Sap Manajemen Nyeri Persalinan
Sap Manajemen Nyeri Persalinan
Sap Manajemen Nyeri Persalinan
Waktu
: 45 menit
Sasaran
: Ny. E
Tempat
: Di Rumah Ny. E
Penyuluh
: Shinta Adesti
=========================================================
=
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan pada Ny. E selama 1 x 45 menit diharapkan
Ny. E dapat mengetahui tentang proses persalinan dan upaya manajemen
nyeri pada saat persalinan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang manajemen nyeri persalinan pada Ny.
E selama 1 x 45 menit diharapkan Ny. E dapat:
1. Menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan nyeri persalinan
dengan menggunakan bahasanya sendiri.
2. Menyebutkan penyebab nyeri saat persalinan
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri
4. Menjelaskan cara menangani nyeri saat persalinan
B. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
3. Demonstrasi
C. MATERI
1.
Terlampir
2.
Leaflet
D. MEDIA DAN ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Lembar Balik
E. SETTING TEMPAT
MEDIA
Ket :
Penyuluh
F. SUSUNAN ACARA
No
1
Tahap
Pendahulua
Kegiatan Penyuluh
1. Mengucapkan
Kegiatan Audien
1. Menjawab
Media
-
Metode
Ceramah
n
(5 menit)
salam.
2. Menjelaskan
salam.
2. Mendengarkan.
Ceramah
cakupan materi.
3. Menjelaskan TIU
3. Mendengarkan.
dan TIK
4. Menanyakan
4. Menjawab
Ceramah
Ceramah
-
pertanyaan.
pengetahuan
tentang
proses
persalinan
2
Penyajian
1. Menjelaskan
(20
tentang :
a. Pengertian
1. Mendengarkan
Lembar
Ceramah
balik
nyeri
persalinan
b. Penyebab
nyeri
persalinan
c. Faktor-faktor
yang
mempengaru
hi
respon
terhadap
Nyeri
Tanya jawab
Persalinan
d. Cara
menangani
nyeri
persalinan
Memberik
2.
an
kesempatan
Ny.
3.
saat
Demonstrasi
2. Bertanya
3. Demonstrasi
untuk
bertanya
Memberi
kesempatan
keluarga
untuk
mendemonstrasik
an
cara
manajemen nyeri
3
Penutup
(20 menit)
persalinan
1. Evaluasi dengan a. Menjawab
Tanya jawab
Ceramah
Leaflet
-
Ceramah
mengajukan
pertanyaan Ny. E
2. Menyimpulkan
b. Memperhatikan
seluruh
materi
yang
telah
disampaikan
3. Pemberian leaflet
4. Menyampaikan
c. Memperhatikam
d. Mendengarkan
ucapan
terimakasih
kepada Ny. E
5. Menutup
pertemuan
dengan
mengucapkan
salam.
G. Kriteria Evaluasi
e. Menjawab
salam
1. Evaluasi Struktur
a. Perlengkapan dan tempat siap.
b. Materi telah siap.
c. Ada Lembar balik dan leaflet
d. Ny. E siap mengikuti penyuluhan
2. Evaluasi Proses
1.
Prawirohardjo.
http://www.bidankita.com/beta/index.php?
option=com_content&view=article&id=240:nyeripersalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56
LAMPIRAN
MATERI
A. Definisi Nyeri Persalinan
Rasa Nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari
tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Association for the
Study of pain mendefinisikan bahwa nyeri merupakan pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara
aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (NANDA, 2006). Nyeri
adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat
subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh
faktor psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut
lebih merasakan nyeri (Potter&Perry, 2005).
Pada kehamilan dan persalinan rasa nyeri diartikan sebagai sebuah
sinyal untuk memberitahukan kepada ibu bahwa dirinya telah memasuki
tahapan proses persalinan. Menurut Cunningham (2004), Nyeri persalinan sebagai
kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang
berbeda pada masing-masing individu. Rasa nyeri yang dialami selama persalinan
bersifat unik pada setiap ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain
a. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengarui oleh
budaya individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin
(Pilliteri, 2003). Menurut Mulyati (2002) menjelaskan bahwa budaya
mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi
perawat maternitas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan, nilai,
praktik budaya mempengaruhi seorang ibu dalam mempresepsikan dan
mengekspresikan nyeri persalinan.
b. Emosi (cemas dan takut)
Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan
kontraksi uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan.
Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress
maka secara otomatif tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga
secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan
hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin,
Katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan
jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum
melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain dengan
bertempur atau lari (fight or flight). Dan akibat respon tubuh tersebut
maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen
ke dalam otot otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan
menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan.
Maka dari itu, ketika ibu yang sedang melahirkan ini dalam
keadaan rileks yang nyaman, semua lapisan otot dalam rahim akan
bekerja sama secara harmonis seperti seharusnya. Dengan begitu
persalinan akan berjalan lancar, mudah dan nyaman.
Apabila ibu sudah terbiasa dengan latihan relaksasi, jalan lahir
akan lebih mudah terbuka. Sebaliknya, apabila ibu dalam keadaan
tegang, tekanan kepala janin tidak akan membuat mulut rahim terbuka.
