Angka Kejadian DHF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini berbagai macam penyakit terus di temukan
dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman,baik pola
penularan,pengobatan, pencegahan serta penyebabnya pun berbeda beda
mulai dari penyakit yang ringan sampai yang sulit di sembuhkan.
Demam berdarah dengue atau yang biasa di singkat DBD adalah salah
satu penyakit yang sulit di sembuhkan hal ini di sebabkan karena Sampai saat
ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk penanggulangan DBD ini.
Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di Asia,
penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan semua
negara di Asia Tenggara. Sejak tahun 1981, virus ini ditemukan di
Queensland, Australia. Disepanjang pantai timur Afrika, DBD juga ditemukan
dalam berbagai serotipe. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di
Amerika Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai
akhir tahun 1990-an. Epidemi dengue di Asia pertama kali terjadi pada tahun
1779, di Eropa pada tahun 1784, di Amerika Selatan pada tahun 1935-an, dan
di Inggris pada tahun 1922.
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-
tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, WorldHealth Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia.
Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di
Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada
tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya

1
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Wabah demam berdarah yang menarik perhatian dunia pertama kali
muncul di Manila pada tahun 1954. Sebagian besar kasus demam berdarah
terjadi di negara yang terletak pada daerah tropis dan subtropis. Hal ini tidak
mengherankan karena nyamuk suka dengan lingkungan yang hangat untuk
hidup.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit
Demam Berdarah. Cara penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit
seseorang yang sudah terinfeksi virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa
dalam kelenjar ludah si nyamuk. Kemudian nyamuk ini menggigit orang
sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus
demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang
sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah.
Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang berbeda dari
nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3 sore untuk
menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam berdarah.
Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur. Maka, berhati-hatilah terhadap
gigitan nyamuk pada siang hari dan cegah nyamuk ini menggigit anak yang
sedang tidur siang.Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di
genangan air bersih dan di daerah yang banyak pohon seperti di taman atau
kebun. Genangan air pada pot bunga mungkin menjadi salah satu tempat
favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda.
Berdasarkan latar belakang masalah ini penulis tertarik membahas
masalah angka kejadian dan kondisi masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Prevalensi kejadian demam berdarah?
2. Berapa Angka kematian penyakit demam berdarah?
3. Dimana saja Wilayah klb dbd ada di 11 provinsi?
4. Peran perawat komunitas dalam penanganan dhf?
5. Macam-macam Penyakit endemic?
6. Pengaruh dbd terhadap kependudukan?

2
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Prevalensi kejadian demam berdarah?
2. Untuk Mengetahui Angka kematian penyakit demam berdarah?
3. Untuk Mengetahui Wilayah klb dbd ada di 11 provinsi?
4. Untuk Mengetahui Peran perawat komunitas dalam penanganan dhf?
5. Untuk Mengetahui Macam-macam Penyakit endemic?
6. Untuk Mengetahui Pengaruh dbd terhadap kependudukan?

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PREVALENSI KEJADIAN DEMAM BERDARAH


1. Prevalensi DBD di Dunia
Menurut Word Health Organization (1995) populasi di dunia
diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar
terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis.
Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh
dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta
kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan

3
perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang
berusia kurang dari 15 tahun.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi
nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).

2. Prevalensi DBD di Indonesia


Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD di Indonesia adalah
158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah kasus penyakit DBD
adalah 136.339 kasus.

3. Prevalensi DBD di Sulawesi Selatan


a. Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD adalah 5.333 kasus
dengan jumlah kasus terbesar berada di Kabupaten Bone (1030) kasus,
menyusul Makassar (452) kasus, Bulukumba ( 376) kasus, dan
Pangkep (358) kasus.
b. Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008 kategori tinggi pada
kabupaten Bone, Bulukumba, Pinrang, Makassar, dan Gowa (217-668
kasus). Sedangkan pada tahun 2009 jumlah kasus DBD adalah
44.71/100.000 penduduk Indonesia.

B. ANGKA KEMATIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH


Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012).
Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di Indonesia pada tahun
2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian 1.170 orang (CFR=
0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.
Untuk Provinsi Sulawesi Selatan sendiri, angka kematian DBD pada
tahun 2008 sebesar 0,83, sedangkan pada tahun 2009 angka kematian
sebanyak 0.67%.

