Jurnal Pesisir

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR BERBASIS SUSTAINABLE

DEVELOPMENT DI KABUPATEN SAMPANG


(STUDI PADA BAPPEDA KABUPATEN SAMPANG)

Dian Marliana, Sarwono, Mochammad Rozikin


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail : [email protected]

Abstract: This study aimed to describe the implementation of coastal areas policy management
based on sustainable development in Sampang Regency. It is because the coastal area is an area
with big potential to be developed and be maintaned its preservation by utilization of coastal
resources and the use of function areas in a planned, rational, responsible, harmonious and
balanced with environmental preservation to improve the welfare of the people. With the spatial
planning will provide the regularity in the implementation of developmnet and will avoid the
occurrence of abuse in the allocation of space and excessively use of resources without regard to
aspect of sustainability.The research method is descriptive qualitative approach, with focus on (1)
coastal area management policies based on sustainable development in Sampang regency (2)
impact of policy implementation of those policy. The result of this research that in terms of coastal
area management in Sampang regency referring to article 7 The Regional Spatial Planning 2010-
2029, which is the policy development of coastal areas and small island in Sampang regency in a
sustainable with 4 strategies in it. So far the implementation of the strategy set out only three that
have been well realized.

Keywords : Policy, the Regional Spatial Planning, Coastal Areas

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan


pengelolaan wilayah pesisir berbasis sustainable development di Kabupaten Sampang. Hal ini
dikarenakan wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan
dijaga kelestariannya dengan melakukan pendayagunaan sumber daya pesisir serta pemanfaatan
fungsi wilayah secara terencana, rasional, bertanggung jawab, serasi dan seimbang dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan adanya
perencanaan penataan ruang maka akan memberikan adanya keteraturan dalam pelaksanaan
pembangunan dan akan menghindari terjadinya penyalahgunaan dalam peruntukan ruang dan
pemanfaatan sumber daya secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan.Metode
dalam penelitian adalah menggunakan pendekatan dekskriptif kualitatif, dengan fokus (1) kebijakan
mengenai pengelolaan wilayah pesisir berbasis sustainable development di Kabupaten Sampang (2)
dampak implementasi kebijakan mengenai kebijakan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa dalam hal pengelolaan wilayah pesisir, Kabupaten Sampang mengacu pada pasal 7 Rencana
Tata Ruang Wilayah 2010-2029, yang merupakan kebijakan pengembangan wilayah pesisir dan
pulau kecil di Kabupaten Sampang secara berkelanjutan dengan 4 strategi di dalamnya. Sejauh ini
implementasi dari strategi yang telah ditetapkan tersebut hanya tiga yang telah terealisasi dengan
baik.

Kata Kunci : Kebijakan, Rencana Tata Ruang Wilayah, Wilayah Pesisir

Pendahuluan wilayah secara terencana, serasi, seimbang


Indonesia merupakan negara kepulauan dan bertanggung jawab dengan
yang memiliki 17.508 pulau serta garis memperhatikan aspek kelestarian
pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut lingkungan dengan tujuan untuk
sekitar 3,1 juta km2. Kawasan pesisir pantai meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Indonesia yang memiliki kekayaan sangat Salah satu kepulauan di Indonesia
besar tersebut harus dijaga kelestariannya adalah Pulau Madura sebagai kawasan
dengan melakukan pemanfaatan fungsi pesisir yang sebagian besar wilayahnya

