Filosofi Rumah Joglo
Filosofi Rumah Joglo
Filosofi Rumah Joglo
Pendopo
Pendopo letake ning ngarep lan ora duwe tembok utawa
terbuka.Hal iki ana hubunganne karo filosofi wong Jawa sing
sikape slalu ramah, terbuka lan ora pilah-pilih njeroning hal
nerima tamu. Pada umume pendopo ora di wei meja utawapun
kursi, mung diwei tiker apabila ana tamu sing teka, sehingga
antara tamu karo sing duwe rumah nduweni kesejahtaraan lan
uga in njeroning hal pembiwaraan utawa ngobrol kerasa akrab
rukun (rukun agawe santosa).
Pringgitan
Pringgitan nduweni makna konseptual yaiku tempat
kangge memperlihatkan diri sebagai simbolisasi dari pemilik
rumah bahwa dirinya hanya merupakan bayang-bayang atau
wayang dari Dewi Sri (dewi padi) yang merupakan sumber
segala kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan (Hidayatun,
1999:39). Menurut Rahmanu Widayat (2004: 5), pringgitan
adalah ruang antara pendhapa dan dalem sebagai tempat
untuk pertunjukan wayang (ringgit), yaitu pertunjukan yang
berhubungan dengan upacara ruwatan untuk anak sukerta
(anak yang menjadi mangsa Bathara Kala, dewa raksasa yang
maha hebat).
Dalem (Ruang Utama)
Dalem atau ruang utama dari rumah joglo ini merupakan
ruang pribadi pemilik rumah. Dalam ruang utama dalem ini ada
beberapa bagian yaitu ruang keluarga dan beberapa kamar
atau yang disebut senthong. Pada masa dulu, kamar atau
senthong hanya dibuat tiga kamar saja, dan peruntukkan
kamar inipun otomatis hanya menjadi tiga yaitu kamar
pertama untuk tidur atau istirahat laki-laki kamar kedua kosong
namun tetap diisi tempat tidur atau amben lengkap dengan
perlengkapan tidur, dan yang ketiga diperuntukkan tempat
tidur atau istirahat kaum perempuan.
Kamar yang kedua atau yang tengah biasa disebut dengan