Spek Analisa K PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 61

SPESIFIKASI TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

PERSYARATAN UMUM

I.1 MOBILISASI

1. Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak ini akan meliputi pekerjaan persiapan
yang diperlukan untuk pengorganisasian dan pengelolaan pelaksanaan pekerjaan-
pekerjaan proyek ini juga mencakup demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan
pekerjaan yang memuaskan.
2. Kontraktor harus mengerahkan tenaga setempat sebanyak mungkin
3. Mobilisasi harus diselesaikan dalam waktu 7 hari setelah penandatanganan kontrak,
terkecuali dinyatakan lain secara tertulis oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

I.2 PENGUJIAN LAPANGAN

1. Kontraktor harus menyelenggarakan pengujian bahan-bahan untuk pengendalian mutu,


Khusus pengujian beton yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan menurut
perintah Direksi Lapangan.
2. Pengujian akan dilaksanakan oleh laboratorium
3. Semua pengujian harus memenuhi perangkat standar didalam spesifikasi. Bilamana hasil
pengujian tidak memuaskan, Kontraktor harus melakukan pekerjaan-pekerjaan perbaikan
dan peningkatan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab membayar biaya-biaya semua pengujian yang
dilaksanakan.

I.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Untuk menjamin kualitas, ukuran dan penampilan pekerjaan yang benar, Kontraktor harus
menyediakan Staf Teknik yang berpengalaman untuk mengatur pekerjaan lapangan,
keterampilan kerja, mengendalikan dan mengorganisasi tenaga kerja dan memelihara
catatan-catatan serta Dokumentasi Proyek.
2. Sebelum pengaturan lapangan dan pengukuran, Kontraktor harus mempelajari gambar-
gambar Kontrak dan bersama-sama Direksi Lapangan mengadakan pemeriksaan kondisi
lapangan.

I.4 PENGENDALIAN MUTU BAHAN DAN KETERAMPILAN KERJA

1. Semua bahan yang dipasok harus sesuai dengan spesifikasi dan harus disetujui oleh
Direksi Lapangan.
2. Semua keterampilan kerja harus memenuhi uraian dan persyaratan spesifikasi Dokumen
Kontrak dan harus dilaksanakan hingga memuaskan Direksi Lapangan.
3. Hasil semua pengujian termasuk pemeriksaan kualitas bahan dilapangan dan desain
campuran harus direkam dengan baik dan dilaporkan kepada Direksi Lapangan.

1
4. Direksi Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak bahan-bahan, barang dan
pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan tanpa konpensasi
bagi kontraktor.

I.5 PENGELOLA LAPANGAN

Kontraktor harus menunjuk seorang Pelaksana Lapangan, yang mempu dan berpengalaman
untuk mengendalikan pekerjaan lapangan sesuai dalam kontrak, termasuk pengawasan
lapangan, kualitas dan keterampilan kerja sesuai dengan syarat-syarat kontrak.

I.6 DOKUMEN REKAMAN PROYEK

1. Kontrak akan menyimpan satu rekaman pekerjaan kontrak dan akan menyelesaikan
rekaman semua perubahan pekerjaan dalam kontrak sejak dimulai sampai selesainya
proyek.
2. Kontraktor diwajibkan menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk diminta
persetujuannya dan dilaksanakan pada hari ke 25 tiap bulan.
3. Dokumen proyek harus disimpan didalam kantor lapangan dan harus dapat diperoleh
setiap waktu untuk pemeriksaan oleh Direksi Lapangan.

II. SPESIFIKASI KHUSUS

II.1 DRAINASE

SELOKAN DAN SALURAN AIR

1.1.1 UMUM

a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak
(unlined) dan perataan kembali selokan lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan
Spesifikasi ini serta memenuhi garis, ketinggian dan detil yang ditunjukkan pada
Gambar. Selokan yang dilapisi akan dibuat dari pasangan batu dengan mortar atau
yang seperti ditunjukkan dalam Gambar.
b) Pekerjaan ini juga mencakup relokasi atau perlindungan terhadap sungai yang ada,
kanal irigasi atau saluran air lainnya yang pasti tidak terhindarkan dari gangguan
baik yang bersifat sementara maupun tetap, dalam penyelesaian pekerjaan yang
memenuhi ketentuan dalam Kontrak ini.

1.1.2 BAHAN DAN JAMINAN MUTU

1) Timbunan
Bahan timbunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sifat-sifat bahan,
pengham-paran, pemadatan dan jaminan mutu yang ditentukan dalam
Spesifikasi ini.
2) Pasangan Batu dengan Mortar
Saluran yang dilapisi pasangan batu dengan mortar harus memenuhi ketentuan
sifat-sifat bahan, pemasangan, dan jaminan mutu yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini.

2
1.1.3 PELAKSANAAN

1) Penetapan Titik Pengukuran Pada Saluran


Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua
selokan yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, dan lokasi semua
lubang penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus
ditandai dengan cermat oleh Kontraktor sesuai dengan Gambar atau detil
pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi.
2) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan
a) Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana
yang diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama sehingga memenuhi
kelandaian yang ditunjukkan pada gambar yang disetujui dan memenuhi profil
jenis selokan yang ditunjukkan dalam Gambar atau bilamana diperintahkan lain
oleh Direksi Pekerjaan.
b) Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan
seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
c) Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Kontraktor
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah setiap dampak lingkungan yang
mungkin terjadi, di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.

1.1.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Galian
Pekerjaan galian selokan dan saluran air harus diukur untuk pembayaran dalam
meter kubik sebagai volume aktual bahan yang dipindahkan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Pekerjaan galian ini diperlukan untuk pembentukan atau
pembentukan kembali selokan dan saluran air yang memenuhi pada garis,
ketinggian dan profil yang benar seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Penggalian yang melebihi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tidak
boleh diukur untuk pembayaran.
2) Pengukuran dan Pembayaran Timbunan
Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur
dan dibayar sebagai Timbunan dalam Spesifikasi ini.
3) Pengukuran dan Pembayaran Pelapisan Saluran
Pelapisan saluran untuk selokan drainase dan saluran air akan diukur dan
dibayar sebagai Pasangan Batu dengan Mortar dalam Spesifikasi ini.
4) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian, ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar
berdasarkan Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah ini dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk penyediaan semua pekerja, perkakas dan peralatan untuk galian selokan
drainase dan saluran air, untuk semua formasi penyiapan pondasi selokan yang
dilapisi dan semua pekerjaan lain atau biaya lainnya yang diperlukan atau
biasanya diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
K 110a Membuat Parit Galian Tanah (Buruh) Meter Kubik
K 111 Membuat Parit Galian Tanah (Alat) Meter Kubik
K 423 Pembersihan Parit (Alat) Meter Panjang
K 424 Pembersihan Parit (Buruh) Meter Panjang

3
II.2 PEKERJAAN TANAH

GALIAN

2.1.1 UMUM

a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau


penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang
diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya,
untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan
stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi
dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan
profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis,
ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintah-kan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian
batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian
perkerasan beraspal
d) Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik
atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan
adalah tidak praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau
pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi
Pekerjaan dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh
traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar
180 PK (Tenaga Kuda).
f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang
didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam
Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan
tanah beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam
Spesifikasi ini.

Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang


disetujui oleh Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai;
semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong;
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

2.1.2 PROSEDUR PENGGALIAN

1) Prosedur Umum

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang


ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus
mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan
lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.

4
c) Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau
pondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat
Direksi Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
d) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk
perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi
struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai
permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan
batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian
yang disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan
bahan yang disetujui Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.

2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm,
Selokan dan Talud.

Ketentuan dalam Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan
dalam prosedur penggalian ini.

3) Galian untuk Struktur dan Pipa

a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi
jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan
pemasangan bahan dengan benar, pengawasan dan pemadatan penimbunan
kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
b) Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

2.1.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran

Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga
penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian
akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian
yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah :

a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran
kecuali bilamana :
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak
memenuhi syarat, di atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras
lainnya seperti yang disyaratkan
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng atau struktur
sementara penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau
cofferdam) yang sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara
tertulis.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian
batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan
Pembayaran harus dilaksanakan menurut Spesifikasi .

5
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa,
tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang
telah dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-
masing bahan tersebut, sesuai dengan Spesifikasi .
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi
(reinstatement) perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga
satuan penawaran yang untuk masing-masing bahan yang digunakan pada
operasi pengembalian kondisi sesuai dengan Spesifikasi .
e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya,
kecuali untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan
pembayaran akan dilaksanakan sesuai Spesifikasi .
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam
operasi pemeliharaan rutin.

2) Pengukuran Galian Untuk Pembayaran

a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :

i) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
ii) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
faktor pengembangan (swelling) 1,2.

b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran


menurut Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian
tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini
dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan
exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut :
Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian
tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan
sifatnya
Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan
di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan
galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan
Pengembalian Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan
dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang

6
melebihi 5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat
dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian
sampai lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya
yang diper-lukan dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam
Seksi ini.

Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk


dalam Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka
pekerjaan ini akan dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan
ketentuan berikut ini; pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan
dan pembuangan setiap dan semua cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran,
penurapan, pengendali air (water control), dan operasi-operasi lainnya yang diperlukan
untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk dalam pekerjaan dari Pasal ini
sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 224 Galian Tanah untuk Konstruksi (buruh) Meter Kubik

K 320 Galian Tanah dan Pembuangan (buruh) Meter Kubik

K 321 Galian Tanah dan Pembuangan (Alat) Meter Kubik

TIMBUNAN

2.2.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum
yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah
rawa.
c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous
yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya
partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah
diuraikan dalam Spesifikasi ini.

7
d) Pekerjaan ini juga mencakup timbunan batu dengan manual atau dengan
derek, dikerjakan sesuai dengan Spesifikasi ini dan sangat mendekati garis dan
ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan "Bahan
dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan
galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti
yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut
"Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah
yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan
hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang
tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis
seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan.
Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-1744-
1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 03-1742-1989.

3) Timbunan Pilihan

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai "Timbunan Pilihan" bila digunakan


pada lokasi atau untuk maksud dimana timbunan pilihan telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila
ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut dari Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk timbunan biasa
dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung dari
maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan sampai 100.% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan bilamana pemadatan dalam
keadaan jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, haruslah pasir atau kerikil
atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
d) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup,
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan
dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung
pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui

8
oleh Direksi Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

4) Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

2.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus
dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat
dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.

2) Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar


dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal
lapisan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan
tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan.
c) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau
pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan
mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
d) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan
lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan
yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi
tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang
diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.

9
3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm
dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari
5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu
tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah
sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi
dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
f) Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka
tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara
berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
g) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih
dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris
(tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di
tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-
rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

2.2.4 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan paling sedikit tiga contoh
yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu
bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan
bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan
untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah
pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk
setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.

10
2) Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai
SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang
tertahan pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus
dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan
sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan
kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki
pekerjaan ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih
dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit
untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu
lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling
sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap
1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

3) Percobaan Pemadatan

Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk


mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti :
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

2.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Timbunan

a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,
kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan diterima.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai
akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan keras
lainnya yang digali menurut Spesifikasi ini.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang
tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung-
jawab menurut Spesifikasi ini.

