Tugas Penjas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENJAS

TENTANG
PEMAINAN CENGE CENGE DAN LOMPAT TALI

D
I
S
U
S
U
N

KELOMPOK 3

ALYA LUNA ANJANI


SARLINA M RANI
NURFADILLA MARSAOLY
DIAH ALIVIA AMRIN
F. A. CHAIDIR
RAHMAT DURAJI
MUHAMMAD FIJAY
Permainan lompat tali
1. Sejarah

Permainan Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di


Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung
kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali
merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang
tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku
atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada
lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali
direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang
diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa
yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata merdeka.
Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang
kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan
dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun,
dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini
muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga
banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal
dengan nama Lompat Tali, Lompatan dll
2. Alat-Alat Yang Diperlukan

Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang


yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan
menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga
memanjang dengan ukuran sekitar 3-4 meter. Karet-karet tersebut
berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar
tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk
satuan berat (gram, ons, dan kilo).

Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik


pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang
tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus
jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena
itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan
dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak
lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada
kalanya tali-karet dianyam dengan menyambungkan 3-4 buah karet
sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.

3. Cara Bermain

Untuk bermain permainan ini dibutuhkan minimal 4 atau lebih orang anak.
Pertama harus ada dua pemain yang jaga. Dan yang menjaga ini yang
memegang karet di kedua belah sisi yang saling berhadapan. Pemain
yang tidak jaga harus melompati karet tersebut. Biasanya untuk
menentukan siapa yang jaga dilakukan hompimpa. Permainan lompat tali
tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan
ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut,
maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti
bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut
harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang
juga gagal dan menggantikan posisinya.

Nah, pada permainan lompat tali ini para pelompat harus melompati
beberapa posisi:

(1) tali berada pada batas lutut pemegang tali; pada posisi ini pelompat
tidak boleh mengenai tali

(2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain masih
tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan
menggantikan posisi pemegang tali;

(3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap
cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan
lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat);

(4) posisi tali sebatas telinga;

(5) posisi tali sebatas kepala;


(6) posisi tali satu jengkal dari kepala; biasanya kita sering menyebutnya
dengan posisi kilan

(7) posisi tali dua jengkal dari kepala atau posisi yang satu ini kita kenal
dengan dua kilan; dan

(8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali, nah posisi yang
disebut dengan posisi merdeka.

4. Manfaat

Permainan yang disebut sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja
keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Nilai kerja keras
tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompati
tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan dan
kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara
tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan
kecermatan dalam bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering
bermain dan atau berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai
sportivitas tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan
bersedia menggantikan pemegang tali jika melanggar peraturan yang
telah ditetapkan dalam permainan.

Ternyata bermain lompat tali karet mempunyai banyak manfaat untuk


anak-anak, diantaranya adalah:
Motorik kasar

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara
fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik
melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan
sendiri. Lama-lama, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi
cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat
serta terlatih. Selain melatih fisik, mainan ini juga bisa membuat anak-
anak mahir melompat tinggi dan mengembangkan kecerdasan kinestetik
anak. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi obesitas pada anak.

Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan


keberanian dari anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat
suatu keputusan besar, mau melakukan tindakan melompat atau tidak.
Dan juga saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka
berteriak, tertawa dan bergerak.

Ketelitian dan Akurasi

Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya,


bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa
sehingga tidak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme
ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus
melompat.

Sosialisasi

Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang


berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi sehingga ia terbiasa
dan nyaman dalam kelompok. Ia dapat belajar berempati, bergiliran,
menaati aturan dan yang lainnya.

Intelektual

Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara


matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan
dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan lima kali
lompatan saat tali diayunkan, bila lebih atau kurang ia harus gantian
menjadi pemegang tali. Anak juga secara tidak langsung belajar dengan
cara melihat dari teman-temannya agar bisa mahir dalam melakukan
permainan tersebut.

