Bab 4 (Fungsi)
Bab 4 (Fungsi)
Bab 4 (Fungsi)
FUNGSI
A. PENGERTIAN
Unsur-unsur yang membentuk sebuah fungsi (biasanya) terdiri dari
variabel-variabel dan konstanta. Variabel fungsi adalah unsur yang harus ada
dan yang membentuk suatu fungsi, yang menggambarkan faktor tertentu yang
nilainya dapat berubah-ubah dalam suatu fungsi. Menurut keberadaannya,
variabel fungsi dibedakan menjadi variabel terikat (dependent variable, yaitu
variabel yang nilainya tergantung oleh variabel lain, serta variabel bebas
(independent variable), yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung oleh
variabel yang lain.
Konstanta fungsi adalah unsur yang nilainya tetap pada suatu fungsi.
Menurut keberadaannya konstanta dibedakan mcnjadi konstanta variabel
fungsi, yaitu konstanta yang melekat pada suatu variabel fungsi; serta
konstanta bebas, yaitu konstanta yang berdiri sendiri, dan yang hanya kadangkadang saja turut membentuk suatu fungsi.
Contoh 2.1:
y = f(x) = 2x + 3
Bentuk di atas merupakan suatu fungsi untuk nilai-nilai variabel y,
adalah fungsi dari nilai-nilai variabei x atau nilainya tergantung pada nilainilai x. Bilangan 2 (dua) dan 3 (tiga) adalah konstanta yang akan mengubah
nilai-nilai y secara tetap, jika terdapat perubahan pada variabel x.
B. JENIS-JENIS FUNGSI
Menurut bentuknya fungsi dapat dibedakan menjadi seperti Gambar
yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
n = bilangan rill
y = Cosh 2x
a0 a1 x a2 x 2 ... an x n
Y
b0 b1 x b2 x 2 ... bn x n
Untuk n = bilangan bulat tak negatif
Di samping fungsi yang telah disebutkan di atas, fungsi dapat
dibedakan pula menjadi fungsi eksplisit dan implisit. Fungsi Eksplisit adalah
fungsi yang variabel bebas dan variabel terikatnya tidak terdapat dalam satu
sisi dan jelas atau mudah dibedakan. Fungsi Implisit adalah fungsi yang
variabel bebas dan variabel terikatnya berada pada satu sisi dan tidak dengan
mudah dapat dibedakan.
Contoh bentuk umum dari kedua fungsi tersebut adalah :
Fungsi Eksplisit: y = f(x) y = ax + b
Fungsi Implisit: f(y,x) = 0
y = ax b = 0
C. PENGENALAN FUNGSI
1. Cara Notasi Matematis (Lambung)
Cara ini paling banyak dipakai dalam pembahasan matematika, oleh
karena jelas, mudah diketahui (dipahami) bentuknya, singkat serta mudah
dalam pengoperasian antar fungsi. Kelemahan dengan cara ini adalah tidak
dapat mengetahui pengaruh setiap perubahan suatu variabel terhadap
variabel yang lain dengan cepat.
Contoh 2.2:
-
Fungsi Linier :
y = 2x + 5
Fungsi Kuadrat :
y = x2 - 3x + 2
X
Y
2
1
1
3
0
5
1 2 3
7 9 11
X
Y
2
12
1
6
0 1
2 0
2
0
3
2
FUNGSI LINIER
A. PENGERTIAN
d tg
y y 2 y1
x x 2 x1
Hal itu berarti jika gradien a bernilai positif, maka garis akan condong
ke kanan atau naik dari kiri bawah ke kanan atas, sedangkan jika gradien a
bernilai negatif, maka garis fungsi akan condong ke kiri atau turun dari kiri
atas ke kanan bawah b adalah nilai y pada saat fungsi memotong sumbu
vertikal atau sumbu y. Dalam hal b = 0, maka garis fungsi akan memotong
titik pangkal. Jika b bernilai negatif, maka garis akan memotong sumbu Y
positif atau di atas titik pangkal.
Dari
keterangan
tersebut,
maka
dapat
digambarkan
berbagai
B.
diperoleh dua buah titik A(x1,y1) dan B (x2 , y2) , maka persamaan
liniernya adalah :
y y1
x x1
y 2 y1 x 2 x1
x x1
y 2 y1 y1
x 2 x1
: y = ax + b
: y1 = ax1 +b
: y2 = ax2 + b(-)
Menjadi :
y1 y2 = a(x1 x2 )
y1 y 2 y
x1 x 2 x
x x1
y 2 y1 y1
x 2 x1
x2
5 1 1
42
x2
4 1
2
maka :
A(2,1) dan B(4.5) :
y 2x 4 1
y 2x 3
y1 y
x1 x 2
1 5 4
24 2
a2
b = -3
2. Cara Slope-Koordinat.
Pembentukkan persamaan linicr dengan cara ini memcrlukan
adanya koefisien arah dan sebuah titik koordinat (x,y). Dengan kedua hal
tersebut dapat diperoleh persarnaan liniernya, yaitu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
y y1 = a(x-x1)
Apabila rumusan di atas dimodifikasikan dapat menjadi sebagai berikut:
y = a(x x1) + yl
Contoh 3.3:
Buatlah sebuah persamaan linier yang melalui titik A(4,5) dan
mempunyai lereng garis fungsi 4 (empat).