4
C. WILAYAH KLB DBD ADA DI 11 PROVINSI
Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis
Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir Januari tahun ini, kejadian
luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada di 12 Kabupaten dan 3 Kota
dari 11 Provinsi di Indonesia, antara lain:
1. Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang;
2. Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kota Lubuklinggau;
3. Provinsi Bengkulu, yakni Kota Bengkulu;
4. Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar;
5. Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bulukumba, Pangkep,
Luwu Utara, dan Wajo;
6. Provinsi Gorontalo, yaitu Kabupaten Gorontalo; serta
7. Provinsi Papua Barat, yakni Kabupaten Kaimana;
8. Provinsi Papua, yakni Kabupaten Mappi
9. Provinsi NTT, yakni Kabupaten Sikka;
10. Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Banyumas;
11. Provinsi Sulawesi Barat, yakni Kabupaten Majene.
Sepanjang bulan Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di
wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25
orang pada bulan Januari 2016 sedangkan pada bulan Februari tercatat
sebanyak 116 orang dengan jumlah kematian 9 orang. Hasil data tersebut
menunjukan adanya penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan Januari-
Februari 2016.
Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di
Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita
DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang
mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan
usia 15-44 tahun mencapai 33,25%.
Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap penyakit DBD
mengingat setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue di
Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar
Januari, dan cenderung turun pada Februari hingga ke penghujung tahun.

5
Perlu kita ketahui, KLB DBD dinyatakan bila: 1) Jumlah kasus baru
DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya; 2)
Timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang sebelumnya belum pernah
terjadi; atau 3) Angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai
faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya
tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman masyarakat yang masih
terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus;
3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan
yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru;
serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk.
Untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkelanjutan
sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

D. PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM PENANGANAN DHF


Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang
berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap
individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi
individu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar
(1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat
untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
Hasil Lokakarya Nasional 1983 dikutip oleh Zaidin Ali, 2002, peran
perawat mencakup :
1. Pelaksana pelayanan keperawatan.
2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
3. Pendidikan keperawatan.

6
4. Penelitian dan pengembangan keperawatan.

Berdasarkan standar Departemen Kesehatan (1998) peran perawat


sebagai berikut:
1. Pendidik Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan
pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, dan
tenaga kesehatan lainnya, salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan adalah aspek pendidikan karena pendidikan dapat merubah
tingkah laku yang merupakan salah satu sasaran dari keperawatan. Dalam
hal ini pada pasien haemodialisis yang sangat komplek sekali
permasalahannya dari segi bio psikososial spiritual semua perlu
diperhatikan.
Pendidikan atau penyuluhan secara efektif tidak hanya diberikan
pada pasien sebagai individu yang sakit tetapi juga keluarga sebagai
vasilitator dan motivator bagi pasien juga harus dilibatkan.
Pengelola Keperawatan
Perawat bertanggung jawab dalam hal ini administrasi keperawatan
baik dirumah sakit maupun di masyaraka, dalam mengelola keperawatan
untuk individu, kelompok dan masyarakat.
Peneliti Keperawatan
Perawat diharapkan jadi pembaharu dalam ilmu keperawatan
karena memiliki ketrampilan, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan
dan lingkungan. Kegiatan penelitian pada hakekatnya adalah melakukan
evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan penelitian perawat
dapat menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Perawat dituntut untuk mengikuti
perkembangan, meanfaatkan media masa dan informasi lain dari berbagai

7
sumber, selain itu perawat perlu melakukan penelitian, mengembangkan
ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

2. Pelaksana Pelayanan Keperawatan


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem
pelayanan keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap
anggota tim kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang
dapat mengatur, merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan.

E. PENYAKIT ENDEMIK
1. Definisi Deman Berdarah (DBD)
Demam berdarah atau demam berdarah dengue adalah penyakit
febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis
yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap
serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang
disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes Aegypty.
(wikipedia.com).
Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan
Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik
yang berbeda.
Gambaran Klinis DBD yaitu, demam yang akut, selama 2 hingga 7
hari, dengan 2 atau lebih gejala-gejala berikut : nyeri kepala, nyeri otot,
nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan
dan leukopenia.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun
1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia.

