Utd Crossmatch Gel Tes

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN CROSSMATCH (UJI SILANG SERASI)

METODE GEL TEST

OLEH :
KELOMPOK II

1. NI PUTU ANDRI PRATIWI (P07134013011)


2. NINGSIH ASRIAH (P07134013012)
3. NI WAYAN DIAN NOVIANI (P07134013013)
4. NI LUH PUTU YOGA ARSANI (P07134013014)
5. DESAK PUTU MEIDA LINSRA (P07134013015)
6. MADE RINA RASTUTI (P07134013016)
7. NI LUH GEDE MULAN TIRTAYANTI (P07134013018)
8. NI MADE AYU LARASHATI (P07134013019)
9. I DEWA AYU SINTYA CANDRA YUNI (P07134013020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2015
PEMERIKSAAN CROSSMATCH (UJI SILANG SERASI)
METODE GEL TEST
Hari,tanggal : Selasa, 19 Mei 2015
Tempat: Unit Transfusi Darah RSUD Sanglah Denpasar

I. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mencegah terjadinya reaksi transfusi dengan memastikan penderita tidak
mengandung antibodi yg reaktif terhadap eritrosit donor (antibodi golda
ABO/golda lain)
b. Memastikan darah yang diberikan sesuai/kompatibel dan tidak menimbulkan
reaksi serta bermanfaat bagi pasien.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami uji croosmatch metode gel test
b. Mahasiswa dapat melakukan uji croosmatch metode gel test
c.
II. Metode
Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode gel test

III. Prinsip
Sel darah merah yang diselimuti oleh antibodi (globulin) atau komplemen dengan
menggunakan gel test (yang mengandung gel dan coombs serum) untuk mempercepat reaksi
dan sebagai jembatan untuk merekasikan antibodi maka akan terbentuk aglutinasi.

IV. Dasar Teori

a. Tinjauan tentang Darah


Darah merupakan cairan yang kompleks dimana didalamnya terkandung bahan bahan
seperti eritrosit, leukosit , trombosit , protein, vitamin- vitamin, hormon- hormon dan lain
sebagainya. Volume darah pada manusia adalah berkisar 70-1000 cc/ kg berat badan. Darah
digunakan sebagai bahan- bahan pemeriksaan hematologis dan pemeriksaan- pemeriksaan lain.
Bahan pemeriksaan dari darah biasanya berupa serum atau plasma. Untuk mendapatkan
serum darah tidak perlu menggunakan antikoagulan. Jadi didalam serum tidak terdapat fibrinogen
atau dapat dikatakan bahwa serum adalah plasma dikurangi fibrinogen. Serum adalah komponen
yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi. Bahan bahan yang masih terdapat
dalam serum adalah elektrolit (seperti K; Na; Cl ), creatinin dan ureum. Sedangkan plasma
didapat dengan cara menambahkan antikoagulan ke dalam darah. Jadi di dalamnya masih terdapat
fibrinogen. .(AABB, Tecghnical Manual,15th edition, 2005)
Darah berfungsi sebagai medium transportasi untuk membawa bermacam macam
komponen dari berbagai organ dalam tubuh. Sel darah merah pekat cuci (shed pakced red cell )
adalah sel darah merah pekat yang setiap unitnya dicuci dengan saline yang bertujuan untuk
mengurangi 90 % protein, elektrolit dan antibodi. .
Sel darah diperoleh dari pengendapan unsur-unsur dalam darah/ terdapat di dasar tabung
setelah di centrifuge. Darah terdiri dari :
1. Eritrosit (sel darah merah) sebesar 99%, mengandung hemoglobin yang berfungsi
mengedarkan oksigen. Sel darah juga menjadi penentu golongan darah merah seseorang sangat
kurang, maka ia dikatakan anemia
2. Trombosit (keping-keping darah), kandungannya berkisar anatar 0,6% - 1%, berfungsi untuk
membantu proses pembekuan darah
3. Leukosit (sel darah putih) berjumlah 0,2% dari total darah, berfungsi untuk menjaga sistem
imunitas tubuh dan membunuh virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

