Laporan Lotion

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia dan
mempunyai fungsi untuk melindungi dari pengaruh luar. Kerusakan pada kulit
akan menggangu kesehatan manusia maupun penampilan, sehingga kulit perlu
dilindungi dan dijaga kesehatannya. Proses kerusakan kulit ditandai dengan
munculnya keriput, sisik, kering dan pecah pecah, maka kulit membutuhkan
suatu produk untuk mempertahankan kelembaban kulit, atau menjaga kulit dari
kekeringan, melembutkan kulit dan kerusakan kulit. produk tersebut yaitu lotion.
Lotion adalah sediaan kosmetik emilien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab
bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat
tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah
dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan dan badan) merupakan sebutan
umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).
Lotion didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak
larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya
berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan,
sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan memberi
efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion adalah
produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua cairan
yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat mengalir
dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang
sehat.
Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya.
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi
yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada
permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah
pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et
al., 1994). Kulit membutuhkan produk lotion, maka diperlukan formulasi lotion
yang baik bagi kulit, oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui lotion yang dihasilkan dengan perlakuan perbedaan
minyak terhadap kualitas lotion.
2. Untuk mengetahui nilai viskositas lotion yang dihasilkan pada masing
masing perlakuan
3. Untuk mengetahui stabilitas emulsi lotion yang dihasilkan pada masing
masing perlakuan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lotion


Lotion adalah sediaan kosmetik emilien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab
bagi kulit,memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat
tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah
dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan dan badan) merupakan sebutan
umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto,et al,1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air
yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi
tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana
mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek
pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan
memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982, menyebutkan lotion
adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua
cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada
kulit yang sehat.
Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya.
Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi
yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada
permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah
pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman et
al., 1994). Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996.
Tabel 1. Syarat mutu pelembab kulit
No. Kriteria Satuan Syarat
1 Penampakan - Homogen
2 pH - 4,5-8
3 Bobot Jenis - 0,5-1,05
4 Viskositas cP 2000-50.000
5 Cemaran Mikroba Koloni/gram Maksimum 102
Sumber : SNI 16-4399 (1996).
2.2 Definisi dan Kegunaan Bahan dalam Pembuatan Lotion
2.2.1 Vaselin (Petrolatum)
Petrolatum merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari
hidrokarbon (jumlah karbon lebih dari 25). Petrolatum (vaselin), misalnya
vaselin album, diperoleh dari minyak bumi. Titik cair 10-50C apat mengikat
kira-kira 30% air. Vaselin album adalah golongan lemak mineral yang dapat
mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak (Djuanda, 14;
Sharma, 2008).
Petrolatum (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim atau
lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan kulit
(emollient). Minyak ini merupakan pelembut kulit yang sangat baik karena
bersifat tidak aktif dan tidak menembus kulit. Sunsmart (1996) menyatakan
bahwa petrolatum sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek
pemakaiannya dipertimbangkan sebagai occlusive emollient. Selain itu, bahan
ini dapat berfungsi sebagai antioksidan dan pengemulsi. Petrolatum memiliki
warna dari transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi
solid hidrokarbon, dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat
dibawah 100oF (37oC), serta tidak larut dalam air, larut dalam kloroform,
benzene dan karbon disulfida.
2.2.2 Aquades
Aquades merupakan komponen yang paling besar persentasenmya
dalam pembuatan skin lotion. Aquades merupakan substansi yang paling
reaktif diantara bahan-bahan penyusun produk kosmetik. Pada kosmetik,
aaquades merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya
dibandingkan bahan baku lainnya, tetapi aquades memiliki sifat korosi
(Wilkinson et al. 1962). Pada sistem emulsi air juga berperan penting sebagai
emolien yang efektif dan sebagai fase pendispersi dalam tipe air dalam
minyak serta satu-satunya plasticizer pada stratum corneum. (Barnett 1962).
2.2.3 Pewangi
Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang
terutama berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan.
Pewangi yang biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum
yang digunakan biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak
menyebabkan iritasi (Schueller dan Romanowski, 1999). Penambahan
pewangi pada produk merupakan upaya agar produk mendapatkan tanggapan
yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas, oleh karenanya bahan ini
ditambahkan pada temperatur yang rendah (Rieger 2000). Jumlah pewangi
yang ditambahkan harus serendah mungkin yaitu berkisar antara 0,1-0,5%.
Pada proses pembuatan skin lotion pewangi dicampurkan pada suhu 35oC
agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996).
2.2.4 Minyak kelapa
Minyak kelapa mempunyai sifat sebagai antioksidan yang setara
dengan vitamin E (Herrera, 2005). Kandugan asam lemak jenuh pada minyak
kelapa adalah sebesar 90% yang berupa lemak jenuh rantai sedang atau
MCFA (Medium Chain Fatty Acid) dan kandungan asam lemak jenuh rantai
panjang hanya sekitar 8%. Kandungan terbesar adalah asam laurat (50%) dan
asam kapriat (7%). Keduanya merupakan antimikroba (antibakteri dan
antijamur) yang dapat membunuh berbagai jenis mikroorganisme yang
membran selnya mengandung asam lemak (Sutarmi dan Rozaline, 2006).
Dengan demikian, minyak kelapa dapat berfungsi sebagai antioksidan yang
dapat menangkal penuaan dini dan keriput sekaligus pengawet yang dapat
menjaga stabilitas fisis lotion.
2.2.5 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow.
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan
zat warna karotenoid. Di dalam minyak kelapa sawit, asam lemak yang
dominan adalah asam lemak palmitat (Mitsui, 1997).
2.2.6 Vitamin E
Vitamin E (tocopherol) berfungsi untuk melembutkan, menghaluskan
dan mencegah pengerutan kulit serta anti anti penuaan pada kulit (Ikrawan,
2005)
2.2.7 Cocoa Butter (lemak kakao)
Lemak kakao disebut sebagai minyak Theobroma, adalah lemak alami
yang diperoleh dari nib kakao (cotyledone) hasil pemisahan dengan proses
pengempaan hidrolik atau expeller. Lemak kakao memiliki sifat khas yakni
bersifat plastis dan memiliki kandungan lemak pada yang relatif tinggi.
Lemak kakao sebagian besar tersusun dari lemak jenuh tetapi lemak kakao
adalah lemak nabati yang tidak mengandung kolestrol. Secara umum lemak
kakao terdiri dari beberapa asam lemak yaitu asam palmitat 24,3%, asam
stearat 35,4%, asam oleat 38,2% asam linoleat 2,1% (Ikrawan, 2005).

