Beluntas
Beluntas
Beluntas
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi
Regnum : Plantae
Subdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Gambar 2.1 Daun Beluntas (Pluchea
Genus : Pluchea
Indica L.)
Spesies : Pluchea Indica (L.) Less (Dalimarta, 1999)
II.2 Deskripsi Tumbuhan
II.3 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan kecuali
dinyatakan lain simlisia merupakan bahan yang dikeringkan dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani, pelican atau mineral. Simplisia nabati
adalah simplisia yang berupa tanaman utuh bagian tanaman atau eksudat
tanaman (Syahruni, dkk., 2007).
Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel. Simplisia hewani adalah simplisia
berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat yang berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa zat kimiam murni. Simplisia pelikan/mineral
adalah simplisia berupa pelikan atau mineral yang belum diolah atau tetap
diolah dengan cara sederhana belum berupa zat murni (Syahruni, dkk.,
2007).
Tahap penyiapan simplisia(Syahruni, dkk., 2007).:
1. Penyiapan bahan baku
Kadar zat aktif dalam simplisia bervariasi, tergantung pada bagian
tanaman, umur tanaman, waktu panen, dan teknik pengumpulan.
2. Sortasi basah
Untuk memastikan kotoran atau bahan dari akar tanah, rumput tidak
terikat. Tanah mengandung mikroba dengan jumlah tinggi sehingga
dengan sortasi basah
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan garam dan pengotor
lainnya yang melekat pada sampel. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yakni dengan air mengalir.
4. Perajangan
Perajangan dilakukan agar mempercepat proses pengeringan.
5. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lebih
lama. Dengan penurunan kadar air, dapat dicegah terjadinya penurunan
mutu atau perusakan simplisia.
6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada
atau tertinggal pada simplisia kering
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena faktor internal
dan eksternal simplisia, seperti : cahaya, oksigen udara, reaksi kimia
internal, dehidrasi, penguapan air, dan pengotoran.
II.4 Ekstraksi
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Ekstrak terdiri
atas bentuk kering, kental, cair dibuat dengan cara mengambil sari (menyari)
simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari
langsung. Sebagai caiaran penyari digunakan air, etanol, atau campuran
etanol dan air. Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari, sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas.
Proses penarikan senyawa kimia dalam sel tanaman yaitu dengan
cara pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif , zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar
sel, maka larutan terpekat akan terdistribusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam sel dan di luar sel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi
dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair (Estien, 2005).
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam
usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam
seperti steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut
banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam
tertentu dalam larutan air
Jenis-jenis ekstraksi dapat dibedakan menjadi ekstraksi cara dingin
yaitu tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung,
tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud rusak
karena pemanasanan. Contoh maserasi dan perkolasi. Ekstraksi cara panas
yaitu metode yang melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan
cara dingin. Contoh refluks, soxlet, digesti, dan infusa(Estien, 2005)
II.4.1 Jenis Jenis Metode Ekstraksi
1. Metode dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi simplisia dengan merendam
dalam pelarut pada suhu kamar sehingga kerusakan atau degradasi
metabolit dapat diminimalisasi. Pada maserasi, terjadi proses
keseimbangan konsentrasi atau larutan diluar dan didalam sel
sehingga diperlukan penggantian pelarut secara berulang. Kinetik
adalah cara ekstraksi, seperti maserasi yang dilakukan dengan
pengadukan (Hanani, 2014).
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan
banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar
kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa
mungkin saja sulit diektraksi pada suhu kamar. Namun, disisi lain,
metode maserasi dapat, menghindari rusaknya senyawa-senyawa
yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
b. perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara
perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi
dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada
bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah (Mukhriani, 2014).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi
karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang
terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh
pelarut baru. Sedangkan kerugiannya jika sampel dalam perkolator
tidak homogen maka pelaruta akan sulit menjangkau seluruh area.
Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak pelarut dan
memakan waktu banyak (Mukhriani, 2014).