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 80


berbatasan langsung dengan laut. Sampang maka menjadikan landasan hukum bagi
merupakan salah satu Kabupaten di Pulau daerah untuk mengembangkan daerahnya
Madura yang termasuk dalam kawasan sendiri dengan kata lain pemerintah pusat
pesisir yang berada di sebelah utara bagian memberikan kewenangan terhadap
timur Pulau Jawa. Kabupaten Sampang pemerintah daerah untuk mengatur dan
secara administrasi terletak dalam wilayah mengurus rumah tangganya sendiri.
Propinsi Jawa Timur yang mempunyai luas
wilayah seluas 1.233,30 km2. Tinjauan pustaka
Wilayah pesisir yang kaya aneka ragam 1. Kebijakan Publik
hayati, perlu diatur mengenai kebijakannya Titmuss (1974) dalam Suharto
yang harus sustainable, penyelenggaraan (2008,h.7) mendefinisikan kebijakan
penataan ruang tersebut tentunya harus sebagai prinsip-prinsip yang mengatur
memperhatikan kondisi geografis, sosial tindakan yang diarahkan kepada tujuan-
budaya seperti demografi, sebaran tujuan tertentu. Kebijakan menurut
penduduk, serta aspek potensial dan Titmuss, senantiasa berorientasi kepada
strategis lainnya. Hasil dari masalah (problem-oriented) dan
penyelenggaraan penataan ruang ini berorientasi kepada tindakan (action-
diharapkan dapat mewujudkan oriented). Dengan demikian dapat
pembangunan berkelanjutan (Sustainable dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu
Development) yang dapat memadukan pilar peraturan atau ketetapan yang mengatur
ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan mengenai cara-cara bertindak yang dibuat
pemerataan pembangunan. secara terencana dan konsisten untuk
aspek keberlanjutan dalam suatu memecahkan masalah yang ada dan untuk
pembangunan itu penting, maka diperlukan mencapai suatu tujuan yang telah
adanya kebijakan yang tepat dalam suatu ditetapkan.
wilayah. Dalam UU No. 32/2009 tentang Beberapa konsep kunci yang termuat
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dalam kebijakan publik menurut Young dan
Hidup Pasal 1 Butir 10 Kajian Lingkungan Quinn, 2002,h.5-6) dalam Suharto
Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian (2008,h.44) :
analisis yang sistematis, menyeluruh dan a. Tindakan pemerintah yang
partisipatif untuk memastikan bahwa berwenang. Kebijakan publik adalah
prinsip pembangunan berkelanjutan telah tindakan yang dibuat dan
menjadi dasar dan terintegrasi dalam diimplementasikan oleh badan
pembangunan suatu wilayah dan atau pemerintah yang memiliki
kebijakan, rencana dan atau program. kewenangan hukum, politis dan
Namun seringkali terjadi pelanggaran pada finansial untuk melakukannya.
daerah kawasan pesisir Pantai Camplong, b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan
pada daerah ini kerap kali terjadi dan masalah dunia nyata. Kebijakan
penyimpangan berupa eksploitasi sumber publik berupaya merespon masalah
daya alam misalnya dengan mengeruk pasir atau kebutuhan kongkrit yang
pantai yang dilakukan oleh masyarakat berkembang di masyarakat.
sekitar untuk memenuhi kebutuhan c. Seperangkat tindakan yang
hidupnya. Jika hal tersebut terus dilakukan berorientasi pada tujuan. Kebijakan
dan tidak ada upaya penanganan yang publik biasanya bukanlah sebuah
serius dari pihak pemerintah, maka keputusan tunggal, melainkan terdiri
dikhawatirkan akan terjadi kelangkaan dari beberapa pilihan tindakan atau
sumber daya hayati di kawasan pesisir strategi yang dibuat untuk mencapai
tersebut. Serta akan terjadi konflik yang tak tujuan tertentu demi kepentingan
terkendali di kalangan masyarakat itu orang banyak.
sendiri karena memiliki kepentingan d. Sebuah keputusan untuk melakukan
sendiri-sendiri. atau tidak melakukan sesuatu.
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Kebijakan publik pada umumnya
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, merupakan tindakan kolektif untuk