b. Tinjauan tentang Transfusi Darah


Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor)
kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarahan,
luka bakar, mengatai shock, mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yangmengandung eritrosit, adalah
kecocokan antigen-antibodi eritrosit.Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien
universal, karenamemiliki antigen A dan B di permukaan eritrositnya, sehingga serumdarahnya
tidak mengandung antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut,
berarti darah mereka (lagi-lagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan manapun yang
berperan selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima darah dari semua golongan darah
lainnya. Sedangkan golongan darah O secara teoritis merupakan donor universal, karena memiliki
antibodi anti-A dan anti-B.
Darah yang diberikan diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien, dengan kata
lain mereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah lain, termasuk golongan A dan
B.Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor Rh. Seorang Rh (-) yang belum memiliki
anti-D namun menerima donor darah Rh (+) akan mengalami reaksi sensitisasi terhadap antigen D.
Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi kehamilan. Sekali sajaseorang Rh (-) terpapar
darah Rh (+); jika kali berikutnya ia kembaliterpapar darah Rh (+), maka reaksi transfusi yang
timbul dapat sangat berbahaya.
Namun hal ini tidak berlaku sebaliknya. Jika seorang Rh (+)mendapat darah dari donor Rh
(-), darah Rh (-) itu sudah lepas dari sistemimunitas si donor, sehingga tidak akan terjadi reaksi
sensitisasi. Dengan katalain, sistem imun orang Rh (+) tidak bereaksi imunologis terhadap
paparandarah Rh (-).

Resepien ( Pasien )
Orang atau pasien yang menerima darah dari donor yang aman bagi pasien artinya pasien tidak
tertular penyakit infeksi melalaui transfusi darahdan pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti
misalnya ketidakcocokan golongan darah.
( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980.)

Donor Darah ( Penyumbang darah )


Semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah
(Peraturan Pemerintah No 18 th 1980 ).

Darah harus aman bagi pasien artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalui
transfusidarah, pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti ketidak cocokan golongan darah
Aman bagi donor artinya donor tidak tertular penyakit infeksi melalui tusukan jarum/
Vena,donor tidak mengalami komplikasi setelah penyumbangan darah, seperti: kekurangan
darah, mudah sakit/ sering sakit( R Banundari, 2005 ).
c. Uji Cocok Serasi (Crossmatch)
Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya
yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor
yang akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau
adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya
hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi
yang biasanya membahayakan pasien.
Tujuan Cross Match
Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch.
Fungsi dari uji silang antara lain :
1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin
kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien.
2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi
umur eritrosit donor/menghancurkan eritrosit donor.
3. Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO.
Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan
Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang
ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahui pula adanya antibody lain
(irregular) yang complete maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor.
Cross-matching darah, dalam transfusi kedokteran, mengacu pada pengujian kompleks
yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk menentukan apakah darah donor kompatibel
dengan darah dari penerima yang dimaksud, atau untuk mengidentifikasi pertandingan untuk
transplantasi organ. Cross-matching biasanya dilakukan hanya setelah lain, tes kurang
kompleks belum dikecualikan kompatibilitas. Kompatibilitas darah memiliki banyak aspek,
dan tidak hanya ditentukan oleh golongan darah (O, A, B, AB), tetapi juga oleh faktor-faktor
darah, ( Rh , Kell , dll).