2.2.8 Olive Oil (Minyak Zaitun)


Minyak zaitun digunakan karena mengandung kelompok lipofilik
(Barnett, 1972). Minyak zaitun adalah sumber utama lemak dari makanan
dalam diet Mediterania, dan konsumsi minyak zaitun yang teratur memiliki
berbagai efek menguntungkan pada kesehatan manusia. Penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi diet
mediterania, yang biasanya mencakup asupan 25-50 ml minyak zaitun per
hari dengan lebih rendahnya insiden penyakit kardiovaskular, penurunan
kognitif degeneratif, dan beberapa jenis kanker (Corona et al., 2009).
2.3 Manfaat Body Lotion
Lotion adalah emulsi encer yang didesain untuk penggunaan luar.
Biasanya lotion digunakan pada daerah-daerah yang sering mengalami gesekan
atau gososkan seperti bagian antar jari, paha dan lengan (Allen, 1999 dalam
Ningrum, 2011). Hand lotion merupakan salah satu produk kosmetik berbasis
lotion. Hand lotion berfungsi menjaga kelembapan kulit tangan agar tetap sehat
(Tatum, 2011 dalam Ningrum, 2011). Hand lotion mencegah terjadinya
dryness, premature aging, cracked skin yang dapat meyebabkan
ketidaknyamanan (Warta, 2011 dalam Ningrum, 2011).
2.4 Mekanisme yang Terjadi pada Pembuatan Lotion
Lotion merupakan salah satu jenis emulsi minyak dalam air. fase
minyak dan fase air yang terpisah disatukan dengan pemanasan dan
pengadukan. Fase minyak mengandung komponen bahan yang larut minyak.
Fase air mengandung komponen bahan yang larut air yang dipanaskan pada
suhu yang sama dengan fase minyak kemudian disatukan (Rieger, 2000).
Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75oC. Proses
emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada suhu 70oC (Mitsui, 1997).
Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan Pengadukan
yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena
akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya pengadukan
tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui secara empiris.
Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi viskositas
emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan menyebabkan
semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger, 2000).
Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak
bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat
kekuatan yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi
partikel partikel yang lebih kecil. Kekuatan ini disebut tegangan antar muka.
Zat-zat yang dapat meningkatkan penurunan tahanan tersebut akan merangsang
suatu cairan untuk menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Penggunaan zat-
zat ini sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan
tegangan antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi
gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik
antarmolekul dari masing-masing cairan (Ansel, 1989). Zat pengemulsi
mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang merupakan
gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Beaker Glass
2. Hot plate
3. Sendok
4. Panci
5. Mixer
6. Termometer