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 81


memecahkan masalah sosial. Namun, “De” atau lepas dan “Centrum” atau pusat.
kebijakan publik bisa juga Jadi desentralisasi itu berarti melepaskan
dirumuskan berdasarkan keyakinan diri dari pusat. Hal ini menunjukkan adanya
bahwa masalah sosial akan dapat kewenangan yang diberikan oleh pusat
dipecahkan oleh kerangka kebijakan kepada bawahannya untuk melaksanakan
yang sudah ada dan karenanya tidak sesuatu, tetapi tetap ada hubungan antara
memerlukan tindakan tertentu. pusat dan bawahannya. Kaitannya dengan
e. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh penelitian ini, pada pasal 14 UU Otonomi
sesorang atau beberapa orang aktor. Daerah Tahun 2004 pemerintah daerah
Kebijakan publik berisi sebuah diberi kewenangan dalam kegiatan
pernyataan atau justifikasi terhadap perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan
langkah-langkah atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Hal
tindakan yang telah dirumuskan, tersebut juga diatur dalam UU No. 26
bukan sebuah maksud atau janji yang Tahun 2007, yang merupakan
belum dirumuskan. Keputusan yang penyempurnaan dari UU No. 24 Tahun
telah dirumuskan dalam kebijakan 1992, tentang penataan ruang yang
publik bisa dibuat oleh sebuah badan menjelaskan bahwa setiap daerah kabupaten
pemerintah, maupun oleh beberapa memiliki kewenangan untuk menyusun dan
perwakilan lembaga pemerintah. mengatur dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
2. Proses Kebijakan Publik
Secara teknis hanya dibedakan dalam 4. Pembangunan Berkelanjutan
tiga tahapan, yaitu (1) policy formulation Menurut Suryono (2001,h.51)
(2) policy implementation dan (3) policy Pembangunan merupakan suatu proses
evaluation. Tahap formulasi kebijakan kegiatan yang direncanakan dalam upaya
(policy formulation) ini merupakan tahapan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
yang sangat penting untuk menentukan perubahan sosial dan modernisasi bangsa
tahapan berikutnya pada proses kebijakan untuk mencapai peningkatan kualitas hidup
publik. Menurut Irfan Islamy (1988) dalam manusia dan kesejahteraan rakyat.
Agustino (2008,h.119), bahwa perumusan Pembangunan berkelanjutan menurut
usulan kebijakan yang baik dan Sughandy (2000) dalam Sughandy
komprehensif akan sangat dipengaruhi oleh (2007,h.26) merupakan suatu proses
keberhasilan para analis kebijakan dalam pembangunan yang mengoptimalkan
merumuskan masalah kebijakan itu sendiri. manfaat sumber daya alam dan sumber
Tahap yang kedua, tahap implementasi daya manusia secara berkelanjutan dengan
kebijakan merupakan suatu proses yang cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai
begitu kompleks dan terkadang bermuatan dengan kemampuan sumber alam yang
politis dengan berbagai kepentingan di menopangnya dalam suatu ruang wilayah
dalamnya. Tahap yang ketiga adalah tahap daratan, lautan dan udara sebagai satu
evaluasi kebijakan, Menurut Lester dan kesatuan.
Stewart (2000,h.126) dalam Agustino
(2008,h.185) evaluasi ditujukan untuk 5. Tata Ruang
melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu Tata ruang dalam UU No. 26 Tahun
kebijakan dan untuk mengetahui apakah 2007 tentang Penataan Ruang, diartikan
kebijakan yang telah dirumuskan dan sebagai wujud struktur ruang dan pola
dilaksanakan dapat menghasilkan dampak ruang. Sedangkan struktur ruang adalah
yang diinginkan. susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang
3. Desentralisasi berfungsi sebagai pendukung kegiatan
Desentralisasi diatur dalam pasal 18 sosial ekonomi masyarakat yang secara
Undang-Undang Dasar 1945. Namun hierarkis memiliki hubungan fungsional.
demikian, desentralisasi dari asal usul Selain itu, Tarigan (2004,h.51)
bahasa berasal dari bahasa Latin, yaitu mengemukakan bahwa perencanaan tata