11
c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh Kontraktor
untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong, drainase bawah
tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran dalam Seksi ini, dan
biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan
penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana disyaratkan menurut
Seksi lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang diperlukan
untuk mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar menurut
Seksi ini.
d) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup sumber
bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-
masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 220 Pengurugan Tanah (buruh) Meter Kubik

K 221 Pengurugan Tanah (Alat) Meter Kubik

K 225 Pengurugan kembali dan dipadatkan (buruh) Meter Kubik

PENYIAPAN BADAN JALAN

2.3.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah


dasar atau permukaan jalan kerikil lama atau Lapis Penetrasi Macadam yang rusak
berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa
Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah
jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak
ditetapkan sebagai Pekerjaan Pengembalian Kondisi.
b) Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor
grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.
c) Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor
yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir,
dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan

12
ditempatkan diatasnya, yang semuanya sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi ini
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2.3.2 BAHAN

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan
dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, dan sifat-
sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar
haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi untuk bahan tersebut.

2.3.3 PELAKSANAAN DARI PENYIAPAN BADAN JALAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus


dilaksanakan sesuai dengan Spesifikasi .
b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Spesifikasi
.

2) Pemadatan Tanah Dasar

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan pada seksi timbunan.

2.3.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Untuk Pembayaran

Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini dipandang tidak
sesuai, akan digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan persiapan tanah
dasar akan dibayar menurut Seksi ini sebagai daerah yang persiapan permukaan
tanah dasarnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di atas,
akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di bawah ini,
dimana harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan
pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam Seksi
ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 210 Pengupasan dan pembersihan semak pada Meter Persegi


damija (buruh)

K 211 Pengupasan dan pembersihan semak pada Meter Persegi


damija (alat)

13
II.3 PERKERASAN BERBUTIR

LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP

3.1.1 UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal dan
suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi
bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika perlu,
pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang
diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

3.1.2 BAHAN

1) Sumber Material
Material lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus dipilih dari sumber yang
disetujui sesuai dengan "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Pemilihan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal


Spesifikasi ini mencakup ketentuan sifat-sifat bahan untuk 2 kategori Lapis Pondasi
Jalan Tanpa Penutup yaitu Kelas C dan Lapis Pondasi Telford. Direksi Pekerjaan
akan menentukan pilihan jenis lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal pada
berbagai lokasi di sepanjang Kontrak berdasarkan hasil pengujian bahan setempat
yang tersedia, yang dilaksanakan Kontraktor sebagai bagian dari pekerjaan survei
lapangan.

3) Ketentuan Sifat-sifat Bahan

Bahan yang dipilih sebagai Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C
harus memenuhi ketentuan di bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung,
bahan organik, atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus
mempunyai mutu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan lapis permukaan
yang keras dan stabil.

a) Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C

Agregat untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C dapat terdiri
atas kerikil pecah, batu pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi
Spesifikasi Gradasi dalam Tabel 3.1.2.(1) di bawah ini.

Tabel 3.1.2.(1) Ketentuan Gradasi untuk Lapis Pondasi Jalan


Tanpa Penutup Aspal Kelas C.

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm)
19 100
No.4 4,75 51 74
No.40 0,425 18 36
No.200 0,075 10 22

14
Kecuali ditentukan lain, berbagai komponen bahan untuk Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal Kelas C dapat dicampur di tempat di atas tanah dasar
atau lapis pondasi bawah yang sudah disiapkan sesuai dengan ketentuan
Pasal 3.1.2.(2) dan 3.1.3 dari Spesifikasi ini.

Bahan juga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Tabel 3.1.2.(2)
di bawah ini :

Tabel 3.1.2.(2) Sifat-sifat Bahan untuk Lapis Pondasi Jalan


Tanpa Penutup Aspal Kelas C

Sifat-sifat Nilai
Batas Cair (SNI 03-1967-1990) Maks.40
Indeks Plastisitas (SNI 03-1966-1990) Min.6
Maks.20
Abrasi Agregat Kasar (SNI 03-2417-1991) Maks.50

b) Lapis Pondasi Bawah Telford

(I). Batu Pecah 10/15 dan, 5/7

Batu belah yang berfungsi untuk mendukung stabilitas mekanik, harus


mempunyai kekuatan dan kekerasan untuk menghindari terjadinya kerusakan
akibat beban lalu- lintas dan kehilangan kestabilan. Pemeriksaan ketahanan
terhadap abrasi dengan menggunakan mesin los angles merupakan cara untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kekuatan dan kekerasan dari batu tersebut.
Abrasi batu belah yang diizinkan adalah maksimum 40 %.
Batu yang dipergunakan paling sedikit mempunyai satu permukaan bidang
pecah, batu yang pipih dan panjang tidak dapat dipergunakan, karena akan
timbul segregasi selama proses pemadatan dan condong mempunyai kekuatan
yang rendah.

(ii). Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus adalah pasir yang diratakan dan dipadatkan, fungsi pasir ini
adalah tempat kedudukan dari batu belah, sehingga memberikan kesempatan
kepada batu belah untuk mengalami penurunan sedikit, dan hal ini memberikan
kesempatan pula pasir masuk kedalam sela-sela batu. Pasir alas tidak boleh
terlalu banyak mengandung Lumpur, minyak, humus, material yang
menyebabkan pelapukan (delecterious material). gradasi pasir terdapat pd.
dalam Tabel 3.2.2.(3).

Tabel 3.1.2.(3) Ketentuan Gradasi Pasir LPB Telford

UKURAN AYAKAN LOLOS SARINGAN


(MM) (%)

9,52 MM 100
4,75 MM 95 - 100
2,36 MM 85 - 100
1,18 MM 50 - 85
600 m 25 - 60

15
300 m 10 - 30
150 m 5 - 15
75 m 0 - 5

- Kadar Air 4 8 %
- Kadar Lumpur < 3 %

c) Lapis Tanah Dasar (Sub Grade)

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan, tanah yang
didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasi
dengan semen atau kapur atau bahan lainnya.
CBR, tanah dasar harus minimal 6 %

3.1.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI JALAN TANPA PENUTUP

1) Penyiapan Formasi

Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaaan, penyiapan drainase, tanah


dasar dan lapis pondasi bawah harus selesai dan diterima paling sedikit 100 m ke
depan dari rencana lokasi akhir penghamparan lapis pondasi jalan tanpa penutup
aspal pada setiap saat.

2) Pengiriman Bahan

a) Agregat kasar dan halus untuk Waterbound Macadam harus dikirim ke badan
jalan sebagai campuran yang merata. Kadar air harus sedemikian hingga
hanya cukup untuk mengikat bahan halus, air bebas tidak diperbolehkan. Kadar
air dalam bahan harus benar-benar terdistribusi secara merata.
b) Jika Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal kelas C dipasok sebagai bahan
yang dicampur lebih dahulu, bahan itu harus dikirim ke badan jalan sesuai
dengan ketentuan. Bilamana agragat dikirim dalam bentuk dua atau tiga
komponen, setiap komponen harus dikirim sesuai dengan ketentuan, kecuali
jika komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.

3) Agregat Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Yang Dicampur Di Tempat

a) Bila bahan badan jalan yang ada harus harus dicampur untuk digunakan
sebagai salah satu komponen Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal,
lokasi-lokasi tertentu yang bahannya agak basah atau mutunya kurang baik
harus digali dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan bahan badan jalan dari
lokasi lain yang bermutu sama atau lebih baik. Seluruh badan jalan yang padat
harus digaru sampai mencapai kedalaman yang seragam. Bilamana tidak
disebutkan lain maka penggaruan yang harus dihitung sedemikian hingga
menghasilkan proporsi bahan badan jalan yang tepat untuk campuran lapis
pondasi jalan tanpa penutup aspal. Bahan badan jalan harus dikeringkan
seluruhnya dan kemudian dicampur sampai seluruh lokasi itu merata secara
memanjang dan melintang.
b) Komponen bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang
sama di seluruh lokasi. Mesin pencampur stabilisasi tanah, mesin penggaru
pertanian, cakram bajak atau alat lain yang sesuai harus digunakan untuk
mencampur seluruh tebal bahan gembur tersebut. Sebagai alternatif,

16
setumpukan kecil bahan yang menerus pada panampang melintang yang
seragam dapat dihampar sepanjang jalan bilamana lebar jalan tetap. Seluruh
kedalaman bahan yang gembur itu dibolak-balik dari sisi jalan yang satu ke
yang lainnya sampai seluruh bahan itu tercampur merata, kemudian dihampar
dengan ketebalan yang sama.
c) Pencampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas
diharapkan berlangsung sampai pekerjaan selesai.

4) Pemadatan Lapis Pondasi Kelas C

a) Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan harus


dipadatkan seluruhnya dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan .
b) Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling
sedikit setelah dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.
c) Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis Pondasi Jalan
Tanpa Penutup Aspal. Agregat harus dipertahankan dalam keadaan lembab
dengan penghamparan air yang diatur dengan ketat sehingga bahan halus
yang berada di permukaan tidak terganggu. Sebelum pemadatan selesai,
kontraktor harus membuang setiap agregat yang terlalu basah sehingga tidak
merusak tanah dasar. Pemadatan tidak boleh dilanjutkan jika bahan
menunjukkan tanda-tanda agak bergelombang. Dalam keadaan demikian,
bahan harus dibuang atau diperbaiki.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan
berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada
tempat bersuperelevasi penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah
menuju ke bagian yang tinggi.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau
oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat
mekanis.
f) Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan
menjadi suatu permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta
semua bekas jejak roda mesin gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras
dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan akibat saling mengunci antar
agregat dengan rapat.
g) Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil
pada saat pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan
pengikatan pada lapis permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar
terlalu tebal sedemikian hingga agregat kasar menjadi tidak tampak.

5) Pelaksanaan Lapis Pondasi Telford

a) Penyiapan Tanah Dasar

Sebelum pelaksanaan pemasangan perkerasan telford dilaksanakan,


permukaan tanah yang akan dipasang perkerasan harus memenuhi ketentuan
sbb :

Bentuk Permukaan tanah kearah memanjang dan melintang harus telah


dipersiapkan sesuai dengan perencanaan.

Permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki, misalnya


semak-semak, humus, akar-akaran, dan lain-lain.

17
Permukaan tanah dasar dibuat profile/kemiringan sesuai dengan permukaan
jalan yang direncanakan.

b) Penghamparan

Pada saat pelaksanaan penghamparan harus diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

-. Pasir dihampar sesuai dengan ketebalan rencana.


-. Batu belah dipasang menurut standar yang telah ditentukan.
-. Batu yang masih bulat atau terlalu besar harus dibelah terlebih dahulu
-. Batu belah yang kecil dibajikan diantara batu-batu belah yang telah disusun
berdiri tersebut.
-. Batu pecah 5/7 harus dihampar sehingga seluruh rongga permukaan batu
belah terisi, kemudian dipadatkan, agar batu pecah tersebut mengisi
rongga-rongga yang kosong.
-. Hamparan disesuaikan dengan tebal rencana.

c) Pemadatan dan Pembentukan Agregat Kasar

Segera setelah proses penghamparan dan pembentukan akhir perkerasan


harus dipadatkan dengan menggunakan mesin gilas roda 3 (tiga) dengan
kecepatan 3 4 km/jam.

