Raperda RTRW Berau 2014-2034 - Dewan
Raperda RTRW Berau 2014-2034 - Dewan
Raperda RTRW Berau 2014-2034 - Dewan
DRAFT RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR : . TAHUN 2015
TENTANG
DRAFT RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR : .TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BERAU
TAHUN 2014 - 2034
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KABUPATEN BERAU
Menimbang : a. Bahwa ruang merupakan komponen lingkungan hidup
yang bersifat terbatas dan tidak terbaharui, sehingga
perlu dikelola secara bijaksana dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan
generasi yang akan datang;
b. Bahwa
perkembangan
pembangunan
khususnya
pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Berau
diselenggarakan
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya
manusia dengan tetap memperhatikan daya dukung, daya
tampung, dan kelestarian lingkungan hidup;
c. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, serta terjadinya perubahan faktor-faktor
eksternal dan internal membutuhkan penyesuaian
penataan ruang wilayah Kabupaten Berau secara dinamis
dalam satu kesatuan tata lingkungan berlandaskan
kondisi fisik, kondisi sosial budaya, dan kondisi sosial
ekonomi melalui penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Berau 2014 - 2034;
d. Bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3
Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kaupaten Berau Tahun 2001 Sampai Tahun 2011 sudah
1.
20. Undang-Undang
dan
BUPATI KABUPATEN BERAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2014 2034
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Berau di Provinsi Kalimantan Timur.
4. Pemerintah Kabupaten Berau adalah Bupati Berau dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Bupati adalah Bupati Berau.
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Pewakilan Rakyat Daerah Kabupaten Berau.
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.
10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
penataan ruang.
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 9
j. Ketentuan penutup.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 4
Penataan ruang kabupaten bertujuan untuk mewujudkan kabupaten
sebagai kawasan sentra industri dan ekowisata, berbasis pertanian dan
kelautan yang memiliki daya saing dan berkelanjutan.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 5
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, disusun melalui kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten.
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan kawasan sentra industri;
b. peningkatan pengelolaan kawasan pariwisata secara berkelanjutan;
c. pengembangan kawasan pertanian;
d. peningkatan pengelolaan sumberdaya hutan secara berkelanjutan;
e. pemantapan pemanfaatan ruang kawasan lindung sesuai dengan
fungsinya;
f. pengelolaan wilayah pesisir melalui keterpaduan ekosistem dan
sumberdaya secara berkelanjutan;
g. pengembangan fungsi pusat pelayanan yang terintegrasi dengan
sistem prasarana wilayah; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara.
Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
a.
b.
c.
d.
e.
(6)
(7)
(8)
(9)
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
(1) Struktur ruang wilayah kabupaten meliputi:
a. sistem pusat kegiatan; dan
b. sistem jaringan prasarana wilayah.
b. PKL meliputi:
1.
Perkotaan Merancang;
2.
Perkotaan Tepian Buah;
3.
Perkotaan Tanjung Batu;
4.
Perkotaan Talisayan;
5.
Perkotaan Mangkajang;
6.
Perkotaan Labanan; dan
7.
Perkotaan Sido Bangen
c. PPK meliputi:
1. Sambakungan;
2. Kasai;
3. Teluk Harapan;
4. Bebanir/Bangun;
5. Tumbit Melayu;
6. Tubaan;
7. Biatan Lempake;
8. Tembudan;
9. Batu Putih;
10.
Biduk-Biduk;
11.
Merapun;
12.
Long Keluh;
13.
Merasa;
14.
Bukit Makmur; dan
15.