Yang dirasakan hanyalah rasa sakit dan sang ibu pun bertambah panic
dan stress. Pada saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres yaitu
katekolamin akan dilepaskan, sehingga tubuh memberikan respon untuk
bertempur atau lari. Namun sebaliknya dalam kondisi yang rileks
justru bisa memancing keluarnya hormon endorfin, penghilang rasa sakit
yang alami di dalam tubuh. Menurut para ahli, endorfin ini efeknya 200
kali lebih kuat daripada morfin.
c. Pengalaman Persalinan
Menurut Bobak (2000) pengalaman melahirkan sebelumnya juga
dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang
mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalina
sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan
mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.
d. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga
maupun
pendamping
Metode Farmakologis
Berbagai agen farmakologi digunakan sebagai manajemen nyeri.
Biasanya untuk menghilangkan nyeri digunakan analgesik, yang terbagi
menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik
narkotik, pilihan obat tergantung dari rasa nyeri (Kee dan Hayes, 1997).
Namun penggunaan obat sering menimbulkan efek samping dan kadang
obat tidak memiliki kekuatan efek yang diharapkan (Burroughs, 2001).
Penatalaksanaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesia
Metode Nonfarmakologis
a) Hypno-birthing
Metode hypno-birthing merupakan salah satu tehnik
otohipnosis (selfhypnosis) atau swasugesti, dalam menghadapi
kehamilan dan persiapan melahirkan yang berfungsi membantu para
wanita hamil melalui masa persalinannya dengan cara yang alami,
lancar, dan nyaman (tanpa rasa sakit). Dan yang lebih penting lagi
adalah untuk kesehatan jiwa dari bayi yang dikandungnya.
Sesungguhnya hypno-birthing merupakan tehnik lama yang
saat ini dapat dijelaskan dengan penjelasan ilmiah sehingga dapat
dilakukan secara terprogram sehingga hasilnya jadi lebih optimal.
Metode hypno-birthing ini dikembangkan berdasarkan
adanya keyakinan bahwa dengan persiapan melahirkan yang
menyeluruh (Body, Mind and Spirit) maka di saat persalinan, wanita
dan juga pendampingnya (suami), akan dapat melalui pengalaman
melahirkan yang aman, tenang dan memuaskan, jauh dari rasa takut
yang menimbulkan ketegangan dan rasa sakit. Dengan kata lain, jika
pikiran dan tubuh mencapai kondisi harmoni, maka alam akan bisa
berfungsi dengan cara yang sama seperti pada semua mahluk
lainnya.
Melalui latihan latihan yang diberikan, wanita hamil bisa
mengkondisikan tubuh dan jiwa/pikiran secara harmonis selama
kehamilan
hingga
mempersiapkan
diri
menghadapi
proses
Proses
Hypno-birthing
bekerja berdasarkan
kekuatan
melalui
visualisasi
(membayangkan
bunga
yang
Sehingga
suami
bisa
menjadi
motivator
bahkan
playlist lagu kesukaan, selimut, atau ranjang empuk, apa saja yang
bisa membuat nyaman. Bila ibu hamil memilih melahirkan di rumah,
pikirkan akses tercepat ke rumah sakit untuk berjaga jaga.
c) Pilih tim yang membantu persalinan dengan hati-hati
Bidan, dokter kandungan, perawat, dan orang yang dicintai,
akan menciptakan tim kelahiran yang mendukung. Ketikaibu hamil
diperlakukan dengan hormat dan penuh kesabaran, saat stres dan
mengalami hambatan ibu hamil dapat lebih mudah menemukan
mekanisme terbaik untuk mengatasi semuanya
d) Perkaya informasi tentang melahirkan
Cari tahu segala sesuatu tentang persalinan dari buku,
majalah, situs, atau diskusi dengan penyedia layanan kesehatan
seperti dokter atau bidan. Jangan lupa membiasakan diri dengan
prosedur di rumah sakit atau klinik bersalin. Pengetahuan yang lebih
sebelum waktu bersalin, berarti hanya akan memberikan sedikit
kejutan saja saat hari H-nya.
e) Ekspresikan ketakutan
Apakah ibu hamil khawatir tentang nyeri bersalin, jarum,
obat-obatan, atau kehilangan kendali di ruang bersalin? Berbicaralah
dengan teman yang berpengetahuan dan terpercaya, bidan atau
dokter tentunya. Menyuarakan keprihatinan dapat membuka jalan
untuk sebuah solusi praktis bagi masalah ibu hamil. Ungkapkan
keinginan dalam proses persalinan nanti, untuk membantu mengatasi
ketakutan.
f) Latihan pernafasan berirama
Tarik nafas secara penuh dalam irama lambat selama
kontraksi. Cobalah melepaskan ketegangan setiap kali membuang
nafas, dan lakukan sambil merintih. Ibu hamil juga bisa mencoba
mengambil nafas cepat, sekitar satu tarikan setiap dua sampai tiga
detik (20 sampai 30 tarikan per menit). Jika ibu hamil kehilangan
ritme, maka pasangan bisa membantu untuk memperolehnya
kembali dengan kontak mata, sentuhan tangan, atau gerakan kepala,
atau berbicara pada ibu hamil di sela-sela kontraksi.
g) Memanfaatkan visualisasi
Berfokus pada sesuatu yang membuat bahagia (seperti
wajah pasangan, gambar-gambar pemandangan yang disukai, atau
paha,
perut,
atau
bawah bahu,
selama
persalinan.