Jurnal Kecerdasan Intuitif Dan Refleksif
Jurnal Kecerdasan Intuitif Dan Refleksif
Jurnal Kecerdasan Intuitif Dan Refleksif
4, Tahun 2013
Abstraksi
Setiap manusia terlahir dengan memiliki kemampuan yang
berbeda tergantung pemberian perlakuan atau stimulus positif pada
masing-masing wilayah kecerdasan. Hal inilah yang menyebabkan
manusia harus mengenal apa yang dimaksud sebagai kecerdasan
intuitif dan kecerdasan reflektif. Kecerdasan intuitif mencerminkan
peran pengetahuan dalam membantu kita untuk memutuskan dan
bertindak lebih efektif, sedangkan kecerdasan reflektif merupakan
kemampuan untuk memikirkan cara berpikir. Sehingga dalam
proses pembelajaran matematika didalam kelas, guru harus
menyesuaikan materi matematika sesuai dengan status
perkembangan skema matematis siswa.
Kata Kunci : Kecerdasan Intuitif, Kecerdasan Reflektif
A.
Pendahuluan
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki oleh individu. Ketika kita berpikir seseorang sangat pandai dalam
bidang tertentu atau tahu banyak tentang hal itu, kita dapat mengatakan
bahwa ia cerdas. Kita asumsikan bahwa setiap orang lahir dengan
sejumlah kemampuan mental, yang secara genetik kita warisi dari orang
tua. Anggaplah faktor genetik itu mempengaruhi kemampuan kita.
Dengan kata lain, ada orang yang cerdas, dan beberapa orang tidak.
Namun perlu disadari bahwa setiap manusia lahir dengan dibekali
perangkat berpikir yaitu otak. Otak manusia memiliki wilayah-wilayah
kecerdasan, ini berarti sepanjang anak manusia terlahir dengan memiliki
otak, maka ia memiliki potensi untuk menjadi cerdas. Akan tetapi yang
membuat setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda adalah
pemberian perlakuan atau stimulus positif pada masing-masing wilayah
kecerdasan (DePorter, 1999)
Contoh, seorang siswa yang berprestasi semenjak sekolah dasar
belum tentu dia akan berhasil pada jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya,
siswa yang kurang berhasil di sekolah dasar mungkin akan berhasil di
jenjang yang lebih tinggi. Semua ini bukan hanya ditentukan kecerdasan
27
kognitif yang ia miliki tetapi lebih kepada sikap siswa tersebut terhadap
kecerdasan yang dia punya.
Otak yang cerdas adalah otak yang mampu menjalankan fungsinya
sebagai pemikir, bukan otak yang hanya pandai merekam kejadian saja,
dimana seseorang itu tidak mampu menghasilkan hikmah dari satu
kejadian yang masuk lewat inderanya. Hal inilah yang menyebabkan kita
harus mengenal apa yang dimaksud sebagai kecerdasan intuitif dan
kecerdasan reflektif. Sebagai gambaran awal tentang kecerdasan intuitif
dan reflektif adalah sebuah cerita yang di muat di dalam Al-Quran yang
menceritakan dialog antara Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS ketika Nabi
Musa merasa menjadi orang yang paling pintar kemudian beliau bertanya
kepada Allah SWT, sehingga Allah menunjukan bahwa ada orang yang
lebih pintar dari Nabi Musa AS yakni Nabi Khidir AS.
B.
28
Reseptor
Efektor
LINGKUNGAN LUAR
29
C.
30
Di dalamnya perlu ada kaitan antara ide dengan simbol-simbol. Selain itu,
adanya interaksi ide-ide seseorang dengan ide-ide orang lain, yaitu
menjelaskan ide-ide dalam pikiran seseorang, menyebutnya dengan
istilah-istilah yang tidak menimbulkan salah paham, menyatakan
hubungannya dengan ide-ide lain; memodifikasi kelemahan pihak lain,
dan akhirnya mendapatkan struktur yang lebih kuat dan lebih kohesif
dibandingkan sebelumnya. Sehingga diskusi merupakan salah satu
aktivitas yang mendukung pengembangan kecerdasan reflektif.
D.
nampak bahwa:
33
, dan
. Sehingga batasan
dan
dapat dinotasikan 1,
adalah
dapat
dapat dinotasikan
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh
Contoh-
Contoh-
yang lebih baik. Dengan kata lain, saling pendapat dan diskusi adalah caracara pembelajaran yang sangat bermanfaat bagi pengembangan
kecerdasan reflektif.
Siswa yang masih pada tahap intuitif, biasanya banyak tergantung
pada cara penyajian materi oleh guru. Jika konsep baru yang didapati
sangat jauh dari skema yang ada, mungkin dia tidak mampu
mengasimilasikannya; khususnya karena tingkat akomodasi yang mungkin
pada tingkat intuitif lebih rendah daripada yang dicapai dengan refleksi.
Maka pada tahap-tahap awal, guru harus menganalisis konseptual siswa
secara cermat sebagai dasar merencanakan pembelajaran, sehingga siswa
dapat melakukan sintesa struktur-struktur dalam ingatannya sendiri.