3.1.2 Bahan
1. Vaselin
2. Aquades
3. Cocoa Butter
4. Minyak Sawit
5. Vitamin E
6. Minyak kelapa
7. Minyak zaitun
8. Pewangi
3.2 Skema Kerja

Emulsifier dan
minyak zaitun dalam Air dalam panci
Air
beaker glass

Ditunggu hingga mendidih

Beaker glass diangkat

Dimasukkan dalam microwave 100o C


selama jam

Pendinginan

1 kapsul Vit E + tetes


Pencampuran 10 menit
bibit minyak wangi

Lotion
BAB 4 HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Viskositas
Nama Sampel
Kontrol Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
Yanuar 5 2 4 3 1
Erna 5 3 4 4 4
Mila 5 4 3 2 1
Dini 5 3 4 2 1
Nur Hanif 5 1 4 3 2
Fauzan 5 1 2 4 3
Jumanah 5 3 2 1 4
Diyana 5 2 4 1 3

4.1.2 Stabilitas Emulsi


Nama Sampel
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
Yanuar 1 3 2 4
Erna 2 1 3 4
Mila 2 1 3 3
Dini 1 3 2 3
Nur Hanif 1 2 3 4
Fauzan 2 1 3 3
Jumanah 1 2 3 4
Diyana 1 3 2 4

Keterangan :
Kelompok 1 : Minyak Zaitun
Kelompok 2 : Minyak Kelapa
Kelompok 3 : Minyak Kelapa Sawit
Kelompok 4 : Cocoa Butter

4.1 Hasil Perhitungan

Parameter Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kontrol


Viskositas 2,375 3,375 2,5 2,375 5
Stabilitas emulsi 1,375 2 2,625 3,625
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh bahan yang digunakan terhadap viskositas Lotion
Viskositas merupakan parameter penting dalam suatu emulsi karena
kestabilan emulsi dipengaruhi oleh viskositas emulsi tersebut. Semakin tinggi
viskositas produk. Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan
yang artinya berkaitan dengan nilai stabilitas emulsi. Rata rata nilai viskositas
lotion dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini.
6
Rata-Rata Nilai Uji Organileptik