8
Timbulnya penyakit DBD ditengarai adanya korelasi antara strain dan
genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain
faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi
klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah
berubah.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius
pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD
semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda
mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang
merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

2. Tanda dan gejala DBD


Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-
tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah
terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan. Pada
beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut,
rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk.
Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh
penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke Dokter apabila
pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak
penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena
menganggap ringan gejala-gejala tersebut. Demam berdarah umumnya
lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih
kecil terjadi pada akhir masa demam.

3. Diagnosis DBD

9
Mendiagnosis penyakit demam berdarah (DB) jangan cuma dari
rendahnya trombosit di dalam darah. Sebab, menurunnya trombosit tidak
selalu disebabkan DBD, tetapi bisa juga penyakit lain, seperti demam
tifoid atau chikungunya. Demikian dikatakan dr Leonard Nainggolan
SpPD dalam simposium bertema Antisipasi dan penanganan DB, di RS
Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta.
Sebab itu, perlu ada penatalaksanaan dalam menegakkan diagnosis
apakah pasien itu terkena DBD atau tidak. Misalnya, perlu pemeriksaan
yang lengkap untuk mengetahui apakah pasien tersebut terkena DBD.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah tes hematorkit untuk
mengetahui kekentalan darah, tes trombosit, tes hemoglobin, leukosit dan
serologi dengue. Sebab pada saat terinfeksi virus dengue tidak harus
ditandai dengan turunnya trombosit, tetapi bisa dilihat dari turunnya
leukosit.
Pada pasien dewasa perlu melakukan pemeriksaan lebih komplit
lagi, seperti pemeriksaan hati, tes diabetes maupun ginjal. Sebab, virus
dengue bisa menyerang sel-sel hati sehingga perlu juga mengecek fungsi
hatinya. Ginjal pun harus diperiksa, mengingat orang yang diberi cairan
dalam pengobatan jangan sampai mengganggu fungsi ginjal. Kalau
ginjalnya bermasalah, kemudian dokter memberikan cairan sebanyak-
banyaknya bisa menyebabkan mampet karena tidak bisa dikeluarkan dari
ginjal. Bisa jadi nantinya akan terkena gagal ginjal.

4. Pencegahan dan pengobatan penyakit DBD


a. Pencegahan
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi
dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan
adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian
strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke
tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua
metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang

10
memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada
pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA.,
1997). Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
1) Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut
antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk dan perbaikan desain rumah.
2) Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan
pemakan jentik.

3) Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging)
(dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-
lain.
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD
adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut
dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-
barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga
melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,
menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala
sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
b. Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif.
Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama
dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan

11
dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Pengobatan alternatif
yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok,
namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi
jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena.
Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan
secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Pengobatan alamiah untuk DBD:
1) Jambu biji
Walaupun khasiatnya belum teruji secara medis, tak ada
salahnya untuk memberikan jus jambu biji kepada pasien demam
berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin C yang
sangat tinggi. Bahkan kandungan vitamin C di dalamnya bisa tiga
sampai enam kali lebih tinggi dibanding buah jeruk. Lebih tinggi
10 kali dibandingkan dengan pepaya dan 10 sampai 30 kali
dibandingkan dengan pisang. Vitamin C ini terdapat dalam daging
buahnya yang segar. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi pun
mengandung vitamin C seperti daging buahnya.
Disebutkan dalam buku Foods that Heal, Foods that Harm
bahwa 90 gram buah jambu biji lebih dari cukup memenuhi
kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa. Buku itu juga
menyebutkan meskipun sudah kehilangan hampir 25 persen
vitaminnya karena proses pengolahan, jus jambu biji kemasan
kotak masih merupakan sumber vitamin C yang baik. Berkat
kandungan vitamin C dosis tinggi ini, kekebalan tubuh dalam
melawan bakteri akan meningkat. Proses penyembuhan luka pun
jadi lebih cepat. Di samping itu, tekanan darah juga menjadi lebih
baik berkat buah ini. Ini karena jambu biji merupakan sumber
potassium yang baik.
2) Alang-alang
Tanaman liar yang sudah ribuan tahun dikenal masyarakat Cina
ini bermanfaat untuk kesehatan. Bahkan saat ini tumbuhan
bernama latin Imperata cylindrica (L)