Jawab:
y = a(x x1) + y1
y = 4(x 4) + 5
y = 4x - 11
y = 4x 16 + 5
Pada A (2,l)
y = 2.2 - 3
y=1
Pada B (4,5)
y= 2.4 - 3
y=5
4.1 8
y6
2
x2
4.2 8
y 8
2
x3
4.3 8
y 10
2
Dari perhitungan pembuktian tersebut terlihat bahwa untuk nilainilai x tertentu mengakibatkan hasil nilai y yang sama besarnya antara
fungsi pertama dan fungsi kedua. Sehingga kedua fungsi terebut jika
dibuatkan dalam satu gambar akan seperti yang tercermin pada gambar
3.2.
Gambar 3.2 : Hubungan Dua Fungsi Linier Berhimpit
2. Sifat Hubungan Sejajar
Hubungan sejajar ini dapat terjadi jika terdapat suatu fungsi yang
mempunyai lereng (slope) yang sama dengan lereng fungsi yang lain,
sedangkan konstanta bebas kedua fungsi berbeda nilainya. Hal itu berarti
bahwa a1 = a2 dan b1
b2.
Contoh 3.5 :
Fungsi I :
y=x+1
Fungsi II :
2x 2y + 6 = 0
y=x+1
x=0 :
y=0+1
y=1
x=1 :
y=1+1
y=2
x=2 :
y=2+1
y=3
Dari Fungsi II
y=x+3
x=0 :
y=0+3
y=3
x=1 :
y=1+3
y=4
x=2 :
y=2+3
y=5
: y = 0.5x + 4
Fungsi II : y = -2x + 4
Kedua fungsi berpotongan tegak lurus karena
a1.a2 = -1
0,5 (-2) = -1
-1 = -1
Bukti
Dari Fungsi I
y = 0,5x + 4
X=0:
y = 0,5(0) + 1
y=1
X=1:
y = 0,5(1) + 1
y = 1,5
X=2:
y = 0,5(2) + 1
y=2
Dan Fungsi II
y = -2 y + 4
X=0:
y = -2(0) + 4
y=4
X=1:
y = -2(1) + 4
y=2
X=2:
y = -2(2) + 4
y=0
Kedua fungsi tersebut di atas jika digambarkan akan tereermin seperti nampak
pada gambar 3.4.
:y=x-2
Fungsi 11 : y = -3x + 1
Kedua fungsi berpotongan, tetapi tidak tegak lurus karena : a1 a2
dan
a1 a2 -1
1.-3 - 1
l -3
Bukti :
Dari Fungsi I
y=x-2
X=0:
y=0-2
y = -2
X=1:
y=1-2
y = -1
X=2:
y=2-2
y=0
Dan Fungsi II
y = -3x + 1
X=0:
y = -3.0 + 1
y=4
X=1:
y = -3.1 + 1
y=2
X=2:
y = -3.2 + 1
y=0
Contoh : 3.11:
Seseorang mempunyai pola permintaan barang X sebagai berikut:
pada harga Rp. 100,- per unit, barang yang diminta adalah 100 unit dan
200 unit jika harga barang berubah menjadi Rp. 50,- per unit. Tentukanlah
pola permintaan barang X orang tersebut.
Jawab :
Data-data di aias dapat dimanipulasi dalam bentuk dua buah titik,
yaitu menjadi A(100,100) dan B(200,50). jika bentuk umum pola atau
fungsi linier adalah P = aQ + b, maka:
a
1 2 100 50
50
Q Q1 Q2 100 50 100
a = - 0,5
b = P aQ
b - 150
Dengan menggunakan rumus metode yang lain dapat pula dicari fungsi
permintaanya yang akan menghasilkan bentuk yang sama.
Jadi jika : y
x x1
y 2 y1 y1
x2 x
Akan menjadi :
Q Q1
2 1 1
Q2 Q1
Q 100
50 100 100
200 100
Q 100
50 100
100
P = - 0,5Q + 50 + 10
P = -0,5 + 150
menyangkut hubungan antara jumlah yang ditawarkan dengan variabelvariabel yang mempengaruhinya, seperti teknik produksi, modal kerja,
pajak dan subsidi serta harga barang tersebut maupun harga barang lain.
Hukum penawaran menyatakan bahwa jika harga barang naik
(eeteris paribus), maka jumlah yang ditawarkan akan naik, dan apabila
harga turun jumlah yang ditawarkan akan turun pula. Sebaliknya, pada
saat kondisi permintaan barang oleh konsumen melonjak, maka produsen
akan menaikkan
akan
menaikkan
harga
penawaran
barangnya.
Kedua
Q Q1
2 1 1
Q2 Q1
Q 200
100 50 50
400 200
Q 200
50 50
200
P = - 0,25Q + 50 + 50
P = 0,25 atau Q = 4P
1 2
50 100
50
a = - 0,5
b = P aQ
Pada C (200,50) : b - 50 - (- 0,25) 200
- 50 50
b=0
Qs 2 P 300
Qd 4 P 300
0 6 P 300
P 50
Untuk :
Q = 4P
Pada P - 50 : Q 4(50)
Q200
: P = 0,25Q + 15 atau: Q = 4P - 60
Qs
= 4P - 60
Qd
= -2p + 300
= 6P - 360
Qd
= -2P + 300
Od
=-2(60) 1 300
P = 60
Qd - 180
Gambar : 3.9: keseimbangan Baru Pasar Barang Karena Harga Naik Rp.15,Per Unit.
c. Kebijakan Pajak dan Subsidi
Fungsi penawaran dibentuk dengan anggapan bahwa faktor-faktor
selain harga seperti pajak dan subsidi adalah tetap tidak berubah (ceteris
Pt = (aQ + b)
Pt = aQ + ( b + t )
S1
: Permintaan konsumen
Et
PtEtB PsQt
lebih rendah beban pajak keseluruhan (total) yang harus ditanggung oleh
konsumen adalah sebesar selisih dan harga keseimbangan baru dan lama
(pajak per unit ditanggung konsumen) dikalikan jumlah barang dari
keseimbangan baru, yaitu :
Tkons = (Pt - P)Qt
Untuk
Atau
Pt
Ot
pajak
merupakan
usaha
pemerintah
untuk
adalah Rp.50,- per unit dan 200 unit. Setelah barang tersebut dikenakan
pajak Rp.75,- per unit, berapakah keseimbangan baru barang tersebut total
pajak yang harus dibayarkarn konsumen dan produsen, serta total pajak
yang akan diterima pemerintah ?
