LUMPUR PEMBORAN Batubara
LUMPUR PEMBORAN Batubara
LUMPUR PEMBORAN Batubara
Pada proses pemboran baik openhole maupun coring, ketika fluida yang berupa air dimasukan ke dalam
lubang bor maka kecepatan fluida untuk kembali ke permukaan dari dalam lubang bor (annular velocity)
tergantung kepada:
Dimana:
V : Annular Velocity (meter/mnt)
Dh : Diameter Lubang Bor (mm)
Dp : Diameter Pipa (mm)
Q : Debit Air (liter/menit)
Besarnya Annular Velocity yang baik didalam melakukan pemboran adalah antara 18 36 meter/menit.
Apabila Annular Velocity terlalu kecil (< 18 meter/menit) maka tidak akan mampu mengangkat cutting
sehingga akan menyebabkan bit dan pipa stuck, akan tetapi apabila Annular Velocity terlalu besar (>36
meter/menit) maka dihawatirkan dinding lubang akan tergerus dan tererosi oleh cuting sehingga
menyebabkan lubang runtuh.
Untuk mendapatkan Annular Velocity yang sesuai maka faktor penentunya adalah:
1. Spasi Annulus yang tidak terlalu kecil sehingga cutting bisa dengan mudah lewat, juga tidak
terlalu besar sehingga tidak diperlukan debit air yang besar untuk mendorongnya. Maka
pemilihan Mata Bor (Bit) harus sesuai dengan rangkaian pipa yang digunakan sehingga selisih
diameter antara Bit dengan Pipa cukup untuk cutting naik ke permukaan
2. Besarnya supply air yang dmasukan ke dalam lubang bor, hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan atau kapasitas dari Injection Pump dan Pump Engine. Debit yang dihasilkan harus di
disesuaikan sedemikian rupa untuk mendapatkan Annular Velocity yang diharapkan pada
putaran Engine tertentu sesuai dengan spesifikasi dari Enjection Pump.
Berikut adalah contoh hasil simulasi dari praktek pemboran yang selama ini kita lakukan di Tanjung
(Tabel 1.) Dimana Injection Pump menggunakan FMC type W1122BCD dan Engine Pump menggunakan
Yanmar TF85HM.
Berdasarkan Spec FMC Pump tersebut maka didapatkan hubungan antara Debit yang dihasilkan (flow
out liter per minute) dengan putaran mesin yang diperlukan (rpm/rotate per minute; Gambar 1).
250
200
f(x) = 0.25x - 23.85
fow out(lit/min)
150
0
550 600 650 700 750 800 850 900 950
Engine Pump Rpm (rotate/min)
Gambar 1. Grafik hubungan RPM dengan Debit dari Pompa FMC W1122BCD
Tabel 1. Debit Air dan Rpm Engine Pump untuk setiap jenis pemboran
Berdasarkan simulasi tersebut untuk menghasilkan Annular Velocity yang sesuai (18-36 meter/menit),
maka:
1. Pada Pemboran Openhole ukuran NQ, gunakanlah Pompa minimal menghasilkan debit 70
liter/menit pada 380 rpm, dan maksimal menghasilkan debit 140 lit/mnt pada 660 rpm.
Sebaiknya di gunakan debit 105 lit/menit pada 525 rpm.
2. Pada pemboran openhole ukuran HQ , gunakanlah Pompa minimal menghasilkan debit 55
lit/mnt pada 320 rpm, dan maksimal 105 lit/mnt pada 525 rpm. Sebaiknya digunakan debit 80
lit/mnt pada 420 rpm.
3. Pada pemboran coring ukuran NQ gunakanlan Pompa dengan debit minimal 14 ltr/mnt pada 155
rpm dan maksimal 61 ltr/mnt pada 345 rpm. Sebaiknya digunakan debit 20 ltr/mnt
4. Pada pemboran coring ukuran HQ gunakanlah Pompa dengan debit minimal 34 ltr/mnt pada 235
rpm dan maksimal 66 ltr/mnt pada 365 rpm. Sebaiknya digunakan debit 50ltr/mnt pada 300
rpm.
