sughra

Aun Ummu Hani

Yahya Fathimah al-Sughra

Muhammad al-Ausath Umamah

Utsman al-Ashghar Khadijah al-Sughra

Abbas al-Ashghar Ummu al-Hasan

Ja'far al-Ashghar Ummu Salamah

Umar al-Ashghar Hamamah

Umar al-Akbar Ummu Kiram

Anda mungkin juga menyukai