Laporan Efek Foto Listrik
Laporan Efek Foto Listrik
Laporan Efek Foto Listrik
Mengetahui,
i
ABSTRAK
Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu benda.
Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu
benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari
ikatannya sehingga elektron-elektron tersebut terlepas. Percobaan efek fotolistrik
dirancang untuk menentukan nilai fungsi kerja sel foto, konstanta Planck, dan tenaga
kinetik maksimum fotoelektron. Melalui percobaan ini diperoleh nilai Konstanta
Planck. Efek foto listrik sendiri merupakan peristiwa loncatan elektron dari suatu plat
karena pegaruh cahaya yang datang. Dimana energi kinetik elektron dapat diketahui dari
potensial penghenti melalui hubungan. Dengan hubungan energi kuantum Planck dapat
diperoleh nilai tetapan Planck h. Melalui percobaan fotolistrik dapat pula diketahui
bahwa laju pemancaran elektron dipengaruhi oleh intensitas cahaya namun tidak
terpengaruh oleh panjang gelombang cahaya yang digunakan. Energi kinetik
maksimum fotoelektron juga tidak tergantung intensitas cahaya, namun hanya
bergantung pada panjang gelombangnya, dengan frekuensi dan energi kinetik
berhubungan secara linear.
ii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah selain Alhamdulillah rabilalamin karena atas berkah dan
penyusunan laporan ini, penulis mendapat cukup banyak kesulitan, tetapi berkat
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
selanjutnya. Akhirnya kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
iv
4,2 Pembahasan ....................................................................................................... 16
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 18
5.2 Saran .................................................................................................................. 18
LAMPIRAN
ANALISA DATA
BIOGRAFI
LAPORAN SEMENTARA
KARTU KONTROL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam)
ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan
radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis
permukaan. radiasi yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang terdiri dari
berbagai warna yang bersinambungan, yaitu ungu, biru, hijau, kuning, jingga, merah.
Semakin besar panjang gelombang maka semakin kecil energinya, maka artinya sinar
ungu mempunyai foton dengan energi terbesar, sedangkan sinar merah mempunyai
Maka dari itu tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui karakteristik
dan tegangan dari garis spektrum agar teori tentang materi ini lebih dipahami lagi saat
melakukan percobaan.
Bagaimana cara menentukan karakteristik arus dan tegangan dari garis spectrum?
1
1.4 Manfaat Percobaan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum yang disebut efek fotolistrik adalah gejala yang bersangkutan dengan
logam. Pada efek fotolistrik, pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan bahan bukan
hanya disebabkan oleh sifat cahaya sebagi gelombang elektromagnetik, tetapi juga sifat
arus tenaga, namun hal ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik.
fotolistrik cahaya harus dipandang pula sebagai pancaran unit-unit tenaga atau
kuantum-kuantum tenaga yang disebut foton. Kemudian, muncullah istilah baru dalam
Sebelum Albert Einstein mengemukakan teorinya, pada tahun 1901 Planck telah
Planck mendapatkan bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu dari
cahaya, semuanya harus berenergi sama dan bahwa energi E ini berbanding lurus
dengan v maka:
E = h v . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Dimana:
3
E = Energi Kuantum
v = Frekuensi
(Beiser, 1999).
energinya berbanding lurus dengan frekuensi itu. Teori elektromagnetik cahaya dapat
menerangkan dengan baik banyak sekali gejala, sehingga teori itu mengandung
kebenaran. Namun teori yang berdasarkan kokoh ini tidak cocok untuk menerangkan
efek fotolistrik. Dalam tahun 1905 Einstein menemukan bahwa paradoks yang timbul
dalam efek fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasukan radikal yang telah
diusulkan lima tahun sebelumnya oleh fisika teoritis Jerman Max Planck (Halliday dan
Resnick, 1996). Ketika itu Planck menerangkan radiasi karakteristik yang dipancarkan
benda mampat. Kita mengenal pijaran dari sepotong logam yang menimbulkan cahaya
tampak, tetapi panjang gelombang yang lain yang tak terlihat maya juga terdapat.
Sebuah benda tidak perlu sangat panas untuk dapat memancarkan gelombang
elektromagnetik semua benda memancarkan energi seperti seperti itu secara kontinu
tidak peduli seberapa besar temperaturnya. Pada temperatur kamar sebagian besar
radiasiny6a terdapat inframerah dari spektrum, sehingga tak terlihat. Sifat yang dapat
diamati dari radiasi benda hitam ini persamaan serupa itu akan ditemukan alasannya
4
(Halliday dan Resnik, 1996). Planck dapat menurunkan rumus yang dapat
menerangkan radiasi spektrum ini (yaitu kecerahan relatif dari berbagai panjang
gelombang yang terdapat) sebagai fungsi dari temperatur benda ytang meradiasikannya
jika dianggap bawa radiasi yang dipancarkan secara diskontinu. Planck mendapatkan
bahwa kuanta yang berpautan dengan frekuensi tertentu sebesar f dari cahaya,
semuanyta harus berenergi samadan bawa energi ini E berbanding lurus dengan f .