Jawab :
- Fungsi penawaran sebelum pajak : P = 0,25Q
- Fungsi penawaran sesudah pajak : P = 0,25Q + 75
- Keseimbangan baru adalah :
Pd
= -0,50Q + 150
Ps
= 0,25Q + 75 (-)
= -0,75Q + 75
Ps
= -0,25Q + 75
Ps
= - 0,25 (100) + 75
Q = 100
P 100
= -2P + 300
Qs
= 4 P - 300
= -6 + 600
Qs
= 4P - 300
Qs
= 4(100)-300
Q = 100
Q = 100
Jadi keseimbangan baru pasar barang X tereapai pada harga Rp. 100,- per
unit dan jumlah barang 100 unit, atau E (100,100). Apabila hasil-hasil
tersebut digambar akan nampak seperti pada Gambar 3.11:
Gambar 3.11 : Keseimbangan Pasar Sesudah Pajak Per-unit Rp.75,Dari Gambar 3.11 tersebut, maka dapat diketahui total pajak yang akan
dibayarkan konsumen dan produsen, serta yang akan diterima pemerintah,
sebagai berikut :
- Pajak dibayar konsumen = Tkons
Tkons
= (Pt - P) Qt
= (100 - 50)100
= 5.000
= (t - (Pt - P)) Qt
= {75 - (100-50)) 100
= (P - Ps - Qt) Qt
= {50 - (0,25.100)) 100
= (50 - 25) 100 = 2.500
= t.Qt
= 75 (100) - 7.500
Atau :
Tpem
= (Pt - Ps.Qt) Qt
= T prod + T kons
= 2.500 + 5000
= 7.500
Contoh 3.16 :
Dari suatu penelitian diketahui bahwa permintaan radio di suatu
pasar dapat diformulasikan sebagai P = -2Q + 40 sedangkan penawarannya
adalah P 0,5Q. Apabila pada keadaan tersebut pemerintah bermaksud
mengenakan pajak sebesar Rp. 10,- maka hitunglah :
a. Keseimbangan pasar sebelum pajak
b. Keseimbangan pasar sesudah pajak
c. Pajak yang diterima produsen
d. Pajak yang dibayar konsumen
e. Pajak yang dibayar pemerintah
Jawab :
a. Keseimbangan Pasar Sebelum Pajak
Fungsi penawaran :
P 0,5Q
Fungsi permintaan :
P -2Q + 40
0 2,5Q + 40
Pada : Q = 16 ;
Q - 16
P = 0,5Q
= 0,5(16)
P=8
P = 0,5Q + 10
Fungsi perrnintaan :
P = -2Q + 40
0 = 2,5Q - 30
Q 12
Pada : Q = 12 ;
P = 0,5 Q + 10
= 0,5(12) + 10
P=8
T prod =24
T kons = 96
T pem = 120
b. Pajak Proporsional
Selain pajak per unit yang jumlahnya atau besarnya tetap, pemerintah juga
dapat mengenakan pajak proporsional terhadap harga barang yang ditetapkan oleh
produsen. Jumlah pajak yang akan diterima pemerintah adalah sejumlah tertentu
dari harga. Dengan demikian semakin tinggi harga yang ditetapkan oleh produsen,
maka semakin tinggi pula pajak yang diterima oleh pemerintah.
Pt = ( 1 + t ) ( aQ + b )
aQ b
1 t
Q1
b
(1 t ) a a
= ( Pt - P )Q,
T kom
= T pem - T prod
T prod
= ( P - Ps.Qt ) Q1
T prod
= T pem - T kom
T pem
= ( tPtQt ) : ( 1 + t )
Pt
Qt
P s.Qt
Gambar 3.17:
Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan P = -0,50Q + 150 seperti
pada Contoh 3.14 pemerintah mengenakan
= -0,50Q + 150
Ps
= -0,30Q
= -0,80Q + 150
Ps
= 0,30Q
(+)
= 0,30( 187,5)
Q = 187,5
P = 56,25
Pajak yang diterima pemerintah, serta yang dibayarkan oleh konsumen dan
produsen adalah :
- Pajak pemerintah = T pem
T pem = ( t.Pt.Qt ) : ( 1 + t )
= { 20% (56,25)187,5 } : ( 1 + 20% )
T pem = 1.757,8
Atau :
T pem = t.( Ps.Qt ).Qt
= 20% {0,25(187,5)} 187,5
T pem = 1 .757,8
Atau juga :
T pem = ( Pt - Ps.Qt ).Qt
= {56,25 - 0,25(187,5)} 187,5
T pem = 1.757,8
Tkons = 1.171,9
Tprod = 585,9
atau :
Tprod = (P PsQt).Qt
= {(50 0,25)(187,5)}.187,5
Jadi pajak yang dibayar produsen sebesar Rp. 585,9,
Tprod = 585,9
Contoh 3.18:
Diketahui fungsi permintaan sepeda motor adalah Q =
-2P + 240,
Jawab:
a. Keseimbangan pasar sebelum pajak :
Fungsi permintaan :
Q = -2P + 240
Atau: P = O,5Q + 120
Fungsi penawaran:
P = 4Q + 7,5 (-)
0 = -4,5Q + 112,5
Q = 25
P = 4(75) + 7,5
P = 107,5
P = 4,4Q + 8.25
P = -0,5Q + 120
0 = 4,9Q - 111,75
Q = 22,8
P = -0,5(22,8) + 120
P = 108,6
Atau:
Tpem
Tpem = 225,04
= (t.Pt.Qt) : (1 + t)
= { 10%(108,6)22,8} : (1 + 10%)
Tpem = 225,04
Jadi pajak yang diterima pemerintah sebesar Rp. 224,04,d. Pajak dibayar konsumen = Tkons
Tkons = (P, - F).Qt
= (108,6 - 107,5).22,8
Tkons = 25,08
Jadi pajak yang dibayar konsumen sebesar Rp. 25,08,e. Pajak dibayar produsen = Tprod
Tprod = Tpem - Tkons
= 225,04 - 25,08
Tprod =199,96
Ps = aQ + (b s)
Ss
= Permintaan
PPsEsB
= subsidi konsumen
Skons = (P Ps) Qs
Dengan ketentuan P adalah harga keseimbangan pasar sebelum
subsidi, Ps sebagai harga keseimbangan pasar sesudah subsidi dan Qs yaitu
jumlah keseimbangan pasar sesudah subsidi.