Macam Dari Reaksi Silang


1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang
masuk pada saat pelaksanaan transfusi
2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien.
Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor
akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien.
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa
memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan
darah resipiensehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah
donor itu.
Bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch
minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan
serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ternyata tidak menghasilkan
aglutinasi, maka transfuse darah masih dapat dilakukan dengan menggunacan darah donor
tersebut, hal ini disesuaikan dengan keadaan pada waktu transfusi dilakukan, yaitu serum
darah donor akan mengalami pengaan dalam aliran darah resipien.
Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka
darah donor itu tidak dapat ditransfusikan.
Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan saat transfusi darah diantisipasi, yaitu dalam
keadaan:
Pendarahan parah yang terjadi, misalnya karena trauma utama, atau perdarahan internal
dari usus atau perut
Pendarahan berat dapat terjadi, misalnya ketika operasi besar direncanakan
Anemia berat (hemoglobin rendah atau jumlah darah) hadir
Grup darah saja, tanpa crossmatch, dapat dilakukan:
Secara rutin pada kehamilan
Untuk mengkonfirmasi status Rhesus pada wanita hamil, ketika ada risiko sensitisasi
rhesus - misalnya berikut cedera pada perut, atau perdarahan vagina karena terancam
keguguran.
Melakukan crossmatch sebelum transfusi darah memiliki keuntungan sebagai berikut:
Mendeteksi utama ABO kesalahan (mis. crossmatching donor A atau B dengan penerima
O)
Mendeteksi penerima antibodi terhadap antigen pada kebanyakan merah sel donor (jika
antibodi berada dalam titer yang cukup tinggi untuk bereaksi)

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Crossmatch


- Normal
Tidak adanya aglutinasi menunjukkan kompatibilitas antara donor dan penerima darah, yang
berarti bahwa transfusi darah donor dapat dilanjutkan. Catatan bahwa ini tidak menjamin
transfusi yang aman.
- Abnormal
Sebuah crossmatch positif menunjukkan ketidakcocokan antara darah donor dan penerima
darah, yang berarti bahwa darah donor tidak bisa ditransfusikan ke penerima. Tanda dari
crossmatch positif aglutinasi, atau menggumpal, ketika sel darah merah donor dan serum
penerima benar dicampur dan diinkubasi. Aglutinasi menunjukkan reaksi antigen-antibodi yang
tidak diinginkan. darah donor harus dipotong dan crossmatch terus untuk menentukan penyebab
ketidaksesuaian dan mengidentifikasi antibodi.

d. Tinjauan tentang Cross matching metode Gel Test


Gel Test ditemukan pertama kali oleh Y.Lapierre pada tahun 1984 di Regional
Blood Transfusion Center of Lyon. Lapierre telah melakukan bermacam-macam percobaan,
misalnya dengan Gelatin, polyacrylamide,Solid nets,Silica Beads, Ficoll dan Dextran gels.

Dan akhirnay Lapierre menemukan bahwa pemeriksaan yang terbaik untuk dapat membedakan
antara reaksi positip dengan reaksi negatip secara jelas dan stabil, yaitu dengan menggunakan
Sephadex G 100 Superfine yang secara kebetulan ditemukan, oleh karena kesalahan tehnisi
laboratorium saat memesan Sephadex G 100 yang seharusnya Sephadex G 25.
Akhirnya untuk menentukan parameter centrifugasi, bentuk tube dan komposisi medium serta
antiglobulin serum yang sesuai tidak membutuhkan waktu yang lama,sehingga pada :

Tahun 1985 dilakukan regiatrasi patent yang pertama


Tahun 1987 uji coba di lapangan
Tahun 1988 dibuat kit pertama

Metode gel test dapat digunakan pada pemeriksaan :

Sistem golongan darah ( ABO,Phenotyp Rhesus, subgroup A dan H, Kell, Duffy, Kidd,
Lewis, MNS, P1, Lutheran, dan profil antigen lainnya.
Uji Cocok Serasi
Skrining antibody
Identifikasi antibodi

Metode gel test yang merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi silang yang
sebelumnya yang menggunakan tabung raksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja
penguji darah dan lebih akurat dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain
lebih akurat juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah dapat
diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Sampel darah pasien cocok menunjukan hasil
negatif (kompatibel) sedangkan yang tidak cocok menunjukkan keruh pada gel test dan
hasilnya positif (inkompatibel). Hal ini menyebabkan aglutinasi pada darah pasien apabila
terjadi transfusi
Adapun interpretasi hasil dari pemeriksaan crossmatch metode gel test adalah :
a) Terbentuk aglutinasi sel berupa garis merah pada permukaan gel atau aglutinasi menyebar
di dalam gel dikatakan positif .
b) Terbentuk garis yang kompak (padat) pada dasar microtube dikatakan negatif.

V. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :


1. ID Setrifuge
2. ID Inkubator
3. Mikropipet 5 l, 25 l, 50 l
4. ID Dispenser
5. Yellow tip

Bahan yang digunakan :


1. ID Liss / Coombs Card
2. ID Diluent
3. Sampel serum resipien
4. Sampel sel darah pekat (100%) resipien
5. Sampel plasma donor
6. Sampel sel darah pekat (100%) donor

VI. Cara Kerja

A. Pembuatan Suspensi Sel Darah Resipien dan Sel Darah Donor 1 %


1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan.
2. 2 buah tabung reaksi yang akan digunakan diberi label terlebih dahulu.
3. Ditambahkan 500 l diluent kedalam masing- masing tabung reaksi tadi dengan
melalui dispenser dengan cara menekan dispenser sebanyak 1 kali, maka jumlah
larutan diluent yang keluar akan tepat 500 l.
4. Kemudian ke dalam masing masing tabung dengan menggunakan mikropipet
ditambahkan :
- Tabung 1 (tabung sel darah resipien) ditambahkan 5 l sel darah resipien pekat.
- Tabung 2 (tabung sel darah donor) ditambahkan 5 l sel darah donor pekat.
5. Masing masing tabung dikocok secara perlahan lahan hingga semua sel darah
dan diluent dapat bercampur sempurna.
6. Suspensi sel darah 1 % telah siap untuk digunakan.

B. Uji Silang Serasi (Crossmatch) Terhadap 1 Orang Donor


1. ID liss ( Coombs card) disiapkan.
2. Kemudian penutupnya dibuka sebanyak ID liss yang akan digunakan.
3. Kedalam masing masing mikrotube dimasukkan :
- Mikrotube 1 ( Mayor Test ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50 l
sel donor suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum pasien/
resipien.
- Mikrotube 2 ( Minor Test ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50 l
sel resipien suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum donor.
- Mikrotube 3 ( Autocontrol ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50
l sel resipien suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum pasien/
resipien.
4. Diinkubasi pada ID inkubator suhu 37 o C selama 15 menit
5. Diputar dalam ID sentrifuge
6. Hasil reaksi dibaca secara makroskopis
7. Pembacaan hasil :
- Tidak hemolisis / aglutinasi cocok / compatible. Darah boleh diberikan
kepada pasien
- Terjadi hemolisis / aglutinasi tidak cocok / incompatible. Darah tidak boleh
diberikan kepada pasien.

VII. Interpretasi Hasil

Hasil Aglutinasi Interpretasi


Negatif Terbentuknya endapan eritrosit yang jelas di dasar
mikrotube. Gel di atas endapan eritrosit jernih dan
bebas aglutinat
1+ Aglutinat eritrosit mendominasi di bagian setengah
bawah kolom gel dengan terdapat juga di dasar
mikrotube. Reaksi bisa lemah dengan gambaran sedikit
aglutinat tepat di atas endapan eritrosit di dasar
mikrotube
2+ Aglutinat eritrosit terpencar di sepanjang kolom gel
dengan sedikit aglutinat di dasar mikrotube. Aglutinat
terdistribusi di setengah bagian atas dan bawah kolom
gel
3+ Aglutinat eritrosit mendominasi di bagian atas kolom
gel dengan sedikit aglutinat berada di bawah pita tebal.
Sebagian besar aglutinat terletak di setengah atas kolom
gel
4+ Aglutinat eritrosit berbentuk pita solid di bagian atas
kolom gel. Biasanya tidak terdapat eritrosit yang terlihat
di bagian dasar kolom
Mixed-field Lapisan aglutinat eritrosit pada bagian atas gel disertai
reaction dengan adanya endapan sel yang tidak teraglutinasi di
bagian bawah mikrotube