Pemadatan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit
kearah sumbu jalan, dalam arah memanjang,

Pemadatan harus dilakukan sampai seluruh bekas mesin gilas menjadi tidak
tampak dan lapis perkerasan tersebut terpadatkan merata.

3.1.4 PENGUJIAN

a) Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari
mutu bahan akan ditentukan Direksi Pekerjaan namun harus mencakup semua
pengujian yang disyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan
yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili batas rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat dalam sumber bahan tersebut.
b) Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup
Aspal yang diusulkan, seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana
menurut pendapat Direksi Pekerjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau
pada sumber bahan atau pada metode produksinya.

3.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Metode Pengukuran

a) Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal harus diukur menurut jumlah meter
kubik bahan padat yang diperlukan, selesai di tempat dan diterima Direksi
Pekerjaan. Volume yang diukur harus berdasarkan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar bilamana tebal yang diperlukan seragam dan
berdasarkan penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan bilamana
tebal yang diperlukan tidak seragam, dan panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan.

18
b) Pada Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal dimana tebal lapis pondasi
yang ditetapkan atau disetujui tidak seluruhnya terdiri dari bahan baru, tetapi
terdiri dari sebagian bahan pada jalan lama yang dikerjakan kembali, volume
untuk pembayaran haruslah berdasarkan volume padat dari bahan baru yang
dihampar, dihitung dari penampang melintang yang diambil oleh Kontraktor dan
disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.
c) Pekerjaan menyiapkan dan memelihara lapis pondasi bawah, tanah dasar atau
formasi yang akan dihampar Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal tidak
diukur atau dibayar dalam Seksi ini, tetapi harus dibayar secara terpisah
dengan harga penawaran untuk Penyiapan Badan Jalan dalam Spesifikasi ini.

2) Pengukuran Pekerjaan Perbaikan

Bilamana perbaikan pada Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yang tidak
memenuhi ketentuan telah diperintahkan Direksi Pekerjaan , kuantitas yang diukur
untuk pembayaran haruslah sama dengan kuantitas yang dibayar jika pekerjaan
semula dapat diterima. Pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk
pekerjaan tambahan tersebut atau kuantitas tambahan yang diperlukan oleh
perbaikan tersebut.

Bilamana penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan


sebelum pemadatan, pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk
penambahan air atau pengeringan terhadap bahan atau pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk memperoleh kadar air yang memenuhi ketentuan.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar menurut
Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran
yang terdaftar di bawah ini dan terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, pengham-paran, pemadatan, penyelesaian akhir dan
pengujian bahan, penyiapan lapis dasar (cutoff layer), penggunaan Lapis
Permukaan Sementara pada permukaan yang sudah selesai, dan semua biaya
lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 514 Lapis Pondasi Bawah (LPB), Kelas C (Alat) Meter Kubik

K 515 Lapis Pondasi Bawah (LPB), Kelas C (Buruh) Meter Kubik

K 516 Lapis Pondasi Bawah (LPB), Konstruksi Telford Meter Kubik


(Buruh)

19
II. 4 PERKERASAN ASPAL

LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

4.1.1 UMUM

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan
beraspal (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di
atas permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston
dll).

4.1.2 BAHAN

1) Bahan Lapis Resap Pegikat

a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :

i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow
setting) yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO
M208). Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menun-jukkan
peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui.
Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi
(aspal dan pelarut) tidak kurang dari 50 % dan mempu-nyai penetrasi
aspal tidak kurang dari 80/100. Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat
ini tidak boleh diencerkan di lapangan.
ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20,
diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang
digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah
percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan
Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan,
perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus
dari 80 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih
ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).

b) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau
batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif
atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8
(9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36
mm).

2) Bahan Lapis Perekat

a) Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan AASHTO M140
atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi Pekerjaan dapat meng-ijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi.
b) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M20, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian
aspal.

20
4.1.3 PERALATAN

1) Ketentuan Umum

Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai
untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.

4.1.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN

1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Dihampar Aspal


a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Spesifikasi
ini.
b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu
harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Spesifikasi ini yang sesuai
dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
c) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a)
dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
d) Sebelum penghamparan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
e) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal

a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan


Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per
meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin-
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot
atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :

Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Agregat Kelas A
0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Semen Tanah.

Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima


pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai.
Lihat Tabel 4.1.4.(1) untuk jenis takaran pemakaian
lapis aspal.

b) Suhu penghamparan harus sesuai dengan Tabel 4.1.4.(1), kecuali


diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Suhu penghamparan untuk aspal cair
yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar
ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.

21
Tabel 4.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Jenis Aspal Permukaan Baru atau Aspal Permukan Porous dan
Lama Yang Licin Terekpos Cuaca
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50
Aspal Emulsi 0,40 0,40 - 1,00 *
yang diencerkan
(1:1)

Catatan :
* Takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang
permukaan yang terjal, lereng melintang yang besar atau permukaan
yang tidak rata.

Tabel 6.1.4.(2) Suhu Penghamparan


Jenis Aspal Rentang Suhu Penghamparan
Aspal cair, 25 pph minyak tanah 110 10 C
Aspal cair, 50 pph minyak tanah (MC-70) 70 10 C
Aspal cair, 75 pph minyak tanah (MC-30) 45 10 C
Aspal cair, 100 pph minyak tanah 30 10 C
Aspal cair, lebih dari 100 pph minyak ta-nah Tidak dipanaskan
Aspal emulsi atau aspal emulsi yang di- Tidak dipanaskan
encerkan

Catatan :
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap
aspal cair.

c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang


pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor.

3) Pelaksanaan Penghamparan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penghamparan


harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprot dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,
kecuali jika penghamparan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang
sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal
tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penghamparan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penghamparan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penghamparan bahan aspal harus satu lajur
atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap)
selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup

22
oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penghamparan di lajur yang
bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah
disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan
dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
d) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk
angin) dalam sistem penghamparan.
e) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penghamparan harus
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
f) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penghamparan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas
bidang yang disemprot. Luas lintasan penghamparan didefinisikan sebagai
hasil kali panjang lintasan penghamparan dengan jumlah nosel yang digunakan
dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai
dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.4.(2).(a) dari
Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :

Toleransi 1 % dari volume tangki


takaran = + (4 % dari takaran yg + ---------------------------- )
pemakaian diperintahkan
Luas yang disemprot

Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan


penghamparan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian
untuk penghamparan berikutnya .

4.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Untuk Pembayaran

a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil
di antara berikut ini : jumlah liter pada 15 C menurut takaran yang diperlukan
sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter
aktual pada 15 C yang terhampar dan diterima. Pengukuran volume harus
diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan
bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur
setelah setiap lintasan penghamparan.
b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap
termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang
memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.
c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi
Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 4.1.4.(a) dan
4.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur
dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 4.1.4 dari
Spesifikasi ini.
d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
4.1.4.(3).(d) sampai 4.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan
permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai
menurut Pasal 4.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.

23
2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga


Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di
bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh
bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penghamparan ulang,
termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini sudah termasuk dalam item pekerjaan lapis perkerasan aspal dan
tidak ada pembayaran terpisah untuk pekerjaan ini.

CAMPURAN ASPAL PANAS

4.2.1 UMUM

a) Pekerjaan ini mencakup penyediaan lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus
campuran aspal yang padat dan awet, terdiri dari agregat dan bahan aspal yang
dicampur di pusat instalasi pencampuran, serta penghamparan dan pemadatan
campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai
dengan Spesifikasi ini dan garis, kelandaian, penampang memanjang yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di
dalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan
dengan kadar aspal efektif minimum, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan
ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa,
dalam pembuatan campuran Lataston (HRS) dan Asphalt Treated Base (ATB),
metode konvensional dalam merancang aspal beton, yang dimulai dengan
mendapatkan kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak boleh
digunakan karena pendekatan cara ini umumnya tidak akan menghasilkan campuran
yang memenuhi Spesifikasi ini.

1) Jenis Campuran Aspal

Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

a) Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B


Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya
pada daerah dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan Kelas A atau B
terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran latasir
biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat
yang disyaratkan. Campuran ini mempunyai ketahanan yang rendah terhadap alur
(rutting), oleh sebab itu tidak boleh digunakan pada lapisan yang tebal, pada jalan
dengan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan.

b) Lataston (HRS)
HRS (Hot Rolled Sheet) setara dengan Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton,
Spesifikasi Bina Marga 12/PT/B/1983) dan ditunjukkan untuk digunakan pada
jalan yang memikul lalu lintas ringan sampai sedang. Beberapa karakteristik yang
paling penting adalah keawetan, kelenturan dan ketahanan kelelahan yang tinggi,
sedangkan pertimbangan kekuatan hanya prioritas kedua, asalkan ketentuan
minmum dari Spesifikasi ini dicapai.

24
c) Laston (AC)
Laston (Lapis Aspal Beton) yang direncanakan menurut Spesifikasi ini setara
dengan salah satu ketentuan Laston (Spesifikasi Bina Marga 13/PT/B/1983) dan
digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan, persimpangan dan
lokasi lainnya yang menahan beban yang berat.

d) Asphalt Treated Base (ATB)


Asphalt Treated Base (ATB) adalah khusus diformulasikan untuk meningkatkan
keawetan dan kelelehan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari
Spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalam kadar aspal, memungkinkan tidak
berlakunya rancangan tebal perkerasan dan memerlukan pelapisan ulang yang
lebih tebal.

4) Tebal Lapisan dan Toleransi

a) Tebal nominal campuran aspal kecuali untuk lapisan perata, yang aktual
dihampar di setiap ruas Pekerjaan, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari
benda uji inti yang diambil dari ruas tersebut.
b) Tebal nominal campuran aspal yang aktual dihampar, , harus sama atau lebih
besar dari tebal nominal rancangan pada Tabel 4.2.1.(1) untuk lapisan aus, dan
harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditunjukkan dalam
Gambar. Untuk lapis pondasi atau lapis perata. Dalam beberapa hal, Direksi
Pekerjaan menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal rata-
rata yang kurang dari tebal nominal rancangan sehubungan dengan kerataan
perkerasan atau ukuran maksimum butiran agregat atau data rancangan
lainnya asalkan campuran aspal yang dihampar di atas hamparan baru
(bukan di atas perkerasan lama) utuh (sound) dan memenuhi ketentuan.
Meskipun demikian, tebal padat campuran aspal tidak boleh kurang dari 10 mm
dari tebal nominal rancangan yang dapat dibayarkan.

Tabel 4.2.1.(1) Tebal Nominal Rancangan Campuran Aspal

Jenis Campuran Simbol Tebal nominal rancangan (cm)


Latasir (Sand Sheet) Kelas A SS-A 1,5
Latasir (Sand Sheet) Kelas B SS-B 2,0
Lataston (Hot Rolled Sheet) HRS 3,0
Lapis Aus Aspal Beton AC-WC 4,0
Lapis Pengikat Aspal Beton AC-BC sesuai Gambar
Asphalt Treated Base ATB sesuai Gambar

4.2.2 BAHAN

1) Agregat - Umum

a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan
campuran, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bilamana
kehilangan daya kohesi akibat pengaruh air diuji sesuai dengan AASHTO T165
- 86 dan SNI 06-2489-1991 (AASHTO T245 - 90).