Di samping itu perhitungan dapat juga dilakukan berdasarkan pada
selisih subsidi yang dibayar pemerintah dengan subsidi yang telah dinikmati
produsen, yaitu menjadi:
keseimbangan
sebelum
subsidi,
dikalikan
dengan
jumlah
Contoh 3.19.
Dengan menggunakan contoh sebelumnya tentang pola penawaran Q
= 4P dan pola permintaan barang yang sama Q = -2P + 300, pemerintah
memberikan subsidi sebesar Rp. 37,50. Tentukanlah harga dan jumlah
keseimbangan pasar yang baru, subsidi yang akan dinikmati konsumen dan
produsen serta subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Jawab:
-
Q = 250
P = 0,25Q + 37,5
= 0,25(250) - 37,5
P = 25
Jadi keseimbangan baru barang `X' tercapai pada harga Rp. 25,per unit
dan jumlah barang sebanyak 250 unit, atau (250,25)
Apabila hasil keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi
tersebut di atas digambarkan akan nampak seperti pada Gambar 3.15.
Skons = 6.250
Sprod = 3.125
Sprod = 3.125
Atau:
Sprod = (Ps.Qs P)Qs
= {0,25(250) - 50} 250
Spem = 9,375
Atau:
Spem = (Ps.Qs Ps) Qs
= {0,25(250) 25}250
Spem = 9,375
Atau :
Spem = Sprod + Skons
= 3.125 -+ 6.250
Spem = 9,375
Jadi subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375,Contoh 3.20 :
Diketahui fungsi penawaran ban kendaraan angkutan adalah. P =
0,50Q + 20 dan fungsi permintaannya P = 0,25Q + 50. Jika pada keadaan
tersebut pemerintah memberi subsidi kepada barang tersebut sebesar Rp. 15,
per unit, maka tentukanlah:
(-)
O = 0,75Q - 30
Q = 40
F = 40
Pada Q = 0
P = 0,50Q + 20
P = 0,50(40) + 20
P = (0,50Q + 20) 15
P = 0,50Q + 5
(-)
Q = 60
Pada: P = 0,50Q + 5
= 0,50(60) + 5
P = 35
Skons = P Ps = 40 - 35
Skons = 5
Sprod = 10
d. Subsidi Proporsional
Pada umumnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada
rakyatnya atau lnstitusi tertentu kepada karyawannya akan berupa
subsidi per unit, namun karena pertimbangan tertentu pemberian subsidi
kadangkala diberikan dalam bentuk proporsional dari harga barang
yang ditawarkan oleh produsen. Jika demikian halnya, maka seperti
subsidi per unit yang penerapannya hampir sama dengan pajak per unit,
maka untuk subsidi proporsional ini penerapannya juga hampir sama
dengan pajak proporsional
Jika fungsi penawaran sebelum adanya subsidi proporsional
diidentifikasikan sebagai P = aQ + b, maka sesudah adanya subsidi
fungsi penawaran akan berubah menjadi sebagai berikut:
Ps =P - sP
Ps = (1 - s)P
Ps = (1 s)(aQ+b)
P
aQ b
1 s
Qs
P
b
(1 s )a a
Contoh 3.21:
Dari pola penawaran P = 0,25Q dan pola permintaan barang
P = -0,50Q : 150 seperti pada contoh sebelumnya, pemerintah akan
memberikan subsidi terhadap barang tersebut sebesar 60% dari harga yang
ditawarkan produsen ke pasar. Dari data tersebut, hitunglah:
Jawab :
a. Keseimbangan Baru (sesudah subsidi):
-
Ps = 0,10Q
Ps = 0,10Q
P = -0,50Q + 150
O = 0,60Q + 150
Q = 250
Ps = 25
Spem = 9.375
Spem = 9.375
Atau :
Spem = s( Ps.Qs Ps)Qs
= 60%{0,25.(250)}250
Atau juga :
Spem = (Ps.Qs - Ps)Qs
={0,25(250) - 25}250
Spem = 9.375
Jadi subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp. 9.375,c. Besarnya subsidi yang akan diterima oleh konsumen dan produsen
adalah:
-
Skons = 6.250
= (50 - 25)250
50)250
Sprod 3.125
Atau
Sprod - Spem Skons
- 9.375 6.250
Sprod 3.125
Jadi subsidi yang dinikmati produsen sebesar Rp. 3.125,Berdasarkan pada hasil-hasil tersebut di atas, maka
selengkapnya dapat dibuat grafiknya Seperti yang tercermin pada
gambar 3 16:
tentukanlah:
a. Berada subsidi yang dinikmati produsen dan konsumen.
b. Berapa subsidi yang akan dibayarkan oleh pemerintah.