VIII. HASIL PENGAMATAN


NO GAMBAR KETERANGAN

1 Sel darah dan serum dari pasien (resipien)


dan donor

Kode donor : 01

Pasien : Rika

2 Tabung D-diluent 2

Dibuat suspensi sel 1% donor dan pasien


dengan cara, dicampur sel darah dan
larutan D-Diluent 2 dengan perbandingan
5:500 l.

3 Dibuat suspensi mayor dan minor,


serta autocontrol dalam ID Liss Card.

Mayor :

50 l sel darah donor + 25 l serum


pasien

Minor :

50 l sel darah resiepien + 25 l serum


donor

Autokontrol :

50 l sel darah pasien + 25 l serum


pasien

Kemudian ID List Card diinkubasi dalam


inkubator selama 15 menit pada suhu 37
IX. PEMBAHASAN
Pemeriksaan uji silang serasi bertujuan untuk menentukan cocok tidaknya darah donor
dengan darah penerima untuk persiapan transfusi darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
memastikan bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel
darah merah bisa mencapaimasa hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah
donor atau sebaliknya. Bahkan walaupun golongan darah ABO dan Rh pasien dan donor telah
diketahui, adalah hal mutlak untuk melakukan uji silang serasi. Mayor crossmatch adalah serum
penerima dicampur dengan sel donor dan minor cross match adalah serum donor dicampur dengan
sel penerima. Uji crossmatch kali ini dilakukan dengan metode gel test.
Metode gel test yang merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi silang yang
sebelumnya yang menggunakan tabung raksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja
penguji darah dan lebih akurat dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain lebih
akurat juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah dapat
diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Sampel darah pasien cocok menunjukan hasil negatif
(kompatibel) sedangkan yang tidak cocok menunjukkan keruh pada gel test dan hasilnya positif
(inkompatibel). Hal ini menyebabkan aglutinasi pada darah pasien apabila terjadi transfusi.
Uji silang serasi ini diawali dengan persiapan sampel darah, baik sampel dari pasien
(resipien) dan sampel darah donor. Untuk pasien sampel darah yang digunakan harus beku (clotted
blood) yang berumur kurang dari 2 x 24 jam. Bagian darah pasien yang digunakan dalam uji ini
adalah bagian serum dan sel darah merah suspense 1%. Sedangkan sampel darah donor
menggunakan sampel darah yang ditambahkan anti koagulan yang diperoleh dari tubing kantong
darah (darah ACD/CPD) dan bagian yang digunakan untuk sampel darah donor adalah bagian
plasma dan sel darah merah suspense 1%. Dalam pemeriksaan yang dilakukan, sampel darah baik
sampel serum dan sel darah pasien serta sampel plasma dan sel darah donor telah disediakan
sehingga tidak dilakukan persiapan sampel darah lagi, hanya pembuatan suspense sel darah merah
1%.

Pembuatan suspense sel darah merah 1 % baik sel darah merah donor maupun pasien
dilakukan dengan menggunakan ID Diluent dengan perbandingan 5 : 500. Dimana 5 L sel darah
merah pekat ditambahakn dengan 500L ID Diluent. Penambahan 500 L dilakukan dengan
menekan bagian tutup atas ID Diluent dan akan keluar larutan ID Diluent yang volumenya setara
dengan 500L. Dalam penambahan ID diluent ini harus dilakukan secara hati-hati sehingga
volume ID Diluent yang dikeluarkan tidak tumpah sehingga volume 500L ini dapat terpenuhi.
Penggunaan ID Diluent untuk pembuatan suspense ini sesuai dengan jenis pemerikasaan uji silang
serasi ini yaitu menggunakan metode Gel Test. Dengan menggunakan ID diluent maka reaksi
antara komplek antigen-antibodi dapat terjadi secara optimal dan membantu masuknya sel-sel
darah untuk menembus gel test.