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 82


ruang wilayah adalah suatu proses yang definisi wilayah pesisir yang digunakan di
melibatkan banyak pihak dengan tujuan Indonesia adalah daerah pertemuan antara
agar penggunaan ruang itu memberikan darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir
kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada meliputi bagian daratan, baik kering
masyarakat dan terjaminnya kehidupan maupun terendam air, yang masih
yang berkesinambungan. dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
Di Indonesia, pengembangan wilayah surut, angin laut dan perembesan air asin;
dilaksanakan melalui alat penataan ruang. sedangkan ke arah laut wilayah pesisir
Oleh karena itu, ditempuh melalui upaya mencakup bagian laut yang masih
penataan ruang yang terdiri dari 3 (tiga) dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
proses utama, yakni : terjadi di darat seperti sedimentasi dan
a. Proses perencanaan tata ruang aliran air tawar, maupun yang disebabkan
wilayah yang menghasilkan rencana oleh kegiatan manusia di darat seperti
tata ruang wilayah (RTRW). penggundulan hutan dan pencemaran.
Disamping sebagai “guidance of
future actions” RTRW pada dasarnya Metode Penelitian
merupakan bentuk intervensi yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
dilakukan agar interaksi manusia/ deskriptif kualitatif, menurut Faisal
makhluk hidup dengan (1999,h.18), penelitian deskriptif itu
lingkungannya dapat berjalan serasi, merupakan suatu penelitian sebagai upaya
selaras, seimbang untuk tercapainya eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu
kesejahteraan manusia/makhluk fenomena atau kenyataan sosial (karenanya
hidup serta kelestarian lingkungan sering pula disebut dengan penelitian
dan keberlanjutan pembangunan eksplorasi).
(development sustainability). Pendekatan kualitatif adalah prosedur
b. Proses pemanfaatan ruang, yang yang menghasilkan data-data deskriptif
merupakan wujud operasionalisasi yang meliputi kata-kata tertulis atas lisan
rencana tata ruang atau pelaksanaan dari orang-orang yang memahami objek
pembangunan itu sendiri. penulisan yang sedang dilakukan dan
c. Proses pengendalian pemanfaatan didukung oleh studi literatur berdasarkan
ruang yang terdiri atas mekanisme pengalaman kajian pustaka, baik berupa
perizinan dan penertiban terhadap data penulisan kata-kata maupun angka
pelaksanaan pembangunan agar tetap yang dapat dipahami dengan baik
sesuai dengan RTRW dan tujuan (Moleong, 2002). Fokus dalam penelitian
penataan ruang wilayahnya. ini adalah : (1) Implemetasi kebijakan
(Kementerian Pekerjaan Umum, mengenai pengelolaan wilayah pesisir
Direktorat Jenderal Penataan Ruang berbasis sustainable development di
http://www.penataanruang.net). Kabupaten Sampang yang di jalankan (2)
Dampak implementasi Kebijakan mengenai
6. Wilayah Pesisir kebijakan tersebut.
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri, Pembahasan
1996,h.5-6). Dalam Undang-undang Nomor 1. Kebijakan Mengenai Pengelolaan
27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Sustainable
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Development Di Kabupaten Sampang
(selanjutnya PWK-PK) Pasal 1 Ayat (2), Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang
disebutkan bahwa wilayah pesisir adalah dalam hal ini BAPPEDA telah membuat
daerah peralihan antara ekosistem darat dan RTRW Kabupaten Sampang 2010-2029.
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di Perencanaan yang dibuat ini merupakan
darat dan laut. suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh
Hal serupa juga di ungkapkan oleh pemerintah untuk bisa mengatur ataupun
Soegiarto (1976) dalam Dahuri (1996,h.8) , menata ruang yang pada dasarnya terbatas,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 83


sementara kegiatan manusia terus aktor yang terlibat yakni, masyarakat
meningkat. dan kelompok tani bakau.
Selain itu juga ada beberapa kebijakan
yang telah disusun dalam RTRW c. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan
Kabupaten Sampang 2010-2029 untuk lindung pada pemanfaatan bakau dan
meraih tujuan penataan ruang wilayah terumbu karang; merupakan upaya
Kabupaten Sampang yang merupakan untuk meningkatkan value di kawasan
kebijakan struktur ruang, pola ruang dan lindung agar bisa bermanfaat. Program
kawasan strategis. Dari kebijakan-kebijakan kegiatan dari strategi ini belum ada dan
tersebut maka kemudian dirumuskan 4 memang belum di implementasikan
strategi. Kebijakan dan strategi penataan karena membutuhkan proses dan jangka
ruang wilayah Kabupaten Sampang tersebut waktu menengah-panjang.
bernama kebijakan pengembangan wilayah
pesisir dan pulau kecil di Kabupaten secara d. Mengendalikan kawasan hutan
berkelanjutan dengan strategi meliputi: mangrove di wilayah pesisir selatan;
a. Merencanakan zonasi kawasan pesisir regulasinya berupa UU No. 41 Tahun
Kabupaten; merupakan arahan 1999 tentang kehutanan, Permenhut P.
pemanfaatan sumber daya di wilayah 70 menhut II/2008 tentang pedoman
pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten teknis rehabilitasi hutan dan lahan, serta
Sampang yang harus diserasikan, perpres No. 73 Tahun 2012 tentang
diselaraskan dan diseimbangkan dengan Strategi Nasional Pengelolaan
RTRW. Regulasinya berupa UU No. 27 Ekosistem Mangrove (SNPEM).
Tahun 2007 yang di dalamnya Programnya berupa “Perlindungan dan
diamanatkan bagi Pemda untuk Konservasi Sumber daya Hutan”.
merencanakan wilayah lautnya. Pemda Kegiatannya berupa pelestarian dan
mendapat bantuan teknis dari Dirjen pengembangan hutan mangrove, yakni
Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil rehabilitasi serta penanaman mangrove
(Ditjen KP3K) melalui Balai di Pesisir Desa Taddan. Sumber daya
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan pendukungnya berupa SDM, SDA
Laut (BPSPL) yang dilakukan mulai (lahan), Dana (APBD dan APBN), bibit
2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah mangrove, Bambu atau gorong-gorong
tersedianya acuan bagi Pemerintah Pusat dan linggis. Aktornya dari Dinas
dan Daerah dalam menyusun dan Kehutanan dan Perkebunan yang
melaksanakan program pembangunan termasuk dalam tim KKMD (Kelompok
jangka menengah dan panjang. Sumber Kerja Mangrove Daerah), kelompok tani
dana program ini berasal dari APBD bakau Desa Taddan, CSR (BPRS,
Kabupaten/Kota, APBD Provinsi dan Sampang Mandiri Perkasa, Sampang
APBN. Sarana Shorebase, Geliat Sampang
Mandiri). SOP nya berupa RKA
b. Memantapkan kerjasama antara (Rencana Kerja Anggaran), DPA (
pemerintah dan masyarakat setempat Dokumen Pelaksana Anggaran) dan
dalam mengembangkan dan baru menetapkan organisasi pelaksana.
memelihara ekosistem pesisir; Pemda
memiliki program bernama peningkatan Kebijakan-kebijakan yang telah
edukasi masyarakat di bidang ditetapkan tersebut dibuat berdasarkan isu-
lingkungan, dengan kegiatan berupa isu permasalahan yang ada, yang kemudian
pembuatan papan himbauan pada kebijakan tersebut diharapkan dapat
masyarakat mengenai mangrove pada menjadi solusi ataupun pedoman yang bisa
tahun 2012. Sumber daya pendukung digunakan untuk mencapai tujuan yang
dari program/kegiatan ini berupa SDM telah dicita-citakan. Menurut Titmuss
(masyarakat Desa Taddan dan Dinas (1974) dalam Suharto (2008,h.7)
BLH) serta papan himbauan itu sendiri, mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 84