Jawab:
a. Keseimbangan sebelum subsidi:
Fungsi penawaran: P = 50 + 500
Fungsi permintaan: P - -50Q + 1.500
0 - 10Q + 1.000
(-)
Q 1000
P-1.000
P 4Q + 400
P- 888,88
Sehingga :
Subsidi produsen - Sprod
Sprod
= (Ps.Qs - P)Qs
= (5.122,22 + 500) + 1.000 122,22
= 111,1(122,22)
Sprod = 13.578,64
= (P - Ps)Qs
= ( 1.000 - 888,88)122,22
Skons = 13.581.09
= (S. Ps.Qs) : (1 s )
= 20%( 888,88)(122,22) : (1 : 20% )
Spem = 27.159,73
Untuk : Qx
= permintaan barang X
Oy
= permintaan barang Y
Px
= harga barang X
Py
= harga barang Y .
Dari kedua persamaan (fungsi) tersebut bila diketahui penawaran masingmasing barang, maka dapat dicari keseimbangan pasar masing - masing barang
tersebut, Yaitu dengan mempersamakan antara funrsi permintaan dan penawaran
barang yang sama (Qxd = Qxs dan Qyd = Qys) dan kemudian hasil - hasilnya dapat
diselesaikan dengan etode eliminasi atau substitusi, sehingga dapat diperoleh
akar-akar dari harga dan jumlah keseimbangan pasar masing - masing barang.
Di samping keseimbangan pasar tersebut, dapat dicari pula hubungan
antara
kedua
barang tersebut,
yaitu
berupa
hubungan substitusi
atau
tersebut (X dan Y). jadi jika Px turun dan Py tetap maka akan mengakibatkan Qx
dan Qy turun.
Contoh 3.23:
Diketahui bahwa pennintaan konsumen untuk barang X dan Y di suatu
pasar adalah Qx = -3Px + 3Py + 5 dan Qy = 2Px 4Py + 10, sedangkan penawaran
barang X dan Y yang dilakukan oleh penjual adalah Qx = 3Px - 6 serta Qy 2Py
+ 8. dari data tersebut tentukanlah harga dan jumlah keseimbangan pasar masingmasing barang serta hubungan antara kedua barang.
Jawab :
Keseimbangan pasar barang X : Qxd = Qxs
-3Px + 3Py + 5 = 3Px - 6
-6Px + 3Py = -11.......................(1)
Keseimbangan pasar barang Y : Qyd = Qys
2Px - 4Py + 10 = 2Py 8
2Px - 6Py + 10 = 18................(2)
Eliminasi : (1) (2)
-6Px + 3Py = -11 (x2)
- 6Px + 3Py
= -11
- 6(4) + 3Py
= -11
3Py = -13
Py = 4,33
Qx
= 3Px 6
= 3 (4) 6
Qy
Qy = 6
= 2Py 8
= 2(4,33) 8
Qy = 0,66
Jadi keseimbangan dasar X dan Y adalah (6,4) dan (0,66) untuk mengetahui
hubungan kedua barang, maka jika Px = 4 tetap dan Py = 3 akan mengakibatkan
perubahan jumlah permintaan barang X dan Y sebagai berikut :
Qx
= -3Px + 3Py + 5
= -3(4) + 3(3) + 5
Qx
Qx = 2
= 2Px - 4Py + 10
= 2(4) - 4(3) + 10
Qy = 6
Jadi kesimpulan dari hubungan antara kedua barang X dan Y tersebut adalah efek
substitusi. Karena pada Py = 3 (turun Rp. 1,33 dari harga sebelumya)
mengakibatkan Qy = 6 (naik sebanyak 5,44 unit) dan Qx = 2 (turun sebanyak 4
unit dari permintaan sebelumnya)
Contoh 3.24 :
Permintaan barang A dan B diformulasikan sebagai berikut Qa = -2Pa 3Pb + 20
dan
10,
Qas
Pa + 2Pb 10
-3Pa - 5Pb
- 30 ................... (1)
- Keseimbangan barang B :
Qba
2Pa + Pb 10
-6Pa + 5Pb
- 45 ................... (2)
eliminasi : ( 1 )
Qbs
(2)
= 15
Pa = 5
-3Pa - 5 Pb = -30
-3(5) - 5Pb = -30
- 15 5Pb = -30
Pb 3
= -2Pa 3Pb + 20
= -2(5) 3(3) + 20 = -10 9 + 20
Qb
Qa = 1
= -4Pa 4Pb + 35
= -4(5) 4(3) + 35 = -20 12 + 35
Qa = 3
Jadi keseimbangan pasar dari barang A dan B adalah (1,5) dan (11,3)
b. Hubungan kedua barang dapat diketahui dengan porosedur sebagai berikut
= -2Pa 3Pb + 20
= -2(3) 3(3) + 20 = -6 9 + 20
Qb
Qa = 5
= -4Pa 4Pb + 35
= -4(3) 4(3) + 35 = -12 12 + 35
Qa = 11
jadi barang A dan B tersebut mempunyai efek komplementer karena jika Pa turun
sebesar Rp. 2,- (Pb tetap atau tidak berubah), maka akan mengakibatkan Qa dan
Qb naik masing-masing sebanyak 4 unit dan 8 unit.
baku), upah tenaga kerja langsung di bagian produksi atau biaya pemasaran
langsung.