Itulah hal yang harus diperhatikan, tidak peduli apakah pembelajaran
terjadi langsung oleh guru, maupun pembelajaran tidak langsung yaitu
dari buku. Pembelajaran langsung oleh guru mempunyai keuntungan yaitu
pertanyaan dapat diajukan, penjelasan dapat diberikan; dan bahkan
keuntungan yang lebih besar bahwa guru yang sensitif dapat
mempersepsikan perkembangan skema tiap siswanya, dan mengajarkan
materi yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Pendekatan ini lebih
fleksibel, disesuaikan dengan penguasaaan siswa sehingga tidak harus
tepat sesuai rencana yang telah disiapkan.
Kontribusi akhir dari guru adalah mengurangi ketergantungan siswa
padanya. Contohnya, ketika seorang anak sedang mengerjakan sebuah
teka-teki (jigsaw puzzles) untuk pertama kalinya, maka ibunya biasa
memberi bagian-bagian yang dirasa cocok dengan apa yang telah dia
tempatkan bersama. Tetapi ketika tahap intuitif dan reflektif telah dicapai,
maka anak tidak akan suka jika dibantu dalam mengerjakan, sehingga
guru harus memberi kebebasan kepada siswanya. Setelah seorang siswa
mampu menganalisis materi baru untuk dirinya sendiri, maka dia dapat
mencocokan pada skemanya sendiri dengan cara-cara yang paling berarti
bagi dirinya sendiri; dan mungkin mempunyai cara yang sama dengan apa
yang disajikan oleh guru.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang
harus dilakukan oleh tenaga pengajar matematika, yaitu:
1. Guru harus menyesuaikan materi matematika sesuai dengan status
perkembangan skema matematis siswa.
2. Guru harus menyesuaikan cara penyajian materi sesuai dengan
kemampuan berfikir siswa.
3. Secara bertahap guru harus meningkatkan kemampuan analitiknya
untuk mencerna terlebih dahulu sebelum materi diberikan kepada
siswa, ketika siswa berada pada tahap dimana mereka tidak lagi
tergantung pada guru.
36
E.
Penutup
Setiap individu mempunyai potensi kecerdasan. Kecerdasan intuitif
mencerminkan peran pengetahuan dalam membantu kita untuk
memutuskan dan bertindak lebih efektif yang memandu kita secara
otomatis dan spontan. Dimana kita akan bisa melakukan sesuatu dengan
cepat (tanpa perlu berpikir keras, panjang dan lama) dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Kecerdasan reflektif terdiri dari strategi, perencanaan,
dan sikap yang membantu kita untuk berpikir dan bertindak lebih efektif.
Pemecahan masalah yang memiliki strategi untuk mendefinisikan
masalah, menemukan penyebabnya, dan menguji solusi yang mungkin
lebih mungkin untuk benar-benar memecahkan masalah. Kecerdasan
intuitif mengawali kecerdasan reflektif. Kecerdasan reflektif mampu
mengontrol dan mengembangkan kecerdasan intuitif sehingga lebih
efektif dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
DePotter, Bobby & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Robert. C. L & Miranda Zen. 2010. How a First Year Seminar Can Davelop
Reflective
Thinking
Habit.
Columbia:
FYS.
http://www.aacu.org/meetings/undergraduate_research/2010/docume
nts/CS25.pdf. diakses tanggal 20 Maret 2012.
Rose, Collin dan Malchom J Nicholl. 2002. Accelerated Learning for the 21st
Century. Bandung: Nuansa.
Skemp, Richard R. 1971. The Psychology of Learning Mathematics. England:
Penguin Books.
Stephen R. Covey. 1993. 7 Habits of Highly of Effective People: Simon &
Schuster, Inc.
37
siswa, ketika siswa berada pada tahap dimana mereka tidak lagi
tergantung pada guru.
E.
Penutup
Setiap individu mempunyai potensi kecerdasan. Kecerdasan intuitif
mencerminkan peran pengetahuan dalam membantu kita untuk
memutuskan dan bertindak lebih efektif yang memandu kita secara
otomatis dan spontan. Dimana kita akan bisa melakukan sesuatu dengan
cepat (tanpa perlu berpikir keras, panjang dan lama) dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Kecerdasan reflektif terdiri dari strategi, perencanaan,
dan sikap yang membantu kita untuk berpikir dan bertindak lebih efektif.
Pemecahan masalah yang memiliki strategi untuk mendefinisikan
masalah, menemukan penyebabnya, dan menguji solusi yang mungkin
lebih mungkin untuk benar-benar memecahkan masalah. Kecerdasan
intuitif mengawali kecerdasan reflektif. Kecerdasan reflektif mampu
mengontrol dan mengembangkan kecerdasan intuitif sehingga lebih
efektif dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
DePotter, Bobby & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Robert. C. L & Miranda Zen. 2010. How a First Year Seminar Can Davelop
Reflective
Thinking
Habit.
Columbia:
FYS.
http://www.aacu.org/meetings/undergraduate_research/2010/docume
nts/CS25.pdf. diakses tanggal 20 Maret 2012.
Rose, Collin dan Malchom J Nicholl. 2002. Accelerated Learning for the 21st
Century. Bandung: Nuansa.
Skemp, Richard R. 1971. The Psychology of Learning Mathematics. England:
Penguin Books.
Stephen R. Covey. 1993. 7 Habits of Highly of Effective People: Simon &
Schuster, Inc.
37