Sampel darah yang telah dipersiapkan kemudian siap dilakukan pemeriksaan. Pemerikasaan
silang serasi dilakukan dengan ID Slide Card. Pada prinsipnya ID Slide Card (coombs card) yang
digunakan untuk pengujian reaksi silang serasi mengandung gel (sephadex G 100) dan sejenis
protein pada bagian permukaan microtubenya (sumur). Protein tersebut berfungsi sebagai media
reaksi antara antigen antibody pada sel darah dan plasma atau serum, dimana protein ini juga
berfungsi sebagai media pengganti bovine albumin dan coombs serum pada uji silang serasi
metode konvensional, sehingga hanya dibutuhkan sekali pengujian dengan satu media protein.
Selain protein tersebut, pada microtube juga terdapat gel, dimana gel ini berfungsi sebagai filter
atau saringan, apabila terjadi aglutinasi antara suspense sel darah dengan serum atau plasma maka
aglutinat yang terbentuk tidak akan dapat menembus lapisan gel hingga bagian dasar karena
terbentuk kompleks partikel yang besar (tergantung dari derajat aglutinasi) begitu juga sebaliknya,
apabila tidak terjadi aglutinasi maka suspense sel darah dan serum atau plasma dapat dengan
mudah melewati barrier gel pada microtube sehingga dapat terendapkan dibagian dasar tabung,
karena tidak terbentuk kompleks partikel yang besar hal ini juga terkait dengan suspense sel darah
yang digunakan yaitu 1% , dimana pada suspense tersebut lebih banyak kandungan diluent
daripada sel darah merah, sehingga memudahkan suspense untuk mengalir melewati gel menuju
dasar tabung.
Sumur pertama pada card untuk reaksi Silang Mayor, sumur kedua untuk reaksi silang
minor dan sumur ketiga dibuat sebagai autocontrol. Pada reaksi silang Mayor akan direaksikan 50
L sel darah merah supensi 1% dari donor dengan 25 L serum dari resipien. Sehingga akan
terjadi interaksi antara eritrosit (sel) donor dengan serum pasien. Dalam reaksi ini ingin diketahui
apakah terdapat antibody di dalam serum pasien yang dapat menghancurkan eritrosit donor. Bagian
test mayor ini sangat penting karena antibody dalam tubuh pasien dapat dan siap menghancurkan
eritrosit donor yang mengandung antigen lawannya
Sedangkan rekasi silang minor adalah kebalikan dari reaksi silang Mayor, dimana pada
reaksi ini akan direaksikan 50 L sel darah merah sespensi 1% resipien dengan 25 L plasma
donor. Dimana ingin diketahui adanya interaksi antara antibody di dalam plasma donor yang
melawan antigen yang ada pada eritrosit resipien. Bagian test minor ini sebenarnya kurang penting
dibandingkan reaksi silang Mayor karena antibody dalam plasma donor yang ditransfusikan akan
mengalami pengenceran di dalam peredaran darah resipien sehingga, walaupun ia bereaksi di
dalam tubuh biasanya reaksinya akan ringan dan lambat.

Untuk autocontrol yang direaksikan adalah 50 L sel darah merah suspense 1% dari
resipien dan 25 L serum yang juga dari resepien. Autocontrol ini dilakukan untuk memastikan
pemeriksaan telah dilakukan secara baik dan benar. Dimana autocontrol akan selalu memberikan
hasil negative, karena tidak akan terjadi reaksi apabila sel darah pasien direksikan dengan
serumnya sendiri.

Ketiga reaksi atau test ini, baik Mayor, minor dan autocontrol masing-masing
dihomogenkan dan kemudian akan dilakukan inkubasi pada suhu 37C selam 10 menit pada
incubator. Inkubasi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan untuk terjadinya ikatan atau
kompleks antigen pada sel derah merah dengan antibody pada serum/plasma secara optimal pada
suhu inkubasi 37C yaitu suhu tubuh normal manusia.