Long Laai;
(3) Rencana fungsi utama kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. PKW sebagai Pusat pemerintahan kabupaten, Pusat pemerintahan
kota, Pusat perdagangan dan jasa regional, Pusat koleksi dan
distribusi barang dan jasa regional, Pusat pelayanan jasa pariwisata,
Pusat transportasi darat dan laut regional, Pendidikan tinggi, Pusat
pelayanan kesehatan, Pusat Siaran dan Telekomunikasi, Pusat Olah
Raga skala Provinsi, Pengendalian Lingkungan Kelautan, Pusat
transportasi laut regional dan internasional, Pusat perikanan
tangkap, Pusat Penelitian Kelautan, Pusat Industri, Pusat
pengembangan pola perhubungan laut dan penyeberangan,
Pengembangan perikanan tangkap;
b. PKL sebagai Pusat transportasi udara regional, Pusat pengembangan
agropolitan,
Pelayanan
Pariwisata,
Pengembangan
penelitian
perkebunan dan pertanian tanaman pangan, Pendidikan tinggi,
Pengembangan Agroindustri dan Agribisnis, Pengembangan budidaya
perikanan darat, Pengembangan energi / kelistrikan, Pengelolaan /
industri pengelolaan perkebunan, Pelayanan industri dan jasa
perdagangan terbatas Pergudangan, Industri
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 21
(6) Untuk operasionalisasi Kawasan Perkotaan PKL dan PPK akan disusun
Rencana Rinci Tata Ruang PKL, dan PPK yang ditetapkan dengan
Peraturan Daerah
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 9
(1) Sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal
7 ayat (1) huruf b meliputi:
a. Sistem Prasarana Utama; dan
b. Sistem Prasarana Lainnya.
(2) Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten dibentuk oleh sistem
jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan
prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 1
Umum
Sistem Prasarana Utama
Pasal 10
Sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan perkeretaapian;
c. Sistem jaringan transportasi laut; dan
d. Sistem jarigan transportasi udara.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 11
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 huruf a meliputi :
a. Pengembangan jaringan jalan dan jembatan;
b. Pengembangan jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(LLAJ);
(2)
(3)
(4)
(5)
g.
Pembangunan Ruas Jalan Kampung Kasai - Kampung Teluk
Semanting - Kampung Tanjung Batu;
h.
Pembangunan Ruas Jalan Kampung Bukit Makmur - Kampung
Harapan Jaya;
i. Pembangunan Ruas Jalan Kampung Birang - Jalan Nasional
Berau-Bulungan;
j. Pembangunan Ruas jalan Kampung Samburakat - Kampung
Sembakungan;
k.
Pembangunan Ruas Jalan Sei Sembarata - Sei Birang - Jalan
Nasional Berau Bulungan;
l. Pembangunan Ruas Jalan Jembatan Sungai Berau I;
m. Pembangunan Jalan Kelay Lingkar Dalam;
n.
Peningkatan jalan poros desa;
o.
Peningkatan jalan lingkungan perkotaan dan pedesaan;
p.
Pembangunan jalan tembus untuk membuka daerah terisolir
dan daerah yang mempunyai potensi perekonomian; dan
q.
Pemeliharaan kondisi jalan di Kabupaten Berau.
(6) Pengembangan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
d meliputi:
a.
Pembangunan Jembatan Kelay III;
b.
Pembangunan Jembatan Sungai Berau I;
c.
Pembangunan Jembatan Sungai Segah III; dan
d.