Moral
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang atau kalah.
Namun, menang atau kalah tidak menjadikan para pemainnya bertengkar,
mereka belajar untuk bersikap sportif dalam setiap permainan. Dan juga
tidak ada yang unggul, karena setiap orang punya kelebihan masing-
masing untuk setiap permainan, hal tersebut meminimalisir ego di diri
anak-anak.

Permainan cenge cenge atau engklek


Permainan Tradisional Engklek Dan Sejarahnya

Permainan tradisional engklek yang juga disebut dengan sunda manda ini
diyakini mempunyai nama asli Zondag Maandag yang merupakan
bahasa Belanda. Jadi berdasar sejarahnya memang permainan tradisional
engklek ini masuk ke Indonesia melalui Belanda yang pada masa lalu
menjajah Indonesia. Diyakini pada masa penjajahan inilah permainan
tradisional engklek dibawa masuk ke Indonesia oleh Belanda.

Memang sampai dengan saat ini tidak ada bukti sejarah yang otentik yang
dapat menyimpulkan mengenai sejarah permainan tradisional engklek.
Namun permainan tradisional engklek ini sudah sangat populer di
kalangan anak perempuan di Eropa pada masa perang dunia. Sedangkan
di Indonesia pada masa penjajahan Belanda banyak dijumpai anak-anak
perempuan Belanda bermain permainan tradisional engklek ini. Memang
permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan, walaupun
ternyata kemudian anak-anak lelaki pun banyak yang turut bermain
permainan tradisionalengklek.

Setelah Indonesia merdeka dari penjajahan, permainan tradisional


engklek tetap bertahan di Indonesia dan menjadi semakin dikenal oleh
anak-anak kecil di Indonesia. Begitupun dalam hal penyebarannya,
semakin lama permainan tradisional engklek semakin populer dan
menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Hingga akhirnya bisa dibilang
tidak ada anak kecil yang tidak tahu permainan tradisional engklek.

Seperti Apakah Permainan Tradisional Engklek Itu?

Mungkin juga ada diantara kita yang belum tahu seperti apakah
sebenarnya permainan tradisional engklek itu. Hal ini wajar karena
sekarang ini permainan tradisional engklek memang telah jarang
ditemukan diantara permainan anak zaman sekarang.

Pemain Dalam Permainan Tradisional Engklek

Permainan tradisional engklek biasanya dimainkan oleh anak perempuan.


Jarang sekali permainan tradisional engklek dilakukan oleh anak laki-laki
ataupun anak remaja. Mungkin karena permainan tradisional ini lebih
identik dengan perempuan.

Engklek bisa dimainkan hanya oleh 1 orang anak saja, bisa lebih dari 1
anak, tapi bisa juga dimainkan secara beregu. Biasanya untuk permainan
beregu akan dimainkan oleh 2 regu yang masing-masing terdiri dari
beberapa anak.

Lapangan Untuk Permainan Tradisional Engklek

Untuk dapat memainkannya, para pemain harus memainkan engklek di


halaman. Permainan ini memang sebuah permainan outdoor atau
permainan yang harus dilakukan di luar rumah. Memerlukan sebuah
pekarangan kecil untuk dapat memainkan permainan tradisional engklek.
Diperlukan sebuah tanah pekarangan yang datar dengan ukuran kurang
lebih 3 4 m2. Bisa di atas tanah, pelataran ubin, ataupun aspal.

Lapangan atau arena engklek biasanya berupa kotak-kotak atau persegi


panjang dengan ukuran sekitar 30 60 cm2. Untuk membuat lapangan,
anak-anak biasanya menggunakan kapur tulis, pecahan genteng, arang,
atau apapun untuk menggambar lapangan engklek.

Cara Bermain Permainan Tradisional Engklek

Permainan tradisional engklek adalah sebuah permainan tradisional


sederhana yang dilakukan dengan cara melemparkan sebuah pecahan
genteng atau batu berbentuk pipih. Satu anak hanya akan memiliki 1
pecahan genting (kreweng) yang disebut Gacuk.