2. Metode panas
a. Refluks
Refluks pada metode refluks sampel dimasukkan bersama
pelarut kedalam labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut
dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan
kembali kedalam labu. (Mukhriani, 2014).
b. Sokletasi
Sokletasi adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut organik
pada suhu didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan
ekstrak berada pada labu berbeda. Pemanasan mengakibatkan
pelarut menguap, uap masuk dalam labu pendingi, hasil kondensasi
jatuh bagian simplisia sehingga ektraksi berlangsung terus-menerus
dengan jumlah pelarut relatif konstan. Ekstraksi ini dikenal sebgaai
ekstraksi sinambung (Hanani, 2014).
c. Destilasi Uap
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengektraksi minyak essensial (campuran berbagai
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan
destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur)
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian
dari metode ini adalah senyawa bersifat termolabil dapat terdegradasi
(seidel V, 2006)
d. Infusa
Infusa adalag cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air,
pada suhu 96-98C selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 96C
tercapai). Bejana infusa tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai
untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga dan daun (Hanani,
2014).
e. Dekok
Dekok adalah cara eksraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja
waktu ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai
titik didih air (Hanani, 2014).
berfluoresensi.
2. Menyemprot dengan pereaksi yang menghasilkan warna atau
BAB III
METODE KERJA
penangas air, penyaring, pipet tetes, spatel, timbangan, UV 254 nm dan 365
nm.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol, asam
asetat, asam klorida 2N, asam klorida pekat, aquadest, etanol 70%, etil
asetat, lempeng KLT G60 F254, larutan mayer, larutan bouchardat, larutan
reagen AlCl3, serbuk magnesium dan simplisia daun beluntas (Pluchea indica
L.).
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada
dinginkan.
3. Ditambahkan NaCL untuk mengendapkan protein-proteinnya,
kemudian disaring
4. Ditambahkan HCL 2N kedalam filtrat sampai 2 mL
5. Dibagi menjadi 3 bagian dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
I : + Dragendorf endapan merah jingga (+)
II : + Mayer endapan putih (putih kekuningan)(+)
III : + Wagner endapan coklat(+)
b. Identifikasi Saponin
1. Diambil ekstrak metanol kering kemudian dimasukkan kedalam tabung
reaksi
2. Ditambahkan air panas lalu dikocok kuat- kuat selama 1 menit dengan
kekuatan konstan
3. Didiamkan, apabila busa yang terbentuk dengan tinggi 1-10 cm stabil
d. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
1. Diambil ekstrak metanol kering lalu ditambahkan air (pelarut polar) dan
positif.
e. Pemeriksaan kandungan tanin
1. Diambil sedikit ektrak
2. Ditambahkan air panas sebanyak 10 mL, lalu dikocok sampai
homogen
3. Ditambahkan garam dapur (NaCL) 5 tetes untuk mengendapkan
proteinnya
4. Disaring, lalu filtratnya ditambahkan FeCL3 3-4 tetes. Jika berwarna
yang terpisah, lapisan etilasetat (lapisan atas) diambil dengan cara dekantasi
ditotolkan pada lempeng KLT. Lempeng KLT yang digunakan terbuat dari
pemisahanterbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA) dengan
sinar UV 254 nm dan 366 nm. untuk melihat penampakan bercak noda,
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengamatan
Ektrak Warna
UV 254 UV 365
Noda a : 0,16
Noda d : 0,90
Ekstrak
berekor berekor -
kering
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Simplisia daun beluntas dapat ekstraksi menggunakan pelarut etanol
70%dengan hasil ekstrak kental sebanyak 5,047 g.
2. Kandungan metabolit sekunder daun beluntas yang diperoleh adalah
alkaloid. Tidak dilakukan pengujian tanin dan fenol dikarenakan
keterbatasan pelarut.
V.2 Saran
Sebaiknya untuk ketersediaan pelarut lebih ditunjang lagi agar praktikum
dapat berjalan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Seidel V.,2006. Initial and ulkextraction. In: Sarker SD, Latif Z & Gray Al,
editors. Natural product Isolation, 2nd ed. Totowa (Ney Jersey).
Humana Press Inc.hal. 31-35
SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK DAUN BELUNTAS
OLEH
KELOMPOK IV (Empat)