25
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
ini.
c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat pecah mesin dan pasir alam yang dibutuhkan untuk campuran aspal
minimum untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan
harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya
d) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat
yang tidak memenuhi ketentuan gradasi dari Spesifikasi ini asalkan dapat
dibuktikan bahwa campuran aspal selain jenis aspal beton (Laston atau AC)
yang dihasilkan dapat memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang
diberikan dari Spesifikasi ini.
e) Tiap jenis agregat harus dipasok ke instalasi pusat pencampuran melalui
pemasok penampung dingin (cold feed bin) yang terpisah. Pencampuran
terlebih dulu pada agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak
diperbolehkan.

2) Agregat Kasar Untuk Campuran Aspal

a) Agregat kasar untuk HRS dan ATB pada umumnya harus mendekati gradasi
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.2.(1) dan harus terdiri dari batu pecah atau
kerikil pecah atau campuran bahan-bahan tersebut di atas. Fraksi agregat
kasar untuk Latasir (Sand Sheet) Kelas A atau B boleh digunakan selain batu
pecah atau kerikil pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk HRS dan ATB
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan hanya bila bahan tersebut dapat
menunjukkan bahwa hasil pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat-
sifat campuran dalam Tabel 4.2.3.(1) dapat dipenuhi.

Dalam kondisi apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu atau kandungan
partikel halus lolos ayakan No.200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.

Tabel 4.2.2.(1) Gradasi Agregat Kasar Untuk HRS dan ATB

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Campuran Normal Campuran Lapis Perata
19 100 100
12,7 30 - 100 95 - 100
3/8 9,5 0 - 55 50 - 100
No.4 4,75 0 - 10 0 - 50
No.200 0,075 0-1 0-5

b) Gradasi agregat kasar untuk jenis aspal beton (AC) tidak disyaratkan seperti
Tabel 4.2.2.(1) di atas, akan tetapi yang disyaratkan hanyalah gradasi akhir
(gabungan) yang harus memenuhi batas-batas gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 4.2.4.(1).

c) Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersih, keras, awet dan bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase
keausan agregat dengan mesin Los Angeles yang tidak lebih dari 40 pada 500
putaran seperti yang ditetapkan oleh SNI 03-2417-1991. Bilamana diuji dengan
5 siklus pengujian sifat kekekalan bentuk batu dengan larutan natrium sulfat
dan magnesium sufat menurut SNI 03-3407-1994, kehilangan berat pada
agregat kasar tidak boleh besar dari 12 %.

26
3) Agregat Halus Untuk Campuran Aspal

a) Agregat halus untuk HRS dan ATB pada umumnya harus mendekati gradasi
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.2.(2) dan harus terdiri dari pasir alam atau
pengayakan batu pecah mesin halus (crusher dust) atau kombinasi keduanya.
Biasanya diperlukan sejumlah hasil pengayakan batu pecah mesin ("abu batu
pecah mesin") untuk menghasilkan suatu campuran ATB dan HRS yang
ekonomis dan memenuhi ketentuan campuran yang disyaratkan . Abu batu
pecah mesin harus diproduksi melalui proses pemecahan batu yang bersih dan
tidak mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah
dari pasir alam yang akan digunakan dalam campuran. Pemasokan komponen
abu batu dan pasir ke dalam instalasi pencampur aspal harus dipisahkan
melalui pemasok (feeder) cold bin yang terpisah sehingga rasio pasir terhadap
abu batu dapat dikendalikan dengan baik.

Tabel 4.2.2.(2) Gradasi Agregat Halus Untuk Latasir, Lataston dan ATB

Ukuran Ayakan JENIS CAMPURAN


Latasir (SS) Latasir (SS) Lataston (HRS) dan
(ASTM) (mm) Kelas A Kelas B ATB
3/8 9,5 100 100 100
No.4 4,75 98 - 100 72 - 100 90 - 100
No.8 2,36 95 - 100 72 - 100 80 - 100
No.30 0,600 76 - 100 25 - 100 25 - 100
No.200 0,075 0-8 08 3 - 11

b) Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, bebas dari gum-
palan atau bola-bola lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu
pecah mesin halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu
agregat kasar yang disyaratkan dalam alinea (c) dan (d) dari Pasal 4.2.2.(2).
Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos
ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai
setara pasir (sand equivalent) kurang dari 50 sesuai dengan Pd M-03-1996-03,
tidak diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.

4) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal (AASHTO M17)

a) Bahan pengisi harus terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya yang
memenuhi ketentuan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak
dikehendaki.
b) Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan lempung dan bilamana
diuji dengan pengayakan secara basah harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap berat total.
c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat dan membantu men-
cegah pengelupasan. Akan tetapi mutu dari berbagai sumber kapur yang
bervariasi dan kecenderungan kapur untuk membentuk gumpalan terbukti
dapat menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan (ekspansi)
kapur karena proses hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran bila-
mana kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Bila digunakan kapur maka proporsi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal.

27
5) Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal
Bahan aspal harus dari jenis aspal semen AC-20 (Pen.60/70) atau boleh AC-10
(Pen.80/100) yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan AASHTO M226 - 80

6) Bahan Aditif Untuk Aspal


Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan
tambah (aditif) untuk meningkatkan daya adhesi atau mengurangi pengelupasan
(anti stripping). Bahan aditif tersebut harus dari jenis yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan persentase bahan aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke
dalam bahan aspal sampai merata dalam waktu yang sedemikian hingga
menghasilkan campuran yang homogen sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatanya dan sebagaimana yang dipe-rintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

7) Sumber Pasokan

a) Sumber bahan untuk memasok agregat dan bahan pengisi (filler) harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan.
Contoh setiap bahan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebagaimana
yang diperintahkan.
b) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap telah memperhitung-
kan penyerapan aspal oleh agregat sehingga hanya agregat lokal dengan
penyerapan terkecil yang akan digunakan. Variasi kadar aspal akibat tingkat
penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat dipertimbangkan sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran Aspal.

4.2.3 KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN

1) Campuran aspal harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel


6.3.3.(1)

Tabel 6.2.3.(1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


SIFAT-SIFAT SS - A SS - B HRS ATB AC- AC-BC
CAMPURAN WC
Kadar Aspal Efektif Min. 9,1 7,9 6,2 5,5 - -
Kadar Penyerapan Min. 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Aspal Maks 2,0 2,0 1,7 1,7 1,7 1,7
(terhadap berat .
total)
Tebal Film (mikron) Min. 8,0 8,0 8,0 8,0 - -
Jumlah Tumbukan 50 x 2 50 x 2 50 x 2 50 x 2 75 x 2 75 x 2
Stabilitas Marshall Min. 200 200 550 750 750 750
(kg)
Kelelehan (mm) Min. - - - - 2,0 2,0
Marshall Quotient Min. 80 80 180 180 200 200
(kg/mm) Maks 400 400 500 500 500 500
( Rasio Stabilitas / .
Kelelehan)
Stabilitas Marshall
Sisa setelah Min. 75 75 75 75 75 75
perendaman 24
jam, 60 0C
(% terhadap
stabilitas semula)
Rongga Udara Min. 3 3 4 4 4 4

28
dalam Cam-puran Maks 9 9 6 8 6 6
(% terhadap .
volume)
Rongga Terisi Min. - - - - 65 65
Aspal (%) Maks - - - - - -
.

2) Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan
campuran harus mempunyai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi aspal
sebelum pencampuran dan daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa
masing-masing dengan prosedur SNI 06-2456-1991 dan SNI 06-2432-1991.
3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-
1994. Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mendekati 200 mm,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal.
Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang
diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian listrik / ignition). Bahan
aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur Pd M-21-1995-
03.

4.2.4 RUMUS PERBANDINGAN CAMPURAN (JOB MIX FORMULA)

1) Persetujuan

a) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan rumus per-


bandingan campuran yang diusulkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan.
Rumus yang diserahkan harus mencantumkan ukuran nominal maksimum
agregat, sumber agregat, persentase dari agregat campuran yang lolos ayakan
2,36 mm (No.8) dan 75 mikron (No.200), kadar aspal total dan efektif yang
dinyatakan sebagai persentase berat dari campuran total, temperatur tertentu
saat campuran harus dikeluarkan dari instalasi pencampur aspal, dan
temperatur tertentu saat campuran harus dikirim ke tempat penghamparan,
yang semuanya harus terletak dalam rentang dan komposisi umum yang
disyaratkan. Rumus yang diusulkan harus didukung dengan data campuran
percobaan di laboratorium dan khususnya selain Laston (AC) dengan grafik-
grafik yang diuraikan pada Pasal 6.2.5.(4) dari Spesifikasi ini.
b) Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui rumus yang
diserahkan, baik secara keseluruhan maupun sebagian, atau dapat meminta
Kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan
atau untuk memeriksa alternatif agregat lainnya.
c) Perbandingan campuran khususnya selain Laston (AC) harus ditetapkan dan
mutu campuran tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk Rancangan Fraksi
untuk berbagai macam agregat.
d) Direksi Pekerjaan akan menyetujui rumus perbandingan campuran yang dise-
rahkan dengan menominasi agregat tertentu beserta sumbernya.

2) Percobaan Penghamparan

Setelah Rumus Perbandingan Campuran disetujui oleh Direksi Pekerjaan,


Kontraktor harus melakukan percobaan penghamparan minimum 50 ton untuk
setiap jenis campuran aspal dengan menggunakan produksi, peralatan
penghampar dan prosedur yang diusulkan. Bilamana percobaan tersebut gagal
memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan
penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang

29
permanen belum dapat dimulai sebelum percobaan yang memenuhi semua
ketentuan telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3) Penerapan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi Yang Diijinkan

a) Semua campuran yang dihasilkan harus memenuhi rumus perbandingan


campuran yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dalam rentang toleransi yang
disyaratkan dalam Tabel 4.3.6.(1) di bawah ini :

Tabel 4.2.6.(1) Toleransi Komposisi Campuran :

Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Komposisi Campuran


Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 7 % berat total agregat
2,36 mm sampai No.50 5 % berat total agregat
No.100 dan tertahan No.200 2 % berat total agregat
No.200 1,5 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal untuk Laston (AC) 0,3 % berat total campuran
Kadar aspal selain Laston (AC) + 0,5 % berat total campuran
- 0,0 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi


Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke 10 C
tempat penghamparan

b) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan baku
maupun bahan olahan (campuran) seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini, atau
benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman
campuran. Bilamana hasil pengujian menun-jukkan perubahan pada bahan
baku maupun bahan olahan (campuran) dimana kepadatan laboratorium rata-
rata selama empat hari produksi yang terakhir berbeda lebih dari 2 % dari
kepadatan laboratorium yang diperoleh pada saat percobaan penghamparan
maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Kontraktor untuk membuat
rumus perbandingan campuran yang baru atas biaya Kontraktor sendiri.
c) Jika terjadi perubahan pada bahan atau sumber bahan, suatu rumus perban-
dingan campuran yang baru harus diserahkan dan disetujui sebelum campuran
yang mengandung bahan baru tersebut dikirim ke tempat penghamparan.
Bahan baku akan ditolak bilamana bahan baku tersebut menghasilkan cam-
puran aspal dengan rongga udara atau karakteristik lainnya sedemikian rupa
sehingga untuk memenuhi semua ketentuan diperlukan kadar aspal yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari rentang yang disyaratkan.

