Laporan Pendahuluan Hordeolum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HORDEOLUM

1. TINJAUAN TEORI

2. Pengertian

Hordeolum adalah suatu peradangan supuratif kelenjar Zeis atau kelenjar Moll (hordeolum
eksternum), dan peradangan kelenjar Meibom (hordeolum internum) (askep-free, 2010).

Hordeolum eksternum atau yang dikenal dengan nama bintitan merupakan infeksi superficial
kelenjar kelopak mata Zeis atau Moll, dan hordeolum internum atau kalazion merupakan
inflamasi granulomatus kronik kelenjar meibom ditandai dengan pembengkakan tak nyeri
terlokalisasi yang terbentuk dalam beberapa minggu (Brunner & Suddarth, 2002).

Hordeolum eksternum adalah benjolan di kelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di
folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata, bila terjadi
di daerah ini penyebab utamanya adalah infeksi bakteri. Kalazion adalah benjolan di kelopak
mata yang disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun
reaksi peradangan akibat alergi.

Hordeolum atau timbil adalah suatu infeksi pada satu atau beberapa kelenjar di tepi atau bawah
kelopak mata. Bisa terbentuk lebih dari satu hordeolum pada saat yang bersamaan. Hordeolum
biasanya timbul dalam beberapa hari dan bisa sembuh secara spontan (Prakoso, 2009)

2. Klasifikasi

3. Hordeolum eksternum/bintitan/timbil/stye
Peradangan pada kelopak mata, yaitu pada kelenjar zeis atau moll. Bintitan biasanya disebabkan
oleh bakteri, yaitu Stafilokokus aureus.

1. Hordeolum internum/kalazion

Peradangan pada kelenjar meibom yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri Stafilokokus
aureus atau peradangan akibat alergi.

3. Etiologi

4. Faktor Presipitasi

1). Infeksi bakteri, yaitu Stafilokokus aureus

2). Peradangan akibat alergi

1. Faktor Predisposisi

1). Usia; anak-anak dan remaja cenderung terkena hordeolum bila dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena anak pada usia tersebut suka bermain kesana kemari tanpa
memperhatikan factor kebersihan dan kesehatan. Anak mungkin saja bermain di tempat kotor
dan kemudian mengucek matanya yang gatal tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

2). Genetik; genetik yang dimaksudkan adalah bagi mereka yang mewarisi bakat alergi dari
orang tuanya, sehingga mereka lebih rentan terkena hordeolum. Biasanya karena makan
makanan pemicu alergi atau ada pemicu yang menyebabkan alerginya kambuh sehingga
memunculkan peradangan di kelopak mata, baik di kelenjar minyak maupun kelenjar lainnya.

4. Patofisiologi

Infeksi Stafilokokus aureus, peradangan akibat alergi, faktor genetic dan usia dapat
mengakibatkan hordeolum. Ketika infeksi bakteri dan peradangan akibat alergi mengenai
kelopak mata, maka akan terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini
akan mencetuskan infeksi sekunder oleh bakteri. Setelah itu akan terjadi pembentukan pus atau
nanah dalam lumen kelenjar kelopak mata atau bisa juga terjadi penyumbatan yang
menyebabkan minyak yang diproduksi tidak bisa dialirkan sempurna, sehingga terjadi
pembengkakan. Peradangan dapat terjadi pada kelenjar Zies, Moll, dan Meibom. Apabila
peradangan terjadi pada kelenjar Zeis atau Moll disebut dengan hordeolum eksternum, dan pada
hordeolum ini terdapat penonjolan ke arah palpebra. Jika peradangan terjadi pada kelenjar
Meibom disebut dengan hordeolum internum. Secara histologi akan tampakgambaran abses,
dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik.
5. Manifestasi Klinis

6. Hordeolum ekternum

Prinsip gejalanya adalah nyeri subakut, kemerahan, dan pembengkakan daerah terlokalisasi
kelopak mata yang dapat pecah.

1. Hordeolum internum

Pembengkakan tak nyeri terlokalisasi yang terbentuk dalam beberapa minggu. Pada palpasi dapat
ditemukan nodul kecil tak nyeri pada kelopak mata.

Secara umum manifestasi klinis utama dari hordeolum adalah nyeri, bengkak, dan kemerahan.
Jika menunduk rasa sakit akan bertambah, dan pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat, dan nyeri tekan.

6. Komplikasi

7. Abses palpebra

8. Selulitis palpebra

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

9. Penatalaksanaan Medis

o CARA INSISI

Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.

Kalau perlu diberikan anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-
orang yang sangat takut sebelum diberi anestesi umum.

Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif


dan tetes mata Pantocain 2%.

Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka


dan tegak lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya
kelenjar-kelenjar yang terkena.

Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit
1. Penatalaksanaan Keperawatan

Kompres hangat selama 10 15 menit, 3 4 kali sehari.

Antibiotika topikal (neomycin, polirnyxin B, gentamycin) selama 7 -10 hari, bila


dipandang perlu dapat ditambahkan antibiotika sistemik, misal Ampisillin 4 x 250 mg
per-ora/hari.