Adapun biaya tetap sebaliknya, karena secara total besarnya tidak berubah,
maka biaya tetap per unit akan semakin rendah (kecil) jika unit yang dipruduksi
(dijual) oleh perusahaan semakin besar jumlahnya biaya ini berupa biaya bahan
tidak langsung (penolong), upah tenaga kerja tidak langsung di bagian produksi
(mandor dan teknisi), biaya overhead pabrik, biaya administrasi atau biaya
pemasaran langsung.
Pernyataan berikut di atas bila dibuat notasi matematisnya sebagai berikut :
Biaya tetap FC
Biaya variabel VC
f(Q) = aQ
Biaya total :
FC + VC atau C k + aQ
Dari Gambar 3.17 dapat dijelaskan bahwa biaya variabel total bertolak dari
titik origin, karenajika tidak ada unit yang diproduksi dan dijual, maka perusahaan
tidak akan mengeluarkan biaya variabel ini. Namun pada saat perusahaan tidak
melakukan produksi dan penjualan, maka perusahaan tetap akan mengeluarkan
biaya tetap.
Contoh 3.25:
Kalkulasi biaya di perusahaan PRES-LIAT yang menghasilkan genteng
adalah biaya tetap sebesar Rp. 200.000,- dan biaya variabel per unit sebesar Rp.
50,- dari data tersebut, tentukanlah
a. Fungsi biaya totalnya
b. Biaya totalnya jika diproduksi genteng 5.000 unit
c. jumlah yang diproduksi jika biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 400.000,dan
Rp.500.000,d. Gambar hasil-hasil tersebut
Jawab :
a. Biaya tetap : C
= FC + VC
= k + aQ
C = 200.000 + 50Q
C = 200.000 + 50Q
= 200.000 + 50(5.000)
Q = 450.000
Jadi biaya total untuk memproduksi 5.000 unit adalah Rp. 450,000,
c. Jika C = 400.000
C
400.000
Jika C = 500.000
C
500.000
= 200.000 + 50Q
= 200.000 + 50Q
Q = 4.000
= 200.000 + 50Q
= 200.000 + 50Q
Q = 6.000
Jadi jumlah produksi pada biaya Rp. 500.000 adalah Rp. 6000,d. Hasil-hasil tersebut diatas apabila dibuat grafiknya akan nampak seperti pada
gambar 3.18 :
semakin besar pula penerimaannya serta, (2) fungsi bertolak dari titik pangkal,
karena pada penjualan nol maka penerirnaannya juga nol.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka notasi matematis fungsi penerimaan
atau penghasilan penjulan barang adalah sebagai berikut :
R = f(Q) = PQ
Adapun jika pernyataan dan rumusan matematis diatas diukiskan dalam
bentuk grafik akan terlihat seperti pada Gambar 3.19.
Contoh 3.26
Pada suatu jangka waktu tertentu perusahaan PRES-LIAT berhasil menjual
genteng produksinya dengan harga Rp. 90,- per unit. berdasarkan data tersebut,
tentukanlah
a. Fungsi penerimaanya
b. Jumlah penerimaan pada penjualan 5.000 unit
c. Jumlah unit vang terjual jika penerimaannya adalah sebesar Rp. 300.000
dan Rp. 540.000
R = 90Q
b. Pada Q
R = 90Q
= 5000
= 90 (5.000)
c. Jika R = 360.000
R = 90Q
360.000 = 90Q
Jika R = 540.000
R = 450.000
Q = 4.000,-
R = 90Q
540.000 = 90Q
Q = 6.000,-
Jadi jumlah unit yang terjual jika penerimaannya, Rp. 360.000,- adalah 4.000
unit.
d. Gambar hasil-hasil tersebut di atas seperti yang terlihat pada gambar 3.20
yang diproduksi dapat dijual semua dan bahwa jumlah produk merupakan variabel
independen, sedangkan biaya dan penerimaan sebagai variabel independen, maka
kedua persamaan fungsi tersebut dapat dipertemukan untuk mencari jumlah
penerimaan penjualan barang yang dapat menutup seluruh biaya produksinya atau
mencapai titik impas (break even point R = C). Atau jumlah biaya dan penerimaan
penjualan yang menghasikan efek mengutungkan (R = C), maupun yang
menghasilkan efek merugikan dengan demikian konsep biaya dan penerimaan ini
atau lebih dikenal dengan Analisis Break Even, dapat digunakan untuk
merencanakan penjualan agar perusahaan :
1. Tidak mengalami rugi atau laba (titik impas).
2. Memperoleh laba atau mengalami rugi pada tingkat tertentu
Keterangan tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.21.
=R-C=0
=C
PQ
= k + aQ
PQ-aQ = k
(P-a)Q = k
Hasil lebih lanjut dan proses matematis tersebut adalah dapat diperoleh
titik impas dalam jumlah barang (Q), sehingga dapat dibuat rumusnya sebagai
berikut :
k
BEP = Q = p a
Kemudian dengan memasukkan hasil BEP dalam Q tersebut ke dalam salah satu
persamaan penerimaan atau biaya, maka dapat diperoleh jumlah rupiah dalam
keseimbangan (BEP). Atau dengan rnenggunakan rumus :
k
BEP(Rp) = 1 a
Jika diketahui biaya variabel dalam presentase (%a) dari harga, maka :
BEP(Rp) = Q =
k
(1 % a ) P
Contoh 3.27 :
Dengan menggunkan contoh soal biaya dan penerimaan di muka dapat
diketahui masing-masing fungsi adalah C = 200.000 + 50Q dan R = 90Q.
