Pedoman Pelayanan Laboratorium
Pedoman Pelayanan Laboratorium
Pedoman Pelayanan Laboratorium
LABORATORIUM
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
1.2Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi pimpinan dan semua petugas dalam
memberikan pelayanan laboratorium klinik di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Bina Sehat Mandiri
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai acuan bagi semua petugas laboratorium dalam
memberikan pelayanan laboratorium yang baik dan benar.
2. Sebagai acuan bagi pimpinan laboratorium khusus nya atau
pimpinan rumah sakit dalam mengelola laboratorium
3. Terlaksanaan pemberian pelayanan laboratorium secara
sistematis dan terarah.
4. Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman
bagi semua petugas laboratorium
1.3Manfaat
1. Terbentuk nya laboratorium yang sesuai dengan undang-undang
dan peraturan yang berlaku
2. Terciptanya pelayanan laboratorium yang efektif dan efisien
3. Dapat menungkatkan mutu pelayanan laboratorium dan terjadi citra
positif bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri
4. Dapat meningkatkan kepercayaan dokter dan pasien terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium
5. Melindungi pasien dan semua petugas laboratorium dari kecelakaan
kerja
6. Melindungi semua petugas laboratorium dari tuntutan malpraktek
1.4Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan laboratorium adalah kegiatan
dilaboratorium sendiri maupun kegiatan di unut-unit lain yang
berhubungan dengan laboratorium. Unit tersebut adalah unit yang
menunjang kegiatan laboratorium seperti Direksi (Manajemen), Komite
medik, bagian logistik, farmasi, rumah tangga, maintenance, sustem
informasi rumah sakit, unit pendidikan (Diklat) dan unit-unit yang
memerlukan pelayanan laboratorium seperti Unit Gawat Darurat dan
perawat intensif, unit rawat inap dan rawat jalan. Bentuk kegiatan yang
berkaitan dengan unit yang menunjang kegiatan laboratorium adalah :
1. Perencanaan pemeriksaan laboratorium yang akan diberikan yang
disesuaikan dengan permintaan dokter (kebutuhan pasien) dan
kemampuan rumah sakit
2. Pengadaan sumber daya manusia yang kompeten dan peningkatan
kemampuan petugas
3. Pengadaan bahan pemeriksaan dan bahan habis pakai lainnya
4. Pengadaan alat-alat pemeriksaan dan sistem informasi yang
digunakan dilaboratorium
5. Pemeliharaan dan kalibrasi alat
Definisi operasional
1. Laboratorium Klinik
Adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnostik
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan .
2. Pemeriksaan Hematologi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
darah dan komponen komponen yang bertujuan diantaranya
mendeteksi kelainan hematologi dimana diduga ada kelainan
jumlah dan fungsi dari sel-sel darah
3. Pemeriksaan Parasit Sederhana
Adalah melakukan identifikasi parasit atau stadium dari parasit
secaran mikroskopis
4. Pemeriksaan Kimia Klinik
Adalah pemeriksaan terdapat kadar zat-zat yang terdapat didalam
plasma atau serum yang dibedakan berdasarkan organ atau faal
organ misalnya pemeriksaan faal hati, faal ginjal, dll
5. Pemeriksaan Imunoserologi
Adalah pemeriksaan terdapat kandungan zat-zat dalam serum
pasien berdasarkan prinsip-prinsip imunologi (reaksi antigen
antibody)
6. Pemeriksaan Urinalisis
Adalah pemeriksaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat
yang terkandung didalam urin, dan juga untuk melihat adanya
kelainan pada urin untuk membantu menegakkan diagnosis
kelainan saluran kemih dan beberapa panyakit lain yang
berhubungan.
7. Analisa Feses
Adalah pemeriksaan rutin terhadap spesimen feses untuk melihat
adanya kelainan dalam feses secara makroskopis dan mikroskopis
untuk membantu menegakkan diagnosis pasien diare atau kontifasi
8. Analisa Cairan Tubuh
Adalah pemeriksaan terhadap cairan tubuh seperti cairan pleura,
cairan asites, cairan pericardium untuk menentukan apakah cairan
tersebut termasuk eksudat atau hanya suatu transudat berdasarkan
pemeriksaan makroskopi, mikroskopis dan kimiawi.
9. Pemeriksaan Penyaring Faal Hemostasis
1.6Landasan Hukum
1. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kerja
4. Peraturan Mentri Kesehatan No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang
Laboratorium
5. Peraturan Mentri Kesehatan No. 657/Menkes/Per/III/2009 Tentang
Pengiriman dan penggunaan spesimen Klinik, Materi biologik dan
Muatan Informasi nya.
