Permasalahan Pokok Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN

PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN


A. KUANTITAS
Yaitu masalah yang menyangkut banyak murid yang harus ditampung di dalam sistem
pendidikan atau sekolah.
Masalah ini timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena
terbatasnya daya tampung. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah Dasar. Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau. Tapi saat
ini masalah itu sudah bisa diatasi. Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal
didaerah terpencil
B. KUALITAS
Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan modern membuat dunia pendidikan
semakin penuh dengan dinamika, Di Indonesia sendiri dinamika itu tampak dari tidak hentihentinya sejumlah masalah yang melingkupi dunia pendidikan. Permasalahan-permasalahn
yang melingkupi dunia pendidikan kita saat ini menurut Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto,
Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995), problem yang dihadapi bangsa Indonesia
mencakup lima pokok problem, yaitu: Pemerataan Pendidikan, Daya Tampung Pendidikan,
Relevansi Pendidikan, Kualitas/Mutu Pendidikan, dan Efisiensi & Efektifitas Pendidikan
(Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245)
Dalam kesempatan ini Penulis hanya akan membahas tentang masalah mutu pendidikan di
Indonesia. Masalah mutu pendidikan ini tampaknya dari sejak kita merdeka hingga kini
memasuki era millennium belum juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah mutu
pendidikan di Indonesia memang sangat komplek dan rumit, ini tidak semudah membalikkan
kedua telapak tangan kita. Menurut penulis sendiri mutu pendidikan merupakan cerminan
dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas
peradaban bangsa tersebut. Untuk itu seyogyanya masalah mutu pendidikan harus menjadi
perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasiannya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan
hanya Pemerintah.
Menurut Achmad (1993), mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan
sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen
yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Engkoswara (1986) melihat mutu/keberhasilan
pendidikan dari tiga sisi; yaitu: prestasi, suasana, dan ekonomi. Dalam hubungan dengan
mutu sekolah, Selamet (1998) berpendapat bahwa banyak masyarakat yang mengatakan
sekolah itu bermutu atau unggul dengan hanya melihat fisik sekolah, dan banyaknya
ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Ada juga yang melihat banyaknya tamatan yang diterima
di jenjang sekolah yang lebih tinggi, atau yang diterima di dunia usaha.
Di sisi lain Heyneman dan Loxley dalam Boediono & Abbas Ghozali (1999) menyimpulkan
bahwa kualitas sekolah dan guru nampaknya sangat berpengaruh pada prestasi akademis di
seluruh dunia; dan semakin miskin suatu negara, semakin kuat pengaruh tersebut. Menurut
Penulis, mutu pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan yang
bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses pendidikan yang terjadi,
hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan
C. EFISIENSI
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah :

a.Bagaimana tenega kependidikan difungsikan


b.Bagaimana sarana dan prasarana difungsikan
c.Bagaimana pendidikan difungsikan
d.Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga.


Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan
jatah pengangkatan yang terbatas.
Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami
ke[incangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.Gejala tersebut membawa
ketidakefektifan dalam memfungsikan tenaga guru.
Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khusus pada
pad saat menyonsong hadirnya kurikulum baru.Proses pembekalan untuk dapat siap
melaksanakan kurikulum baru memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan antara saat
dicanangkan berlakunya kurikulum dengan saat mulai dilaksanakan.
D. EFEKTIFITAS
Berbicara masalah efisiensi dan efektifitas pendidikan, jika kita kaitkan dengan kondisi
pendidikan di Negara kita Indonesia, layak kita lemparkan sebuah pertanyaan, sudah
efektifkah pendidikan di Indonesia? Dari pandangan pemakalah, jawabanya adalah relatif
tergantung dari sudut pandang (main of view) mana, kita melihatnya.
Jika kita melihatnya dari sudut pandang persekolah, maka secara khusus, pendidikan di
Indonesia sudah dapat dikatakan efektif, hal ini bisa kita lihat sudah ada bebrapa lembaga
pendidikan (sekolah) yang bisa dikatakan berkualitas, waaupun jumlahnya masih relative
sedikit. Hal ini bisa kita amati dari hasil prestasi belajar siswa yang selalu meningkat setiap
tahunnya.
Akan tetapi, ketika kita melihatnya dari sudut pandang secara luas, pada umumnya
pendidikan di Negara kita belum bisa dikatakan efektif dan juga efisien. Hal ini bisa kita
amati dari kualitas pendidikan di Negara kita. Jika kita bandingkan dengan Negara-negara
lain, kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
saat ini Indonesia menempati peringkat 69 dari 127 negara di dunia. Kita masih kalah dengan
Negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan brunei Darussalam.
E. RELEVANSI
Relevansi pendidikan merupakan kesesuaian antara pendidikan dengan perkembangan di
masyarakat.
Misalnya: - Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai.
-Tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan
dengan tuntutan
perkembangan ekonomi.
Untuk mengatasinya:
- Membuat kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dunia usaha
- Mengganti kurikulum yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

F. TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1)
Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat tenaga
pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh, pendidik yang merupakan
lulusan metematika mengajar bahasa Indonesia. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi
masalah pendidikan di Indonesia.
Padahal dalam PP NO.19 tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal
28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah dan sertivikat keahlian yang
relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.
2)
Pendidik kurang menguasai dari 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik
maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.
Dalam UU RI no.14 Tahun 2005 pasal 8 ayat dijelaskan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi yang salah satu diantaranya kompetensi , dan diperjelas dalam pasal 10 ayat 1
yang berbunyi kompetensi guru sebagai mana dalam pasal 8 meliputi kopetensi pedagogic,
kepribadian, social dan professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Selain itu juga dijelaskan dalam PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 mengenai kometensi
yang harus dimiliki oleh pendidik.
3)
Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggugurkan kewajiban
sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik
memiliki kompetensi professional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab
dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.
4)
pendidik belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Fenomena itu
ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas,
bahkan lebih berorintasi proyek. Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan
masyarakat. Mereka terus mempertanyakan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik , sosial, dan budaya.
5)
Pendidik mengajar tidak sesuai dengan silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran
tidak sepenuhnya tercapai. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi pedagogic yang harus
dimiliki oleh guru sesuai dengan PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 (3) yang berbunyi
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi pedagogic, Kompetensi kepribadian,
Kompetensi professional dan Kompetensi sosial.
6)
Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19
tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/ D4. Tapi dalam
kenyataan di masyarakat masih terdapat pendidik yang belum berijazah D4 atau dengan kata
lain masih D3.
7) Tenaga kependidikan biasanya masih berasal dari tenaga pendidik yang merangkap
tugas menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi atau
tenaga perpustakaan.

Permasalahan Pokok Pendidikan Dan Penanggulangannya

Kumpulan Artikel | Tugas Kuliah | Makalah | Tips and Tricks


Fungsi Bimbingan Dan Konseling 4/6/2013
Beranda > Tugas
Penanggulangannya

Kuliah

>

Permasalahan

Pokok

Pendidikan

Dan

Posted by gio akram Rabu, 22 Mei 2013 3 komentar


Sistem pendidikan rnenjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan
masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti
apa - apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial di budaya sebagai suprasistem tersebut
dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya,
suatu perrnasalahan lntern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalahmasarah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang
dihadapi
oleh
dunia
pendidikan
ditanah
air
kita
dewasa
ini,
yaitu:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b.
Bagaimana
pendidikan
dapat
membekari
peserta
didik
dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan
bermasyarakat.
1.
Jenis
Permasalahan
pokok
pendidikan
seperti telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah
pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya,masalah
yang
dimaksud
yaitu:
1.
Masalah
pemerataan
pendidikan.
2.
Masalah
mutu
pendidikan.
3.
Masalah
efisiensi
pendidikan.
4.
Masalah
relevansi
pendidikan.
1)
Masalah
pemerataan
pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan sistem dapat
menyediakan kesempatan yang seluas - luasnya kepada seluruh warga negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan
sumber
daya
manusia
untuk
menunjang
pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya
anak usia sekolah yang tidak dapat di tampunga di dalam sistem atau lembaga pendidikan
karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita
pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam undang undang no.4 Tahun 1950
sebagai dasar dasar pendidikan dan pengajaran disekolah. Pada bab ini XI, pasal 17
berbunyi:
Tiap-tiap warga.negara Republik Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima
menjadi murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengajaran
pada
sekolah
itu
dipenuhi.

selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib berajar Bab VI pasal l0 Ayat l, menyatakan:
"semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun
diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya." Ayat 2 menyatakan: "Belajar di
sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah
memenuhi
kewajiban
belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat
penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting anak-anak usia sekolah
memperoleh kesempatan berajar pada SD, maka mereka memilki bekal dasar berupa
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti
perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber berajar yang tersedia
baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian
mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
OIeh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan
pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat untuk
dapat berpartisipasi dalam pembangunan" maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan
pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini
akan
dibicarakan
pada
butir
tentang
masalah
mutu
pendidika
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap
tiap jenjang memiliki fungsinya masing masing maupun kebijakan memperoleh
kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan factor factor
kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus
menerus
dengan
seksama.
Pemecahan
Masalah
Pemerataan
Pendidikan
Banyak macam pemecahan rnasalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara
konvensional
antara
lain:
a)
Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Cara inovatif antara lain:
1. Sistem pamong (pendidikan oreh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts
system (Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem
tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2. SD kecil pada daerah terpencil.
3. Sistem Guru Kunjung.

4. SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off School Approach),


5. Kejar Paket A dan B.
6. Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
2)
Masalah
Mutu
Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang
diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika
luaran rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai
konsumen
tenaga
dengan
sistem
tes
unjuk
kerja
(performance
test)
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan
pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari
suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota
masyarakat yang social dan bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air
dan
memiliki
rasa
kesetiakawanan
sosial.
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak sematarnata hasii dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terhadap produk seperti itu system
pendidikan dianggap rnempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah
bahw& eara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya
pengukuran terhadap produk tersebut maka jika orang berbicara tentang rnutu pendidikan,
umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA'
Ebtanas, atau trasil Sipenmaru, UMPTN (yang biasa disebut instructional effect), karena ini
yang rnudah diukur. Hasil EBTA dan lain-lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran
tentang
hasil
pendidikan.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang
bermutu. Jika terjadi belajar yang ridak optimal menghasilkan skor hasil ujian.yang baik
maka hamper dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu' Ini berarti bahwa
pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemeraraan mutu, Di dalam Tap MPR RI
1988 tentang GBHN dinyarakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkaran mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan iimu pengetahuan dan teknologi perlu
lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika.
(Bp-7 pusat. l9g9: 6g.) umumnya kondisi mutu pendidikan. di seluruh tanah air menunjukkan
bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah
perkotaan.
Pemecahan
Masalah
Mutu
Pendidikan
pada dasarnya pemecahan masarah mutu pendidikarl bersasaran pada perbaikan kualitas
komponen pendidikan (utamanya komponen rnasukan mentah untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas komponen -

komponen

tersebut.

upaya pemecahan masalah mutu pendidikan daram garis besarnya meliputi hal-hal yang
bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
1. seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan
PT.
2. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya
berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan kegiatan kelompok studi seperti
PKG dan lain lain.
3. Penyempurnaan kurikurum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial
dan mengandung ,muatan lokal, metode yang menantang dan mengairahkan
berajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan, PAP.
4. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
5. Penyempumaan sarana berajar seperti buku paket, media pembelajaran dan
peralatan laboratorium.
6. Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
7. Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan kegiatan :

Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.

Supervisi dan Monitoring pendidikan dan penilik dan pengawas.

Sistem ujian nasional / Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru / UMPTN.

Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.

Masalah efisiensi Pendidikan

Masaah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan


mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang
sebaliknya,
efisiensi
tensinya
berartl
rendah.
Beberapa
masalah
efisiensi
pendidikan
yang
penting
ialah
:
a.
Bagaimana
tenaga
kependidikan
difungsikan.
b.
Bagaimana
sarana
dan
prasarana
kependidikan
difungsikan.
c.
Bagaimana
pendidikan
diselenggarakan.
d.
Masalah
efisiensi
dalam
memfungsikan
tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga.
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan
jatah
pengangkatan
yang
sangat
terbatas.

Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami
kepincangan,
tidak
disesuaikan
dengan
kebutuhan
di
lapangan.
Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya
pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan kurikulum menuntut
adanya
penyesuaian
dari
para
pelaksana
di
lapangan.