prinsip yang mengatur tindakan yang ekosistem pesisir di Desa Taddan serta
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. mengendalikan kawasan hutan mangrove di
wilayah pesisir selatan juga memberikan
2. Dampak Implementasi Kebijakan dampak positif, di antaranya sebagai
Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis pelindung terjadinya abrasi pantai, peredam
Sustainable Development Di gelombang dan angin, tempat
Kabupaten Sampang berkembangnya biota laut seperti ikan dan
a. Ekonomi udang serta penahanan intrusi air laut ke
Strategi yang dikeluarkan oleh darat, selain itu penanaman mangrove
BAPPEDA dalam mengendalikan kawasan (bakau) yang dilakukan di Desa Taddan
hutan mangrove (bakau) di wilayah pesisir Kecamatan Camplong memperluas area
selatan dengan program perlindungan dan mangrove (bakau) yang ada.
konservasi sumber daya hutan melalui
kegiatan pelestarian dan pengembangan Kesimpulan
hutan bakau secara tidak langsung Berdasarkan hasil penelitian yang telah
memberikan dampak positif dari segi dilakukan oleh peneliti dengan mengolah
ekonomi yakni meningkatnya hasil data-data yang sudah didapatkan maka
tangkapan ikan yang diperoleh oleh nelayan dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir
di Desa Taddan Kecamatan Camplong. merupakan suatu kawasan yang sangat
Mangrove itu sendiri memiliki banyak potensial sekali untuk dikembangkan
manfaat di antaranya sebagai pelindung menjadi lebih baik, akan tetapi kawasan
abrasi pantai, peredam gelombang dan pesisir tersebut juga harus dilestarikan
angin, tempat berkembang biota laut dan dengan melakukan pendayagunaan sumber
penahan intrusi air laut ke darat. Fungsi daya pesisir serta pemanfaatan fungsi
sebagai tempat berkembang biota laut inilah wilayah secara terencana dan rasional. Di
yang memberikan dampak positif dari segi Kecamatan Camplong sendiri ternyata
ekonomi. Dengan tumbuhnya tanaman masih seringkali ditemukan pelanggaran
mangrove maka udang, ikan akan dapat seperti pengerukan pasir. Jika hal tersebut
berpijak dan berkembang. Sehingga hasil terus dilakukan, maka dikhawatirkan akan
tangkapan nelayan pun dapat meningkat. terjadi kelangkaan sumber daya hayati yang
ada dikawasan pesisir itu sendiri. Sebagai
b. Sosial salah satu upaya untuk menangani masalah
Kegiatan pelestarian dan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sampang
pengembangan hutan bakau (mangrove) menggunakan RTRW 2010-2029 sebagai
yang diupayakan Pemerintah Daerah, acuannya.
mendorong masyarakat Desa Taddan untuk Faktanya, ternyata dengan
bergotong royong dalam kegiatan diimplementasikannya strategi untuk
pelestarian ekosistem serta pengendalian pengembangan wilayah pesisir dan pulau
kawasan hutan mangrove yang tergabung kecil di Kabupaten Sampang secara
dalam kelompok tani yang ada. Selain itu, berkelanjutan yang telah tercantum dalam
masyarakat bisa belajar untuk berorganisasi RTRW 2010-2029, ada beberapa dampak
dengan terbentuknya kelompok tani bakau positf yang diperoleh, di antaranya dari segi
yang ada. ekonomi, Kecamatan Camplong mengalami
peningkatan PDRB mulai tahun 2010-2011
c. Lingkungan dalam sektor perikanan sebanyak 6.359,21
Perencanaan zonasi wilayah pesisir juta, hal ini merupakan dampak secara tidak
membantu pemerintah untuk menentukan langsung yang ditimbulkan oleh strategi
zona-zona yang ada di pesisir Kabupaten yang dilakukan pemerintah daerah
Sampang, sehingga lebih teratur dalam hal Kabupaten Sampang yakni mengendalikan
zonasinya. Sedangkan untuk pemantapan kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir
kerjasama antara pemerintah dan selatan.
masyarakat setempat dalam Dari segi sosial, ada tiga dampak
mengembangkan dan memelihara positif yang ditimbulkan pertama,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 85