6. Peraturan Mentri Kesehatan nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009
Tentang Jejaring Laboratorium Diagnostik Penyakit Infeksi new
emerging dan re-emerging
7. Permenkes RI No.363/Menkes/Per/IV/1998 Tentang pengujian dan
kalibrasi alat kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan
8. Permenkes No.1696/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit
9. Peraturan Mentri Kesehatan No.18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
10.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 289/Menkes/SK/III/2008 Tentang
Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
11.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
12.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
13.Keputusan Mentri Kesehatan nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit
14.Keputusan Mentri Kesehatan RI nomor 411/Menkes/Per/III/2010
Tentang Laboratorium Klinik
15.Keputusan Mentri Kesehatan RI No.370 Tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorum Kesehatan
16.Keputusan Mentri Kesehatan RI no.364/Menkes/SK/III/2003 Tentang
Laboratorium Kesehatan
17.Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik depkes RI Nomor: HK
00.06.3.3 Tentang Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah
Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
BAB III
STANDAR FASILITAS
a. Ruangan
Semua ruangan terutama yang dipakai untuk pemeriksaan
spesimen perlu mempunyai ventilasi yang baik dan mendapat sinar
matahari yang cukup atau AC 1 PK/20 M2 atau temperatur
memenuhi syarat.
Ruangan penerimaan spesimen atau pengambilan sapesimen,
sebaiknya terpisah dari ruangan pemeriksaan untuk mencegah
kontaminasi.
Menurut fungsinya, ada garis besar dibagi dalam
1. Ruangan Penerimaan
2. Ruangan Pemeriksaan
3. Ruangan administrasi/ruangan pengolahan hasil
1. Unit Hematologi
2. Unit Kimia Klinik dan Imunoserologi
b. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan laboratorium yang baik
diperlukan aliran listrik yang cukup, dengan tegangan yang konstan
dan tidak ada giliran listrik terputus. Hal tersebut perlu bukan saja
supaya pemeriksaan tidak terhenti, tetapi karena beberapa jenis
alat, reagen dan spesimen memerlukan perawatan dan
penyimpanan pada suhu tertentu dan tetap. Mengingat
laboratorium Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan
selama 24 jam, maka perlu disediakan generator dan UPS untuk
setiap alat.
c. Sember air
Pengadaan air bersih yang mengalir secara terus menerus ada 2
yaitu air bersih (air double tritmen) dan air RO (reverse osmosis)
d. Peralatan
Perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran umumnya dan
dibidang laboratorium klinik khususnya, akhir-akhir ini makin pesat.
Perodusen peralatan laboratorium berlombameningkatkan kualitas
dan kecangihan alat untuk memenuhi kebutuhan/keinginan
masyarakat dan pemberi jasa laboratorium.
Namun demikian, penerapan teknologi tanpa penyesuaian dengan
situasi dan kondisi serta kebutuhan akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, antara lain membumbungnya biaya pemeriksaan
laboratorium. Untuk memberikan pelayanan laboratorium yang
berhasil guna dan berdaya guna, pemilihan jenis dan jumlah alat
laboratorium harus disesuaikan dengan pelayanan medik yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan rutin yang banyak jumlahnya dalam
satu hari, dilakukan otomatiasi pekerjaan.
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih atat
laboratorium adalah :
1. Kemampuan alat
2. Kemudahan penyediaan reagen yang dipakai dengn atat
tersebut
3. Kemampuan operasional
4. Ketelitian dan ketepatan
5. Kemudahan pemeliharaan
3.3Peralatan
Peralatan yang tersedia di laboratorium mengacu kepada buku
pedoman goog laboratory practice Departemen Kesehatan RI
tahun 2008 dan mengacu kepada jenis pemeriksaan yang
tersedia di laboratorium untuk menunjang kegiatan pelayanan
terhadap pasien laboratorium
3. Alat gelas
a. Tabung reaksi : 100
b. Beaker glas :2
c. Gelas ukur :1
d. Kamar hitung Improved New Bauer :2
4. Alat analitik
a. Blood Gas Analyzer (Opti CCA) : 1
b. Electrolyte Analyzer (Biolyte) :1
c. Coagulation Analyzer (CA-50 dari Sysmex): 1
d. Hematologi Analyzer (Sysmex XT 1880i) : 1
e. Cobas C 111 :1
f. Urin Analyzer (Combostik R-300) : 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.2Pengolahan Spesimen
Semua spesimen pemeriksaan yang terdiri dari bahan klinis di
laboratorium dikategorikan sebagai spesimen infeksius dan diperlakukan
dengan cara yang benar sehingga tidak menularkan agen infeksius
kepada petugas laboratorium. Jenis spesimen klinis yang dapat diperiksa
di laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri adalah:
a. Serum
b. Plasma (EDTA, heparin, citrat)
c. Darah utuh (whole blood)
d. Urin
e. Feses
f. Dahak/sputum
g. Sekter (uretra, vagina, mata, telinga, hidung)
h. Cairan tubuh (cairan pleura, asites, cairan otak)
i. Kuku
j. Kerokan kulit
Pelayanan darah
Pelayanan darah di laboratorium di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat
Mandiri hanya bersifat sementara yaitu penitipan darah setelah dari PMI
sebelumkan digunakan/ditranfusikan ke pasien. Penyimpanan di kulkas
blood refrigrator dengan suhu yang terpantau. Menyimpan darah dan
memusnahkan darah serta mamantau suhu simpan darah lengkp WB dan
PRC, sementara untuk FFP dan TC tidak bisa disimpan di laboratorium
Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri karena belum ada fasilitas
dan peralatan untuk hal tersebut.
