Makalah Kerusakan Hutan Tropis
Makalah Kerusakan Hutan Tropis
Makalah Kerusakan Hutan Tropis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah lingkungan adalah perubahan keadaan lingkungan yang cenderung
memburuk secara kualitas. Saat ini masalah lingkungan telah menjadi suatu isu global
yang paling sering dibahas. Begitu pun secara nasional, masalah lingkungan sudah
mulai mendapat sorotan dari pemerintah dan masyarakat.
Penyebab utama masalah lingkungan di Indonesia adalah keadaan atau masalah
kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia ditandai oleh laju pertumbuhan
penduduk yang relative tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, dan mutu
kehidupan yang masih perlu ditingkatkan.
Masalah lingkungan akan menimbulkan kerusakan alam dan lingkungan tentunya.
Ada beberapa masalah lingkungan secara nasional (Indonesia), salah satunya adalah
kerusakan hutan tropis. Sungguh tragis memang, hutan tropis yang merupakan
ekosistem terkaya di bumi dan berperan penting dalam hidrologi regional,
penyimpanan karbon, dan iklim global, terus mengalami kerusakan di setiap tahunnya.
Indonesia memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Luas hutan
alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga
saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource
Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan
tahun menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju
kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada
periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia
merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di
Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta
hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam
kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar
kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana
kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Hutan Indonesia selama ini merupakan
sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia
makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat
Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan
sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan
Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia dan
sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan. Oleh
karena itu kerusakan hutan tropis perlu mendapat perhatian khusus dan tindak lanjut
yang nyata dari pemerintah maupun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Usaha-usaha pelestarian lingkungan, termasuk didalamnya pelestarian hutan, tidak
akan berhasil tanpa didukung oleh kesadaran manusianya. Maka dari itu, dalam
kerangka memelihara lingkungan mulailah dari yang kecil seperti membuang puntung
rokok pada tempatnya. Mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari sekarang. Mari kita
cintai diri kita dan makhluk lain dibumi dengan senantiasa menjaga dan memelihara
lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan karena berkat rahmat dan
petunjuk-Nya juga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui penyebab-penyebab dan
dampak dari kerusakan hutan di Indonesia. Adapun tujuan lain dari penyusunan makalah
ini adalah untuk memenuhi salah satu tugtas mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan
semester satu program studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengalami beberapa kesulitan seperti dalam
mendapatkan informasi mengenai kerusakan yang terjadi di seluruh Indonesia.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan sumbangsih dalam dunia
pendidikan dan berharap pula ada penulis yang mengapresiasi karya ini, baik berupa
saran maupun kritik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah Yang Terjadi........................................................................ 2
BAB II. KERUSAKAN HUTAN....................................................................................... 4
2.1. Hutan............................................................................................................................
4
2.1.1. Pengertian Hutan................................................................................................ 4
2.1.2. Fungsi Hutan...................................................................................................... 5
2.1.3. Bagian-bagian Hutan.......................................................................................... 8
2.1.4. Macam-macam Hutan........................................................................................ 9
2.2. Ancaman Kerusakan Hutan.........................................................................................
14
2.2.1. Kondisi Hutan Saat ini....................................................................................... 14
2.2.2. Faktor Penyebab Deforestasi di Indonesia........................................................ 16
2.3. Dampak Kerusakan Hutan..........................................................................................
22
BAB III. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN............................................... 25
3.1. Pencegahan Kerusakan Hutan....................................................................................
25
3.2. Penanggulangan Kerusakan Hutan.............................................................................
28
BAB IV. PENUTUP......................................................................................................... 29
4.1. Kesimpulan.................................................................................................................
29
4.2. Saran...........................................................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 30
BAB I
LATAR BELAKANG
BAB II
KERUSAKAN HUTAN
2.1. Hutan
2.1.1. Pengertian Hutan
Hutan merupakan sebuah wilayah atau kawasan yang ditumbuhi aneka pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan hutan tersebar luas di penjuru dunia, baik di daerah
tropis maupun daerah dengan iklim yang dingin di dataran rendah maupun di
pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah
tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan
sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena
secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan
bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika
kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang
hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya.
Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga
yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian
penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air
bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman.
Sebagai bagian dari cagar lapisan biosfer, hutan memiliki banyak fungsi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Tak hanya manusia, hewan dan
tumbuhan pun sangat memerlukan hutan untuk kelangsungan hidupnya. Kawasan yang
ditumbuhi pepohonan tersebut akan dikatakan hutan apabila kawasan ini mampu
menciptakan sebuah iklim dan kondisi yang khas di daerah itu. Sebagai contoh saat kita
memasuki hutan tropis, maka kita akan merasa memasuki daerah dengan suasana
hangat dan lembab. Suasana ini tentu akan berbeda dengan suasana di kawasan luar
hutan tersebut.
2.1.2. Fungsi Hutan
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis dan fungsi
ekonomis. yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai fungsi ekologis
Allah menciptakan hutan bukan sekedar melengkapi keindahan bumi-Nya, namun di sini
lah kita akan menemukan fungsi hutan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di
muka bumi. Ada beberapa fungsi hutan yang sangat vital bagi kehidupan makhluk di
bumi, diantaranya adalah sebagai berikut
1) Menghasilkan Oksigen bagi Kehidupan dan Menyerap Karbon Dioksida
Hutan menghisap karbon dari udara dan mengembalikan oksigen (O2) kepada
manusia. Hutan adalah kumpulan pepohonan yang berperan sebagai produsen oksigen.
Tumbuhan hijau akan menghasilkan oksigen dari hasil proses fotosintesis yang
berlangsung di daun tumbuhan tersebut. Dengan jumlah pepohonan yang cukup luas,
tentunya hutan akan memberikan suplay kebutuhan oksigen yang cukup besar bagi
kehidupan di muka bumi ini.
Hutan melakukan penyaringan udara yang kotor akibat pencemaran kendaraan
bermotor, pabrik-pabrik, usaha-usaha pertambangan, aktivitas rumah tangga
masyarakat, maka hilangnya hutan berarti bumi tidak memiliki keseimbangan untuk
mempertahankan keseimbangan atas tersedianya oksigen yang sangat dibutuhkan oleh
mahluk hidup dalam melaksanakan proses respirasi (pernapasan). Hal ini juga dapat
mengakibatkan udara di bumi menjadi semakin panas karena begitu banyaknya bahan
pencemar yang menyelimuti bumi dan mengurung hawa panas bumi untuk dipantulkan
lagi ke bumi (efek rumah kaca). hutan sebagai tempat hidup berbagai macam tumbuh-
tumbuhan, hewan dan jasad renik lainnya. semua bahan yang dimakan berasal dari flora
dan fauna yang plasma nutfahnya berkembang di hutan. Semua obat yang
menyembuhkan penyakit berasal dari bahan hasil plasma nutfah hutan.
Bisa dibayangkan bagaimana bumi ini tanpa hutan. Sebagai contoh saat kita berada
di kawasan padang tandus yang tidak ditumbuhi pepohonan hijau. Bandingkan ketika
kita bisa berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang. Tentu akan terasa jelas
perbedaan suasana yang kita rasakan. Begitulah fungsi hutan sebagai penyedia oksigen
kehidupan.
Selain itu, karbon dioksida (CO2) dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses
fotosintesis. Sebuah keseimbangan alam yang luar biasa telah Allah ciptakan untuk
kehidupan manusia. Karbon dioksida adalah gas berbahaya apabila dihirup secara
berlebih oleh manusia. Sebagai contoh Anda menghirup asap kendaraan bermotor, ini
jelas akan sangat membahayakan manusia.
Namun ternyata di sisi lain tumbuhan memerlukan gas tersebut untuk
menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan makhluk bumi. Keberadaan hutan yang
luas di muka bumi, akan memberikan peluang penyerapan karbon dioksida yang lebih
besar. Akibatnya udara di muka bumi akan bersih dan jumlah oksigen yang dihasilkan
hutan pun akan semakin besar.