4.2.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL

1) Kemajuan Pekerjaan

Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat
menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas
instalasi pencampuran.

30
2) Penyiapan Bahan Aspal

Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 C sampai 160 C di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pen-
campur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada
setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000
liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.

3) Penyiapan Agregat

a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui


pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari
berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat
untuk campuran aspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering
sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang terjadi dalam
proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar dapat
mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering
dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi
tidak melampaui 15 C di atas temperatur bahan aspal.
c) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan peng-
isi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang
dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di
atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung instalasi
pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat
dijamin.

4) Penyiapan Pencampuran

a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumus perbandingan campuran. Proporsi takaran ini
harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang
diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran
dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran. Bahan aspal
harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan
jumlah yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam
rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.2.8.(1), termasuk
toleransi yang diijinkan.

5) Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan

a) Campuran aspal harus diserahkan ke alat penghamparan dengan temperatur


dalam rentang absolut ditunjukkan dalam Tabel 4.2.8.(1).

31
Tabel 4.2.8.(1) Ketentuan Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal

Suhu Campuran Aspal (oC)


Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal Aspal Pen. Aspal Pen.
(centistokes) 60/70 80/100
Pencampuran benda uji Marshall 170 20 155 145
Pemadatan benda uji Marshall 280 30 140 130
Suhu pencampuran di AMP - < 165 < 155
Menuangkan campuran aspal dari 100 - 400 >135 >125
alat pencampur ke dalam truk
Pemasokan ke alat penghampar 400 - 1.000 120 - 150 110 - 140
Penggilasan awal (roda baja) 1.000 - 1.800 110 - 125 102 - 111
Penggilaan kedua (roda karet) 1.800 - 1.0000 95 - 110 83 - 102
Penggilasan akhir (roda baja) 10.000 - 100.000 80 - 95 63 - 83

Catatan :

1) Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan setiap perubahan


yang dianggap perlu terhadap rentang suhu yang diberikan dalam tabel di atas,
berdasarkan data pengujian viskositas aspal yang dipakai, untuk menjamin
agar rentang viskositas yang disyaratkan terpenuhi. Dengan demikian kriteria
batas-batas viskositas inilah yang diatur dalam Spesifikasi, bukan kriteria suhu.
2) Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau sungkur) temperatur
campuran harus diturunkan lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel ini.
Hal ini terjadi sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda (terlalu
halus, atau kadar pasir terlalu tinggi).

b) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap
muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat neto. Muatan
campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar penghamparan dan
pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia
penerangan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

4.2.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi

a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam


kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah
berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan
lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya. Semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permu-
kaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan
lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kemudian dipadatkan. Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.
b) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-
sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini.

32
2) Acuan Tepi

Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan
serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.

3) Penghamparan Dan Pembentukan

a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus


dipanaskan. Campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama penbghamparan
dan pembentukan.
d) Penampung alat penghampar tidak boleh dikosongkan, tetapi temperatur sisa
campuran aspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan
dalam Tabel 4.2.8.(1).
e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki. Penambalan tempat-tempat
yang mengalami segregasi, koyakan atau alur dengan menaburkan bahan
halus dari campuran aspal dan diratakan kembali sebelum penggilasan
sedapat mungkin harus dihindari. Butiran kasar tidak boleh ditaburkan di atas
permukaan yang dihampar dengan rapi.
g) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-
tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.

4) Pemadatan

a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut


harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Temperatur campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang
ditunjukkan pada Tabel 4.2.8.(1)

b) Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini :

No. Operasi Perkiraan waktu mulai setelah


penghamparan
1. Penggilasan Awal atau Breakdown 0 - 10 menit
2. Penggilasan Kedua atau Utama 10 - 20 menit
3. Penggilasan Akhir / Penyelesaian < 45 menit

Catatan :
Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar, bagaimanapun juga apli-
kasi penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan dalam
Tabel 4.2.8.(1).

33
c) Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pema-
dat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal
harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi).
d) Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang
dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan
awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak
yang pendek.
e) Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada
tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang
lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap)
minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh
berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
f) Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan
awal harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi
sambungan yang belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang
berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit
demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
g) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
h) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan
dapat dihilangkan.
i) Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pele-
katan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari leng-
ketnya campuran aspal pada roda,
j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
oleh Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
l) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan
lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal terhampar
dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau

34
kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan
setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi
permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh
Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang
lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

4.2.7 PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN

1) Pengujian Permukaan Perkerasan

a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter


atau mistar lurus beroda sepanjang 3 meter, keduanya disediakan oleh
Kontraktor, dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan.
Kontraktor harus menugaskan beberapa surveyornya yang sudah terlatih untuk
menggunakan mistar lurus tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
untuk memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai
dengan yang disyaratkan.
b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksa-
nakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus
diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan.
Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggi-
lasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-
rataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap
lokasi yang cacat dalam tekstur.

2) Ketentuan Kepadatan

a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 % kepadatan
benda uji yang dipadatkan di laboratorium dengan bahan dan proporsi yang
sama untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran aspal lainnya.
b) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T168 dan SNI-06-
2489-1991.

3) Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal

a) Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal :

Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampur aspal,


tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengang-
kutan dan penghamparan campuran aspal.

b) Pengendalian Proses

Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk maksud


pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.2.10.(1) di
bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

35
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari harus
dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan
dalam Tabel 4.2.10.(1) dan Pasal 4.2.10.(4). Tiga cetakan benda uji Marshall
harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.8.(1) dan dalam jumlah tumbukan yang
disyaratkan dalam Tabel 4.2.3.(1).

Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian peng-
ujian, Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh pada ruas yang lebih
panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan
dalam Tabel 4.2.10.(1).

Tabel 4.2.10.(1) Pengendalian Mutu Pengambilan Campuran

Pengujian Frekwensi pengujian (satu


pengambilan contoh per)
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke 1.000 m3
tumpukan
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot 250 m3 (min. 2 pengujian per
bin) hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di Setiap Truk
lapangan
- Gradasi dan Kadar Aspal 200 ton (min. 2 pengujian per
hari)
- Kepadatan, Stabilitas, Kelelehan, Marshall 200 ton (min. 2 pengujian per
Quo-tient, Rongga Udara dalam Campuran hari)
- Campuran Rancangan (Mix Design) Tiap perubahan agregat /
Marshall rancangan
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core), baik untuk pemeriksaan 200 meter panjang
pe-madatan maupun tebal lapisan : paling
sedikit 2 benda uji inti per lajur atau paling
sedikit 6 benda uji inti per pembayaran.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang Paling sedikit 3 titik yang diukur
melintang dari setiap jalur lalu lintas. melintang pada paling sedikit
setiap 12,5 meter memanjang
sepanjang jalan tersebut..

c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin

Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah


pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesai-
kan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap
ketentuan lainnya yang disyaratkan dalam Seksi ini.

Seluruh pengujian dari setiap ruas jalan, meliputi bahan atau ketenaga-kerjaan,
yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dibuang dan diganti

36
dengan bahan dan ketenga-kerjaan yang memenuhi Spesifikasi atau, bilamana
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, diperbaiki sedemikian rupa sehingga
setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang disya-
ratkan, semua biaya pembuangan dan penggantian bahan maupun perbaikan
menjadi beban Kontraktor.

d) Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal

Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang
mampu memotong benda uji (core) pada lapisan beraspal yang telah selesai
dikerjakan. Biaya ektraksi benda uji inti untuk pengendalian proses harus sudah
termasuk ke dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan perkerasan
lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.

4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran

a) Kontraktor harus menyimpan seluruh catatan pengujian dan catatan tersebut


harus segera dikirim ke Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.

b) Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan


pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi beserta lokasi
penghamparan yang sesuai.

i) Analisa saringan (metode pencucian) paling sedikit dua pengujian per


hari dari setiap penampung panas (hot bin).
ii) Analisa saringan (metode pencucian) paling sedikit dua pengujian per
hari dari campuran agregat panas.

iii) Temperatur campuran saat pengambilan benda uji di instalasi pen-


campuran maupun pada lokasi penghamparan (setiap truk).
iv) Stabilitas Marshall dan kelelehannya serta rasio stabilitas Marshall
terhadap kelelehan (Marshall Quotient), seperti didefinisikan dalam
Pasal 4.3.3 dari Spesifikasi ini paling sedikit dua pengujian per hari.
v) Kadar aspal dan gradasi campuran agregat yang diperoleh dari pengujian
ekstraksi aspal, paling sedikit dua pengujian per hari. Bilamana
digunakan metode ekstraksi sentrifugal, koreksi abu harus dilakukan
sesuai ketentuan AASHTO T164 - 90.
vi) Rongga udara untuk selain campuran aspal beton (AC), dihitung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum Campuran Aspal aktual (bukan
teoritis) yang ditentukan menurut prosedur AASHTO T209 - 90.
vii) Aspal yang diserap oleh agregat untuk selain campuran aspal beton
(AC), dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum Campuran Aspal
aktual (bukan teoritis) yang ditentukan menurut prosedur AASHTO T209
- 90.

4.2.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga


Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di
bawah ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk menyediakan, memproduksi,
mencampur dan menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan,

37
pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diurai-kan dalam Seksi ini

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 621 Penghamparan lapis tipis aspal pasir (Latasir), Meter Persegi


Alat
K 638 Penghamparan lapis tipis aspal pasir (Latasir), Meter Persegi
Buruh

K 528 Menghampar Lapis Pondasi Atas Aspal Beton Meter Kubik


(Laston Aspal), Alat

K 636 Menghampar Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston), Meter Persegi


Alat

K 639 Menghampar Lapis Tipis Aspal dan Agregat Halus Meter Persegi
(Latasag), buruh

K 641 Menghampar Lapis Permukaan Aspal Beton Meter Persegi


(Laston)

LAPIS PENETRASI MACADAM

4.3.1 UMUM

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapisan penetrasi terbuat dari agregat yang
distabilisasi oleh aspal. Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan
campuran aspal panas tidak mencukupi.

4.3.2 BAHAN

1) Umum

Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci, agregat penutup (hanya
digunakan untuk lapis permukaan) dan aspal.
Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah tercampurnya antar
fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih dari benda-benda asing lainnya.

2) Agregat Pokok dan Pengunci

a) Agregat pokok dan pengunci harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet,
bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki dan harus
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 4.3.2.(1).

38
Tabel 4.3.2.(1) Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci
Pengujian Standar Nilai
Abrasi dengan mesin Los Angeles pada SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %
500 putaran
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I 1975 Maks.25 %
Article 7.3

b) Agregat pokok dan pengunci harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-
1990, memenuhi gradasi yang diberikan Tabel 4.3.2.(2).

Tabel 4.3.2.(2) Gradasi Agregat Pokok dan Pengunci


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
Tebal Lapisan (cm)
ASTM (mm) 7 10 5-8 4-5
Agregat Pokok :
3 75 100
2 63 90 - 100 100
2 50 35 70 95 - 100 100
1 38 0 15 35 - 70 95 - 100
1 25 05 0 - 15 -
19 - 0-5 0-5
Agregat Pengunci :
1 25 100 100 100
19 95 - 100 95 - 100 95 - 100
3/8 9,5 05 0-5 0-5

2) Aspal

Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :

a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi AASHTO M20.


b) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250 atau RC800 yang
memenuhi ketentuan Pd S-03-1995-03, atau aspal cair penguapan sedang
(medium curing) jenis MC250 atau MC800 yang memenuhi ketentuan Pd S-02-
1995-03.

4.3.3 KUANTITAS AGREGAT DAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 4.3.3 dan harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini
mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk
memperoleh mutu pekerjaan yang disyaratkan.

Tabel 4.3.3 : Lapis Perata Penetrasi Macadam


Tebal Lapisan Agregat Pokok (kg/m2) Aspal Residu Agregat Pengunci
(cm) 7 - 10 5-8 45 (kg/m2) (kg/m2)
8,5 200 8,5 25
7,5 180 7,5 25
6,5 160 6,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25

39
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 105 3,7 25
3,7 80 2,5 25
Catatan :
Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan pelarut atau pengemulsi
telah menguap.
4.3.4 PERALATAN

Peralatan berikut ini harus disediakan untuk :

a) Penumpukan Bahan

Dump Truck
Loader

b) Di Lapangan

i) Mekanis.

Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.


Penggilas beroda karet 10 - 12 ton (jika diperlukan).
Truk Penebar Agregat.

ii) Manual.

Penyapu, sikat, karung, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak


dorong, dan peralatan kecil lainnya.
Ketel aspal.
Penggilas seperti cara mekanis.

4.3.5 PELAKSANAAN

1) Persiapan Lapangan

Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam harus disiapkan seperti di


bawah ini :

a) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut rancangan


potongan melintang.
b) Permukaan harus bebas dari benda-benda yang tidak diinginkan seperti debu
dan bahan lepas lainnya.
c) Permukaan aspal lama harus diberikan Lapis Perekat sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

2) Penghamparan dan Pemadatan

a) Umum

Agregat dan aspal harus tersedia di lapangan sebelum pekerjaan dimulai.


Kedua bahan tersebut harus dijaga dengan hati-hati untuk menjamin bahwa
bahan tersebut bersih dan siap digunakan.

40
Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci, kerataan permu-
kaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang telah dipadatkan tidak rata,
maka agregat harus digaru dan dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya
sebelum dipadatkan kembali.

Temperatur penghamparan aspal harus sesuai dengan Tabel 4.3.5.(1)

Tabel 4.3.5.(1) Temperatur Penghamparan Aspal


JENIS ASPAL TEMPERATUR PENGHAMPARAN (C)
60/70 Pen. 165 - 175
80/100 Pen. 155 - 165
Emulsi kamar, atau sebagaimana petunjuk pabrik
Aspal Cair RC/MC 250 80 - 90
Aspal Cair RC/MC 800 105 - 115

Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penghamparan harus disetujui


Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai

b) Metode Manual

i) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok.

Jumlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah disiapkan harus
sebagaimana yang disyaratkan. Kerataan permukaan dapat diperoleh
dengan keterampilan penebaran dan menggunakan perkakas tangan
seperti penggaru.

Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8 ton yang


bergerak dengan kecepatan kurang dari 3 km/jam. Pemadatan dilakukan
dalam arah memanjang, dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan
menuju ke sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih
(overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai diperoleh permukaan yang rata dan stabil (minimum 6
lintasan) sampai tebal hamparan padat 50 mm.

ii) Penghamparan Aspal

Penghamparan aspal dapat dikerjakan dengan menggunakan penyem-


prot tangan (hand sprayer) dengan temperatur aspal yang disyaratkan.
Takaran penggunaan aspal harus serata mungkin dan pada takaran
penghamparan yang disetujui.

iii) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci

Penebaran dan pemadatan agregat pengunci harus dilaksanakan dengan


cara yang sama untuk agregat pokok. Takaran penebaran harus sede-
mikian hingga, setelah pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam
agregat pokok terisi dan agregat pokok masih nampak.

Pemadatan agregat kunci harus dimulai segera setelah penebaran agre-


gat pengunci, tambahan agregat pengunci harus ditambahkan dalam
jumlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan selama

41
pemadatan. Pemadatan harus dilanjutkan sampai agregat pengunci
tertanam dan terkunci penuh dalam lapisan di bawahnya

3) Pemeliharaan Agregat Pengunci

Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis agregat pengunci dan


lapis berikutnya, Kontraktor harus memelihara permukaan agregat pengunci dalam
kondisi baik sampai lapis berikutnya dihampar.

4.3.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

1) Bahan dan Kecakapan Pekerja

Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan di bawah ini :

a) Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk menghindarkan


tercampurnya agregat, dan harus dijaga kebersihannya dari benda asing.
b) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu agar supaya tidak
terjadi kebocoran atau kemasukan air.
c) Suhu pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan dalam Tabel 4.3.5.(1).
d) Tebal Lapisan.
Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada di dalam toleransi
1 cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis penetrasi macadam harus seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
e) Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan.
Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus dijaga. Bahan harus
ditambah pada tiap tempat di mana terdapat penurunan.
f) Kerataan Pemadatan Agregat Pokok.
Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus yang panjangnya 3
meter. Punggung jalan yang ambles tidak melebihi dari 8 mm.

2) Lalu Lintas

Lalu lintas dapat diijinkan melintasi permukaan yang telah selesai beberapa jam
setelah pekerjaan selesai, sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Periode tipikal ini antara 2 sampai 4 jam. Bilamana lalu lintas diijinkan melintasi
lapisan agregat pengunci ini, perhatian khusus harus diberikan untuk memelihara
kebersihan lapisan ini sebelum lapis berikutnya dihampar. Pengendalian lalu lintas
harus memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

4.3.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran

a) Pekerjaan Minor

Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam untuk pekerjaan minor yang diukur untuk
pembayaran harus merupakan volume padat yang dihampar, yang ditentukan
atas dasar luas permukaan yang diukur dan tebal Penetrasi Macadam yang
disetujui untuk setiap jenis perbaikan. Kontraktor harus menyimpan catatan
dari luas dan tebal bahan Penetrasi Macadam dan kuantitas Lapis Perekat

42
yang disemprot pada pekerjaan minor pada setiap kilometer proyek. Arsip itu
harus diserah-kan kepada Direksi Pekerjaan secara mingguan.

b) Pelapisan Ulang

i) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran dari Lapis Penetrasi Macadam


yang digunakan untuk pelapisan ulang harus merupakan jumlah meter
persegi bahan yang dihampar dan diterima dan tebal nominal rancangan.
ii) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak termasuk Lapis Perata
Penetrasi Macadam pada lokasi-lokasi tertentu yang lebih tipis dari tebal
minimum yang diterima atau bagian-bagian yang lepas, terbelah, retak
atau menipis sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lain.
iii) Lebar lokasi Penetrasi Macadam yang akan dibayar harus seperti yang
tercantum dalam Gambar atau yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dan
harus ditentukan dengan survei pengukuran yang dilakukan Kontraktor di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak
lurus sumbu jalan dan tidak boleh meliputi lapisan yang tipis atau tidak
memenuhi ketentuan sepanjang tepi Lapis Pene-trasi Macadam yang
dihampar. Jarak antara pengukuran memanjang harus seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan tetapi harus sama dan tidak boleh kurang
dari satu untuk setiap 25 meter. Lebar yang digunakan untuk menghitung
luas pada setiap ruas perkerasan yang diukur harus merupakan harga
rata-rata dari pengukuran lebar yang diambil dan disetujui.
iv) Panjang Lapis Penetrasi Macadam sepanjang jalan harus diukur sepan-
jang sumbu jalan, dengan menggunakan prosedur survei menurut ilmu
ukur tanah.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut Harga


Kontrak per satuan pengukuran, kekurangan ketebalan padat maksimal 20% dari
tebal rencana yang disyaratkan dapat dibayarkan dan apabila pekerjaan macadam
20% tebal padat rencana kontraktor harus memperbaiki kembali pekerjaan
tersebut. untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, produksi, pencampuran dan penghamparan
seluruh bahan, termasuk semua pekerja, alat, pengujian, alat-alat kecil dan hal-hal
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang diuraikan dalam
Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 618 Lapis Penetrasi Permukaan Macadam (Lapen), Meter Persegi


buruh

43
LAPIS TIPIS ASPAL PASIR ( LATASIR )

4.4.1. Umum

1. Lapis Tipis Aspal Pasir ( LATASIR ) merupakan lapis penutup yang terdiri dari aspal
keras dan pasir alam bergradasi menerus dicampur , dihampar dan dipadatkan
pada suhu tertentu ( tebal padat 1 2 cm ).
2. Lapis Tipis Aspal Pasir ( LATASIR ) mempunyai fungsi sebagai lapis penutup,
sebagai lapisan aus dan menyediakan permukaan jalan yang rata dan tidak licin.
3. LATASIR mempunyai sifat kedap air, kenyal, tidak mempunyai nilai structural, peka
terhadap keausan akibat lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh cuaca.

4.4.2. Bahan - bahan

1. PASIR
Pasir yang digunakan harus bergradasi menerus dan bebas dari bahan lain yang
tidak diinginkan dengan persyaratan sebagai berikiut :
Sand equivalent ( AASHTO T - 176 ) minimum 50 %
Kandungan organis ( PB 0207-76 ) maksimum 3 %
Non plastis
Bentuk butir keras bersudut ( visual )

2. BAHAN PENGISI ( FILLER )


Filler dapat juga berupa debu batu kapur , semen Portland , atau debu mineral
lainya yang mempunyai butiran lolos saringan 200 65 % dan bersifat non plastis.

3. ASPAL KERAS
Aspal yang digunakan asapal keras pen 60 atau pen 80.

4. GRADASI CAMPURAN
Persyaratan gradasi campuran disesuaikan dengan rencana tebal padat lapisan
dan harus memmenuhi persyaratan gradasi campuran sebagai mana yang telah
ditentukan.:
.
4.4.3. Pelaksanaan pekerjaan

1. Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan rencana campuran.


2. Pencampuran harus dilaksanakan sebaik baiknya sampai bahan tercampur baikm
dan rata.
3. Agregat dipanaskan maksimum 175 C. Temperatus aspal temperature agregat
, dengan perbedaan 15 C . Temperatur campuran ditentukan oleh jenius aspal
yang digunakan , dengan ketentuan sbb :
Untuk pen 60 : 130 C 165 C
Untuk pen 80 : 124 C 162 C
4.4.4. Pengendalian mutu

Kegiatan pengendalian mutu yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan kegiatan
yang harus dilaksanakan guna menjamin pelaksanaan pekerjaan yang baik dan
memenuhi perencanaan.Kwalitas bahan , suhu pemanasan bahan, suhu campuran ,
hasil campuran dilakukan dengan Marshall test.
Pengambilan contoh dilakukan minimum satu kali setiap hari produksi, kecuali
ditentukan oleh direksi.LATASIR bias dibuka untu lalu lintas dengan kecepatan rendah,
setelah pemadatan akhir dan temperatur sudah dibawah titik lembek aspal yang
digunakan ( setelah 2 jam ) dibuka penuh untuk lalu lintas setelah 4 jam.