4.4pengelolaan limbah
limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalan pekerjaan
dilaboratorium yang dapat berupa limbah cair, padat atau gas.
Laboratorium kesehatan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan
limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara
benar. Krena itu pengelolaan limbah harus dilakukan dengan semestinya
agar tidak manimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium pasien lain
ataupun masyarakat disekitar lingkungan laboratorium Rumah Sakit.
a. limbah infeksius
b. limbah umum
c. limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
a. limbah cair
pelarut organik bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat,
sisa spesimen
b. limbah padat
peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas,
botol spesimen, kemasan reagen, dll
- Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong bercode (kode
warna). Kode warna yang digunakan untuk kantong limbah klinis
adalah sebagai berikut:
a. Hitam
Untuk sampah/limbah rumah tangga biasa. TIDAK digunakan
untuk menyimpan atau mengangkat limbah klinis
b. Kuning
Untuk semua jenis limbah yang akan dibakar. Untuk limbah
infeksius dimasukkan ke kantong berwarna kuning dengan
symbol biohazard yang telah dikenal secara internasional
berwarna hitam
- Limbah padat
a. Limbah padat harus dikumpulkan dalam kotak yang tutupnya
dapat dibuka dengan kaki dan sebelah dalamnya dilapisi kantong
keras atau plastik
b. Kantong harus diikat dengan selotip sebelum diangkat dari dalam
kotaknya
c. Lakukan insenerasi jika limbah padat dapat dibakar, antara lain
kertas
Beberapa kebijakan dan komitmen laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak
Bina Sehat Mandiri dalam mengelola alat/instrumen analitik yang digunakan
diantaranya:
BAB V
LOGISTIK
5.1Pemeliharaan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan pemeriksaan laboratorium,
jumlah dan jenis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
pemeriksaan yang sering diminta dokter, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharuin jenis dan metode pemeriksaan.
5.2Perencanaan
Merupakan peroses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan reagen dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan :
a. Data catatan medik
b. Anggaran yang tersedia
c. Penetapan proiritas
d. Siklus penyakit
e. Sisa persediaan
f. Data pemakaian periode yang lalu
g. Rencana pengembangan
5.3Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui bagian logistik rumah sakit berdasarkan
permintaan laboratorium. Penanggung jawab masing-masing sub bagian
setiap awal bulan menyusun daftar kebutuhan reagen untuk satu bulan yang
disesuaikan dengan sisa stok reagen yang masih dan kemudian direkap oleh
supervisor menjadi daftar kebutuhan semua reagen dan alat tulis kantor
laboratorium. Semua kebutuhan dituliskan pada lembar permintaan reagen
atau barang dan disampaikan ke bagian kebutuhan logistik untuk diadakan.
Pihak logistik menyiapkan semua kebutuhan laboratorium apabila
reagen/barang sudah ada pada stok atau kemudian melakukan permintaan
reagen/barang kepada distributor apabila reagen/barang tidak ada pada stok
di gudang.
5.4Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan laboratorium yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian untuk reagen, melalui
pembelian langsung oleh bagian logistik. Pedoman dalam penerimaan
reagen/barang laboratorium.
a. Reagen/barang sesuai dengan jenis/merek dan jumlah yang diminta
b. Reagen/barang dalam kondisi baik
c. Expire date minimal 1 tahun
5.5Penyimpanan reagen
Merupakan kegiatan pengetahuan perbekalan laboratorium menurut
persyaratan yang ditetapkan:
a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
b. Dibedakan menurut suhunya, kesetabilannya
c. Mudah tidak nya meledak/terbakar
d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya
5.6Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan laboratorium ke masing-
masing sub bagian pemeriksaan. Jumlah dan jenis reagen dalam
pendistribusiannya sesuai dengan kebutuhan ditiap bagian. Logistik
laboratorium dapat dibedakan menjadi :
a. Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor,
kertas printer dan lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan berdasarkan
laporan stok opname kebagian logistik umum
b. Logistik medis
Terdiri dari reagen, alat-alat kesehatan seperti tabung vakum, pot urin,
dan lain-lain yang diminta ke bagian logistik medis berdasarkan
kebutuhan bulanan sesuai laporan stok opname yang dilakukan 1 kali
seminggu.