Perbaikan dan perawatan jembatan kabupaten yang terdapat di
Kabupaten Berau
(7)
(9)
Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 13
(1)
(2)
(3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 16
(1) Sistem jaringan energi yang dimaksud dalam pasal 15 huruf a
meliputi:
a. pengembangan depo BBM
b. pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi
c. pengembangan pembangkit tenaga listrik dan gardu induk
d. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
(2) Pengembangan depo BBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berupa pengembangan depo BBM di Kecamatan Gunung Tabur ;
g. DAS
h. DAS
i. DAS
j. DAS
k. DAS
l. DAS
m. DAS
n. DAS
o. DAS
p. DAS
q. DAS
r. DAS
s. DAS
t. DAS
u. DAS
v. DAS
w. DAS
x. DAS
y. DAS
z. DAS
lungsuran naga
derawan
bakil
benuyaan
sumberagung
kayuindah
talisayan
lobangkelatak
kalriabu
muhammad
labuankelambu
sandaran
kembalun
manubara
sunggalit
malinau
pidada
bangun
tanjungbuaya
maratua
(4) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Daerah Irigasi (DI) kewenangan provinsi meliputi:
1) DI Beriwit seluas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) hektar;
2) DI Muara Bangun seluas kurang lebih 2.000 (dua ribu) hektar;
3) DI Merancang seluas kurang lebih 1.200 (seribu dua ratus)
hektar;
4) DI Labanan seluas kurang lebih 1.116 (seribu lima ratus)
hektar;
5) DI Tepian Buah seluas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus)
hektar;
6) DI Dumaring seluas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar;
7) DI Batu-Batu seluas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar;
8) DI Biatan seluas kurang lebih 1.800 (seribu delapan ratus)
hektar; dan
9) DI Sungai Lati seluas kurang lebih 1.050 (seribu lima puluh)
hektar;
b. Daerah Irigasi (DI) kewenangan kabupaten meliputi:
1) DI Buyung Buyung seluas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar;
2) DI Semurut seluas kurang lebih 510 (lima ratus sepuluh) hektar;
3) DI Lesan seluas kurang lebih 400 (empat ratus) hektar;
4) DI Talisayan seluas kurang lebih 850 (delapan ratus lima puluh)
hektar;
5) DI Merancang seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 32
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)
34)
35)
36)
(1)
b.
c.
d.
e.
f.
(2)
pengendalian banjir;
pengelolaan jaringan persampahan;
pengelolaan jaringan drainase;
pengelolaan jaringan air limbah; dan
jalur dan ruang evakuasi bencana.
b.
pembangunan
dan
pengembangan
tembok
penahan tanah (tanggul);
c.
pemeliharaan, pembangunan dan pengembangan
pintu air;
d.
pembangunan
lubang-lubang
biopori
di
permukiman;
e.
penyediaan embung atau pond pengendali banjir
di setiap kawasan permukiman mandiri; dan
f.
penanaman pohon di sempadan sungai dan
lahan-lahan kritis.
(4)
(5)
(6)
BAB V
POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
(1) Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi :
a. rencana kawasan lindung; dan
b. rencana kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah kabupaten digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 21
(1) Rencana pengembangan kawasan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 421.449 (empat
ratus dua puluh satu empat ratus empat puluh sembilan) hektar atau
sekitar 18 % (delapan belas persen) meliputi:
a. mempertahankan kawasan hutan lindung;
b. mempertahankan fungsi kawasan lindung non hutan;
c. merehabilitasi kawasan lindung berupa penanaman mangrove di
kawasan pesisir; dan
d. mengembangkan ekowisata.
(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan lindung geologi;
f. kawasan rawan bencana; dan
g. kawasan lindung lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 22
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2)
huruf a seluas kurang lebih 362.988,81 (tiga ratus enam puluh dua ribu
Sembilan ratus delapan puluh delapan) hektar atau sekitar 16% (enam
belas persen) meliputi:
a. kecamatan Kelay
b. kecamatan Segah
c. kecamatan Sambaliung
d. kecamatan Tabalar
e. kecamatan Biatan
f. kecamatan Talisayan
g. kecamatan Batu Putih
Paragraf 2
Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya
Pasal 23
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi :
a. kecamatan Kelay;
b. kecamatan Segah; dan
c. kecamatan Gunung Tabur.
(6) Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e yang luasnya 30% (tiga puluh persen) dari luas
perkotaan, meliputi:
a.
ruang terbuka hijau (RTH) publik, berupa hutan kota,
taman kota, jalur hijau jalan dan sungai, Tempat Pemakaman
Umum (TPU) terletak di Perkotaan Tanjung Redeb:
b.
ruang terbuka hijau (RTH) privat, berupa kebun atau
pekarangan rumah tinggal, halaman perkantoran, pertokoan,
tempat usaha dan taman atap bangunan.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 25
(1)
(2) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa Taman Wisata Alam meliputi:
a. Kecamatan Kelay; dan
b. Kecamatan Segah.