Masalah
Efisiensi
dalam
penggunaan
Prasarana
dan
Sarana
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain
sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan
kurikulum.
4)
Masalah
Relevansi
Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat
menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah
masalah
yang
digambarkan
dalam
rumusan
tujuan
pendidikan
nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisih semua sector pembangunan yang beraneka
ragam
seperti
sector
produksi,
sector
jasa,
dan
lain

lain.
Sebenarnya criteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan
kondisi system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara
lain sebagai berikut :

Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam macam kualitasnya.

Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah sikap
kembang

Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak
tersedia.

Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing masing dikatakan teratasi jika
pendidikan :

Dapat rnenyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara


yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.

Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan


dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan


rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Saling
Berkaitan
antara
Masalah-Masalah
Pendidikan.
Pada dasamya pernbangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya

pemerataan

pendidikan

dan

pendidikan

yang

berrnutu

sekaligus.

Didalam sejarah terbukti bahwa belum ada suatu Negara yang dari sejarah berdirinya
mampu
melaksanakan
dan
memenuhi
keinginan
seperti
itu.
Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan bermutu
belum
dapat
diusahakan
pada
saat
demikian.
Pertama, Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan
pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana daya.
Kedua, Kondisi satuan satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya
peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga
pendidikan yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak
memadai,
dan
seterusnya.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapar diabaikan karena upaya tersebut,
terutama pada saat-saat suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda,
yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak) juga tujuan
pembangunan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga negara agar dapat menerima
informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk inengembangkan diri sehingga dapat
berpartisipasi
daiam
pembangunan.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Berkembangnya
masalah
Pendidikan.
Faktor faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
1. Perkembangan iptek dan seni
2. Laju pertumbuhan penduduk
3. Aspirasi Masyarakat
4. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
Perkembangan
lptek
dan
Seni
Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi
mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
rnasyarakat.
Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang
rnenghasilkan
sesuatu
yang
indah.
Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian manusia Liapat
menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan
dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.


Masalah
a.
b.

Laju
Pertumbuhan
kependudukan dan kependidikan bersumber pada
Pertambahan
penduduk,
Penyebaran

dua

Penduduk
hal, yaitu :
dan
penduduk.

Gambaran
pertambahan
penduduk
adalah
sebagai
berikut
:
Dari skarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan
jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil.
Tabel
Perkiraan jumlah penduduk
Menurut Bank Dunia Tahun 1986
Pertengahan Abad XXI

Tahun

1986

1990

2000

2050

Penduduk (juta)

166

178

207

355

Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan
angka kematian, rnengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi
penduduk usia sekolah dasar .menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah
lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan
Kesehatan.

Penyebaran
Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata Ada daerah yang padat
penduduk, terutama di kota-kota besardan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah
pedalaman khususnya di daerah tirpencil yang berlokasi dipegunungan dan di pulau-pulau.

Aspirasi
Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini. aspirasl masyasyarakat dalam banyak hal meningkat
khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat aspirasi terhadap pekerjaan,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai
melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat haruss ada pekerjaan tetap
yang
menopang,
dan
pendidikan
memberi
jaminan
untuk
memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi
peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai akibat dari meningkatnya
aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar
nantinya anak anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya
sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat pada anak-anak sendiri.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada
berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa

perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diada
kannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan .jam belajar,
kekurangan -sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak
langsung dari kondisi .sebagai, mana digambarkianitu ialah terjadinya penurunan kaidar
efektifitas dengan kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan
masalah mutu pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat peru-. sahaan konveksi pakaian
yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium, dan, small). Kebutuhan individual
yang
khusus
tidak
terlayani.

Keterbelakangan
Budaya
dan
Sarana
Kehidupan
Keterbelakangan
budaya
adalah
suatu
istilah
yang
diberikan
oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain
pendukung suatu budaya. Bagi rnasyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti
dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dan kenyataan apakah
kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian
dari
masyarakat
luar
itu
dianggap
subjektif.
maupun dari dalam lingkungan rnasyarakat-sendiri. Kebudayaan baru itu baik yang bersifat
material seperti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi,
dan yang bersifat nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana,
budaya menabung, penghargaan terhadap waktu dan lain-iain. Keterbelakangan budaya
terjadi karena :

Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).

Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak


dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.

Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan


tersebut.

Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami


oleh :

Masyarakat daerah terpencil.

Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis

Masyarakat yang kurang terdidik

Permasalahan aktual Pendidikan dan Penaggulangannya.

Permasalahan
Aktual
Pendidikan
di
Indonesia
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan hasil vang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalahan
aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa
mendesak
untuk
ditanggulangi.
Beberapa masarah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-rnasalah

keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan
pendayagunaan
teknologi
pendidikan.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Berikut

ini masalah aktual tersebut akan dibahas satu persatu.

Masalah
Keutuhan
Pencapaian
Sasaran
Di dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II
Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia
Indonesia
seutuhnya.
Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan system pendidikan antara lain :
1. kurikulum sudah terlalu sarat.
2. Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
3. menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
4. Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan
ketekunan dan kesabaran pendidik.
5. Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga
membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan, kepercayaan
diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan saksama oleh guru dan
hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk dibicarakan Untuk itu perlu ada insentif
bagi guru.
Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah kurikulum
meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini
bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik untuk terjun kelapangan kerja
(bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke
perguruan
tinggi
(bagi
mereka
yang
ingin
lanjut).

Masalah
Peranan
Guru
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah baru pada
pendidikan. sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara
cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. dalam realisasinya
dipandu oleh kurikulum yang telah disempurnakan. sejalan dengan itu maka guru sebagai
suatu
komponen
system
pendidikan
juga
harus
berubah.

Masalah
pendidikan
9
tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2 tahun 1989
Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang
kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan
dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun terdiri
atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3

memuat tujun pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan
menengah.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih lebih pada tahap awal sudah pasti
banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
1. Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus
dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah
dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
2. Kurikulum yang belum siap.
3. Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui
bimbingan bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain lain.

Upaya
Penanggulangan
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual
antara lain sebagai berikut :
1. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
2. berlangsung hanya secara insidental.
3. Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
4. Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi
dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada
dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan tinggi.
5. Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
6. Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan gerakan
wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat untuk
menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.

KESIMPULAN:
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air
kita dewasa ini, yaitu:

Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan

Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan

Empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu
diprioritaskan
penanggulangannya,
ialah:

1)
2)
3)
4)

1)
2)
3)
4)

Masalah
Masalah
Masalah
Masalah

pemerataan
mutu
efisiensi
relevansi

pendidikan.
pendidikan.
pendidikan.
pendidikan.

Faktor faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :


Perkembangan
iptek
dan
seni
Laju
pertumbuhan
penduduk
Aspirasi
Masyarakat
Keterbelakangan
budaya
dan
sarana
kehidupan.
Permasalahan
Masalah

1)
2)
3)
4)

keutuhan
Masalah

Masalah
Masalah

pendidikan

aktual
pencapaian
peranan
dasar

Pendidikan
sasaran
kurikulum
guru
tahun

Upaya Penanggulangan permasalahan aktual pendidikan:

Pendidikan afektif perlu ditingkatkan

Pelaksanaan Ko dan ekstrakulikuler dikerjakandengan penuh kesungguhan dan


hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupu pelulusan.

Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberikan perhatian khusus.

Read more: http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokokpendidikan-dan.html#ixzz3WZt77tUK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN


PENDIDIKAN A. PERKEMBANGAN IPTEK dan SENI 1. SEJARAH PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN/ SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA Perkembangan teknologi yang canggih saat ini tidaklah terjadi dalam waktu
singkat, begitu pula nilai seni yang mengikutinya. Perkembangan teknologi diperoleh

berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan/ sains yang telah ada, sehingga diterapkan
membentuk sebuah teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang secara bertahap
sesuai dengan perkembangan dari zaman ke zaman. a. Zaman Purba Zaman purba sering
disebut juga zaman batu. Zaman batu terjadi sekitar 4. 000.000 tahun sebelum masehi sampai
sekitar 20.000/10.000 tahun sebelum masehi. Meskipun ukuran tahun tersebut merupakan
kira-kira untuk memberikan ancar-ancar dasar pemikiran karena tidak ada batasan waktu
yang cukup tajam. Tetapi pada zaman ini telah ditemukan alat-alat dari batu dan tulang,
tulang belulang hewan, sisa-sisa dari beberapa tanaman, gambar dalam gua-gua, tempattempat penguburan, dan tulang belulang manusia purba. Dengan munculnya kemampuan
menulis dan berhitung sehingga peristiwa akan segera dicatat, sehingga kesalahan dapat
diperkecil. Dengan adanya tulisan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi yang telah
dialami pada suatu zaman dapat disampaikan oeh generasi ke generasi . Sebab tulisan lah,
perkembangan yang dicapai dalam waktu 10.000 tahun sangat besar setelah zaman batu,
sebagai bukti terjelmanya kerajaan Mesir, Sumeria, Babylon juga kerajaan di India dan Cina.
b. Zaman Yunani Romawi i. Masa 600 sebelum Masehi sampai 200 sesudah masehi Pada
masa ini disebut dengan zaman Yunani. Zaman Yunani telah memberikan corak baru pada
perkembangan ilmu pengetahuan yang mendasar sehingga Bangsa Yunani mampu merdeka
serta mempunyai kerajaan-kerajaan sendiri. Bangsa yunani memiliki sikap receptive attitude
yang memyebabkan perubahan yang sangat besar. Perubahan yang besar itulah yang
dianggap sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan modern. Perubahan tersebut tergambarkan
pada sikap dan jiwa bangsa Yunani tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman secara
pasif-reseptif. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Yunani dapat dilihat pada para
tokoh yang telah berhasil meletakan landasan dasar pemikiran ilmu pengetahuan saat ini.
Tokoh fisafat pada zaman Yunani seperti Thales (624-548), Pythagoras (580-500 BC) berhasil
menemukan hokum dan dalil Pythagoras. Socrates (470-339) telah mencari dengan metode
kebidanan. Plato (427-347) memiliki kesempurnaan ide dan kepastian matematis yang
memunculkan matematika menjadi pelajaran wajib dalam pendidikan, sehingga orang yang
tidak mempelajari matematika tidak diterima. Aristoleles (348-322), merupakan tokoh yang
pertama kali menuliskan semua karyanya dalam sebuah buku, misal buku ilmu pengetahuan
seperti, logika, biologi dan metafisika. Eukleides berhasil menyumbang penyusunan ilmu
ukur bidang datar. Apollonius (265- 190) mempelajari potongan kerucut bidang datar.
Achimendes (287-212) telah mempelajari soal-soal matematika, fisika, kimia serta
menerapkan penemuan dalam usaha menemukan alat-alat. Aristarcus (310-230) menerangkan
bahwa, bumi itu berbentuk bulat dan berputar sendiri mengelilingi matahari. Muncullah
tokoh yang menentang atau menolak pandangan Aristarcus yaitu pandangan heliosentris
dengan memperkuat pandangan geosentris. c. Zaman Kekuasaan Romawi Pada zaman
kekuasaan Romawi, ilmu pengetahuan tidaklah maju dengan pesat. Meskipun dalam bidang
politik, perdagangan, militer, pelayaran, jalan raya, dan hukum sangat maju. Lambatnya
perkembangan ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan hanya berpegang pada karyakarya Aristoteles, tanpa mengadakan banyak perubahan. Keadaan seperti ini telah dikenal
dengan sebutan Eropa masuk dalam kegelapan. Bahkan pada abad pertengahan yang terjadi
antara 500 hingga awal 1500 bidang kehidupan mengalami kemacetan dan kemunduran.
Akhirnya hingga pada abad pertengahan antara abad ke-11 awal abad 15, perkembangan ilmu
pengetahuan lebih cerah dibanding dalam keadaan sebelumnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan terjadi khususnya setelah peristiwa perang salib, ilmu pengetahuan dari dunia
islam masuk ke Eropa. Dunia islam bukan hanya mewarisi ilmu pengetahuan dari filsafat
Yunani, tetapi juga mampu mempertahankan dan mengembangkan didunia arab tanpa
pengaruh dunia Yunani. Sebagai contoh Battani (928) dan Biruni (937-1048) mengadakan
sejumlah koreksi terhadap sejumlah pandangan ptolameios antara lain tentang garis edar
bumi, harga terhadap tahap-tahap pergantian siang dan malam. Al Razi (850-925) berhasil