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Klasifikasi zat kimia berdasarkan tingkat kemurniannya reagen/zat
kimia dibagi menjadi :
- Reagen tingkat analis
- Zat kimia tingkat lain tersedia dalam tingkat dan penggunaan
yang berbeda
2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurnia diketahui dan
diperoleh dengan cara penimbangan. Ada 2 macam standar yaitu:
1. Standar primer
2. Standar sekunder
3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari. Bahan kontrol dapat dibedakan
berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Ditinjau dari sumbernya bahan kontrol dapat berasal dari manusia,
binatang atau merupakan bahan kimia murni
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuknya bahan kontrol ada bermacam-macam yaitu
bentuk cair, bentuk padat, bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan
kontrol berbentuk padat, bubuk atau bentuk strip harus dilarutkan
terlebih dahulu sebelum digunakan.
c. Cara pembuatan
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam bentuk
sudah jadi. Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat sendiri
yaitu:
- Bahan kontrol yang dibuat dari serum disebut juga serum
kumpulan (pooled sera). Pooled sera merupakan campuran dari
bahan sisa serum pasien yang sehari-hari dikirim ke
laboratorium. Keuntungan dari serum kumpulan ini adalah
mudah didapat.
- Bahan kontrol komersial
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Laboratorium klinik adalah tindakan awal dalam upaya meminimalkan
kesalahan medis dan meningkatkan keselamatan pasien. Pemeriksaan
laboratorium digunaan secara ekstentif dalam pemeriksaan pasien,
sehingga kesalahan laboratorium memiliki dampak yang luar biasa
terhadap keselamatan pasien. WHO sebagai kesehatan internasional,
memiliki insiatif untuk menciptakan suatu upaya di banyak bidang,
termasuk pemberian hasil laboratorium, dan bantuan dalam penafsiran
data laboratorium. Tindakan dan aturan yang harus diterapkan di
laboratorium dam menangani pasien atau pengunjung yang melakukan
pemeriksaan di laboratorium.
B. Tujuan
Agar pasien/kekeluaga/pengunjung yang datang ke laboratorium
terhindari dari hal-hal yang membahayakan seperti resiko tertular
penyakit infeksi, resiko jatuh atau resiko mengalami komplikasi saat
pengambilan sampel dilakukan.
Pada pasien rawat jalan dengan risiko jatuh yang tinggi seperti ini harus
dilakukan tindakan sebagai berikut :
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
7.1. Definisi
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja,
pencemaran lingkungan yang pada umumnya menimbulkan kerugian
nyawa, waktu, dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat yang
berbeda di lingkungannya (UU no 1 tahun 1970, tentang keselamatan
kerja)
Mengingat besarnya risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan
yang dapat terjadi akibat kegiatan laboratorium maka seluruh petugas di
laboratorium harus mengenal berbagai bahaya dan risiko kesehatan di
laboratorium sehingga petugas dapat melakukan tindakan pencegahan
dan dapat menangani secara benar jika terjadi kecelakaan kerja di
laboratorium.
7.2. Tujuan
1. Acuan dalam melaksanakan tugas dilaboratorim
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap risiko terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kegiatan
laboratorium
3. Menjamin mutu pekerjaan laboratorium
7.4. Kegiatan
Pengenalan dari berbagai bahaya dan resiko kesehatan kesehatan
ditempat dan lingkungan kerja biasanya sebagai berikut :
a. Mengenal zat kimia berbahaya di laboratorium dan cara
pencegahannya. Daftar zat kimia yang ada di laboratorium Rumah
Sakit .......... .......... dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.4.1. Daftar zat kimia berbahaya di laboratorium
7.5. Peralatan
a. Sarung tangan harus dilepaskan jika menerima telpon
b. Penggunaan pipet dengan MULUT tidak diperbolehkan
c. Penyimpanan jas laboratorium tidak boleh dalam satu lemari
dengan pakaian lain yang dipakai diluar laboratorium
d. Diwajibkan memakai sarung tangan pelastik karet tipis selama
bekerja, dengan ketentuan pada saat pengambilan sampel, satu
sarung tangan untuk satu pasien.
e. Setelah dipakai sarung tangan harus dibuang bersama limbah
laboratorium lainnya, kemudian petugas mencuci tangan sampai
bersih
f. Sarung tangan yang akan dipakai kembali (reusable), dicuci dulu
pada saat masih dipakai, setelah dilepas dilakukan dekontaminasi
dan desinfektan
g. Penyimpanan harus sesuai prosedur kerja.