(3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. Komplek Keraton Gunung Tabur di Kecamatan Gunung Tabur;
b. Komplek Keraton Sambaliung di Kecamatan Sambaliung;dan
c. Bangunan peninggalan Belanda di Kecamatan Teluk Bayur.
(4) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kawasan perairan Pulau Semama;
b. kawasan perairan Pulau Sangalaki;
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 40
kawasan
kawasan
kawasan
kawasan
rawan
rawan
rawan
rawan
banjir;
gerakan tanah;
kebakaran; dan
gelombang pasang/abrasi.
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kecamatan Tanjung Redeb;
b. kecamatan Teluk Bayur; dan
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 41
c. kecamatan Sambaliung.
(3) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Kecamatan Segah;
b. Kecamatan Kelay;
c. Kecamatan Sambaliung;
d. Kecamatan Tabalar;
e. Kecamatan Biatan; dan
f. Kecamatan Biduk-Biduk.
(4) Kawasan rawan kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a. Kecamatan Segah;
b. Kecamatan Teluk Bayur;
c. Kecamatan Pulau Derawan;
d. Kecamatan Sambaliung;
e. Kecamatan Biatan;
f. Kecamatan Talisayan;
g. Kecamatan Tanjung Redeb;
h. Kecamatan Tabalar;
i. Kecamatan Batu Putih;
j. Kecamatan Kelay;
k. Kecamatan Gunung Tabur;
l. Kecamatan Maratua; dan
m. Kecamatan Biduk-biduk.
(5) Kawasan rawan gelombang pasang/abrasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. kecamatan Pulau Derawan;
b. kecamatan Maratua;
c. kecamatan Tabalar;
d. kecamatan Biatan;
e. kecamatan Talisayan;
f. kecamatan Batu Putih; dan
g. kecamatan Biduk-Biduk.
(6) Kawasan Rawan Bencana Alam digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 28
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat
(2) huruf g berupa kawasan perlindungan plasma-nutfah.
(2) Kawasan perlindungan plasma-nutfah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah kawasan perlindungan terumbu karang meliputi :
a. Kecamatan Pulau Derawan;
b. Kecamatan Maratua;
c. Kecamatan Batu Putih;dan
d. Kecamatan Biduk-biduk.
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 29
(1) Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 21
ayat (1) huruf b meliputi:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman;
h. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
i. kawasan peruntukan budidaya lainnya.
(2) Rencana kawasan budidaya digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 30
(1) Kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat
(1) huruf a terdiri dari hutan produksi, hutan produksi terbatas dan
hutan produksi yang dapat di konversi seluas kurang lebih 1.262.632
(satu juta dua ratus enam puluh dua ribu enam ratus tiga puluh dua)
hektar meliputi:
a. kawasan hutan produksi meliputi :
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 43
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 33
(1) Kawasan Pertambangan (Wilayah Pertambangan) dikelompokan
menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Batubara, Wilayah Usaha
Pertambangan Mineral Radioaktif, Wilayah Usaha Pertambangan
Mineral Bukan Logam dan Batuan.
(2) Wilayah Usaha Pertambangan yang diberikan kepada pemegang IUP
disebut Wilayah Izin Usaha Pertambangan.
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Tabalar;
Biatan;
Batu Putih;
Tanjung Redeb;
Sambaliung; dan
Gunung Tabur.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 35
8. Kecamatan Talisayan
9. Kecamatan Maratua
(3) Pengembangan Wisata Sejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi :
a. Kecamatan Gunung Tabur;
b. Kecamatan Sambaliung;
c. Kecamatan Teluk Bayur;
d. Kecamatan Batu Putih; dan
e. Kecamatan Kelay.