Hubungkanlah kedua fungsi tersebut untuk memperoleh
a. Titik Break Even (Unit dan Rupiah)
b. Keadaan pada penjualan 4.000 dan 6.000 unit
c. BEP jika Biaya variaibel adalah 60% dari harga
d. BEP jika total penerimaan Rp. 500.000,- sedangkan biaya variabel adalah Rp.
400.000,e. Gambar dari hasil-hasil a dan b
Jawab :
a. BEP dalam unit
BEP = Q
= pa
=
200.000
90 50
Q = 5.000
= PQ
= 90 (5.000)
R = 450.000
Atau :
C
= k : 50Q
= 200.000 + 50(5.000)
C = 450.000
Atau juga :
k
BEP =
= 1 a
BEP
200.000
= 1 50
90
BEP
= 450.000
Q = 5.000
=RC
= 90Q (200.000 + 50Q)
= 90(4.000) - 200.00 + 50Q(4.000)
= -40.000
Q = 6.000, maka
I.(Ru)
=RC
= 90Q (200.000 + 50Q)
= 90(6.000) - 200.00 + 50Q(6.000)
= -40.000
Jadi pada saat terjadi jumlah produksi (penjualan) sebanyak 4.000 unit
perusahaan mengalami rugi Rp. 40.000,- dan pada tingkat produksi (penjualan)
6.000 unit dapat diperoleh laba sebesar Rp. 40.000,-
BEP = (1 %a ).P
200.000
= (1 60%) 90
BEP = 5.556
Jadi jika variabel 60% dari harga maka BEP adalah Rp. 5.556,d. VC = 400.000,- R = 500.000, BEP = ?
BEP
k
= 1 VC
R
200.000
BEP
BEP
= 1.000.000
400.000
500.000
Jadi jika total penerimaan Rp. 500.000,- dan biaya variabel Rp.
400.000,- maka BEP adalah Rp. 1.000.000
e. Hasil-hasil perhitungan butir a dan b dapat dibuatkan gambarnya seperti pada
Gambar 3.22
laba atau keuntungan dari operasinya tersebut. Laba yang ingin dicapai akan
mengakibatkan jumlah penerimaan penjualan produk yang dibutuhkan akan
semakin besar, yaitu menjadi sebesar biaya total ditambah dengan laba
tersebut, atau R = C + Laba.
Jika laba ditentukan berdasarkan sejumlah rupiah tertentu dan dengan
biaya variabel per unit, maka jumlah penjualan yang harus untuk mencapai
laba tersebut ialah :
PQ
= k + Aq + L
(P-a)
=k +L
kL
Pa
Jika laba dan biaya variabel ditetapkan berdasarkan tiap unit yang
dijual atau diproduksi (1 dan a), maka jumlah penjualan yang harus dicapai
adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q=
k
PaL
Sedangakan
jika
laba
ditentukan
berdasarkan
prosentase
Q = (1 %1) P a
Dengan ketentuan bahwa (1 - %.L).P > a
jika besarnya penjualan dalam bentuk satuan uang rupiah, sedangkan labanya
berupa prosentase tertentu dari harga barang (%1). maka rumusannya berubah
menjadi
k
Q=
a
1 %1
P
Adapun jika biaya variable dan laba diketahui berdasarkan prosentase tertentu
dari harga tertentu dari harga. Maka jumlah penjualan yang barus dicapai
perusahaan adalah :
Q=
k
(1 %a %1) P
Contoh 4.28
Berdasarkan data pada
= 40.000
=
kL
Pa
200000 40000
90 50
Q = 6.000
b. Jika L = 10%. P :
Q
k
(1 %1) P a
200000
= (1 10%) 90 50
R = 90Q = 90 (6.452)
Q = 6,425
R= 580.645
= 40%.P
k
= (1 %1) P a
200000
= (1 40%) 90 50
R = 90Q = 90 ( 50000 )
Q = 50.000
R= 4.500.000
Jadi jumlah penjualan adalah 50.000 unit atau Rp. 4.500.000,c. a = 60%P dan L = 10%P
Q
k
(1 %a %1) P
200000
= (1 60% 10%) 90
R = 90Q = 90 (7407)
Q = 7.407
R = 666.630
Jadi jumlah penjualan adalah 7 7,407 unit atau Rp 660 630,d. Jika a = 60 dan 1 10
k
( P a 1)
200000
90 60 10
Q = 10.000
R = 90Q = 90 (10000)
R = 900.000
konsumsi
masyarakat
adalah
fungsi
dari
pendapatan
= jumlah konsumsi ( yang tetap ada ) pada saat pendapatan disposabel sebesar
nol
b = marginal propensity to consume (MPC) = keinginan konsumsi marjinal
= tambahan konsumsi yang terjadi dikarenakan adanya tambahan pendapatan
disposabel.
= ( C / Yd ), yang besarnya antara 0 sampai dengan 1
Sedangkan jumlah tabungan masyarakat (S) diperoleh dari pendapatan
disposabel yang tidak digunakan untuk konsumsi, yaitu sebagai berikut :
Yd = C + S
S =Yd - C
S = Yd {a + b(Yd)}
S = Yd - a - b(Yd)
S = -a + (1 - b) Yd
Untuk :
a = autonoms saving
= jumlah tabungan pada saat pendapatan disposibel adalah nol
(1 b) = (1 MPC)
= Marginal propensity to save (MPS) keinginan menabung marginal.