Kecepatan fluida tersebut berguna untuk mengangkat pecahan batuan akibat pemboran (cutting) ke
permukaan (dengan asumsi bahwa lubang bor adalah benda padat yang mempunya kesamaan fisik dan
tidak mengalami keruntuhan serta kebocoran).
Kenyataan di lapangan pada saat dilakukan pemboran bahwa batuan yang ditembus oleh mata bor
bervariasi sifatnya terutama sifat fisika (kekerasan, ukuran butir, porositas dan permeabilitas, swelling)
yang sangat berpengaruh terhadap annular viscosity tersebut.
Oleh karena hal tersebut di atas, maka penggunaan lumpur pemboran (mud) adalah suatu keharusan di
dalam proses pemboran, dimana lumpur pemboran akan berguna untuk mengatasi sifat fisika batuan
tersebut.
Tentu lumpur pemboran sifatnya hanya membantu mengatasi kondisi formasi, tetapi yang menjadi hal
utama keberhasil pemboran adalah teknis pemboran atau perlakuan Driller dalam mengoperasikan
mesin bor melalui tekanan pipa (thrust) dan putaran pipa (torque).
Tekanan pipa(thrust) dan putaran pipa (torque) disesuaikan dengan kondisi formasi yang ditembus,
aturannya adalah sebagai beriku:
1. Putaran pipa (torque) harus disesuaikan dengan tingkat kekerasan batuan, semakin keras batuan
maka semakin tinggi putara pipa, contoh : untuk lapisan pasir yang keras maka perlukan putaran
yang lebih cepat, akan tetapi untuk loose sandstone tidak memerlukan tekanan (torque) bahkan
cukup hanya dengan berat pipa saja.
2. Tekanan pipa dengan menggunakan hydrolic (thrust) harus disesuaikan dengan tingkat
kehancuran batuan, contoh: untuk lapisan Mudstone yang lembek maka tidak bisa diberi
tekanan yang besar karena bit akan mampat dan stuck.
Penggunaan Mud di dalam fluida pemboran adalah untuk menaikan viscositas dari air yang dijadikan
fluida pemboran, apabila fluida mempunyai viscositas yang tinggi maka semakin mudah cutting
terangkat ke permukaan.
Tingkat Viscositas Lumpur pemboran bisa diukur dengan menggunakan Marsh Funnel (Gambar 2),
dimana nilainya adalah lamanya waktu (detik) untuk meloloskan semua lumpur yang ada di dalam Marsh
Funnel tersebut.
Gambar 2. Marsh Funnel untuk mengukur Annular Viscosity
Berikut adalah Nilai Marsh Funnel yang disarankan untuk diaplikasikan di dalam pemboran sesuai
dengan Lithology yang ditembus oleh pemboran tersebut (Tabel 2).
Marsh Funnel
Grain Size
Lithology Viscosity
(mm) (seconds/quart)
Natural Swelling Clay < 0.08mm 32 - 37
Non swelling clay or sand 0.08 - 0.43 40 - 45
Medium Sand 0.43 - 2.0 45 - 55
Coarse Sand 2.0 - 4.8 55 - 65
Gravel 4.8 - 19.0 65 - 75
Coarse Gravel > 19.0 75 - 85
Note: pH Air sebaiknya 8.5 9.5
Nilai Viscositas ini biasanya berlaku pada mud jenis Bentonite karena Bentonite adalah lumpur
pemboran yang utama digunakan dalam pemboran serta kondisi pemboran normal.
Bentonite akan sangat maksimum mengembang apabila dicampur Air dengan pH 8.5-9.5, apabila air
yang digunakan tidak mempunyai nilai pH tersebut maka sebaiknya ditambahkan Soda Ash sebanyak 600
gram pada 1000 liter air. Untuk mengukur pH Air bisa menggunakan pH meter (Gambar 3).
Gambar 3. pH Meter
Berdasarkan mud yang biasa digunakan di dalam pemboran, maka penggunaannya disesuaikan dengan
MSDS dan anjuran penggunaan yang ada.