(4) Pengembangan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi :
a. Wisata budaya Banua meliputi:
1. Kecamatan Gunung Tabur; dan
2. Kecamatan Sambaliung.
b. Wisata budaya Dayak meliputi:
1. Kecamatan Kelay; dan
2. Kecamatan Segah.
c. Wisata budaya Bajau meliputi:
1. Kecamatan Derawan; dan
2. Kecamatan Maratua.
(5) Pengembangan wisata buatan/binaan manusia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. Wisata buatan/ binaan Tangap, dan Danau Tumbit di Kecamatan
Teluk Bayur;
b. Wisata buatan/ binaan Bendungan Merancang, Sungai Ulak di
Kecamatan Gunung Tabur;
c. Wisata buatan/binaan kuliner dan belanja di Kecamatan Tanjung
Redeb.
d. Wisata buatan/binaan religi di Kecamatan Tanjung Redeb dan
Sambaliung
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 36
(1)
a.
b.
(2)
(3)
a. Pulau
b. Pulau
c. Pulau
d. Pulau
e. Pulau
f. Pulau
g. Pulau
h. Pulau
i. Pulau
j. Pulau
k. Pulau
l. Pulau
m. Pulau
n. Pulau
Maratua;
Rabu-rabu;
Panjang;
Derawan;
Semama;
Sangalaki;
Kakaban;
Sambit;
Blambangan;
Mataha;
Bilang-bilangan;
Balikukup;
Kaniungan Kecil
Kaniungan Besar
(3) Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut dan pulaupulau kecil mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya
Pasal 38
(1) Kawasan peruntukan budidaya lainnya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 29 ayat (1) huruf i meliputi:
a.
Kawasan
pertahanan
dan
keamanan;
b.
Kawasan bumi perkemahan;
c.
Kawasan pendidikan tinggi;
d.
Kawasan Hutan Rakyat; dan
e.
Kawasan Unit Penyimpanan
dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi:
a. Komando Distrik Militer (KODIM) di Kecamatan Tanjung Redeb;
b. Arteleri Medan (ARMED) di Kecamatan Teluk Bayur
c. Polisi Resort (POLRES) di Kecamatan Tanjung Redeb;
d. Brigade Mobil (BRIMOB) di Kecamatan Sambaliung;
e. Pos Angkatan Laut (POSAL) meliputi :
1. Kecamatan Pulau Derawan;
2. Kecamatan Pulau Maratua; dan
3. Kecamatan Biduk-biduk.
f. Komando Rayon Militer (KORAMIL) di setiap kecamatan:
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 52
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 39
(1) Kawasan strategis meliputi:
a. Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT);
b. Kawasan Strategis Provinsi (KSP); dan
c. Kawasan Strategis Kabupaten (KSK).
(2) Kawasan strategis nasional tertentu (KSNT) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berupa Kawasan Strategis Nasional Perbatasan
Laut RI di sekitar pulau-pulau kecil terluar Kalimantan Timur meliputi
Pulau Maratua, dan Pulau Sambit.
(3) Kawasan strategis provinsi (KSP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan
sekitarnya.
(4) Kawasan strategis kabupaten (KSK) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
a. Kawasan Strategis untuk kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup:
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 53
b.
c.
d.
e.
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 41
Bagian Kesatu
Perwujudan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 42
Perwujudan struktur ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud
dalam pasal 41 ayat (1) huruf a meliputi:
a. perwujudan pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem prasarana.
Paragraf 1
Perwujudan Pusat Kegiatan
Pasal 43
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 55
huruf b meliputi:
a. perwujudan
b. perwujudan
c. perwujudan
d. perwujudan
sistem
sistem
sistem
sistem
jaringan transportasi;
jaringan energi;
prasarana telekomunikasi;
prasarana sumberdaya air; dan
d.
e.
f.
g.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui arahan
pengendalian pemanfaatan ruang, kegiatan pengawasan dan
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 65
o.pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pertanian
pangan berkelanjutan di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan
alih fungsi lahan; dan
p.pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat
komunikasi dan jaringan pengaman Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius
keamanan dimaksud.
