Jagung 2016 PDF
Jagung 2016 PDF
Jagung 2016 PDF
Disini akan di bahas tentang budidaya jagung mulai dari sejarah tanaman jagung, sejarah
tanaman jagung menurut teori asal,taksonomi dan klasifikasi tanaman jagung,jenis jenis
jagung,morfologi jagung, morfologi akar jagung,morfologi daun jagung,morfologi batang
jagung,morfologi biji jagung,morfologi bunga jagungdll. Dan insyaalloh pada lain hari akan
saya tambahkan cara budidaya jagung,reproduksi dan perbanyakan jagung, produksi dan
pemasaran tanaman jagung.
Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan tanaman
tingkat tinggi dengan klasifikasi berikut:
Klasifikasi Jagung
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub divisio :Angiospermae
Class :Monocotyledoneae
Ordo :Poales
Familia :Poaceae
Genus :Zea
Spesies :Zea mays L.
Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan:
(i) sifat biji dan endosperm,
(ii) warna biji,
(iii) lingkungan tempat tumbuh,
(iv) umur panen, dan
(v) kegunaan.
b.Daun.
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini
dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang
ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah.
Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas
batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang
menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada ruas
batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan
pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman
jagung menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan
(Belfield dan Brown, 2008).
c.Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada tanaman
jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya
tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan sebagai tempat
pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem
bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose
menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
d.Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-30 buah. Akar lateral
yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman
jagung termasuk tanaman monokotil (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, 2011).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan akar udara.
Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam. Pertumbuhan akar
melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman
jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang
berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari
radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting
sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh
pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti
(Belfield dan Brown, 2008).
e.Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan
terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol
jagung. Tangkai kepala putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu
dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat sejumlah rambut
yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak (Tim Kerja Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, 2011).
Pustaka:
http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung
R. Neni Iriany, M. Yasin H.G., dan Andi Takdir M.
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.Asal, Sejarah, Evolusi, dan Taksonomi
Tanaman Jagung
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of
Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress
Management, 2(3):250-256
Souza, Castro, Pereira, Parentoni, Magelhaes. 2009. Morpho-anatomical Characterization of
root in Recurrent Selection Cycles for Food tolerance of Maize (Zea mays L.). Plant Soil
Environ, 55(11):504-510.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to
Upland Production in Cambodia). Canberra
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros (Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi,
dan Sri Sunarti).
Gambar dari berbagai sumber.
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap
pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat
dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang
ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase
pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai
tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun
yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak
fisiologis.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan
berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al.
1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi
dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi.
Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan
dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut
ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus
pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikelmuncul, kemudian empat akar
seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh
koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke
permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika
ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul
dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan
kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama
pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap
pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Perkecambahan
tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan
gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan
tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini
akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah
permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat
keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan (McWilliams et al.
1999).
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah berkecambah. Titik
tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat,
dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan
perkembangan tongkol dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih
banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi
tanaman (McWilliams et al. 1999).
Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah. Tanaman
tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan
air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif
terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan
jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil
(McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya
bunga betina (silking).
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir dari bunga
jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum
rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan
mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian
vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh
tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.
Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus kelobot, biasanya
mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh
bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut
membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana pembuahan
(fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki
selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang
hingga diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi
oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih pada bagian
luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat sedikit cairan. Pada tahap ini,
apabila biji dibelah dengan menggunakan silet, belum terlihat
struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat, dan K hampir komplit (Lee 2007).
Fase R2 (blister)
Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah kering dan berwarna gelap.
Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih
melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus
sampai panen.
Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk cairan bening,
berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat
(bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap.
Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat
mencapai 80%.
Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum mengeras).
Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar
70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna, embrio
sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji 55%.
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada tahap ini, biji-biji
pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah
berkembang dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.
Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian
pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai
sifat tetap hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau
meskipun telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35%
dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing 100%.