Setelah dilakukan inkubasi selanjtnya ketiga test tersebut selanjutnya diputar atau
dicentrifugasi pada kecepatan 1030 rpm selama 15 menit di ID Centrifuge. Proses centrifugasi ini
untuk membantu aliran aglutinat (apabila terbentuk) menuju kedasar microtube. Centrifugasi ini
juga dilakukan untuk melihat apakah darah pada ID Slide Card dapat menembus gel yang terdapat
di dalam sumur atau tidak. Untuk test Mayor, jika pada serum pasien terdapat antibody yang sesuai
dengan antigen di sel-sel darah donor maka akan terjadi kompleks antigen-antibodi. Kompleks ini
akan sulit untuk menembul gel pada sumur begitu pula pada test minor. Namun, jika tidak terjadi
ikatan / kompleks antigen-antibodi maka darah akan dapat menembus gel pada sumur dan berada
pada dasar tabung setelah dilakukan centrifugasi.

Pada test autocontol, yang direaksikan adalah sel darah merah dan serum pasien sehingga
hasil autocontol seharusnya negative terjadi aglutinasi ataupun hemolisis dengan demikian hasil uji
crossmath dengan metode gel test ini ditunjukan dengan tidak terjadinya aglutinasi dan darah
menembus gel pada sumur sehingga mengendap di dasar sumur.

Pada pemeriksaan ini dilakukan uji silang serasi untuk memeriksa kecocokan antara darah
dari darah donor 01 dengan darah pasien RIKA . Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil
bahwa baik untuk test Mayor, Minor maupun autocontrol menunjukan hasil negative tidak
terbentuk aglutinasi / tidak hemolisis dimana darah menembus gel pada mikrotube (sumur) dan
mengendap pada dasar mikrotube. Hasil yang diperoleh ini menunjukan bahwa darah dari donor
01 compatible dengan darah pasien RIKA. Sehingga darah dari donor ini dapat ditransfusikan
pada pasien sebagai penerima darah.

Dalam melakukan uji silang serasi dengan metode gel test terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan , diantaranya kualitas dari kit yang digunakan, dimana harus diperhatikan tanggal
kadaluarsa dari kit itu sendiri karena apabila telah melewati tanggal kadaluarsa gel sudah tidak
dapat berfungsi dengan baik, selain itu volume penetesan juga perlu diperhatikan agar volume
suspense dan serum yang digunakan tidak melebihi kapasitas dari mikrotube yang akhirnya
menyebabkan sampel meluber keluar. Dan yang paling terpenting untuk diperhatikan adalah
sampel yang pertama kali dimasukkan ke dalam mikrotube adalah sel darah terlebih dahulu
kemudian baru ditambahkan dengan serum atau plasma, karena hal ini akan berpengaruh terhadap
reaksi antara antigen dan antibodi yang akan terjadi di dalam mikrotube tersebut. Yang juga
penting untuk diperhatikan adalah suspensi sel yang digunakan dalam pemeriksaan dengan
menggunakan metode gel ini digunakan suspensi sel 1 % dan suspensi ini dibuat dengan
menggunakan pengencer diluent bukan larutan saline dengan perbandingan tertentu.

Uji silang serasi dengan metode gel test ini dibandingkan dengan metode tube test memiliki
kelebihan. Dimana pemeriksaan uji silang serasi dengan metode gel test mempunyai prosedur yang
lebih sederhana sehingga pemeriksaan dengan metode ini dapat lebih cepat dan hasil yang
diperoleh lebih akurat terutama saat pembacaan hasil, dimana pembacaan hasil dengan metode gel
test ini lebih objektif dibandingkan dengan pemeriksaan dengan metode tube test, karena
menggunakan gel sehingga hasil positif aglutinasi dan negative dapat dibedakan dengan lebih
mudah. Namun pemeriksaan dengan metode gel test ini lebih mahal dibandingkan dengan metode
tube test.
Kelebihan dari metode gel tes lainnya pada uji cross matching daripada menggunakan
metode konvensional atau tabung, antara lain :