Bila tidak terjadi resorbsi dengan pengobatan konservatif dianjurkan insisi.

Perbaikan higiene dapat mencegah terjadinya infeksi kembali

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HORDEOLUM

1. Pengkajian

1. Keluhan utama klien :

Apakah klien mengalami gangguan pada fungsi penglihatannya?

Apakah pandangan klien sering kabur?

Apakah klien merasa gatal pada matanya?

Apakah mata klien sering mengeluarkan air mata?

Data objektif
Pre operasi

Adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop.

Tidak ada reflex fundus

Post operasi

Pasien nampak meringis

Skala nyeri pasien: 7

. Pemeriksaan Fisik :

Pemeriksaan fisik difokuskan pada daerah mata klien

1. Diagnosa Keperawatan

Pre op

1. Nyeri akut b/d pembesaran hordeolum d/d nyeri pada daerah disekitar benjolan, jika
menunduk rasa sakit bertambah.

2. Perubahan citra tubuh b/d penonjolan pada palpebra d/d pasien malu dengan keadaannya

3. Ansietas b/d prognosis penyakit d/d pasien gelisah dan cemas dengan keadaannya

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi d/d pasien bertanya-tanya tentang


keadaannya

Post op

1. Nyeri akut b/d hilangnya efek anestesi post operasi d/d pasien meringis, skala nyeri 4-6

2. Resiko infeksi b/d masuknya mikroorganisme sekunder akibat proses penyakit


3. Kerusakan integritas kulit b/d rusaknya kontinuitas jaringan sekunder akibat insisi pada
daerah mata.

1. Intervensi

Pre op

Dx Kep Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Nyeri akut Setelah 1. Jelaskan dan bantu 1.Pendekatan dengan
diberikan askep klien dengan tindakan menggunakan relaksasi dan
selama 324 jam pereda nyeri nonfarmakologi lainnya telah
diharapkan nyeri nonfarmakologi dan non menunjukkan keefektifan
pasien invasif dalam mengurangi nyeri.
berkurang,
dengan KH : 2.Akan melancarkan
peredaran darah, sehingga
tidak meringis 2. Ajarkan tekhnik kebutuhan O2 oleh jaringan
Relaksasi. akan terpenuhi, sehingga akan
tidak mengurangi nyerinya.
mengeluh nyeri
3.Mengalihkan perhatian
nyerinya ke hal-hal yang
menyenangkan.
3. Ajarkan metode
distraksi selama nyeri akut. 4.Pengkajian yang optimal
akan memberikan perawat
4. Observasi tingkat data untuk mencegah
nyeri kemungkinan komplikasi dan
melakukan intervensi yang
tepat.

5.Analgetik memblok lintasan


nyeri, sehingga nyeri akan
5. Kolaborasi dengan berkurang.
dokter, pemberian
analgetik.
Dx Kep. Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Perubahan citra Setelah diberikan askep 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tubuh selama 324 jam pandangan pasien bagaimana pandangan
diharapakan perubahan terhadap keadaan pasien terhadap
citra tubuh pasien dapat tubuhnya perubahan tubuhnya.
diatasi.
2. Menghidupkan
Kriteria hasil : kembali perasaan
2. Anjurkan orang kemandirian dan
1. Mampu menyatakan terdekat untuk membantu
atau mengomunikasikan mengizinkan klien perkembangan harga diri
dengan orang terdekat melakukan hal-hal serta mempengaruhi
tentang situasi dan untuk dirinya. proses rehabilitasi.
perubahan yang sedang
terjadi 1. Keluarga
merupakan orang
2. Pasien dapat menerima terdekat dalam
keadaannya kehidupan
3. Anjurkan keluarga pasien, sehingga
untuk memberikan suport dari
dukungan dan motivasi keluarga akan
kepada pasien memiliki arti
yang sangat
besar dari pasien

1. Klien dapat
beradaptasi
terhadap
perubahan dan
4. Dukungan pengertian
perilaku atau usaha tentanng peran
seperti peningkatan individu masa
minat atau partisipasi mendatang.
dalam aktivitas
rehabilitasi. 2. Dapat
memfasilitasi
perubahan yang
penting untuk
5. Kolaborasi perkembangan
rujukan pada ahli perasaan.
neuropsikologi dan
konseling bila ada
indikasi.

Dx Kep. Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Ansietas Setelah diberikan 1. Anjurkan keluarga 1. kehadiran keluarga
askep selama 324 pasien untuk menemani dapat mengurangi
jam diharapkan pasien kecemasan pasien
pasien tidak cemas,
dengan KH : 2. Kaji tingkat 2. tingkat kecemasan
kecemasan pasien yang tinggi menyebabkan
1. Pasien penyakit pasien bertambah
mampu
mengungkapkan 3. dengan teratasinya
pemahaman tentang sakit yang dirasakan
kondisi yang pasien, pasien akan merasa
dialami 3. Berikan pengobatan lebih tenang
untuk menurunkan cemas
2. Pasien tidak dengan cara yang tepat
cemas lagi.