membedakan campak dari cacar dan juga Al Razi dalam percobaan kimianya telah
menghasilkan proses penyulingan, pendinginan, pelarutan, kristalisasi, penguapan, dan
perembesan. Tokoh Islam lainya yaitu Ibnu Khosraw dan Al Kazini yang menentukan berat
jenis berbagai macam logam. Ibnu Haitham (965-1039) sudah dapat membuat cermin cekung
dan cermin cembung, untuk mempelajari sifat-sifat pembiasan cahaya. Penemuan- penemuan
ilmu pengetahuan di dunia Islam dari tokoh-tokoh Islam diatas dan tokoh Islam yang lainnya,
akhirnya masuk ke Eropa. Masuknya ilmu pengetahuan ke Eropa setelah perang salib
menjadikan bahan bakar baru bangsa Eropa. d. Zaman Modern i. Zaman Renaissance Pada
zaman modern tahap renaissance ilmu pengetahuan berkembang pesat. Sebagai gambaran
berkembangannya ilmu pengetahuan pada zaman ini, yaitu dengan munculnya tokoh Roger
Bacon (1214-1294) dengan pendapatnya bahwa, pengalaman menjadi landasan utama untuk
permulaan dan merupakan ujian terakhir bagi semua pengetahuan serta ilmu pengetahuan.
Sejak saat itu matematika menjadi syarat mutlak, untuk mengolah semua ilmu pengetahuan.
Muncul juga tokoh yang berasal dari Italia, merupakan ahli aljabar yaitu Leonardo Pisa
(1170). Leonardo pisa telah mengadakan penyelidikan yang akhirnya ia menemukan tiga akar
dari persamaan pangkat tiga. Tokoh yang lain yaitu Copernicus (1473-1543), menolak
pendapat Hipparchus (161-126) dan ptolemaios yang telah menentang pendapat Aristarchus
(310-230 BC). Copernicus pada waktu itu berpendapat bahwa bumi dan planet-planet semua
mengelilingi matahari, matahari menjadi pusat peredaran (Heliosentris). Perkembangan ilmu
pengetahuan juga Nampak dengan munculnya tokoh pada zaman ini seperti Copernicus,
Galileo, dan Johanes Keppler yang telah berhasil memunculkan karyanya berupa aastronomi,
ilmu alam, dan matematika. Sedangkan pada tahun 1596-1650 seorang tokoh yang terkenal
dengan ucapanya Cogito ergo sum (oleh karena saya tahu saya berfikir, maka saya ada), yaitu
Rene Descrates. Pada zaman itu juga ditemukan projective geometry oleh Desarque (1662).
Sedangkan Fermat (1601-1665) dan Descrates (1596-1650), mengembangkan orthologonal
system. ii. Abad ke- 17 sampai 18 Awal perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ini
menurut john locke mengatakan bahwa, mula-mula rasio manusia harus dianggap as a white
paper dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Di prancis tokoh filsuf negarawan
Montesqieu (1748). Memunculkan ide yang menyebabkan ia terkenal, hingga saat ini dengan
suasana undang-undang dan Trias politika yang dikemukakanya. Selanjutnya 14 tahun
kemudian pada tahun 1762, JJ Rousseau telah menguraikan pemikiran-pemikiran tentang
pendidikan. Pemikiran-pemikiran pendidikan itulah ia terkenal sebagai ahli politik dan sosial.
Salah satu pemikirannya yaitu ia tuangkan dalam bukunya Contrak Social, menguraikan
bahwa negara itu merupakan kontak sosial, berupa persetujuan yang dilakukan individu untuk
memungkinlah hidup bersama secara damai. Pada tahun 1687 Isaac Newton telah
menghasilkan banyak karya diantaranya adalah tentang teori grafitasi, perhitungan calcius,
dan optika. Perhitungan calcius juga diikuti oleh Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
namun, terdapat perbedaan pada penyusunan notasinya. Ahli kimia dalam abad 17 dan 18 ini
telah berhasil menemukan CO2 yaitu Joseph Black. Hingga muncul setelahnya Joseph
Priestley (1733-1804), menemukan sembilan hawa NO dan Oksigen dalam tanaman. Muncul
juga pada abad ini, penemu dalam bidang logika seperti, Heminton, Morgan, dan George
Boole. iii. Abad ke-19 hingga sekarang Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad ke-19
ditandai dengan kemajuan industri yang sangat pesat, sehingga sebagai akibatnya timbullah
Revolusi Prancis. Pada abad ini perkembangan industri telah mampu membawa kemajuan
dalam bidang-bidang yang lain dalam kehidupan yang lainnya. Kemajuanya membawa akibat
terhadap kemajuan ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan. Pada abad inilah muncul
cabang cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu sosial yang antara lain sosiologi,
ekonomi, sejarah, jurnalistik, kemanusiaan dan ilmu-ilmu kemasyarakatan. a) Perkembangan
IPTEK Adanya perkembangn ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa
kemakmuran bagi manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi telah