2 viskositas

0
Kontrol minyak minyak minyak cocoa
kelapa zaitun sawit butter
Perlakuan

Gambar 1. Hasil Rata Rata Nilai Viskositas Uji Organoleptik

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada grafik tersebut


dapat diketahui bahwa viskositas pada kontrol lebih disukai (tertinggi) oleh
panelis yaitu diperoleh nilai rata rata viskositas = 5, pada kelompok 1 dengan
bahan minyak zaitun diperoleh nilai rata rata viskositas = 2,375, pada kelompok
2 dengan bahan minyak kelapa diperoleh nilai rata rata viskositas sebesar 3,375,
pada kelompok 3 dengan bahan minyak kelapa sawit diperoleh nilai kesukaan
panelis viskositas terendah yaitu 2,5, pada kelompok 4 dengan menggunakan
bahan cocoa butter diperoleh nilai rata rata viskositas yaitu sebesar 2,375.
Viskositas yang baik akan memiliki nilai yang tinggi. Ketika didinginkan,
minyak zaitun menjadi keruh sekitar 10oC, dan menjadi massa seperti butter pada
0 oC (Rowe et al, 2003). Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida
alkali karena mengandung asam lemak tak jenuh dalam kadar tinggi, minyak
zaitun rentan terhadap oksidasi dan tidak kompatibel dengan agen oksidasi (Rowe
et al, 2003).
Lotion minyak kelapa adalah yang paling mendekati viskositas lotion
kontrol, diikuti lotion minyak kelapa sawit ,lotion minyak zaitun dan lotion cocoa
butter. Faktor yang mempengaruhi viskositas adalah stabilitas emulsi (Anita,
2008). Kestabilan berkaitan dengan nilai HLB (hydrophilic Licophilic balace)
bahan. HLB merupakan sistem keseimbangan dua fase yang diemulsikan. Jenis
HLB yang dapat menghasilkan kestabilan yang tinggi pada pembuatan lotion
adalah golongan hidrofilik yaitu dengan nilai 8-18 (Zaelani, 2007). Berdasarkan
komponen asam lemak yang terdapat pada bahan yang digunakan, cocoa butter
memerlukan nilai HLB 6, minyak zaitun 7, di dalam minyak kelapa kandungan
utama didalamnya adalah asam laurat yang memiliki HLB 16, kandungan minyak
kelapa sawit dengan komponen utama palmitat memiliki HLB sebesar 18,975
(Ristati, dan Sitti., 2010).
Waktu pengadukan mempengaruhi emulsi yang dihasilkan Pengadukan
yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus dihindari, karena
akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel. Lamanya pengadukan tidak
dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat diketahui secara empiris.
Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan mempengaruhi viskositas
emulsi yang dihasilkan. Semakin kecil ukuran partikel akan menyebabkan
semakin meningkatnya viskositas emulsi (Rieger 1994).
Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah
disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung
komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan yang
larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak kemudian
disatukan (Rieger 2000). Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada
suhu 70-75 oC. Proses emulsifikasi pada pembuatan skin lotion adalah pada suhu
70 oC (Mitsui 1997).
5.2 Stabilitas emulsi Lotion
Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang
terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan
partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah. Rata - rata nilai stabilitas
emulsi lotion dapat dilihat pada gambar 2. berikut ini:

4
Rata - rata nilai Stabilitas emulsi Lotion

3.5

2.5

1.5

0.5

0
minyak kelapa minyak zaitun minyak sawit cocoa butter
Perlakuan

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa stabilitas emulsi lotion


yang disukai panelis (tertinggi) yaitu pada penggunaan bahan cocoa butter yaitu
sebesar 3,625, sedangkan stabilitas emulsi lotion yang tidak disukai panelis
(terendah) yaitu pada penggunaan bahan minyak kelapa yaitu sebesar 2.
Menurut Suryani et al, (2000), emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan
oleh beberapa hal antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan
bahan, kecepatan dan pencampuran yang tidak tepat, tidak sesuai rasio antara fase
air dan fase minyak, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan
pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau
getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidak murnian emulsi, reaksi antara dua
atau lebih komponen dalam sistem dan penambahan asam atau senyawa elektrolit.
Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Kestabilan berkaitan dengan
nilai HLB (hydrophilic Licophilic balace) bahan. HLB merupakan sistem
keseimbangan dua fase yang diemulsikan. Jenis HLB yang dapat menghasilkan
kestabilan yang tinggi pada pembuatan lotion adalah golongan hidrofilik yaitu
dengan nilai 8-18 (Zaelani, 2007).
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dihasilkan maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Viskositas pada kontrol lebih disukai (tertinggi) oleh panelis yaitu
diperoleh nilai rata rata viskositas = 5, pada minyak kelapa sawit
diperoleh nilai kesukaan panelis pada viskositas terendah yaitu 2,5.
2. Minyak yang digunakan untuk pembuatan lotion berpengaruh terhadap
stabilitas emulsi lotion yang dihasilkan. Stabilitas emulsi yang disukai
panelis (terbesar) yaitu pada penggunaan cocoa butter yaitu sebesar 3,625
sedangkan stabilitas emulsi lotion yang tidak disukai panelis (terendah)
yaitu pada penggunaan bahan minyak kelapa yaitu sebesar 2.
3. Pada pembuatan emulsi akan terjadi kontak antara dua cairan yang tidak
bercampur karena berbeda kelarutannya dan pada saat tersebut terdapat
kekuatan yang menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya
menjadi partikel partikel yang lebih kecil.