7.6. Sistem/prosedur
a. Penggunaan bahan-bahan harus sesuai dengan ukuran
b. Semua prosedur tetap yang tersedia harus dilaksanakan dan
diperhatikan untuk mencegah atau meminimalisir terbentuknya
aerosol atau tetesan
c. Semua prosedur tetap harus dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir bahaya atau kecelakaan akibat kerja
d. Semua limbah atau bahan yang terkontaminasi, spesimen dan
kultur harus dilakukan dekontaminasi sebelum dibuang atau akan
digunakan kembali.
e. Limbah infeksius hendaknya dimasukkan ke dalam kantong
plastik sesuai dengan kode dan warnanya untuk dikelola
f. Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan
setelah menangani bahan infeksius, setelah bersentuhan dengan
lingkungan pasien, setelah menyentuh pasien, sebelum
mengambil darah pasien dan sebelum meninggalkan
laboratorium. Mencuci tangan dapat dilakukan dengan memakai
sabun jika tangan terlihat kotor dan memakai handrub jika tangan
terlihat bersih.
g. Jas laboratorium hanya boleh dipakai diruangan laboratorium dan
pada saat pengambilan sampel pasien
h. Penyimpanan pakaian pelindung diri tidak boleh dalam satu
lemari dengan pakaian yang dipakai diluar ruang kerja
laboratorium.
7.7. Petugas
- Dilarang makan, minum, merokok, menyimpan makanan serta
menggunkan kosmetik didalam ruangan laboratorium
- Cincin, gelang tidak boleh digunakan selama bekerja
- Rambut panjang harus diikat selama bekerja
- Tidak diperbilehkan menggunakan pipet isap mulut
- Seluruh petugas laboratorium harus selalu mencuci tangan setelah
menangani bahan infeksius dan sebelum meninggalkan
laboratorium
- Jangan menggunakan ludah untuk merekatkan label
- Pakailah kaca mata pelindung, kaca pelindung wajah (visors) atau
alat pelindung diri lainnya jika menangani objek yang mudah
menyemprot atau memantul ke tubuh kita, atau jika diperlukan.
- Seluruh petugas manangani bahan infeksius harus memakai sarung
tangan untuk menghindari kontak langsung dengan spesimen
- Jangan memakai sepatu di laboratorium
- Petugas harus melapor semua kejadian baik berupa tumpahan,
kecelakaan kerja, ataupun terpapar dengan bahan potensial
berbahaya atau infeksius lainnya kepada kepala ruangan secara
tertulis
7.8. Pencegahan bahaya di laboratorium secara khusus
1. Kimia
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia
yang terdapat di laboratorium harus tersedia ditempat kerja
dan diketahui seluruh petugas laboratorium
b. Bahan kimia tidak diisap melalui pipet dengan mulut tetapi
dengan menggunakan karet isap (rubber bulb), atau alat
vakum untuk mencegah tertelannya bahan berbahaya dan
terhirupnya aerosol
c. Gunakan peralatan pelindung seperti pelindung mata dan
muka, sarung tangan karet, celemek (apron), jas laboratorium
yang tepat pada saat menangani bahan kimia terutama
pelarut organik
d. Gunakan pelindung mata yang tepat jika bekerja dengan
bahan atau alat yang dapat menimbulkan bahaya pecahan,
percikan atau radiasi gelombang perusak mata. Pelindung
mata harus dapat menutup rapad daerah sekitar mata dan
tahan terhadap percikan zat kimia
e. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan
kimia karena dapat melekat antara mata dan lensa
2. Biologi
Upaya pencegahan bahaya didasarkan klasifikasi tingkat
keamanan biologi laboratorium yang bersangkutan. Hal-hal umum
yang penting diperhatikan adalah :
a. Lakukan pekerjaan laboratorium dengan menerapkan praktek
laboratorium yang benar (good laboratory practive)
b. Penggunaan desinfektan yang sesuai dengan cara penggunaan
yang benar
c. Lakukan sterilisasi dan desinfektan terhadap sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
d. Pengelolaan limbah infeksius diterapkan dengan benar
e. Gunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
3. Fisika
Pencegahan terhadap panas dilakukan dengan pemasangan AC,
pengaturan ventilasi
4. Psikososial/stres
a. Menjaga keseragaman jasmani petugas
b. Mengenali stres melalui buku bacaan, seminar
c. Mengadakan kegiatan yang menimbulkan rasa betah dalam
bekerja misalnya makan siang bersama, musik, mengadakan
kegiatan piknik bersama
d. Membudayakan budaya safety, berani menegur atau
meningkatkan untuk memakai atat pelindung diri
5. Ergonomi
Pemakaian komputer harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Jangan terusmenerus bekerja di keyboard
b. Pencegahan kelelahan mata
c. Menghindari hal-hal yang menimbulkan kecelakaan seperti
- Jangan makan minum di dekat komputer dan jagalah
komputer tetap bersih
- Dilarang merokok disetiap unit kerja
Segera
a. Umum
1. Jika terjadi kebakaran, beritahu kepada seluruh petugas,
lakukan dengan tenang
2. Bunyikan alaram
3. Informasikan kepada tim/petugas K3RS. Kalau perlu kepada
petugas pemadam kebakaran, polisi, kelurahan, RS
4. Ikuti prosedur yang berlaku, hubungi organisasi tim
penanggulangan bencana
- Dokter UGD : Pusat komando bencana (bersama direktur,
manajer umum, ketua K3)
- Dokter bangsal : Tim medis (bersama MOD)
- Tim lain : Pemadam kebakaran ruangan, petugas keamanan,
maitenance, komunikasi
- Tim komando penaganan bencana saat kebakaran
diruangan :
Merah : Pemadam kebakaran
Kuning : Komando jalannya evakuasi pasien atau
orang
Biru : Informasi, pencatatan, penandaan
ruangan kosong
Putih : Evakuasi dokumen
Gambar petunjuk kebakaran
Cara menggunakan apar
b. Khusus
Tumpahan dan kebocoran bahan kimia
a. Cucilah mata atau kulit di pancuran air (shower) terdekat bila
terkena zat kimia
b. Ikuti semua petunjuk material safety data sheet (MSDS),
tentang proses netralisasi bahan kimia yang bocor atau
tumpahan sebaik-baiknya
c. Bila tumpahan diperkirakan dapat menimbulkan kebakaran dan
peledakan, tinggalkan segera ruangan
d. Semua petugas laboratorium wajib mengetahui bahan B3 yang
ada di laboratorium
e. Staf harus mengtahui buku B3/MSDS
f. Spill kit harus ada diletakkan ditempat yang mudah dijangkau
oleh siapa pun.
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salat satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan, kesehatan di indonesia belum terekam dengan
baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukkan kecendrungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerjaan dan kualitas serta keterampilan pekerjaan yang
kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja hendaknya
dilaksanakan pada semua institusi di sektor kesehatan termasuk laboratorium
kesehatan.
A. Fasilitas laboratorium
1. Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
2. Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai
dengan sirkulasi udara yang adekuat
3. Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhaap
bahan kimia yang berbahaya yang dipakai
4. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat
pembakar gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
5. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi
tempat yang aman dari bahaya kebakaran dapat disesuaikan bendung-
bendung tajam
6. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sajauh mungkin
7. Tempat penyimpanan didisain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko
oleh bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
2. Beban kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pda laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilir dan
tugas/jaga malam. Pola kerka yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada biorimik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat badan kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerjaan terpaksa melakukan kerja tambahan
secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja (occupational
accident), penyakit akibat kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
(occupational disease dan work related diseases)
Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitanya dari
yang paling rigan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan
dilaboratorium dapat terbentuk 2 jenis yaitu :
1. Kecelakaan medis jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu
sendiri
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu keadaan yang tidak aman dari
:
a. Mesin, peralatan, bahan lain-lain
b. Lingkungan kerja
c. Proses kerja
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari
manusia yang dapat terjadi anatara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
Kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium
Pencegahan:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai
tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya
gunakan destruction clip)
c. Bekerja dibawah pencahayaan yang cukup
4. Resiko terjadinya kebakaran (sumber : bahan kimia) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran
terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu : oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas
Akibat :
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat bahkan kematian
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati
Pencegahan :
1. Faktor biologis
Lingkungan kerja pada pelayanan kesehatan merupakan tempat
bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-
kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari
pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekret (misal HIV dan
hepatitis B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil
pada pekerjaan. Misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang
terkontaminasi virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit pelayanan kesehatan
cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK
sangat besar, sebagai contoh dokter dirumah sakit mempunyai risiko
terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek
pribadi atau swasta, dan bagi petugas kebersihan menangani limbah
yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman
patogen, debu beracun mempunyai peluar terkena infeksi.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapatkan pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan seehatbadani, punya cukup kekebalan alami untuk
bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi
c. Menggunakan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar
(good laboratory practive)
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
f. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
g. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai
h. Kebersihan diri dari petugas
2. Faktor kimia
Petugas dilaboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan
bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotik, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan
dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau
lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan
hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
(trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek jas laboratorium) yang benar
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa
5. Menggunkan alat pelindung pernafasan dengan benar
3. Faktor ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu teknologi dan seni berupa menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja
yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomis bersifat konseptual dan kuratif, secara populer
kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai to fit the job to the man and
to fit the man to the job.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan
permintaan, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya
tenaga operator, peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan
pada umumnya barang impor yang disainya tidak sesuai dengan ukuran
pekerja indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang bawah
(low back pain)
4. Faktor fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stres dan
ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruangan kamar pemeriksaan
laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi khusus untuk radiasi dengan berkembangnya teknologi
pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak
dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan:
5. Faktor psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres:
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hudup mati seseorang, untuk itu pekerja dilaboratorium kesehatan
dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
2. Pekerja pada unuit-unit tertentu yang sangat mononton
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan
atau sesama teman kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal atau pun informal.
- Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan anatara lain terjadinya:
1. Peningkatan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dan
perbedaan yang besar antara kadar gula darah arteri dari
vena
2. Perubahan kadar substrat dan enzim
Contoh: konsentrasi gas darah, kadar asam urat, kreatinin,
CK, LDH,LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urin
- Demam
Pada waktu demam akan terjadi
1. Terjadi peningkatan gula darah sebagai akibat meningkatnya
pelepasan insulin
2. Terjadi penurunan kada kolestrol dan trigliserida. Pada awal
demam terjadinya peningkatan metabolisme dan terjadinya
peningkatan asam lemak bebas dan benda benda keton
karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam
yang sudah lama
3. Lebih mudah menemuka parasit malaria dalam darah
4. Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan
titer widal
5. Kemungkinan hasil positif kultur darah lebih besar
- Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain
terjadinya penurunan kadar substract maupun aktifitas anzim
yang diukur termasuk Hb, hematokrit, dan produksi urin, hal ini
disebabkan karena terjadinya pemindahan cairan tubuh ke
dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang
berasal dari otot.
- Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam
darah. Hitung eritrosit dan kadar Hb jauh lebih tinggi pda
neonatus dari pada dewasa. Fosfatase alkali, kolestrol total dan
kolestrol LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan
pertambahan umur.
- Ras
Jumlah leukosit orang kulit hitam Amerika lebih rendah dari pada
orang kulit putinnya. Demikian juga dengan aktifitas CK.
Keadaan serupa dijumpai pada ras bangsa lain seperti
perbedaan aktifitas amilase kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
- Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada pasien hamil, sewaktu
interprestasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan
wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan
dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan. Volume
urin akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama kehamilan
akan terjadi perubahan kadar hormone kelanjar toroid, elektroloi,
besi feritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali
dan faktor koagulasi serta laju endap darah.
b. Penerimaan spesimen
Bagian penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan permintaan formulir pemeriksaan
dan mencatat kondisi spesimen tersebut pada saat diterima. Hal-
hal yang perlu dicatat yaitu, warna, kekeruhan, bau, konsistensi
dan lain-lain. Spesimen yang tidak sesuai atau tiak memenuhi
syarat hendaknya ditolak.
c. Pengambilan spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Waktu pengambilan
- Volume spesimen
- Cara pengambilan spesimen
- Lokasi pengambilan spesimen
- Peralatan untuk pengambilan spesimen
Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang digunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah
yang ditambah juga harus tepat.
Waktu pengambilan
2. Reagen
- Perhatikan tanggal pembuatan, tanggal pemakaian petama kali
dan kadaluarsa, tanggal pembelian dan penggunaan reagen
- Reagen disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunhuj
penyimpanan dari pabrik masing-masing reagen
- Pada saat akan digunakan reagen sesuai jumlah yang
dibutuhkan
3. Alat baca
- Untuk mengurangi kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan
gunakan alat baca semiotomatik/full otomatik untuk
meningkatkan ketelitian, ketepatan dan hasil yang dikeluarkan
lebih cepat
- Gunakan stabilizer untuk mengurangi kesalahan yang mungkin
terjadi akibat perubahan tegangan listrik yang akan
mempengaruhi pembacaan
- Pemeliharaan alat harian, mingguan, dan bulanan atau berkala
lainya
- Kalibrasi alat
- Kalibrasi dilakukan pada
a. Pertama kali alat akan dipakai
b. Setelah alat diperbaiki
c. Bila pada pengontrolan tidak didapatkan hasil yang sesuai
walaupun telah digunakan reagen dan kontrol yang baru.
Penyimpanan reagen
Penyimpanan reagen pada dasarnya harus mengikuti ketentuan
yang berlaku untuk tiap jenis reagen antara lain:
1. Tutuplah botol waktu penyimpanan
2. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
3. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol
berwarna gelap
4. Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang
tidak berdakatan satu sama lainnya.
5. Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan dibagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya
Pencampuran
Beberapa reagen memerlukan pencampuran satu dengan yang
lain atau pengenceran dengan aquadest sebelum digunakan.
Reagen yang belum dilarutkan sifatnya lebih stabil.
Cara pemakaian
Umumnya setiap reagen komersial dilengkai atau petunjuk cara
pemakaian yang dibuat oleh produsen. Cara emakaian ini biasanya
berbeda dari satu produsen dengan produsen lain dan tidak boleh
diubah atau dimodifikasi
Uji antibody
1. Uji aglutinasi
2. Uji titrasi
3. Uji dengan berbagai antigen atau larutan NaCl
3. Aturan 22S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematik
yaitu:
2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama keluar
disisi yang sama baik 2SD diatas atau -2SD di bawah (accros run)
2 (dua) hasil kontrol dari level kontrol yang berada keluar disisi
yang sama baik 2 SD diatas atau -2SD dibawah (within run). Bila
hal ini terjadi berturut-turut pada bahan kontrol dengan level yang
sama kemungkinan permasalahan ada pada banan kontrol yang
dipergunakan.