Inilah fungsi hutan yang luar biasa Allah ciptakan untuk manusia. karbon dioksida
(CO2) adalah gas penyebab efek rumah kaca.
2) Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat yang
tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui
proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian
akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang
mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang
stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting.
Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih dan sehat.
3) Peredam Kebisingan
Pohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan cara
mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang
paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan
daun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat
dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang
sumbernya berasal dari bawah.
4) Penyerap Partikel Timbal dan Debu Semen
Kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara di
daerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udara perkotaan
berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman tumbuhan yang
terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan kandungan timbal dari
udara.
Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat
mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di
udara bebas harus diturunkan kadarnya.
5) Mencegah Erosi
Keberadaan kawasan hutan yang luas juga akan membantu mencegah erosi atau
pengikisan tanah. Pengikisan tanah dapat disebabkan oleh air. Hutan yang luas akan
menyerap dan menampung sejumlah air yang besar. Akibatnya banjir dan tanah longsor
dapat dikembalikan.
Kawasan yang tandus dan gersang biasanya akan rawan dengan bencana longsor.
Inilah fungsi hutan yang lain dan kerap kita lupakan. Para penebang hutan secara liar
melakukan penggundulan hutan tanpa rasa tanggung jawab terhadap keselamatan
bumi. Mereka sebenarnya tak hanya berkhianat kepada banyak orang, tapi juga kepada
bumi sebagai tempat tinggal mereka.
6) Mengatasi Intrusi Air Laut dan Abrasi
Kota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun
terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalam pembangunan
hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harus betul-betul
diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni membangun hutan lindung kota
pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang
rendah.
Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak
dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan
selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses
pembentukan daratan.
7) Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui
proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan
beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin
dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses
through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar
maupun dari daun jarum.
Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan
mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4
akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang
bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan
daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak
begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon
lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.
8) Ameliorasi Iklim
Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah
berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan.
Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang
hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat,
jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain.
sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan
radiasi balik (reradiasi) dari bumi.
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung
pada ukuran dan kerapatannya.
9) Penyerap dan Penapis Bau
Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen
mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau
tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau.
10) Kawasan Lindung dan Pariwisata
Hutan juga berfungsi sebagai tempat untuk melindungi aneka hewan dan tumbuhan
langka. Habitat mereka dilestarikan di kawasan hutan khusus. Di samping itu hutan juga
dapat berfungsi sebagai objek penelitian, tempat wisata dan berpetualang.
2. Sebagai fungsi ekonomis
Manusia telah memanfaatkan hutan dari generasi ke generasi. Pemanfaatan yang
dikenal manusia dari hutan adalah pengambilan hasil hutan, terutama kayu. Kayu
tersebut dapat dijual secara langsung ataupun diproduksi menjadi barang lain, seperti
alat furnitur. Pengambilan mulai dari kayu ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu
bakar dimanfaatkan manusia baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil
devisa negara. Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya
sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah. Sebagai contoh, pohon mahoni di
hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta.
Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat
dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan
taraf gizi dan penghasilan masyarakat.
3) Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau
keindahan alam.
o Cagar alam
o Suaka alam
4) Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi
untuk pengelolaan non-kehutanan.
b. Berdasarkan iklim
Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis,
dan hutan muson.
Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober
dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan;
bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.
Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli,
serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian
timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.
Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan
bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau
Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.
1) Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera,
sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.
Hutan gambut di Kalimantan Tengah
2) Hutan hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar
garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan
jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus
tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai
pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan
merugikan negara trilyunan rupiah. Hutan ini menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis
hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara,
dan Papua. Di bagian barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili
Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea).
Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae,
dan Guttiferaceae. Di bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium,
Parinari, Agathis, dan Kalappia.
Hutan Hujan Tropis di Sumatera
3) Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai
selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun
(Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan
kayuputih (Melaleuca leucadendron).
c. Berdasarkan sifat tanahnya
Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan
mangrove, dan hutan rawa.
Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti
di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru
(Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus
tectorius).
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah
tumbuh di hutan rawa. Hutan ini terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium
leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).