6.2 Saran
Sebaiknya dalam prakatikum dilakukan perlakuan penambahan bahan
yang sesuai dengan standar sehingga lotion agar tidak terjadi iritasi pada kulit
DAFTAR PUSTAKA

Anief, 1984. Ilmu Farmasi . Jakarta : Ghalia Indonesia.

Anita, S. B. 2008. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion. Skripsi.


Bogor: IPB.
Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ibrahim F, penerjemah.
Jakarta: UI-Press
Barnett G. 1962. Cosmetics and Science Technology. Volume 1. New York:
Willey Interscience,
Corona,G., Spencer, J.P.E., Dess, M.A. 2009. Extra virgin olive oil phenolics:
absorption, metabolism, and biological activities in the GI tract. Toxicol
Ind Health; 25: 285.
Djuanda A. 1994. Pengobatan Topikal dalam Bidang Dermatologi. Jakarta:
Yayasan Penerbitan IDI.
Herrera, F.B. 2005. The Antioxidant Effect of Virgin Coconut Oil on Lipid
Peroxidation. Philippine Journal of Internal medicine, 43(4), 199.
Lachman et al, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid II, Edisi III.
Jakarta : Universitas Indonesia.

Lachman et al., 1994. Soaps and Detergent. New York: Mac Nair Dorland
Company.
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. NewYork: Elsevier.
Ningrum, Ayu Asmoro. 2011. Optimasi proses pencampuran hand lotion dengan
kajian kecepatan putar mixer, suhu dan waktu pencampuran
menggunakan metode desain faktorial. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
farmasi Univ. Sanata Dharma.
Ristanti, E.Y. Sitti, R. 2010. Formulasi Hand and Body Lotion dari Lemak Kakao.
Jurnal Industri Hasil Perkebunan. Vol. 5 (2): 92-97.
Sutarmi dan Rozaline, H. 2006. Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Rieger, M. 2000. Harrys Cosmeticology. Ed ke-8. New York: Chemical


Publishing Co Inc.
Rowe, R.C et al, 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipient, 4th ed,
Pharmaceutical Press, Washington, DC. 219-221.

Schueller, R., and Romanowski, P. 1999. Conditionng Agent for Hair and Skin.
New York: Marcel Dekker.
Standar Nasional Indonesia. 1996. Sediaan Tabir Suya. SNI 16-4399-1996. Badan
Standardisasi Nasional.
Sunsmart. 1996. Petrolatum: a usefull classic. Journal Cosmetics and Toiletries.
Newyork: Sunsmart Inc.
Suryani, A., I. Sailah., E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor: Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam: DF Williams and WH Schmitt
(Ed). 1996. Chemistry and Technology of Cosmetics and Toiletries
Industry. Ed ke-2. London: Blackie Academy and Profesional.

Sularto,et al,1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin


dalam Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya. Laporan
Penelitian, LP UNPAD Bandung : Universitas Padjajaran .

Wilkinson 1982 . Herrys Cosmeticology. London : George Godwin.

Wilkinson J B., R Clark E. Green, T P M. 1962. Modern Cosmeticology. Volume


I. Leonard Hill, London

Zaelani, A. 2007. Sintesis Mono dan Diasilgliserol dari Refined Bleached


Deodorized Palm Oil (RBDPO) dengan Cara Gliserolisis Kimia. Skripsi.
Bogor: Institur Pertanian Bogor.
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Viskositas Lotion

2+3+4+3+1+1+3+2
Kelompok 1 = = 2,375
8

4+4+3+4+4+2+2+4
Kelompok 2 = = 3,375
8

3+4+2+2+3+4+1+1
Kelompok 3 = = 2,5
8

1+4+1+1+2+3+4+3
Kelompok 4 = = 2,375
8

5+5+5+5+5+5+5+5
Kontrol = =5
8

2. Stabilitas Emulsi Lotion

1+2+2+1+1+2+1+1
Kelompok 1 = = 1,375
8

3+1+1+3+2+1+2+3
Kelompok 2 = =2
8

2+3+3+2+3+3+3+2
Kelompok 3 = = 2,625
8

4+4+3+3+4+3+4+4
Kelompok 4 = = 3,625
8

Anda mungkin juga menyukai