Pasal 52
(1) Arahan pengaturan zonasi pada sistem jaringan transportasi
kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (2) huruf c
meliputi:
a. arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer;
b. arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer;
c. arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan lokal primer; dan
d. arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api.
(2) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a.
jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter;
b.
jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar
dari volume lalu lintas rata-rata;
c.
pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan
lokal;
d.
jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi
sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b dan huruf c harus tetap terpenuhi;
e.
lebar ruang pengawasan jalan arteri primer minimal 15
(lima belas) meter;
f.
persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c; dan
g.
jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan
dan/atau kawasan:
1) pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
2) ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung
di sepanjang sisi jalan nasional; dan
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 70
3) penetapan
garis
sempadan
bagunan
di
sisi
jalan
nasional/provinsi/kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang
pengawasan jalan.
(3) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter;
b. jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
c. jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b masih tetap
terpenuhi;
d. persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c;
e. jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus; dan
f. lebar ruang pengawasan jalan kolektor
primer minimal 10
(sepuluh) meter.
(4) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalan lokal primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 (duapuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 7,5 (tujuh komalima) meter;
b. jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus; dan
c. lebar ruang pengawasan jalan lokal primer minimal 7 (tujuh) meter.
(5) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api
dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta
api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
transportasi perkeretaapian;
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
api;
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur
kereta api dan jalan; dan
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 71
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah
irigasi yang sama;
e. pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan maka tidak boleh
dilakukan alih fungsi;
f. sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap
dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
g. kawasan pertanian tegalan, kebun campur dan sawah tadah hujan
secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman
tahunan yang produktif yang diperuntukkan untuk menunjang
kehidupan secara langsung untuk rumah tangga masyarakat
sehingga memiliki penggunaan lahan campuran seperti palawija,
hortikultura maupun penunjang perkebunan dalam skala kecil;
h. dalam beberapa hal, tegalan, kebun campur dan sawah tadah
hujan merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan untuk
kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan
rencana detail tata ruang;
i. alih fungsi lahan tegalan menjadi kawasan terbangun diarahkan
meningkatkan nilai ekonomi ruang ataupun pemenuhan
kebutuhan fasilitas dan berbagai sarana masyarakat;
j. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan
rendah;
k. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya
non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan
prasarana utama;
l. kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di
daerah dilakukan dengan memperhatikan besaran suplai dan
permintaan pasar untuk menstabilkan harga produk;
m. lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi
dan memiliki kemampuan pemasaran yang luas terutama ekspor;
n. kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali
untuk kegiatan pertanian dengan catatan memiliki nilai ekonomi
lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan tenaga kerja
yang lebih luas;
o. kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan
memperhatikan nilai ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan
berbagai jenis komoditas yang menunjukan ciri khas daerah;
p. pengembangan penyedia bibit, pengembangan wilayah bibit ternak
sapi perah dan tersedianya hijauan makanan ternak (HMT);
q. pengembangan
pusat
pengembangan
pemasaran
produk
peternakan serta pengembangan sapi perah dan pasar agrobis
sektor peternakan; dan
r. pengembangan pembibitan ternak perdesaan.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
i. permukiman
perdesaan
yang
berlokasi
di
pegunungan
dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura,
disertai pengolahan hasil, permukiman perdesaan yang berlokasi di
dataran rendah, basis pengembangannya meliputi pertanian
tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil
pertanian;
j. membentuk klaster-klaster permukiman untuk menghindari
penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan
diantara klaster permukiman disediakan ruang terbuka hijau
(RTH);
k. pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan
tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan
permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur,
kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan
dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan sesuai
dengan rencana tata ruang;
l. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
m. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.
(11) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j meliputi:
a. penetapan zona penyangga yang memisahkan kawasan pertahanan
keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan
b. penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan untuk menjaga fungsi pertahanan keamanan.