= tambahan tabungan yang terjadi karena adanya tambahan
pendapatan
disposibel ( S / Yd ).
Oleh karena ketiga fungsi diatas merupakan fungsi yang mempunyai
lereng positif, maka garis-garis fungsi akan condong kekanan, atau bergeser dari
kiri bawah kekanan atas, yang jika digambarkan akan melihat seperti pada gambar
4.23.
Yd + Y
jawab :
a. Total pendapatan rill masyarakat - Yd
Yd
=YT+R
= 410 - 50 + 40
Yd - 4100
Jadi total pendapatan riil masyarakat adalah Rp. 400,b. Jumlah konsumsi = C
C
= 50 + 0.6 Yd
= 50 + 0.6 (400)
C = 290
c. Jumlah tabungan = S
S
= Yd C = 400 -290
S = 110
Atau
S
= -a + (1 + b)Yd
= -50 + (1 + 0.6)
S = 110
Yd + 0,9Y + 100
C + 0.4Yd + 170
0.4(0.9Y + 100 ) + 170
Fungsi konsumsi
C = 0.36Y + 130
S = Yd - C
0.9Y - 100 (0.36Y + 130)
S = 0.54Y - 230
Pada C = S, maka :
0,36 + 130 = 0,54Y - 230
- 0,18Y = 360
Y - 2.000
Jadi jumlah konsumsi dan tabungan akan sama besarnya, apabila pendapatan
nasional dapat tercapai Rp. 2.00,b. Pendapatan disposabel adalah :
Yd
= 0,9Y - 100
= 0,9( 2.000 ) 100
Yd -1.700
= 0,36Y + 130
= 0. 36(2.000) + 130
C = 850
Atau
C
= 0,4Yd + 170
= 0,4( 1.700) + 170
C = 850
Tabungannya adalah :
S
= Yd - C = 1. 700 - 850
S = 850
Atau
S
= 0.54Y - 230
= 05,4(2.000) + 100
Pajaknya adalah :
T = 300
= 0.4Y + 100
= 0.4(2.000) + 100
T = 300
maka besarnya
konsumsi Rp. 850,- tabungan Rp. Rp. 850,- dan pajak adalah R p. 3.00,Jika pendapatan nasional dihubungkan dengan seluruh pengeluaran dari
sektor- sektor perekonomian yang, berlangsung digunakan untuk kegiatan
produksi, maka pendapatan dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y=C
rumah
tangga (RT).
Y = C + BU
Y = C + BU +G
Y = C + BU + G +(N M)
berupa
ekspor (X dan impor M)
Seperti halnya pada variabel pajak dan pembayaran alihan dipembahasan
didepan, maka masing-masing variabel pendukung perhitungan pendapatan
nasional tersebut diatas dapat berupa konstanta (tetapan) tertentu maupun fungsi
dari variabel yang bersangkutan, misalnya saja C = a + bY.
Contoh 4.31
=YT+R
= Y 13 + 8
Yd = Y 5
=C+1
= (0,8Yd + 25) + 20Y
= 0.8(Y 5) + 45
0,2Y
= 41
Y =205
Yd = 200
jadi pada pendapatan nasional sebesar Rp. 205,- maka pendapatan disposabelnya
adalah Rp. 200,
b. Konsumsinya adalah :
C
= 0.8Yd + 25
= 0.8(200) + 25
C = 185
Jadi konsumsi masyarakat pada saat pendapatan nasional sebesar Rp. 205,adalah Rp. 185,-.
Contoh 4.32
Diketahui pasangan ilimpunan antara pendapatan disposabenya dengan
konsumsi suatu masyarakat adalah (20,10).(40,15).(60,20) jika investasi oleh
badan usaha sebesar Rp. 10,- sedangkan nilai ekspor dan import negara tersebut
adalah Rp. 30,- dan Rp. 25,- maka tentukanlah :
a. Fungsi konsumsinya.
b. Posisi neraca perdagangan internasionalnya.
c. Pendapatan nasional.
d. Konsumsinya.
Jawab :
a. Menghitung, MPC = b
MPC = C/Yd = (C2 C1) : (Yd2 Yd1)
= (15 10) : (40 20)
MPC + B = 0,25
= a + bYd
= (20.10) : 10 = a + 0.25(20)
Atau C
a=5
= a + bYd
= (40.15) : 15 = a + 0.25(40)
a=5
NP = X M
= 30 25
= 5
Jadi posisi neraca perdagangan negara tersebut adalah surplus Rp 5,c. pendapatan nasional = Y
Y = C +1 + G + (X M)
= (5 + 0,25 Yd) + 55 + 10 + (30 25)
= 0,25Yd + 75
Oleh karena tidak ada pajak dan pembayaran alihan, maka Y sehingga :
Y = 0,25Yd + 75
Y = 0,25Y + 75
= 0,75Y 75 Y = 100
Jadi pendapatan nasional yang dimaksud adalah Rp. 100,d. konsumsi = C
C = 5 + 0,25Yd (padahal Yd = Y)
= 5 + 0,25(100) C = 30 Jadi konsumsi masyarakat pada saat pendapatan
nasional Rp. 100,- adalah Rp. 30,-
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, R. G. D. 2006. Mathematical Economics, Fift
Edition, Mc Millan, New York.
2. Chiang, Alpha C. 2007. Fundamental Methods of
Mathematical Economics, Mc Graw Hill, New
York.
3. Cissell, Robert and Anggeman, Thomas J. 2002.