1. Semua tahapan terstandarisasi, karena semua konsentrasi reagen terukur


2. Sederhana dan cepat
3. Hasil objektif, tidak ditentukan ketrampilan petugas dalam melakukan tes uji silang
cocok serasi dimana hal ini tidak dijumpai pada metode tabung. Hasil crossmatch dengan
menggunakan metode tabung sangat subjektif karena keterampilan operator memberikan
kontribusi yang paling besar terhadap hasil yang didapat.
4. Hasil reaksi stabil, tidak perlu terburu-buru dalam melakukan pembacaan hasil reaksi
5. Sampel yang diperlukan hanya sedikit, hal ini sangat membantu untuk melakukan uji
silang cocok serasi pada bayi yang membutuhkan darah
6. Tidak ada tahap pencucian sehingga menghindari terjadinya reaksi false negatif karena
kurang sempurnanya tahap pencucian, dengan tidak adanya tahap pencucian maka
penambahan Coombs Control Cells pada reaksi negatif tidak diperlukan lagi
7. Pembacaan reaksi secara makroskopis sehingga penggunaan mikroskop tidak diperlukan
lagi
8. Lebih sensitif dibandingkan metode konvensional sehingga meminimalisir ditemukannya
reaksi false negatif yang berbahaya bagi penerima darah
9. Hasil reaksi secara visual dapat didokumentasikan
10. Mengurangi limbah di laboratorium karena semua limbah berada dalam ID Liss atau
Coombs Card
11. Masa kadaluarsa panjang

X. KESIMPULAN

1. Uji croosmach metode gel merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi
silang yang sebelumnya yang menggunakan tabung raksi sebagai alat tesnya. Pada
metode ini dibuat mayor test, minor test dan autocontrol yang nantinya akan
diinkubasi pada suhu 37 0C selama 15 menit dan disentrifugasi pada kecepatan 1030
rpm dalam 10 menit.

2. Dari hasil praktikum tidak terjadi adanya aglutinasi pada microtube mayor dan
minor, maupun microtube auto control yang ditandai dengan terbentuknya endapan
eritrosit yang jelas di dasar mikrotube dan gel di atas endapan eritrosit jernih dan
bebas aglutinat,sehingga darah tersebut dapat didonorkan pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Nur. 2012. Crossmatch gel test. Online: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/146/jtptunimus-gdl-


nurrestuni-7283-3-babii.pdf (diakses pada tanggal 23 Mei 2015)
Sovia. 2012. Transfuse darah. Online: http://sovasilinzuensik.blogspot.com/2012/07/transfusi-
darah.html (diakses pada tanggal 23 Mei 2015)

Anonym. 2011. Crossmatch gel test. Online:


http://crossmatchingmetodegelltestamboee.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 23 Mei
2015)

Yulisa. 2011. Gell test. Online. http://yulisa-


gustini.blogspot.com/2011/11/v- behaviorurldefaultvmlo.html. (diakses pada tanggal
23 Mei 2015)

Rifqi. 2011. Crossmatch. Online: http://rizqimurtafiah.blogspot.com/2011/10/reaksi-silang-


serasi.html (diakses pada tanggal 23 Mei 2015)

L,W.Bunga.SE.Petujuk Praktikum Transfusi Darah.2013.IIK.Bhakti Wiyata.Kediri

Novie Werr Kikuk .2013. Gel Test. Online. http://www.scribd.com/doc/175659021/GEL-TEST


(diiakses pada 24 Mei 2015).

Dika Gexyun .2013. Pembahasan UTD CrossMatch Gel Test. Online.


https://www.scribd.com/doc/ 144058062/PEMBAHASAN-Utd-Crossmatch-Gel-Test
(diakses pada 24 Mei 2015).

Anda mungkin juga menyukai