Dx Kep. Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Kurang pengetahuan Setelah diberikan 1. Bantu pasien 1.Menyiapkan pasien
askep selama 324 mengerti tentang tujuan untuk mengatasi
jam diharapkan jangka pendek dan kondisi serta
pasien tahu, jangka panjang memperbaiki kualit
mengerti, dan patuh
dengan program 2. Jelaskan tentang 2.Pengetahuan yang
terapeutik. pengobatan dan diharapkan akan
mengapa terjadinya membantu
Kriteria hasil : penyakit. mengembangkan
kepatuhan klien
1. Pasien mengerti terhadap rencana
tentang penyakitnya teraupetik.
dan apa yang 3. Ajarkan pasien
mempengaruhinya tentang penyakit dan 3.Membantu
perawatannya meningkatkan
2. Pasien dapat pengetahuan dan
mengungkapkan memberikan sumber
pentingnya fungsi tambahan untuk
otak dengan referensi perawatan di
mematuhi program rumah.
yang diharuskan
4.Mengajarkan pasien
. tentang kondisinya
adalah salah satu
4. Libatkan orang aspek yang paling
terdekat dalam program penting dari
pengajaran, sediakan perawatannya
materi pengajaran/
instruksi tertulis

Post op

Dx Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Nyeri akut Setelah diberikan askep 1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan dengan
selama 224 jam klien dengan tindakan menggunakan relaksasi
diharapkan nyeri pasien pereda nyeri dan nonfarmakologi
berkurang, dengan nonfarmakologi dan lainnya telah
KH : non invasif. menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
1. tidak meringis

2. tidak mengeluh
nyeri 2. Akan melancarkan
peredaran darah
2. Ajarkan tekhnik
Relaksasi.

3. Mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-
3. Ajarkan metode hal yang menyenangkan.
distraksi selama nyeri
akut.

4. Pengkajian yang
optimal akan memberikan
perawat data untuk
mencegah kemungkinan
4. Observasi tingkat komplikasi dan
nyeri melakukan intervensi
yang tepat.

5. Analgetik memblok
lintasan nyeri, sehingga
nyeri akan berkurang.

5. Kolaborasi dengan
dokter, pemberian
analgetik

Dx Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Resiko Infeksi Setelah diberikan askep 1. Pantau suhu 1. mendeteksi
selama 3 X 24 jam dengan teliti dan tanda- kemungkinan infeksi
tidak terjadi infeksi tanda infeksi lainnya
dengan kriteria hasil :
2. Kaji keadaan luka
1.Keadaan temperatur dan lakukan perawatan 2. mencegah terjadinya
normal luka infeksi

2.tidak terdapat tanda-


tanda infeksi
(kalor,lubor,tumor,
dolor,fungsiolaesa) 3. Tempatkan pasien 3. meminimalkan
dalam ruangan khusus terpaparnya pasien dari
sumber infeksi

4. Anjurkan semua
pengunjung dan staff 4. meminimalkan
rumah sakit untuk pajanan pada organisme
menggunakan teknik infektif
mencuci tangan dengan
baik

5. Gunakan teknik
aseptik yang cermat
untuk semua prosedur 5. untuk mencegah
invasive kontaminasi
silang/menurunkan resiko
infeksi

Dx Kep. Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Kerusakan Integritas Setelah diberikan 1. Observasi keadaan 1. Mengetahui keadaan
kulit askep selama 324 lesi sebelum lesi pasien, sehingga
jam diharapkan mendapat pengobatan dapat menentukan
kerusakan integritas : luas, warna, bau, intervensi dan dapat
kulit dapat teratasi, keluaran. digunakan sebagai acuan
dengan KH : dalam mengevaluasi
hasil pengobatan.
Lesi kulit dapat
diatasi 2. Lakukan 2. Meminimalkan lesi
perawatan pada lesi dari pajanan
Tidak terdapat pasien dengan tehnik mikroorganisme yang
luka pada kulit steril. dapat memperparah
keadaan lesi pasien.
Pasien tidak
mengeluh perih pada 3. menurunkan iritasi
kulit 3. Gunakan pakaian garis jahitan dan tekanan
Menunjukkan tipis dan alat tenun dari baju, membiarkan
kulit dan jaringan yang lembut. insisi terbuka terhadap
kulit yang utuh udara meningkat proses
penyembuhan dan
menurunkan resiko
infeksi.

1. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan kedalam renpra.


Tindakan keperawatan mencakup kolaborasi dan independent. Tindakan independent/mandiri
adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan sendiri bukan merupakan
petunjuk/perintah dari petugas kesehatan yang lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan oleh hasil keputusan antara dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang lain.

1. Evaluasi

PRE OP

1. Nyeri dapat berkurang

2. Dapat menerima tubuhnya

3. Pasien tidak mersakan cemas lagi

4. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat


POST OP

1. Nyeri dapat berkurang

2. Tidak terjadi infeksi

3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai