Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
1.
Filosofi PKBM
Filosofi PKBM secara ringkas adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa
PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based Institution)[1].
Dari masyarakat sebagai filosofi, berarti pendirian PKBM haruslah selalu merupakan inisiatif
dari masyarakat itu sendiri yang datang dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan
mutu kehidupannya melalui suatu proses-proses transformasional dan pembelajaran. Inisiatif
ini dapat saja dihasilkan oleh suatu proses sosialisasi akan pentingnya PKBM dan hal-hal
lainnya tentang PKBM kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak
pemerintah ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut. Dalam hal pendirian suatu
PKBM peran pemerintah ataupun pihak lain diluar komunitas tersebut hanyalah berupa
proses sosialisasi, motivasi, stimulasi dan pelatihan untuk memperkenalkan PKBM secara
utuh dan membuka perspektif serta wawasan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam membentuk PKBM serta dalam pengembangan selanjutnya. Proses sosialisasi ini
hendaknya tidak mengambil alih inisiatif pendirian yang harus murni datang dari kesadaran,
kemauan dan komitmen anggota masyarakat itu sendiri. Hal ini sangat penting demi menjaga
perkembangan PKBM itu secara sehat yang dikemudian hari akan sangat menentukan
kemandirian dan keberlanjutan PKBM tersebut[2].
Oleh masyarakat sebagai filosofi, berarti penyelenggaraan dan pengembangan serta
keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri. Ini juga
bermakna adanya semangat kemandirian dan kegotongroyongan dalam penyelenggaraan
PKBM. Dengan kata lain, penyelenggaraan PKBM tidak harus menunggu kelengkapan
ataupun kecanggihan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan tidak
harus menunggu ada atau tidaknya ijin legal dari pemerintah setempat. PKBM dapat saja
berlangsung dalam kesederhanaan apapun yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Penyelenggaraan PKBM harus didasarkan dan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh
suatu masyarakat.
Untuk Masyarakat, berarti bahwa keberadaan PKBM haruslah sepenuhnya demi kemajuan
kehidupan masyarakat dimana PKBM tersebut berada. Itu berarti juga bahwa pemilihan
program-program yang diselenggarakan di PKBM harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini tentunya juga tidak berarti menutup kemungkinan
anggota masyarakat diluar masyarakat tersebut untuk dapat turut serta mengikuti berbagai
program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM. Kemungkinan tersebut dapat saja
diwujudkan sepanjang tidak menghambat pemberian manfaat bagi masyarakatnya. Prioritas
dan fokus pemberdayaan tentunya haruslah tetap tertuju kepada masyarakat sasaran PKBM
itu sendiri. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai subyek dan obyek dalam berbagai
kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.
2. Tujuan PKBM
Pada dasarnya tujuan keberadaan PKBM di suatu komunitas adalah terwujudnya peningkatan
kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas. Pemahaman tentang mutu hidup suatu
komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh komunitas tersebut.
Nilai-nilai yang diyakini oleh suatu komunitas akan berbeda dari suatu komunitas ke
komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap PKBM tentunya menjadi unik
untuk setiap PKBM[3].
Mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas seluas dimensi kehidupan itu
sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, sosial, ekonomi, kesehatan, mentalitas dan kepribadian,
seni dan budaya dan sebagainya. Ada komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua
dimensi saja. Sementara dimensi lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang
mencoba memandang penting semua dimensi. Ada komunitas yang menganggap suatu
dimensi tertentu merupakan yang utama sementara komunitas lainnya bahkan kurang
memperhatikan dimensi tersebut.
Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat diterima oleh
berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti Human
Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)[4]. Indeks ini menggambarkan tingkatan
mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan indeks ini, kita dapat
membandingkan tinggi rendahnya mutu kehidupan suatu komunitas relatif dengan komunitas
yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga kita dapat memonitor kemajuan upaya
peningkatan mutu kehidupan suatu komunitas tertentu secara kuantitatif. Suatu PKBM dapat
saja memanfaatkan indeks tersebut sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya.
3. Bidang Kegiatan PKBM
Selaras dengan tujuan PKBM yaitu terwujudnya peningkatan mutu hidup komunitas, dimana
dimensi mutu kehidupan itu sangatlah luas, maka bidang kegiatan yang dicakup oleh suatu
PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu sendiri. Khusus untuk
negara-negara berkembang seperti Indonesia, berdasarkan pengalaman PKBM, seluruh
kegiatan PKBM dapat dikelompokkan dalam tiga bidang kegiatan, yaitu bidang kegiatan
pembelajaran (learning activities), bidang kegiatan usaha ekonomi produktif (business
activities) dan bidang kegiatan pengembangan masyarakat (community development
activities)[5].
Bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan yang merupakan proses pembelajaran
bagi anggota komunitas dan berupaya melakukan transformasi kemampuan/kecerdasan
intelektual, emosi dan spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan
psikomotorik Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia dini sampai lanjut
usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali. Yang termasuk dalam bidang
kegiatan ini antara lain : (1) Program Pendidikan Anak Usia Dini, (2) Program
Pendidikan Kesetaraan SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA (Paket C), (3) Program
pendidikan Mental dan Spiritual, (4) Program Pendidikan Keterampilan, (5) Program
Pendidikan Vokasional, (6) Program Pendidikan Kewarganegaraan, (7) Program
Pendidikan Kerumahtanggaan, (8) Program Pendidikan Kewiraushaan, (9) Program
Pendidikan Seni dan Budaya, (10) Program Pendidikan Hobi dan Minat, (11)
Pendidikan Keaksaraan Fungsional[6].
Bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan
upaya peningkatan kapasitas/pemberdayaan ekonomi anggota komunitas. Didalamnya
mencakup semua program antara lain unit usaha PKBM, Kelompok Belajar Usaha
masyarakat, pengembangan usaha warga masyarakat, kerjasama dan jaringan usaha
masyarakat, upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat, penciptaan lapangan kerja
baru dan sebagainya. Didalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari pembangunan
usaha baru, perluasan pemasaran, pengembangan permodalan, peningkatan mutu,
peningkatan kemampuan manajemen usaha, peningkatan kemampuan inovasi dan
perancangan produk dan sebagainya[7].
Bidang pengembangan komunitas mencakup berbagai kegiatan dalam rangka penguatan
kapasitas komunitas tersebut sebagai suatu kelompok/komunal. Didalamnya tercakup
berbagai jenis kegiatan seperti penguatan sarana/prasarana/infrastruktur fisik, pembangunan
dan pengembangan sistem yang digunakan dalam komunitas, Penguatan kohesivitas diantara
masyarakat, perbaikan dan pengembangan lingkungan, penyuluhan hukum, kesehatan,
lingkungan, dan lain-lain[8].
4. Komponen PKBM
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, Komponen PKBM terdiri dari[9]
a. Komunitas binaan
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya.
Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu ataupun komunitas dengan
permasalahan dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Misalnya komunitas warga suatu
kelurahan tertentu, komunitas anak-anak jalanan di sekitar Bandung Selatan, dan lain-lain.
b. Warga belajar
Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas tetangga yang
dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih program pembelajaran yang
ada.
c. Pendidik/Tutor/instruktur/narasumber teknis
Pendidik/tutor/instruktur/nara sumbaer teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut
ataupun dari luar yang bertangungjawab langsung atas preoses-proses pembelajaran yang
ada.
6. Karakter PKBM
Karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari PKBM. Karakter PKBM
menunjukkan nilai-nilai yang harus selalu menjiwai seluruh kegiatan PKBM. Untuk
membangun PKBM yang baik maka harus juga dibentuk dan diperkuat terus karakter PKBM.
Tanpa memiliki karakter, PKBM akan sulit bertahan dan berkembang dengan baik dalam
mencapai tujuan-tujuannya.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional[12] tujuh karakter yang harus dimiliki dan
dikembangkan dalam suatu PKBM antara lain: (1) Keperdulian terhadap yang lebih
berkekurangan, (2) Kemandirian dalam penyelenggaraan, (3) Kebersamaan dalam kemajuan,
(4) Kebermaknaan setiap program dan kegiatan, (5) Kemitraan dengan semua pihak yang
ingin berpartisipasi dan berkontribusi, (7) Fleksibilitas program dan penyelenggaraan, (8)
Pembaharuan diri yang terus menerus (continuous improvement).