Umumnya, pada proses pemboran explorasi khususnya explorasi batubara, ada 3 jenis Mud yang biasa
digunakan yaitu:
1. Bentonite
Lumpur Jenis ini adalah lumpur utama yang digunakan di dalam pemboran. Bentonit ketika
dicampur di dalam air akan mengembang hingga 10 kali lipat tetapi dengan syarat menggunakan
air dengan pH 8.5-9.5. Untuk mendapatkan daya kembang dan kekentalan yang sesuai maka
Bentonit harus melalui proses hydrat, yang biasanya memerlukan waktu 30 menit hingga
mengembang sempurna setelah dicampur dan diaduk di dalam air.
Terdapat beberapa merk produk dipasaran dari Bentonit yang biasa digunakan, berikut adalah 2
diantaranya. Cara penggunaannyya sesua dengan anjuran penggunaan dan MSDS dari setiap
produk tersebut (Tabel 3 dan Tabel 4).
Setiap penggunaan Bentonit tersebut bila telah tercampur sebaiknya diukur Viscositasnya dengan
menggunakan Marsh Funnel sehingga dihasilkan viscositas yang sesuai dengan lithology yang ditembus
oleh pemboran.
2. Polymer
Lumpur jenis ini adalah lumpur tambahan yang biasa digunakan apabila kondisi formasi runtuh
atau loose sandstone, sangat berguna untuk mengangkat cutting serta meningkatkan viscositas
dari lumpur pemboran. Cara penggunaannya bisa digunakan sebagai Single mud maupun
campuran untuk Bentonite Mud.
Bila digunakan sebagai Single Mud biasanya digunakan dalam proses flushing, untuk
membersihkan sisa cutting di dalam lubang bor. Aturan penggunaannya seperti tertera dalam
tabel 4.
Polymer Water
gram liter
Polymer used without Bentonite
90 100
900 1000
Bila dicampurkan ke dalam Bentonite biasanya digunakan untuk menambah kekentalan Bentonit
bila pemboran menembus lapisan batuan yang runtuh atau loose sandstone maupun untuk
meningkatan core recovery. Cara penggunaannya seperti tertera dalam Tabel 5.
Akan tetapi untuk hasil yang lebih baik maka sebaiknya digunakan sesuai dengan MSDS dan
aturan pakai dari masing-masing merk Polymer tersebut dan type pemboran yang dilakukan
(Tabel 6 dan Tabel 7).
Cara penggunaannya sesuai dengan MSDS dan cara penggunaan sesuai merk dari produk
tersebut. Di pasaran yang biasa digunakan adalah merk HiVis dari Liquidstar (Tabel 8) dan CR650
dari AMS (Tabel 9).
4. Plug Mud
Terkadang, untuk lapisan batuan yang mempunyai tingkat porositas dan permeabilitas yang
sangat tinggi dimana terdapat pada kedalaman > 50 meter dimana tidak akan mampu ditutup
oleh casing dan tidak dapat diatasi oleh campuran ketiga mud di atas maka disarankan untuk
menggunakan Mud jenis Plug.
Cara penggunaannya akan lebih efektif bila dimasukan langsung melalui pipa pemboran di
kedalaman lapisan porus tersebut setelah Mud tersebut dicampur dengan air. Komposisi
campurannya sesuai dengan MSDS dan aturan pakai dari masing-masing merk (Tabel 10 dan
Tabel 11).
Apabila lost circulation masih terjadi maka penggunaan material lain sering digunakan untuk
menutup rongga batuan yang porus tersebut apabila semua jenis mud tidak mampu mengatasi
lost circulation tersebut. Biasanya material yang digunakan adalah serbuk atau bubuk gergaji.
Yang dicampurkan dengan Plug Mud dan langsung dimasukan kedalam formasi yang porus
tersebut.
Mud Circulation
Sistem sirkulasi lumpur pemboran memegang peranan penting dalam menjaga kesetabilan
viscositas dan kualitas dari Mud tersebut. Sistem sirkulasi pada pemboran dengan water flush
harus dibuat sedemikian rupa agar cutting yang terbawa oleh mud tidak tercampur dengan mud
yang akan dijadikan sebagai pembilas lubang bor.
Maka diperlukan Mud Pit yang mampu menampug cutting yang dihasilkan oleh pemboran serta
mampu mengendapkannya sebelum mud tersebut disirkulasikan kembali ke dalam lubang bor.