Permainan dilakukan secara bergantian. Para pemain akan mengundi


urutan pemain yang akan bermain. Pemain pertama harus melemparkan
pecahan gentingnya ke kotak pertama yang terdekat. Setelah itu dia
harus melompat-lompat ke semua kotak secara berurutan hanya degan
menggunakan 1 kaki, sedangkan kaki yang lainnya harus diangkat dan
tidak boleh turun menyentuh tanah. Kotak yang terdapat gacuk milik
pemain tersebut tidak boleh diinjak (harus dilewati). Dan pemain yang
sedang bermain dengan meloncat dilarang untuk menyentuh atau
menginjak garis pembatas.

Pemain permainan tradisional engklek harus meloncat ke setiap kotak


sampai di ujung terjauh yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau
kotak yang besar. Dari sana dia harus kembali dengan cara melompat
lagi. Saat sampai di kotak yang terdapat gacuk miliknya, dia harus
mengambil gacuk itu dengan tangannya, sementara itu sebelah kakinya
harus tetap terangkat dan tidak boleh menyentuh tanah. Kemudian dia
harus melanjutkan membawa gacuk tersebut sampai keluar kotak
pertama.

Pemain permainan tradisional engklek yang sedang bermain harus


mengulang permainan ini dengan melempar gacuk dari mulai kotak
pertama terus sampai semua kotak, dan akhirnya selesai kembali ke kotak
pertama lagi. Namun bagi pemain yang melanggar aturan tidak boleh
melanjutkan permainan, dan digantikan oleh pemain berikutnya. Tapi dia
boleh melanjutkan permainannnya setelah semua pemain mendapat
giliran bermain.

Permainan selesai jika gacuk seorang pemain telah melalui semua kotak
sampai kembali lagi ke kotak pertama dengan selamat. Setelah itu
pemain tersebut akan berdiri membelakangi lapangan engklek dan
melemparkan gacuk-nya ke belakang. Jika beruntung gacuk itu akan
berhenti di dalam salah satu yang kosong. Nah kotak itu akan menjadi
miliknya atau rumahnya. Tapi jika lemparan gacuk-nya melesat keluar
arena atau menyentuh garis batas, maka pemain itu harus mengulang
lemparannya setelah pemain berikutnya melempar. Nah aturan lainnya
adalah kotak yang sudah ada pemiliknya tidak boleh diinjak pemain lain
ataupun disentuh oleh gacuk pemain lain yang dilempar.

Manfaat Permainan Engklek

1. Kecerdasan Bodily (Kinestetik Jasmani)


Pada permainan engklek atau jangka banyak terdapat gerakan-gerakan, dengan
kata lain dengan melakukan permainan engklek atau jangka, anak-anak telah
melakukan olah raga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta
mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Hal ini dapat
membantu untuk perkembangan kecerdasan Kinestetik anak.

2. Kecerdasan Interpersonal
Ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dipelajari anak ketika anak
bermain engklek, yaitu kompetisi, negosiasi, komunikasi dan empati. Hal ini
dapat meningkatkankecerdasan interpersonal anak untuk bersosialisasi dengan
orang-orang di sekitar.

3. Kecerdasan Intrapersonal
Pada permainan engklek, anak-anak dituntut untuk melatih kesabaran,
pengendalian diri, mengurangi rasa cemas, dan melatih konsentrasi. Dengan
begitu anak dapat mengukur sejauh mana kemampuan dirinya dalam
menghadapi masalah. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan Intrapersonal pada
anak.

4. Kecerdasan Naturalis
Engklek atau jangka adalah permainan yang biasanya dimainkan di alam
terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak-anak karena
dapat mengenal bentuk-bentuk alam disekitarnya, merasakan keadaan alam dan
meyakini bahwa adanya pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai