Cincin Newton

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

JURNAL FISIKA GELOMBANG CINCIN NEWTON (2015) Vol (01-04)

Cincin Newton
Shona Arum Fajartika, Ayu Ningsih, dan M. Zainuri
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]

Abstrak Telah dilakukan percobaan mengenai cincin newton


yang bertujuan untuk mempelajari peristiwa interferensi pada
percobaan cincin newton, menjelaskan fungsi-fungsi alat pada
cincin newton, mengukur panjang gelombang dari lampu
halogen dengan menggunakan metode Newtone Rings (Cincin
Newtone), dan mencari keseksamaan panjang gelombang yang
dihitung dengan menggunakan mikroskop vernier dengan
panjang gelombang yang sebenarnya. Prinsip yang digunakan
pada percobaan cincin newton ini adalah prinsip lensa cembung
dan lensa cekung. Lampu gas halogen dipasang di depan
seperangkat alat cincin newton. Jarum yang tertunjuk pada
skala ukur merupakan jari-jari orde ke-m. Hasil pada percobaan
ini yaitu teori interferensi pada percobaan cincin newton dapat
dilakukan dengan mengunakan gas yang bersifat hampir seperti
monokromatis. Selain itu, dapat ditentukan nilai berbeda pada
masing-masing panjang gelombang dengan mengetahui jarri-jari
orde ke-m yang dihasilakan proses pembentukan interferensi
cahaya pola lingkaran-lingkaran gelap dan terang. Dari
percobaan mengenai cincin newton ini dapat disimpulkan bahwa
peristiwa interferensi ini mengakibatkan terbentuknya cincin
newton. Pola interferensi berlaku berdasarkan pola superposisi,
serta dapat diketahui semakin besar ordenya maka panjang
gelombang lampu semakin besar.

Kata KunciCincin newton, interferensi, lensa cekung, lensa


cembung.

I. PENDAHULUAN

ALAM kehidupan sehari-hari kita sering


menjumpai cahaya Cahaya merupakan suatu jenis
gelombang yang bergerak. Lebih tepatnya cahaya
adalah suatu bentuk gelombang elektromagnetik. Cahaya
adalah salah satu gelombang yang dapat mengalami
interferensi.
Cahaya adalah suatu bentuk pancaran energi yang mana
kapasitas kemampuan untuk merangsang indra pengelihatan.
Cahaya dalam berbagai hal memperlihatkan karakternya
sebagai gelombang tetapi dalam gerakkannya, cahaya itu
merupakan garis lurus dan dalam hal tertentu cahaya disebut
sebagai sinar. Namun kata sinar ii biasanya digunakan untuk
menunjukkan bentuk energi gelombang elektromagnetik. [1]
Newton, penggagas utama dari teori cahaya sebagai
partikel, menganggap bahwa partikel-partikel ini merangsang
indra pengelihatan saat memasuki mata. Newton
mengemukakan suatu teori yang lain juga bahwa cahaya
mungkin merupakan suatu jenis gelombang yang bergerak.
Pada tahun 1873 Maxwell menyatakan bahwa cahaya
merupakan suatu bentuk gelombang elektromagnetik
berfrekuensi tinggi.[5]

Interferensi ada penggabungan dua gelombang atau lebih


yang bertemu pada satu titik di suatu ruang. Apabila ada dua
gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang gelombang
sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang
dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya
tergantung pada perbedaan fasenya.Jika perbedaan fasenya 0
atau bilangan bulat kelipatan 360o, maka gelombang akan
sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan
(interferensi konstruktif). Sedangkan amplitudonya sama
dengan penjumlahan amplitude masing-masing gelombang.
Jika perbedaan fasenya 180o atau bilangan ganjil kalo 180o,
maka gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan
berinterferensi secara saling melemahkan (interferensi
destruktif.[6]
Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah
gelombang cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis.
Sebagian dari gelombang akan diteruskan dan sebagian
lainnya akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu
saja mempunyai amplitude yang lebih kecil dari gelombang
sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitude telah
terbagi. Jika dua gelombang tersebut bias disatukan kembali
pada sebuah layar maka akan dihasilkan pola interferensi.[2]
Perambatan gelombang apapun melalui ruang dapat
digambarkan menggunakan metode geometris yang ditemukan
oleh Christian Huygens kira-kira tahun 1678 yang sekarang
dikenal sebagai prinsip Huygens atau konstruksi Huygens
yaitu, setiap titik pada bidang geombang primer (utama)
bertindak sebagai sebuah sumber anak gelombang (wavelets)
sekunder yang kemudian berkembang dengan laju dan
frekuensi sama dengan gelombang primernya. Tentu saja jika
tiap-tiap titik pada bidang gelombang adalah benar-benar
sumber titik maka aka nada gelombang-gelombang pada arah
berlawanan.[6]
Contoh sederhana untuk cincin newton adalh lensa
cembung diletakkan pada bidang yang mencerminkan
permukaan disinari dari atas menggunakan lempengan kaca,
sebagian mencerminkan pada 45o. Setiap sinar dari bagian
bawah, tercemin pada setiap permukaan lensa dan pada
permukaan bidang.[3]
Gambar 1 (a) menunjukkan bagaimana keadaan ini dapat
dimanfaatkan dalam menentukan kualitas permukaan lensa
cembung. Sebuah lapisan udara yang terbentuk antara
permukaan kaca dan lensa, disinari oleh cahaya
monokromatis, seperti lampu natrium atau lampu merkuri
dengan filter, untuk mengisolasi salah satu garis spektrumnya.
Permukaan harus sama tebal untuk mendapatkan permukaan
melengkung sempurna dan oleh karena permukaan yang

JURNAL FISIKA GELOMBANG CINCIN NEWTON (2015) Vol (01-04)


dilihat adalah lingkaran konsentris sekitar titik kontak dengan
cermin datar. Pada saat itu t = 0 dan perbedaan jarak anatar
sinar yang dipantulkan sebagai hasil refleksi. [4]
2 + = (terang)(1)
= +

1
2

Alat cincin newton

Lampu halogen

(gelap).(2)

Pusat pola pinggiran tampak gelap dan memberikan m = 0


untuk urutan interferensi destruktif. Penyimpangan
dipermukaan lensa muncul sebagai distorsi pada pola cincin.
Pengaturan ini juga dapat digunakan sebagai sarana optik
untuk mengukur jari-jari kelengkungan dan permukaan suatu
lensa. Sebuah hubungan geometri antara rm (jari-jari orde),
yang sesuai dengan ketebalan tm dan jari-jari kelengkungan R
atau permukaan lensa.[4]
2 = 2 + ( )2 (3)
Atau

Gambar 2. Rangkaian alat percobaan cincin newton

Data yang diambil pada percobaan ini adalah jari-jari atas


orde 1 sampai orde 4 pada berkas cincin newton dan jari-jari
bawah orde 1 sampai orde 4 pada berkas cincin newton.
Setelah data tersebut didapat dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan panjang gelombang.
Start

Disiapkan alat

2 + ( ) 2

.(4)

Gambar 1. (a) Newton rings apparatus interferensi rumbai yang


sama dihasilkan oleh lapisan udara antara lensa dan cermin (b) Dasar
geometri untuk menghasilkan cincin newton

II. METODOLOGI
Pada percobaan percobaan cincin newton ini pertama yang
harus dilakukan siapkan alat yang digunakan yaitu lampu
halogen yang berfungsi sebagai sumber cahaya dan satu set
alat cincin newton untuk mengamati fenomena cincin newton.
Setelah itu dipastikan peralatan telah dilengkapkan. Kemudian
dibersihkan lensa bikonveks dengan tissue yang lembut
sampai benar-benar bersih, lalu diatur posisi lensa bikonveks
pada tempatnya. Dinyalakan lampu halogen dengan ditekan
starting switch pada line spectrum light source dan ditahan
beberapa saat. Diatur kemiringan reflector sehingga pantulan
dari sumber cahaya lensa bikonveks memebntuk beberapa
lingkaran. Diatur atau digeser skala pada mikroskop vernier
untuk mendapatkan data yang dicari. Terakhir di switch off
alat segera setelah digunakan.

Lensa bikonveks dibersihkan


dan diatur posisinya

Lampu halogen
dinyalakn

Atur kemiringan
reflektor

Atur skala pada


mikrokop vernier
mikroskop

Pengurangan
Apaakah sudah
didapt hasil 1?
Ya/tidak ?