Aturannya adalah Mud Pit harus 3X lebih besar dari volume cutting yang dihasilkan apabila
menggunakan single mud pit. Berikut adalah simulasi ukuran Mud Pit yang diperlukan sesuai
dengan ukuran pemboran dan kedalaman pemboran (Tabel 12).
Tabel 12. Mud Pit yang diperlukan sesuai kedalaman dan Ukuran Lubang Bor
Depth of Bit Size Hole Volume Mud Pit Volume Mud Pit Dimention (P x L x T)
Drilling OH-NQ OH-HQ CO-NQ CO-HQ OH-NQ OH-HQ CO-NQ CO-HQ OH-NQ OH-HQ CO-NQ CO-HQ OH-NQ OH-HQ CO-NQ CO-HQ
(meter (meter (meter (meter (meter3 (meter3 (meter3 (meter3 (meter3 (meter3 (meter3 (meter3
(meter) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) ) (meter) (meter) (meter) (meter)
50 0.099 0.099 0.0763 0.1013 0.4 0.4 0.2 0.4 1.2 1.2 0.7 1.2 1.0 1.0 0.9 1.1
100 0.099 0.099 0.0763 0.1013 0.8 0.8 0.5 0.8 2.3 2.3 1.4 2.4 1.3 1.3 1.1 1.3
150 0.099 0.099 0.0763 0.1013 1.2 1.2 0.7 1.2 3.5 3.5 2.1 3.6 1.5 1.5 1.3 1.5
200 0.099 0.099 0.0763 0.1013 1.5 1.5 0.9 1.6 4.6 4.6 2.7 4.8 1.7 1.7 1.4 1.7
250 0.099 0.099 0.0763 0.1013 1.9 1.9 1.1 2.0 5.8 5.8 3.4 6.0 1.8 1.8 1.5 1.8
300 0.099 0.099 0.0763 0.1013 2.3 2.3 1.4 2.4 6.9 6.9 4.1 7.2 1.9 1.9 1.6 1.9
350 0.099 0.099 0.0763 0.1013 2.7 2.7 1.6 2.8 8.1 8.1 4.8 8.5 2.0 2.0 1.7 2.0
400 0.099 0.099 0.0763 0.1013 3.1 3.1 1.8 3.2 9.2 9.2 5.5 9.7 2.1 2.1 1.8 2.1
450 0.099 0.099 0.0763 0.1013 3.5 3.5 2.1 3.6 10.4 10.4 6.2 10.9 2.2 2.2 1.8 2.2
500 0.099 0.099 0.0763 0.1013 3.8 3.8 2.3 4.0 11.5 11.5 6.9 12.1 2.3 2.3 1.9 2.3
Dalam aplikasinya akan sangat lebih baik apabila di dalam menjaga sistem sirkulasi lumpur
pemboran dibuat 2 mud pit yang saling terkoneksi, dimana hal ini untuk menjaga kualitas mud
yang akan dimasukan lagi ke dalam lubang bor.
Mud pit yang pertama berfungsi untuk menampung cutting yang terbawa ke permukaan dan
mengendapkannya kemudian endapan itu bisa dikuras setiap saat. Mud nya sendiri disalurkan ke
dalam Mud Pit kedua agar Mud tersebut masih bisa digunakan kembali.
Mud Pit kedua berfungsi sebagai tempat mencampur Mud dengan Air sehingga dihasilkan mud
dengan viscositas yang sesuai. Jumlah Air yang masuk dari Water Supply Pump, jumlah
campuran mud serta air mud dari Mud Pit pertama harus dikelola sedemikian ruma sehingga
viscositas mud di Mud Pit kedua tetap terjaga.
Pengukuran dengan Marsh Funnel harus dilakukan berkala setiap 4 jam sekali untuk mengetahui
viscositas lumpur pemboran tersebut agar diketahui kapan harus ditambah mud atau kapan
ditambah air.
Refferences:
1. Driller Manual, 2005, Thomas C. Ruda & Peter J. Bosscher, National Drilling Association
2. Australian Drilling Manual 3rd Edition, 1992, Australian Drilling Industry Training Commeittee
Ltd
3. Bentonite for Drilling Practice
4. Mud Engineering
5. Slurry Testing
6. Mud Product of Fluidstar and Australian Mud Company