Pasal 59
Arahan pengaturan zonasi pada kawasan pesisir sebagaimana dimaksud
dalam pasal 49 ayat (2) huruf j meliputi:
a.
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis,
dan ancaman bencana;
b.
penetapan zona preservasi, konservasi, penyangga dan zona
pemanfaatan; dan
c.
tinjauan terhadap daya dukung lingkungan mengingat rentannya
kawasan ini terhadap kemungkinan perusakan lingkungan akibat
kegiatan yang berlangsung diatasnya.
Pasal 60
(1) Arahan pengaturan zonasi pada kawasan strategis kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (2) huruf kmeliputi:
a. kawasan penunjang ekonomi; dan
b. kawasan daya dukung lingkungan hidup.
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 87
Bagian ketiga
Arahan Perizinan
Paragraf 1
Umum
Pasal 61
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 62
(1) Segala bentuk kegiatan dan pembangunan prasarana harus
memperoleh ijin pemanfaatan ruang yang mengacu pada RTRW
Kabupaten.
(2) Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam
rangka penanaman modal wajib memperoleh ijin pemanfaatan ruang
dari Bupati.
(3) Pelaksanaan prosedur izin pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh
instansi yang berwenang dengan mempertimbangkan rekomendasi
hasil forum koordinasi BKPRD.
Bagian Keempat
Arahan Insentif dan Disinsentif
Pasal 63
(5)
fiskal.
(6)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(7)
Pasal 65
Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana diberikan pada kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Pasal 66
(1) Insentif yang diberikan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
sebagai
salah
satu
cara
dalam
pengendalian
ini
dikenakan
sanksi
(1) Setiap orang atau badan hukum yang dalam pemanfaatan ruang
melanggar ketentuan peraturan zonasi, ketentuan perijinan, serta
ketentuan insentif dan disinsentif dikenai sanksi administratif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pengenaan
sanksi diatur dengan peraturan bupati.
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 72
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :
a.
mengetahui rencana tata ruang;
b.
menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c.
memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
d.
mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
e.
mengajukan
tuntutan
pembatalan
izin
dan
penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat pemerintah daerah berwenang;
f.
mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah daerah
dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan
g.
mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui
pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 73
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a.
mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b.
memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c.
mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d.
memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 74
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 94
Pasal 75
Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau penyebarluasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf g, dilakukan dengan
penempelan/ pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan
pada tempat-tempat umum, media masa dan pembangunan sistem
informasi tata ruang.
Pasal 76
(1) Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap
perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Berau
diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang
berkepentingan.
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 77
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat wajib berperan serta
dalam memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang
telah ditetapkan.
Pasal 78
a.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 83
(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan
kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
(2) Tugas, susunan organisasi dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah (BKPRD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Keputusan Bupati.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 84
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang sehingga mengakibatkan fungsi ruang, kerugian harta benda
atau kerusakan barang, dan/atau kematian orang dikenakan sanksi
pidana
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 85
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 86
(5)
(6)
(7)
ruang
kabupaten
dan/atau
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a.
izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku
sesuai dengan masa berlakunya;
b.
izin pemanfaatan yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi selama 5 (lima) tahun
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan.
c.
pemanfaatan ruang di Kabupaten yang diselenggarakan tanpa
izin dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan daerah ini,
akan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan daerah ini;
dan
d.
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan
daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.
(2) Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
peraturan daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan
daerah ini.
(3) Fungsi kawasan hutan dalam Peraturan Daerah ini bersifat dinamis
mengacu kepada Kawasan Hutan yang ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang terakhir.
(4) Peraturan Zonasi untuk wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil diatur
dalam Peraturan Daerah tersendiri.
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 99
(5) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
(1)
H. SYARIFUDDIN
Diundangkan di Tanjung Redeb
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BERAU,
Drs. H. JONIE MARHANSYAH
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 100
Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Berau Tahun 2014 2034 101