44
II.5 STRUKTUR

BETON

5.1.1 UMUM

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan
Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.

5.1.2 BAHAN

1) Semen

a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland
yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen
portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

2) A i r

Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organik. Air harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26.

3) Ketentuan Gradasi Agregat

a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 5.1.2.(1).
Tabel 5.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar
2 50,8 - 100 - - -
1 1/2 38,1 - 95 -100 100 - -
1 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100
3/8 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 - 80 - - - -
No.50 0,300 10 - 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -
b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak
lebih dari dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor

45
4) Sifat-sifat Agregat

a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat
yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian
SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam
Tabel 5.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI
(AASHTO) yang berhubungan.

Tabel 5.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat


Batas Maksimum yang
Sifat-sifat Metode Pengujian diijinkan untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan SNI 03-2417-1991 - 40 %
Mesin Los Angeles pada 500
putaran
Kekekalan Bentuk Batu SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
terhadap Larutan Natrium
Sulfat atau Magne-sium
Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
No.200

5.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran

Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode
yang disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam
Tabel 5.1.3.(1).

2) Campuran Percobaan

Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat


campuran yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) di bawah.

Tabel 5.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Ukuran Agre- Rasio Air / Semen Maks. Kadar Semen Min.
Beton gat Maks.(mm) (terhadap berat) (kg/m3 dari campuran)

37 0,55 290
K225 25 0,55 315
19 0,55 335
37 0,60 265
K175 25 0,60 290
19 0,60 305
37 0,70 225
K125 25 0,70 245
19 0,70 260

46
3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.1.3.(2), atau
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03
(AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991
(AASHTO T141).

Tabel 5.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran


Kuat Tekan Karakteritik Min. (kg/cm2) Perkiraan SLUMP (mm)
Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder Cara Pemadatan
Beton 15 x 15 x 15 cm3 15cm x 30 cm Digetarkan Tidak
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetarkan

K225 165 250 135 210 50 - 100 100 - 150


K175 115 175 95 145 50 - 100 100 - 150
K150 100 150 80 125 50 - 100 100 - 150
K125 80 125 70 105 50 - 100 100 - 150

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh diguna-kan
pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan
ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah
atau gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada
saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

5.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru.
b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh
sudut pekerjaan.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di
dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti
pada dasar sumuran atau cofferdam.

47
2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual
sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang
sebelum pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata
harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut
tajam Acuan harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

3) Pengecoran

a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit


24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.

Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan
tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan. Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi
Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
e) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin
dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran
yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
f) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
g) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran
beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan
semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya

48
5.1.5 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)

Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan
pengujian harus dianggap belum dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya.

5.1.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran

a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan
dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan
dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari
20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan,
selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap
termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
c) Tidak ada pengukuran dan pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pelat (plate) beton pracetak untuk acuan yang terletak di bawah lantai (slab) beton
Pekerjaan semacam ini dianggap telah termasuk di dalam harga penawaran untuk
beton sebagai acuan.
d) Kuantitas bahan untuk landasan, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan dalam pada Seksi lain
dalam Spesifikasi ini.
e) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih tinggi
dan Beton Tak Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau disetujui untuk
K175 atau K125. Bilamana beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih
rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan)
yang lebih rendah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki

a) Bilamana pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 5.1.1.(10) di atas, kuantitas


yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar bila
mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar
semen atau setiap bahan tambah (aditif), juga tidak untuk tiap pengujian atau
pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

49
3) Dasar Pembayaran

a) Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata
Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah
dan dalam Daftar Kuantitas.
b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, , pengecoran, pekerjaan
akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim
untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, kecuali untuk acuan
beton dibayarkan tersendiri, sesuai seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
K 710 Acuan Untuk Beton Struktur Meter Kubik

K 719 Beton Non Struktur/Rabat Kelas Bo Meter Kubik


(Menggunakan pengaduk beton 125 liter)

K 720 Beton Massa Kelas K 125 Meter Kubik


(Alat pengaduk beton 125 liter)

K 721 Beton Massa Kelas K 175 Meter Kubik


(Alat pengaduk beton 125 liter)

K 722 Beton Massa Kelas K 225 Meter Kubik


(Alat pengaduk beton 125 liter)

K 724 Beton Massa Kelas K 175 Meter Kubik


(Alat pengaduk beton 250 liter)

K 725 Beton Massa Kelas K 225 (Alat pengaduk Meter Kubik


beton 250 liter)

BAJA TULANGAN

5.2.1 UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen Kontrak
pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.

7.3.2 BAHAN

1) Baja Tulangan

a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
Gambar dan memenuhi Tabel 5.3.2.(1) berikut ini :

50
Tabel 5.3.2 (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik atau Tegangan
Mutu Sebutan Karakteristik yang memberikan regangan
tetap 0,2 (kg/cm2)
U22 Baja Lunak 2.200
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan

Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu K250 seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini, terkecuali
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh
diijinkan sebagai tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
AASHTO M32 - 90.

7.3.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan

a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-
bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk
menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-
kan dengan mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan


kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang
dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-
tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.1.(5) di atas, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi
atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan
pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian

51
hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang
sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus
diberikan kait pada ujungnya.
f) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan
harus dihentikan pada sambungan antara pelat.

7.3.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran

a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang
aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat
dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi
luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan
didasarkan atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila Direksi
Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan
Kontraktor pada contoh yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan
atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukkan dalam
berat untuk pembayaran.
c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur
lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan
dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut
Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran

Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas,
harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang
ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana pembayaran
tersebut merupa-kan kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan
pemasangan bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan
pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 715 Memotong, membengkokkan dan memasang Kilogram


tulangan besi beton.

52
PASANGAN BATU

7.9.1 UMUM

a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam Gambar
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan Batu.
Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi dan
seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding
penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari
pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai
penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung
gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonty)
dapat digunakan seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework).
c) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh Direksi Pekerjaan setelah
Kontraktor menyerahkan hasil survei lapangan sesuai dengan Spesifikasi ini.

7.9.2 BAHAN

1) Batu

a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian
yang tipis atau lemah.

b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali
tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

2) Adukan

Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Spesi-fikasi ini.

7.9.3 PELAKSANAAN PASANGAN BATU

1) Persiapan Pondasi

a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
, Galian.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar
atau bertangga yang juga horisontal.

53
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan bilaman disyaratkan sesuai dengan ketentuan.

2) Pemasangan Batu

a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan
batu yang berukuran sama.
b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk mema-sang
batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.

3) Penempatan Adukan

a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup sehingga untuk memungkinkan penyerapan air
mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus
dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang
bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.
c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

4) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi

a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu
satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.

b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus
30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa
sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang
disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir
kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan
tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut
melewati sambungan.

54
5) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu
harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d) Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan,
penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

7.9.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis
yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus
tidak diukur atau dibayar.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga


Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau
pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk
pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan
akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Pasal ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

K 810 Konstruksi Pasangan Batu Belah Hitam Meter Kubik

55
II. 6 PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN

PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN, BAHU JALAN, DRAINASE,


PERLENGKAPAN JALAN DAN JEMBATAN

6.1.1 UMUM

1) Uraian

Pekerjaan yang tercakup dalam Seksi ini harus meliputi pekerjaan pemeliharaan rutin
untuk menjamin agar perkerasan, bahu jalan, drainase dan perlengkapan jalan lama
selalu dipelihara setiap saat dalam kondisi pelayanan yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan ini harus dibayar secara bulanan dari harga penawaran lump
sum untuk berbagai jenis pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi
ini.

Pekerjaan pemeliharaan rutin yang diperlukan harus dimulai pada saat lapangan
diserahkan kepada Kontraktor, dan harus dilanjutkan sampai berakhirnya Periode
Kontrak.
Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan dan dibayar menurut Seksi ini untuk
memelihara pekerjaaan agar berada dalam kondisi pelayanan yang baik.

2) Klasfikasi Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pada umumnya, perbedaan pekerjaan yang diklasifikasikan sebagai pekerjaan pemeli-


haraan rutin atau pekerjaan yang diklasifikasikan, baik pekerjaan peningkatan atau
pekerjaan pengembalian kondisi untuk perkerasan, bahu jalan, drainase, perlengkapan
jalan dan jembatan, akan disyaratkan di bawah ini, kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan.

a) Perkerasan

i) Perkerasan Berpenutup Aspal

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi yang terutama


bertujuan untuk memelihara permukaan jalur lalu lintas sehingga kera-
taannya tetap konsisten dengan mutu permukaan rata-rata dari
perkerasan lama, seperti laburan aspal untuk menutup retak-retak,
penambalan lubang-lubang kecil dan galian kecil yang tidak termasuk
dalam peker-jaan pengembalian kondisi.
Pengembalian kondisi terhadap lubang yang lebih besar dari 40 cm x 40 cm,
tepi yang rusak, retak halus yang mencakup lebih dari 10 % dari setiap 100 m
panjang, retak-retak lebar yang memerlukan pengisian celah retak satu per
satu, retak buaya yang dianggap oleh Direksi Pekerjaan bersifat struktural
sehingga perlu digali dan ditambal, dan pekerjaan yang bertujuan untuk
memperbaiki lereng melintang jalan, bentuk atau kekuatan struktural
perkerasan yang tidak dipandang sebagai bagian dari pekerjaan
pemeliharaan rutin.

56
ii) Perkerasan Tanpa Penutup Aspal

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti


pengisian lubang dan keriting (corrugation), dan perataan
ringan dengan "grader" untuk mendistribusi kembali bahan
yang lepas.
Pengembalian kondisi jalan tanpa penutup aspal yang beralur (rutting) atau
rusak berat dengan pengkerikilan kembali selain perataan dengan "grader"
tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan rutin.

b) Bahu Jalan

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti pengisian


lubang, pembuangan semak-semak, dan penghalang lainnya, dan
pengkerikilan kembali.

Pekerjaan perbaikan bahu jalan berskala besar yang mencakup pengkerikilan


kembali atau penggalian dan pengkerikilan kembali atau pelaburan bahu jalan
tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan rutin.

c) Drainase

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti pembuangan


lanau, daun, kotoran dan tanaman dari drainase dan gorong-gorong yang ada.
Pengembalian kondisi Pasangan Batu Dengan Mortar atau drainase yang
dilapisi lainnya atau gorong-gorong dan pekerjaan perbaikan seperti galian
untuk selokan baru, perluasan, peninggian, realinyemen atau pelapisan pada
drainase dan selokan yang ada, atau penggantian atau perpanjangan atau
pembuatan struktur drainase baru seperti gorong-gorong, lubang penangkap
(catch pits), dsb. tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin.

d) Perlengkapan Jalan

Pekerjaan pemeliharaan harus mencakup operasi seperti pembersihan dan


perbaikan rambu jalan, patok pengaman dan patok kilometer yang rusak,
perbaikan rel pengaman dan pengecatan kembali huruf yang tak terbaca pada
rambu jalan.