2. Energi Foton
Energi foton memberikan kita untuk mencari energi foton berfrekuensi f langsung
f = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
f = frekuensi (Hz
(Tipler, 2001).
3. Panjang Gelombang
Panjang gelombang adalah jarak di antara unit berulang dari gelombang, yang diukur
dari satu titik pada gelombang ke titik yang sesuai di unit berikutnya. Sebagai contoh,
jarak dari atas disebut puncak satu unit gelombang ke puncak berikutnya adalah
satu panjang gelombang. Dalam notasi fisika, panjang gelombang sering ditunjuk oleh
huruf Yunani lambda (). Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi
5
gelombang. Dengan kata lain, semakin pendek panjang gelombang, akan memiliki
frekuensi yang besar. Sebuah gelombang merupakan energi yang bergerak melalui
media. Di luar konteks fisika, gelombang laut adalah contoh yang sangat baik
bagaimana gelombang bekerja. Kecuali jika jeda gelombang, tidak begitu banyak air
yang bergerak seperti energi dalam air, yang menghasilkan gerakan naik-turun yang
terlihat jauh dari pantai. Fisikawan mempelajari gelombang cahaya dan suara, serta
jenis gelombang energi lain dan dalam konteks ini, panjang gelombang merupakan
faktor penting untuk penentuan dan pertimbang. Gelombang cahaya yang hadir di
sekitar kita, dalam rentang yang sangat besar panjang gelombang. Kisaran ini dikenal
sebagai spektrum elektromagnetik, sebagian kecil dari yang dirasakan oleh mata kita
disebut sebagai cahaya tampak. Cahaya dari matahari sebenarnya terdiri dari seluruh
spektrum elektromagnetik. Apakah jenis tertentu dari cahaya terlihat oleh kita
gelombang antara 400 dan 700 nanometer, maka akan terlihat dengan mata manusia.
Di kedua sisi kisaran ini semakin pendek dan panjang gelombang semakin panjang.
Sinar-X memiliki panjang gelombang yang sangat pendek sehingga mereka dapat
melewati benda padat. Di ujung lain, beberapa gelombang radio memiliki panjang
gelombang dari 1 mil (1,6 km) atau lebih. Suara adalah bentuk lain dari energi yang
bergerak dalam gelombang. Gelombang suara yang mirip dengan gelombang cahaya,
setidaknya dalam dua cara: bagaimana kita memandang mereka tergantung pada
panjang gelombang mereka, dan ada banyak panjang gelombang yang terlalu pendek
atau terlalu panjang bagi kita untuk melihat. Perbedaannya adalah bahwa kita biasanya
6
mendefinisikan suara dalam hal frekuensi gelombang, daripada panjang gelombang,
tapi dua ini umumnya berhubungan erat, seperti yang sudah dibahas. Sebuah
gelombang suara dengan gelombang panjang akan memiliki frekuensi rendah, dan kita
mendengar gelombang ini sebagai suara bernada rendah. Suara bernada tinggi berasal
dari gelombang dengan panjang gelombang pendek, dan karena itu frekuensi tinggi
(Sucipto, 2010).
1. Koefisien atenuasi
Jika radiasi g atau radiasi-X menembus materi, maka akan terjadi interaksi dengan
materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi karena interaksi adalah proses
pengurangan energi foton atau perubahan arah foton. Rasio atenuasi foton dalam materi
yang tebalnya 1 cm disebut koefisien atenuasi (m). Pada umumnya, semakin besar
energi foton, semakin besar juga nilai m-nya. Oleh karena itu, daya tembus foton dalam
materi semakin besar bila panjang gelombangnya semakin pendek. Pada materi
tertentu, koefisien atenuasi dapat berubah berdasarkan rapat jenis materi tersebut,
disebut koefisien atenuasi massa ( ). Untuk materi tertentu, koefisien atenuasi massa
yang hanya berhubungan dengan panjang gelombang foton, dan merupakan rasio
2. Efek fotolistrik
7
Peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu atom karena interaksi dengan radiasi
dinamakan efek fotolistrik. Elektron yang dilepaskan pada peristiwa tersebut disebut
fotoelektron, dan energi geraknya adalah selisih antara energi ionisasi elektron orbital
dan energi radiasi g. Pada saat energi radiasi g kecil, kebanyakan fotoelektron terlepas
dengan arah tegak lurus pada arah radiasi, tetapi bila energinya besar maka
fotoelektron terpancar ke arah depan dalam jumlah yang banyak. Secara teori, semakin
besar ikatan antara elektron dan inti atom maka semakin besar persentase terjadinya
efek fotolistrik; untuk elektron pada kulit K akan terjadi efek fotolistrik sebesar kira-
kira 80%.
3. Efek Compton
Peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan elektron dalam suatu atom yang
mengakibatkan sebagian energi foton menjadi energi gerak elektron dan sebagian
energi hamburan foton disebut efek Compton. Bila energi foton cukup besar, efek
Compton dapat terjadi pada elektron orbital yang energi ikatnya dapat diabaikan.