12
Beauv sudah sering diteliti secara ilmiah.
Hasil penelitian tentang tanaman ini menyebutkan bahwa ada
kandungan manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid,
coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam
kersik, damar, dan logam alkali. Dengan kandungan-kandungan
itu, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik
(meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan pendarahan), dan
menghilangkan haus.
Pengobatan Cina tradisional menyebutkan, alang-alang
memiliki sifat manis dan sejuk. Efek pengobatan tanaman ini
memasuki meridian paru-paru, lambung, dan usus kecil. Dengan
sifat diuretik yang melancarkan air kencing, alang-alang
bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit radang ginjal akut.
Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini juga
berguna untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi.
Sifat hemostatik yang bisa menghentikan pendarahan pada alang-
alang dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan
pendarahan di dalam.
Herbal ini di dalam tubuh akan menyusup ke dalam organ paru-
paru, lambung, dan usus kecil. Ramuan alang-alang sebaiknya
tidak diberikan kepada mereka yang fungsi lambungnya lemah dan
sering buang air kecil. Bagian tanaman alang-alang yang bisa
dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah rimpang, baik yang
segar maupun yang telah dikeringkan. Bahan alang-alang ini bisa
diperoleh di toko obat Cina.
3) Angkung
"Obat kaisar" adalah julukan untuk angkung atau Angong
Niuhuang Wan. Karena keampuhannya mengatasi penyakit pada
zaman lampau, angkung hanya dikonsumsi oleh kaisar dan para
petinggi di dataran Cina. Angkung diyakini oleh masyarakat Cina
bisa membantu menyembuhkan penyakit radang selaput otak,
stroke, radang otak, penyakit hati, sampai kejang dan kekurangan
cairan tubuh seperti halnya dalam kasus demam berdarah.

13
Namun, sangat disayangkan harga angkung ternyata amat
mahal. Di samping harganya yang mahal, manfaat angkung tidak
langsung terasa setelah minum satu atau dua butir. Angkung baru
terasa khasiatnya untuk mengatasi penyakit berat setelah diminum
secara teratur 6 sampai 8 butir pil setiap hari

4) Daun Dewa
Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai
pengganti angkung bila harga pil tersebut dianggap terlalu mahal.
Tanaman daun dewa berbentuk semak. Daun adalah bagian
tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat. Nama latinnya adalah
Gymura segetum (Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC
dan termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae atau
Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah bluntas cina,
daun dewa, atau samsit. Herbal yang satu ini dikenal kaya dengan
berbagai kandungan kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid,
dan tanin. Dengan kandungan kimia tersebut tumbuhan ini
bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah),
stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan
panas, membersihkan racun.

5. Epidemologi molekuler
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di
Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan
dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia tenggrara pada
1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab
kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah
tersebut.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang
serius pada banyak negara tropis dan subtropis, karena peningkatan
jumlah penderita, menyebarluasnya daerah yang terkena wabah dan
manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yaitu Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

14
Antara tahun 1975 dan 1995, DD/DBD terdeteksi
keberadaannya di 102 negara di dari lima wilayah WHO yaitu : 20
negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4
negara di Mediterania Timur dan 29 negara di Pasifik Barat. Seluruh
wilayah tropis di dunia saat ini telah menjadi hiperendemis dengan ke-
empat serotipe virus secara bersama-sama diwilayah Amerika, Asia
Pasifik dan Afrika. Indonesia, Myanmar, Thailand masuk kategori A
yaitu : KLB/wabah siklis) terulang pada jangka waktu antara 3 sampai
5 tahun. Menyebar sampai daerah pedesaan, sirkulasi serotipe virus
beragam (WHO, 2000).