Finish
Gambar 3. Flowchart percobaan cincin newton

JURNAL FISIKA GELOMBANG CINCIN NEWTON (2015) Vol (01-04)


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data hasil percobaan cincin newton jari-jari atas
r ratar atas (mm)
No
Orde
rata
1
2
3
(mm)
1
1
1.01
1.15
1.04
1.06
2
2
2.045
2.09
1.69
1.94
3
3
2.83
2.33
2.28
2.48
4
4
2.93
2.86
2.64
2.81
Tabel 2. Data hasil percobaan cincin newton jari-jari bawah
r ratar bawah (mm)
No
Orde
rata
1
2
3
(mm)
1
1
0.81
1.68
0.77
1.08
2
2
0.85
1.76
1.82
1.47
3
3
1.61
2.16
2.81
2.04
4
4
1.88
2.5
3.06
2.48
Dari hubungan antara orde dan juga r m tersebut dapat
diketahui nilai panjang gelombang berdasarkan rumus:
2

=
..(5)

Tabel 3. Hasil perhitungan data tabel 1 dan tabel 2


No
Orde
(mm)
1
1
0.00045796
2
2
0.00058141
3
3
0.00068101
4
4
0.0006996
Cincin Newton sebenarnya adalah pola interferensi yang
berupa lingkaran-lingkaran gelap dan terang yang konsentris.
Pola yang dihasilkan tersebut terjadi ketika sumber cahaya
pada percobaan dinyalakan. Cahaya tersebut menyebar ke
segala arah. Cahaya yang ditangkap oleh reflektor/cermin
pada alat cincin newton dipantulkan/direfleksikan ke lensa
plankonveks yang dibawahnya terdapat cermin datar.
Sebagian cahaya dibiaskan dan sebagiannya lagi diteruskan.
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat
melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda
indeks biasnya. Pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya
melewati dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar
bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari
medium kurang rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca).
Sinar bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya
merambat dari medium lebih rapat(kaca) ke medium kurangrapat
(udara). Pada percobaan ini sinar cahaya datang dari medium renggang
yaitu udara ke medium lebih rapat yaitu lensa plankonveks. Lensa yang
digunakan pada percobaan adalah lensa plankonveks dimana lensa tersebut
memiliki dua sisi yang berbeda yaitu sisi yang datar dan sisi yang lengkung
seperti mangkuk. Dimana ketika sinar cahaya datang sisi lengkung tersebut
menjadi lensa cekung. Lensa cekung dinamakan pula lensa divergen karena
lensa cekungmenyebarkan berkas sinar sejajar yang diterimanya.
Bayangan yangdibentuk oleh lensa cekung merupakan perpotongan
perpanjangan sinar-sinar bias, sehingga bayangan yang dibentuk
oleh lensacekung selalu bersifat maya. Kemudian sinar yang

melalui lensa tersebut direfleksikan kembali oleh cermin yang


berada di bawah lensa. Medium udara yang ada diantara
cermin di bawah lensa dan lensa membuat cahaya yang datang
memasuki lensa dibiaskan kembali. Karena medium udara dan
lensa berbeda. Tetapi pada saat ini sisi lengkung lensa menjadi
lensa cembung. Lensa cembung dinamakan pula lensa
konvergen
karena
lensacembung
memfokuskan
(mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Sinar
yang dihasilkan oleh lensa ini kemudian ditangkap oleh lensa
okuler yang ada pada mikrskop vernier. Dari sini dapat
diketahui pola interferensi berupa lingkaran-lingkaran gelap
dan terang yang dihasilkan berasal dari beberapa proses yang
dilalui cahaya pada percobaan ini.
Pada percobaan ini terdapat beberapa komponen yaitu
lampu halogen, lampu halogen ini berfungsi sebagai sumber
cahaya pada percobaan ini, reflector, reflektor, terdiri dari dua
jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor
ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja
objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju
mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di
butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka
menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya, lensa plankonveks, lensa yang
memiliki dua sisi yang berbeda yaitu pada sisi utamanya
terdapat sisi yang datar dan yang lainnya memiliki sisi yang
lengkung, sisi lengkung ini memiliki dua fungsi yaitu ketika
pertama kali sinar masuk lensa, lensa bekerja seperti lensa
cekung yaitu lensa menyebarkan cahaya dan ketika sinar yang
dipantulkan oleh cermin di bawah lensa, lensa bekerja seperti
lensa cembung yaitu memfokuskan cahaya. Penjepit kaca,
penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi
objek agar tidak mudah bergeser. Lensa okuler, yaitu lensa
yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk
membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa
objektif. Mikrometer, pengatur ini berfungsi untuk menaikkan
dan menurunkan mikroskop secara lambat, Cahaya yang
digunakan adalah cahaya
Pada eksperimen ini dilakukan dengan cara pengambilan
data berupa jari-jari yang terbentuk oleh interferensi cahaya
pada orde ke m. Pada peristiwa interferensi ini didapatkan
pola gelap terang yang menyerupai cincin. Pengamatan
dilakukan pada gelap pusat yang terbentuk di tengah bidang
pengamatan kemudian mencatat skala yang ditunjukkan oleh
micrometer dan untuk gelap pusat ini dijadikan sebagai skala
atau posisi awal. Data yang diambil berupa jari-jari untuk orde
ke nol hingga ke Sembilan. Dari hasil yang didapatkan berupa
orde ke 1 4 dan juga nilai r m dapat diolah menggunakan
grafik regresi linier sehingga didapatkan nilai panjang
gelombang halogen dari eksperimen ini.
Apabila menggunakan persamaan regresi linier y=ax+b
dimana nilai dari y merupakan 2 maka untuk nilai a
merupakan perkalian antara dan juga nilai x-nya adalah m
(orde). Sehingga dari persamaan yang diperoleh yaitu :
2 = .. (6)
Dari persamaan (6) tersebut diketahui bahwa nilai a (gradient)
merupakan perkalian antara sehingga:

= (7)
dengan nilai R= 2,5 m = 2500 mm. Sehingga didapatkan
grafik antara hubungan m (orde) dengan 2

JURNAL FISIKA GELOMBANG CINCIN NEWTON (2015) Vol (01-04)

4
UCAPAN TERIMA KASIH

Grafik hubungan r2m


terhadap m
Seri
es1

4 y = 0.505x + 0.458
R = 0.998
2

Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten


laboratorium fisika gelombang Ayu Ningsih selaku asisten
dalam percobaan cincin newton, yang telah bersedia
membantu baik sebelum maupun pada saat percobaan hingga
jurnal ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan rekan satu kelompok atas kerja
samanya dalam melaksanakan praktikum ini, serta seluruh
pihak yan telah membantu dalan penyelesaian jurnal ini.

0
0

DAFTAR PUSTAKA

10

r2 (mm2)
Gambar 4. Grafik Hubungan kuadrat jari-jari dengan orde

Tabel 4. Perbandingan panjang gelombang sebenarnya dan


panjang gelombang hitung
No
sebenarnya (mm)
hitung (mm)
error (%)
1
0.0009
0.00045796
49.11555556
2
0.0009
0.000581405
35.39944444
3
0.0009
0.000681013
24.33185185
4
0.0009
0.000699603
22.26638889
Rata-rata
0.000604995
32.77831019
Dari grafik regresi linier nilai gradient merupakan perkalian
antara panjang gelombang dengan R, sehingga nilai panjang
gelombang halogen didapatkan sebesar: = 0.000604995 mm
Apabila dibandingkan dengan panjang gelombang pada
literature untuk gelombang cahaya halogen bernilai 0.0009
mm. Sehingga didapatkan nilai prosentase kesalahan sebesar
32%. Adanya perbedaan hasil panjang gelombang dengan
teori adalah perbedaan besar sudut pembelah berkas cahaya
yang digunakan pada saat eksperimen juga dapat
mempengaruhi rumbai (fringe) yang terbentuk sehingga juga
mempengaruhi jari-jari pada tiap orde fringes tersebut.
Apabila terdapat perbedaan jari-jari maka juga berpengaruh
pada besar panjang gelombang sumber cahaya. Kurang
telitinya praktikan saat membaca micrometer dan kurang
tepatnya dalam menggeser hingga pada orde selanjutya. Tidak
tegak lurus mata praktikan saat melihat rumbai gelap terang
sehingga terjadi multi interpretasi dalam pengukuran. Lensa
yang dipakai pecah/cacat sehingga memungkinkan fenomena
optic lainnya yang menyebabkan hasil yang kita peroleh tidak
maksimal.
IV. KESIMPULAN
Dari eksperimen interferensi cahaya dengan panjang
gelombang yang dapat teramati dengan eksperimen piranti
cincin newton. Nilai panjang gelombang cahaya lampu
halogen yang didapatkan dari eksperimen sebesar
=0.000604995 mm. Semakin besar orde maka semakin besar
pula jari-jari lintasan yang terbentuk.

[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]

Gabriel, J. F. 1999. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrotes.


Hect, E. 1987. Optics 2nd Edition. Addison Wesley
Pain, H. J. 2005. The Physics of Vibrations and Wave. Emgland : John
Wiley & Sons Ltd.
Pedrotti, S. J., dkk. 1993. Introduction to Optics. Canada : Prentice-Hall
International.
Serway, Raymond. 2004. Physics for Scientist and Engineers. Pomona :
Thomson Brooks.
Tipler, Paul A. 2006. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlannga.

Anda mungkin juga menyukai