Selanjutnya elektron dianggap sebagai elektron bebas, energi dan momentumnya sama
besar sebelum dan sesudah bertumbukan. Dalam hal ini terjadi tumbukan elastis
sempurna antara foton dan elektron. Koefisien atenuasi pada efek Compton ialah
jumlah dari perbandingan energi gerak elektron antibonding dan perbandingan energi
hamburan foton. Koefisien atenuasi pada efek Compton sebanding dengan nomor atom
materi.
8
4. Produksi pasangan
Pada waktu foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV menembus materi dan mendekati
inti atom, karena pengaruh medan listrik yang kuat dari inti atom, foton berubah dan
membentuk satu pasangan yaitu positron dan elektron yang masing-masing berenergi
sebesar 0,51 MeV. Peristiwa ini disebut produksi pasangan. Energi sebesar 1,02 MeV
ini disebut nilai batas ambang produksi pasangan. Jumlah koefisien atenuasi radiasi g
foton, di sisi lain juga sebanding dengan Z (Z+1) dari materi. Jumlah koefisien atenuasi
efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan disebut koefisien atenuasi linear.
Pada Gambar 5 diperlihatkan koefisien atenuasi foton oleh timbal (Susanto, 2013).
9
BAB III
METODOLOGI
3. Power Supply
5. Filters : 365 nm, 405 nm, 436 nm, 546 nm, 577 nm
6. Apertures : diameter 2 mm , 4 mm ., 8 mm
a. Kalibrasi alat
10
2. Menyalakan power supply dan lampu merkuri, membiarkan lampu merkuri
13.
4. Untuk mengkalibrasi alat, mengatur arus (current ranges) menjadi nol. Caranya
5. Mengatur phototube signal pada posisi calibration dan putar current calibration
hingga arus menjadi nol, kemudian tekan kembali phototube signal pada posisi
measure.
di dalam photodiode.
4. Mengatur -20 sampai +30 V voltage adjust hingga arus bernilai nol. Mencatat
11
6. Meneruskan pengukuran sampai tidak ada perubahan arus terhadap kenaikan
tegangan.
mm.
12
BAB IV
grafik
70
0,6, 66
60
50
40
Arus (A)
30
Arus
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan(V)
13
Gambar 4.1 Karakteristik garis Spektrum dengan celah D = 2 mm
grafik
900
800
700 10, 711
600
Tegangan (v)
500
400
Arus (A)
300
200
100
0
-100 0 2 4 6 8 10 12
Arus (A)
14
(c). Untuk Untuk Celah Diameter 8 mm dan Filter = 436 nm
2500
2000
1500
Arus ()
1000
500
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tegangan (v)
Arus (A)
15
4,2 Pembahasan
efek fotolistrik adalah gejala yang bersangkutan dengan pengaruh penyinaran cahaya
pada permukaan logam terhadap sifat-sifat kelistrikan logam. Pada efek fotolistrik,
pengaruh cahaya terhadap sifat kelistrikan bahan bukan hanya disebabkan oleh sifat
cahaya sebagi gelombang elektromagnetik, tetapi juga sifat cahaya sebagai pembawa
tenaga. Meskipun gelombang elektromagnetik juga pembawa arus tenaga, namun hal
ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan gejala fotolistrik. Albert Einstein
harus dipandang pula sebagai pancaran unit-unit tenaga atau kuantum-kuantum tenaga
Pada percobaan ini menggunakan tiga buah celah yang berbeda, namun dengan celah
dan panjang gelombang yang tetap. Fungsi dari celah tersebut adalah untuk menyaring
panjang gelombang yang dihasilkan dari celah yang berbeda. Dari percobaan ini
mendapatkan arus yang dihasilkan berbeda-beda dengan tegangan yang tetap. Hal ini
mempengaruhi arus karna pada diameter celah tedapat hambatan dan yang
mempengaruhi arus yaitu adanya perbandingan pada tengangan dengan hambatan yang
terdapat pada diameter. intensitas cahaya yang dihasilkan berpangaruh pada tegangan
yang diberikan apabila teganggan yang diberikan besar maka intensitas cahaya akan
terang dan sebaliknya.Serta Intensitas cahaya yang meksimal didapat pada celah
16
berdiameter 8 mm karena pada celah tersebut terjadi penyempitan celah sehingga
Pada percobaan ini didapatkan bentuk kurva karakteristik dari garis spektrum dengan
celah yang berbeda. Dimana tegangan berbanding lurus dengan arusnya. Hal ini
tergambarkan karena bila tegangan antara katoda dan anoda lebih besar daripada
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang sudah dilakukan didapatkan bahwa tegangan dan arus
pada garis spectrum berbanding lurus pada keduanya. Dan diameter yang digunakan
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, alat yang dipergunakan berfungsi lebih
baik, sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan waktu yang dipergunakan menjadi
lebih singkat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul ,dkk. 2007. Buku Ajar Mata Kuliah. Fisika Nuklir. UNDIP. Semarang.
Sucipto, 2010. Getaran dan Gelombang. Jurusan Fisika. Universitas Sumatra Utara.
19