4. Aturan R4S
Merupakan PENOLAKAN, aturan ini hanya dapat digunakan apabila
kita menggunakan dua level kontrol. Menggambarkan kesalahan
random yaitu : 2 (dua) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang
sama (accros run) atau berbeda (within run) keluar dari 2SD di sisi
yang berseberangan sehingga perbedaan nilainya menjadi 4 SD.
Jika 3 level yang dikerjakan dan 2 hasil diantaranya berbeda 4SD.
Bila titemukan keadaan ini, intrumen tidak boleh digunakan untuk
pelayanan sebelum masalah teratasi.
5. Aturan 41S
Merupakan PENOLAKAN, menggambarkan kesalahan sistematis
yaitu : 4 (empat) hasil kontrol terakhir dari level kontrol yang sama
(accros run) atau berbeda (within run) berada pada sisi yang sama
di atas nilai 1SD atau dibawah -1SD. Aturan ini dapat digunakan
pada 1 level kontrol saja maupun pada lebih dari 1 level kontrol
saja. Kita dapat tetap menggunakan intrument untuk pelayanan
namun sebaiknya kita melakukan maintenance terhadap instrumen
atau melakukan kalibrasi kit/instrumen
6. Aturan 10 (X)
Jika hasil pemeriksaan bahan kontrol didapatkan IN KONTROL.
Aturan ini menyatakan bahwa apabila sepuluh nilai kontrol pada
level yang sama maupun berbeda secara berturut-turut berada di
satu sisi yang sama terhadap rerata, kita perlu melakukan
maintenance terhadap istrumen atau melakukan kalibrasi
kit/instrumen. Aturan ini mendeteksi adanya kesalahan sistematik.
Bukan PENOLAKAN namun mengidentifikasikan harus memelihara
kinerja alat dengan meintenance atau kalibrasi instrumen
(PERINGATAN). Aturan ini dapat dimodifikasi menjadi aturan 8x,
atau aturan 12x. Modifikasi ini dapat dipertimbangkan sesuai
kondisi yang dihadapi di laboratorium kita.
Tindakan harian
Kecendrungan atau pola harus diperiksa tiap hari. Jika hasil pada
hari yang bersangkutan menunjukan ada pola tertentu atau ada
diluar batas kontrol maka pengujian harus di ulang dan dilakukan
investigasi.
URINALISIS
No Pemeriksaan Sifat
.
Sumber:
- Reference information for the clinical laboratory. In: Burtis CA, Ashwood
ER, Bruns DE, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular
Diagnostics. 4th ed. Missouri: Elsevier; 2006. p. 2317-8.
- Wallach J. Interpretation of diagnostic test. 8th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams-Wilkins. P. 26-29
Daftar nilai kritis diatas adalah hasil rapat bagian laboratorium dengan klinisi
(dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis
anastesi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis kebidanan dan disertai oleh
Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri
Dokumentasi/arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sestem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan dan pelaporan hasuslah berupa dokumen
yang sifatnya lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan
efisiensi waktu penyimpanan dokumen tersebut kepada peminta
pemeriksaan. Perlu pula disediakan buku ekspedisi di dalam dan diluar
laboratorium. Kasus tertukar dan hilangnya spesimen dapat terjadi baik
dalam trasportasi didalam maupun diluar laboratorium sehingga hal ini harus
dihindari.
PENUTUP
Pedoman pelayanan laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat
Mandiri ini menuat uraian mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan di setiap pelayanan laboratorium. Pelaksanaan
pelayanan laboratorium secara benar dan konsisten akan meningkatkan
mutu pelayanan dan mutu pemeriksaaan. Peningkatan mutu pelayanan
laboratorium secara langsung akan meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium kesehatan. Pedoman pelayanan unit laboratorium Patologi
Klinik Rumah Sakit Ibu dan Anak Bina Sehat Mandiri ini dibuat supaya
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
laboratorium. Pedoman ini sangat penting artinya karena semua standar
dari aspek yang ada di laboratorium yaitu aspek sarana dan prasarana
serta standar mutu. Dengan demikian laboratorium klinik akan dapat
memberikan pelayanan yang lebih efisien, sistematis, dan benar sehingga
kualitas fungsinya yaitu fungsi pelayanan, pendidikan dan pelatihan
menjadi optimal. Optimalisasi fungsi laboratorium klinik sangat erat
hubungannya dengan kaputusan pengguna jasa, kesejahteraan karyawan,
pengembangan rumah sakit sehingga tercapai apa yang dicita-citakan.
DAFTAR PUSTAKA