Hutan Rawa di Sumatera
4. Hutan Produksi / Hutan Industri yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk
menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan
menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan
yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang
biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia
harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup
umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
d. Berdasarkan pemanfaatan lahan
Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut:
Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950
162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta
Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang mencapai
93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai berikut:
1. Hutan tetap : 88,27 juta ha
2. Hutan konservasi : 15,37 juta ha
3. Hutan lindung : 22,10 juta ha
4. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
5. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
6. Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha.
7. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha.
Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan
(28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan Maluku
Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).
4) llegal logging
7) Kebakaran Hutan
Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk membuka
lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau kegiatan operasi
HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan
belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994
dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98. Sebagian dari lahan ini
tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para petani skala
kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan
hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif.
Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang
menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada
musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun,
apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya
konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan terganggu.
Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan
mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah
permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah secara
lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit
dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan-bulan). Dan baru bisa mati total
setelah adanya hujan yang intensif.
Selain penyebab di atas kerusakan hutan di Indonesia juga disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
a) Kepentingan Ekonomi
Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan
daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang
berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini
berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas
pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi sumberdaya yang paling
optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara yang kapabilitas teknologinya
rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan industrinya pada bidang yang
padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya pemahaman bahwa
mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan
murah untuk mendapatkan devisa ekspor. Industrialisasi di Indonesia yang belum
mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri
padat seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut
membuat Indonesia terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan
untuk dapat membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas
Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada produk-produk yang padat seperti hasil-
hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan eksplorasi hasil hutan lainnya
terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatan-kegiatan ini sering dilakukan
dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitas-aktivitas illegal yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya
memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.
b) Penegakan Hukum yang Lemah
Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan bahwa
lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan
Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di
lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan
bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling
bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal
yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini sering juga
melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng
pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas
kehutanan. Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik
diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat
diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.
c) Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk
menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk
kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih
sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia
sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada
manusia untuk menguasai hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak
yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih banyak
di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan kepentingan
sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya hutanpun dianggap hanya sebagai
sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa
melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan
sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan
perkebunan atau penambangan dengan alasan untuk pembangunan serta menampung
tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu
dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan
kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga
seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam
mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KERUSAKAN
HUTAN
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya
terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan
kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah,
dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-
undang dan peraturan pemerintah.
2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap
sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan
hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan
melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan
selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan
secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran
atau dalam kawasan hutan.
3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada
masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan,
peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan,
peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, dan
penebangan liar ,pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas
4. Akibat penebangan hutan, 2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga
mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.
4.2. Saran
Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan
sumber kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan
manusia akan berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian
hutan jangan lah dianggap mudah.
Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-
baiknya dan juga tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya,
cegah agar tidak terjadi kerusakan dihutan kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan [30/11/2010:19.00]
http://syadiashare.com/jenis-dan-fungsi-hutan.html [30/11/2010:19.10]
http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutan-deforestasi-di-indonesia
[30/11/2010:19.35]
http://id.wikipedia.org/wiki/Deforestasi [01/12/2010:20.00]
http://forumteologi.com/blog/2007/05/27/kerusakan-hutan-di-indonesia [01/12/2010:20:15]
http://cahayahari.multiply.com/reviews/item/3 [01/12/2010:20.30]
http://sixooninele.blogspot.com/2010/05/indonesia-alami-kerusakan-hutan-18-juta.html
[02/12/2010:15.30]
http://rivafauziah.wordpress.com/2010/03/14/dampak-penggundulan-hutan
[10/12/2010:19.20]
http://www.anneahira.com/penyebab-kerusakan-hutan.htm [10/12/2010:19.20]
Sumber Gambar :
Hutan Hujan Tropis di Bukit Barisan Sumatera :
http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=51:tipe-
hutan-di-indonesia&catid=10:green-economics&Itemid=15 [10/12/2010:20.00]
Illegal Logging
http://equal-life.blogspot.com/2009/09/timber-legality-verification-system.html
[10/12/2010:20.17]