F. PENGARUH DBD TERHADAP KEPENDUDUKAN


Serangan demam berdarah dengue (DBD) terus mengganas. Di
Jakarta, dalam dua hari jumlah penderita bertambah hingga 600-an orang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 174 kelurahan
di 10 kecamatan di Jakarta dinyatakan sebagai daerah waspada kejadian luar
biasa (KLB). Tidak tertutup kemungkinan, jumlah daerah KLB ini bertambah..
Di Jakarta Barat terjadi di Kecamatan Kebon Jeruk dan Palmerah. Di Jakarta
Selatan menimpa Kecamatan Pasar Minggu dan Kebayoran Lama. Di Jakarta
Timur, KLB terjadi di Kecamatan Ciracas dan Kramat Jati.
Kota Bekasi, Jawa Barat, tiga orang meninggal akibat penyakit
tersebut selama Januari-Februari. Angka tersebut sama dengan jumlah korban
meninggal sepanjang 2003. Sedikitnya 73 pasien dirawat pada periode Januari
hingga 17 Februari 2004. Padahal, sepanjang 2003, hanya terjadi 15 kasus
DBD.
Serangan DBD juga menghantui warga Jawa Tengah. Sebanyak 29
kabupaten/kota di provinsi tersebut terjangkiti penyakit ini. Kota/kabupaten
tersebut, antara lain, Rembang, Kudus, Pati, Jepara, Kota Semarang, Kendal,
Pekalongan, Kabupaten Tegal, dan Brebes.
Dari wacana diatas, dapat kita ketahui bahwa DBD merupakan
penyakit yang menyerang pada masyarakat luas, dan penderita penyakit ini
rawan mengalami kematian.
Seperti yang telah dijelaskan diawal bahwa faktor utama dari
kependudukan adalah vertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi

15
(perpindahan), jadi akibat dari serangan DBD yang dapat mengakibatkan
kematian tentu akan mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu tempat.
Penderita kronis dari penyakit ini diharuskan dirawat di rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan secara optimal oleh perawat, sehingga pasien
mendapatkan kesehatannya kembali. Penderita kronis ini secara tidak
langsung telah mengubah kapadatan penduduk pada suatu wilayah tertentu
(tempat tinggalnya) karena penderita ini berpindah tempat tinggal ke rumah
sakit untuk sementara.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam demografi ada tiga fenomena yang merupakan bagian penting
daripada penduduk yaitu:
1. Kelahiran (vertilitas)
2. Kematian (mortalitas)
3. Perpindahan (migrasi)

16
Peran utama perawat terhadap penderi penyakit endemik DBD ini
adalah memberikan perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatannya.
Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari pasien sehingga
nyawa pasien dapat diselamatkan. Semakin banyak nyawa pasien yang
diselamatkan, maka semakin sedikit tigkat mortalitas pada kawasan endemik
tersebut, namun sebaliknya jika banyak penderita DBD mendapatkan
perawatan yang kurang optimal, maka tingkat kematian penderita DBD akan
semakin meningkat.
Gambaran Klinis DBD yaitu demam yang akut, selama 2 hingga 7
hari, dengan 2 atau lebih gejala-gejala berikut :
1. Nyeri kepala,
2. Nyeri otot,
3. Nyeri persendian,
4. Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.
Beberapa alternatif pengobatan alamiah bagi penderi DBD, yaitu
dengan mengonsumsi:
1. Jambu biji
2. Alang-alang
3. Angkung
4. Daun Dewa
Walaupun obat alamiah diatas belum diuji secara ilmiah, namun
beberapa kelompok masyarkat percaya akan khasiat dari obat tersebut.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan kepada para pembaca adalah, untuk
pencegahan DBD ada baiknya kita meningkatkan kebersihan lengkungan kita,
dengan beberapa cara yang sering di publikasikan yaitu 3M:
1. Menutup tempat yang dapat menjadi genangan air,
2. Menguras bak mandi dalam jangka waktu tertentu,
3. Mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk.
Saat kita atau orang di sekitar kita merasa memiliki gejala-gejala dari
DBD, ada baiknya kita segera berobat ke rumah sakit dan melapor kepada
pemerintah daerah setempat agar dapat dilakukan penanganan yang cepat
terhadap penyakit endemik ini. Sehingga kita telah membantu pencegahan
penyebaran penyakit ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Chin, James. 2000.Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17.


California.

Husain, Achmar. 2011. Surveilans Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa.


Makassar.

Entjang, Indan. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung. Penerbit PT.


Citra aditya Bakti.

Oswari, E. 1995. Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta. Penerbit PT


Gramedia Pustaka Utama.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Erlangga

18
Hasyim ,Hamzah. 2009. Analisis Spasial Demam Berdarah Dengue Di Provinsi
Sumatera Selatan. Jakarta

Martini.,Dkk. 2012. Tingkat Kerawanan Wilayah Berdasarkan Insiden Penyakit


Demam Berdarah Dengue (Dbd) Dan Indeks Ovitrap Di Kecamatan
Gajahmungkur Kota Semarang.

http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-
mulai-meningkat-di-januari.html. Diakses tanggal 6 Februari 2017

19

Anda mungkin juga menyukai