meningkatkan semangat gotong royong dan udang serta penahanan intrusi air laut ke
kebersamaan antar masyarakat di Desa darat.
Taddan Kecamatan Camplong. Kedua, Oleh karena itu, Pemerintah Daerah
munculnya kelompok tani bakau yang baru diharapkan untuk merencanakan
di Desa Taddan Kecamatan Camplong dan program/kegiatan yang lebih variatif terkait
yang ketiga merangsang tumbuhnya rasa dengan kebijakan pengembangan wilayah
partisipatif warga terhadap kegiatan yang pesisir dan pulau kecil di Kabupaten secara
dilakukan Pemda. berkelanjutan, serta melakukan percepatan
Dari segi lingkungan, juga ada tiga untuk pembuatan regulasi yang secara
dampak positif yang ditimbulkan di khusus mengatur mengenai wilayah pesisir
antaranya yang pertama, semakin luasnya karena mengingat Kabupaten Sampang
area untuk kawasan mangrove (bakau) yang belum mempunyai regulasi khusus untuk
awalnya seluas 29 Ha menjadi 31 Ha. itu. Untuk kemudahan dalam hal
Kedua, penanaman mangrove yang pengelolaan wilayah pesisir yang ada di
dilakukan memberi dampak sutainable Kabupaten Sampang, diperlukan adanya
untuk jangka panjang terhadap prioritas kegiatan sehingga kegiatan yang
kelangsungan hidup mangrove (bakau) dan dilakukan dapat berjalan dengan rencana
yang ketiga, dalam jangka panjang, dapat yang matang dan dapat berkesinambungan.
mencegah terjadinya abrasi, peredam Prioritas kegiatan yang nantinya akan
gelombang dan angin, tempat dibuat haruslah berdasarkan pada tingkat
berkembangnya biota laut seperti ikan dan urgenitasnya.

Daftar Pustaka

Agustino, Leo. (2008) Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.


Dahuri, Rokhmin. (1996) Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Jakarta, PT. Pradnya Paramita.
Faisal, Sanapsiah. (1999) Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, J.Lexi. (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Rosdakarya.
Sughandy, Aca dkk. (2007) Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta, Bumi
Aksara.
Suharto, Edi. (2008) Analisis Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.
Suryono, Agus. (2001) Pengantar Teori Pembangunan. Malang , Universitas Negeri Malang Press.
Tarigan, Robinson. (2004) Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta, Bumi Aksara.
Undang-Undang No.32. (2004) UU Pemerintahan Daerah No. 32 Tahun 2004. [Internet], Available
from: http://www.bappenas.go.id/node/123/19/uu-no-21-tahun-2004 pemerintahandaerah-
/[Accessed 12 Oktober 2012].
Undang-Undang No. 26. 2007 UU tentang Penataan Ruang [Internet], Available from: http://undang
undang nomor- 26-tahun-2007-ttg-penataan-ruang.pdf. [Accessed 14 Februari 2013].
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup[Internet], Available from: http://datahukum.pnri.go.id/ [Accessed 16 Februari 2013].

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.1. No.3. h. 80-86 | 86

Anda mungkin juga menyukai