Penyediaan rambu jalan, patok pengarah, patok kilometer atau rel pengaman
yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang rusak
atau pengecatan marka jalan harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan
jalan dan perangkat pengatur lalu lintas dan harus dibayar secara terpisah dari
Spesifikasi ini.

6.1.2 PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN

1) Lokasi Tempat-tempat Yang Memerlukan Pemeliharaan Rutin

Tempat-tempat perkerasan lama yang memerlukan pemeliharaan rutin harus


dirancang oleh Direksi Pekerjaan dengan cara pemeriksaan visual.
Metode dan besarnya pekerjaan perbaikan harus sebagaimana yang diperintahkan
secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, yang juga akan menentukan waktu
penyelesaian yang beralasan.

57
2) Bahan

Bahan yang digunakan untuk penambalan lubang harus sama atau lebih tinggi
mutunya dari bahan yang ada di sekelilingnya. Bahan-bahan ini umumnya harus
sesuai dengan Spesifikasi ini atau Spesifikasi Teknik yang berkaitan, seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.

3) Standar Untuk Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Perkerasan

Sejak saat lapangan diserahkan kepada Kontraktor sampai Periode Pemeliharaan


berakhir dan sebelum maupun sesudah penghamparan setiap lapis perkerasan baru
menurut Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pemeliharaan rutin
perkerasan sebagaimana yang diperlukan sehingga diperoleh drainase dan kondisi
pelayanan permukaan jalan yang baik pada setiap saat.

Untuk menjamin bahwa pekerjaan itu dilaksanakan menurut standar yang memadai,
staf supervisi akan melakukan pemeriksaan visual bulanan terhadap permukaan jalan
dan akan memberitahu Kontraktor atas setiap cacat pada permukaan (lubang, retak,
dsb.) yang memerlukan perbaikan.

6.1.3 PEMELIHARAAN RUTIN BAHU JALAN

1) Uraian

Semua bahu jalan lama yang termasuk daerah kerja harus selalu diperiksa oleh
Kontraktor selama Periode Kontrak untuk penyesuaian dengan kondisi standar yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini dan dalam Gambar. Setiap lokasi bahu jalan yang
dipandang memerlukan pemeliharaan rutin, dalam segala hal harus dilaporkan kepada
Direksi Pekerjaan, yang kemudian akan mengeluarkan perintah yang sesuai untuk
jenis tindakan pemeliharaan yang diperlukan.

Bilamana bahu jalan lama dianggap rusak maka Direksi Pekerjaan akan menge-
luarkan perintah yang sesuai untuk pemeliharaan rutin.

2) Bahan dan Pelaksanaan

Mutu bahan dan standar penyiapan, pemasangan dan pemadatan setiap bahan yang
digunakan dalam pemeliharaan rutin bahu jalan lama harus sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini.

6.1.4 PEMELIHARAAN RUTIN SELOKAN, SALURAN AIR, GALIAN DAN TIM-BUNAN

1) Pemeliharaan selokan dan saluran air sementara maupun permanen harus


dijadwalkan sedemikian rupa sehingga aliran air yang lancar dapat dijaga selama
Periode Kontrak, termasuk Periode Pemeliharaan.
2) Selokan dan saluran air lama maupun yang baru dibuat harus dijaga agar bebas dari
semua bahan yang lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan tanaman yang tidak
dikehendaki yang mungkin akan menghalangi aliran air permukaan. Pemeliharaan
semacam itu harus dilaksanakan secara teratur berdasarkan rutinitas dan segera
setelah aliran permukaan akibat hujan lebat telah berhenti mengalir.
3) Selama periode hujan lebat, Kontraktor harus menyediakan regu pemeliharaan yang
akan berpatroli di lapangan dan mencatat setiap sistem drainase yang kurang

58
berfungsi akibat penyumbatan atau karena hal lain. Setiap kelainan pada drainase
dicatat pada saat tersebut, seperti luapan air, kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen
struktur drainase yang kurang tepat atau rancangan lainnya yang kurang cocok, harus
dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan, dan Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan
perintah yang sesuai dengan langkah yang harus diambil.
4) Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk timbunan dan galian harus mencakup
pemotongan rumput, semak-semak dan pohon-pohon kecil untuk memperbaiki
penampilan di dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak
pandang atau tikungan.

6.1.5 PEMELIHARAAN RUTIN PERLENGKAPAN JALAN

1) Kontraktor harus juga mengecat kembali setiap rambu jalan di mana kondisi cat pada
rambu tersebut telah rusak dan kata-kata pada rambu tersebut tidak jelas terbaca.
2) Kontraktor harus juga melaksanakan perbaikan pada setiap rambu jalan, bagian rel
pengaman dengan panjang kurang dari 10 meter, pagar pengarah, patok kilometer
atau perlengkapan jalan yang lain yang rusak, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

6.1.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pekerjaan Pemeliharaan Rutin yang disebutkan dalam Pasal sebelumnya harus


dibayar sesuai dengan setiap mata pembayaran yang relevan dalam Seksi lain dan
jika perlu dengan dasar pembayaran Pekerjaan Harian, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk Kontraktor dalam
penyediaan semua bahan, pekerja, peralatan, perlengkapan dan biaya lainnya yang
perlu atau umumnya diperlukan untuk pemeliharaan rutin perkerasan, bahu, drainase,
perlengkapan jalan dan jembatan sampai pekerjaan tersebut diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

2) Jika dalam salah satu bulan dari Periode Pelaksanaan, Kontraktor telah gagal
melaksanakan pekerjaan pemeliharaan rutin yang diuraikan dalam Seksi ini sampai
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, Direksi Pekerjaan dapat menge-luarkan
peringatan tertulis kepada Kontraktor dan Kontraktor harus segera memberi
tanggapan atas peringatan itu. Jika peringatan semacam itu telah diberikan dua kali
dalam tempo satu bulan tanpa tanggapan dari Kontraktor, Direksi Pekerjaan dapat
memilih untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan sumber dayanya sendiri atau pihak
lain jika dipandang perlu.

Biaya tambahan untuk setiap macam pekerjaan yang dilaksanakan oleh Direksi
Pekerjaan harus ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor, dengan mengurangi biaya
total aktual yang digunakan oleh Direksi Pekerjaan, ditambah uang denda 10%
(sepuluh persen), dari harga lump sum untuk pekerjaan pemeliharaan rutin yang
belum dibayar atau dari sumber lain yang menjadi hak Kontraktor.

59
PEMELIHARAAN JALAN SAMPING DAN JEMBATAN

6.2.1 UMUM

1) Uraian

Yang dimaksud dari Pasal-pasal dalam Seksi ini adalah untuk memastikan bahwa
selama pelaksanaan Pekerjaan seluruh jalan dan jembatan yang ada baik yang
berdekatan atau menuju lokasi pekerjaan yang dilewati oleh peralatan dan mesin milik
Kontraktor tetap terbuka untuk lalu lintas dan dipelihara dalam keadaan aman dan
dapat digunakan.

Dalam keadaan tertentu struktur yang ada mungkin memerlukan perkuatan dan
jem-batan sementara dan timbunan mungkin perlu perlu dibuat selama Periode
Pelaksanaan untuk memudahkan transportasi peralatan dan mesin milik Kontraktor,
menuju dan dari lokasi pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini

a) Syarat-Syarat Kontrak (Bab 3 dari Dokumen Kontrak) : Pasal-pasal yang


berkaitan
b) Mobilisasi dan Demobilisasi : Seksi 1.2
c) Transportasi dan Penanganan : Seksi 1.5
d) Pemeliharaan Lalu Lintas : Seksi 1.8
e) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.16

3) Pengajuan Kesiapan Kerja

Jika struktur yang ada memerlukan perkuatan atau jembatan sementara dan timbunan
mungkin perlu dibuat, Kontraktor harus menyerahkan suatu jadwal yang detil dari
pekerjaan sementara yang diperlukan, detil-detil metodologi pelaksanaan yang diusul-
kan dan tanggal mulai dan akhir yang diusulkan untuk perkuatan atau pelaksanaan
setiap struktur. Pengajuan program pekerjaan sementara semacam ini harus dibuat
bersama-sama dengan pengajuan jadwal mobilisasi Kontraktor yang diserahkan
sesuai dengan Spesifikasi ini.

6.2.2 PEMELIHARAAN JALAN SAMPING DAN JEMBATAN YANG DIGUNAKAN OLEH


KONTRAKTOR

Jalan umum dan jembatan yang berdekatan dengan proyek dan digunakan oleh Kontraktor
selama kegiatan transportasi dan pengangkutan dalam pelaksanaan Pekerjaan, termasuk
perkuatan jembatan yang ada oleh Kontraktor, pembuatan jembatan sementara oleh
Kontraktor dan jalan masuk ke lokasi sumber bahan yang menerima beban berat tambahan
sebagai akibat kegiatan Kontraktor, harus dipelihara secara keseluruhan oleh Kontraktor
dengan biaya sendiri selama waktu yang diperlukan untuk Pekerjaan tersebut dan harus
ditinggalkan dalam keadaan berfungsi dengan baik, mutu dan kenyamanannya tidak lebih
buruk daripada sebelum kegiatan Kontraktor dimulai. Jembatan sementara yang dibuat
oleh Kontraktor menurut Seksi dari Spesifikasi ini tidak boleh dibongkar oleh Kontraktor
pada Tanggal Penyelesaian Pekerjaan kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan.

60
6.2.3 PEMELIHARAAN UNTUK KEAMANAN LALU LINTAS

Pekerjaan Jalan Sementara dan Pengendalian Lalu Lintas

Seluruh pekerjaan jalan sementara dan kelengkapan pengendali lalu lintas yang disediakan
oleh Kontraktor di atas jalan samping atau jalan lokal ke lokasi pekerjaan setiap saat
selama Periode Kontrak harus dipelihara dalam kondisi aman dan dapat berfungsi menurut
ketentuan dan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, sehingga dapat menjamin keamanan
lalu lintas lainnya dan masyarakat yang menggunakan jalan tersebut. Ketentuan
pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan dari Pemeliharaan Lalu lintas.

6.2.4 DASAR PEMBAYARAN

Tidak ada pembayaran terpisah untuk pemeliharaan jalan samping dan jembatan yang
dilaksanakan sesuai dengan Seksi dari Spesifikasi ini. Biaya pekerjaan ini harus sudah
termasuk dalam Harga Satuan dari semua Mata Pembayaran lain dalam Kontrak dimana
pembayaran itu harus dianggap kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh bahan,
pekerja, peralatan, perkakas dan keperluan sementara lainnya untuk pemeliharaan jalan
dan jembatan yang berdekatan dengan Kontrak dan digunakan oleh Kontraktor dalam
operasi pengangkutan, termasuk jika perlu, perkuatan jembatan yang ada, pemasangan
dan pemeliharaan jembatan sementara atau pemasangan jenis lainnya, dan pengendalian
lalu lintas selama pelaksanaan operasi pengangkutan dan pemindahan setiap perangkat
pengendali lalu lintas sampai Penyelesaian Pekerjaan.

Jika Kontraktor gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini maka Direksi Pekerjaan berhak
melaksanakan pekerjaan yang dianggap perlu dan membebankan semua biaya tersebut
kepada Kontraktor ditambah denda 5 %.

61

Anda mungkin juga menyukai