menimbulkan cabang ilmu pengetahuan yang baru antara lain : Teknik modern, teknologi
gedung dan teknologi hutan. Kemudahan yang didapat dari penerapan pengunaan teknik
modern misalnya. Dengan dengan teknik modern berupa bendungan. Bendungan
mendatangkan manfaat pada petani mendapatkan kemudahan mendapatkan dan memperoleh
air. Keuntungan tersebut diperoleh dari penerapan teknik modern dengan teknik
mengendalikan aliran air sungai. Contoh lain yaitu pengunaan teknik hutan, dengan teknik
tersebut manusia mampu memanfaatkan hutan secara maksimal. Adapun hasil penerapan
teknologi hutan berupa industry kayu lapis, pembuatan kertas , obyek pariwisata dan
sebagainya. Pendidikan dengan iptek erat sekali, karena IP hasil eksploitasi secara sistem dan
terorganisasi mengenai alam semestas, dan teknologi penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk kebutuhan masyarakat. Dan karena manusia tidak memiliki rasa puas
maka timbul inovasi baru yang mengundang masalah. Pertama karena belum ada jaminan
inovasi itu membawa hasil. Kedua, pada dasarnya orang merasa ragu dan gusar menghadapi
hal baru. Masalahnya ialah bagaimana cara mengenalkan inovasi agar orang menerima,
karena inovasi mengandung 2 aspek yaitu konsepsional dan operasional. Pengaruh langsung
dalam sistem pendidikan dalam berbagai macam inovasi atau pembaharuan dengan
eksentuasi tujuan yang bermacam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan
guru dan gedung sekolah seperti pamong dan SMPT, pengadaan guru relative cepat,
perlindungan terhadap profesi guru. Hampir setiap inovasi mengundang masalah.
Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan zaman membawa perubahan tehadap mental dan
keadaan Negara ini. Bekembangnya ilmu pengetahuan telah membentuk teknologi baru
dalam segala bidang, baik bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain sebagainya.
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya
peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat
dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu
senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. b) Perkembangan Seni Seni
merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram
menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam
sistem pendidikan. Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual atau
kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Kesenian menjadi kebutuhan karena
melalui seni kita dapat mengalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil dan
spontanitas dalam menemukan keindahan. Dilihat dari segi dari tujuan pendidikan, yaitu
terbentuknya manusia seutuhnya aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat
mengisi pengembangan dominan efektif khususnya emosi yang positif dan konstruksi serta
keterampilan disamping domain kognitif yang sudah diagram melalui program atau bidang
studi lain. Sudah seyogianyaseni dikembangkan melalui sistem pendidikankarena dari segi
lapangan kerja dewasa ini dunia seni mengalami perkembangan pesat dan mendapat tempat
dalam kehidupan masyarakat. B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK Laju pertumbuhan
penduduk yang pesat, akan menyebabkan perkembangan masalah pendidikan misalnya
masalah pemerataan, penyebab penduduk yang tidak merata ditanah air akan menimbulkan
masalah baru, misalnya bagaimana merencanakan dan menyediakan sarana pendidikan yang
dapat melayani daerah padat (kota) dan daerah terisolir yang anak usia sekolah tidak seberapa
orang. Dampak pertumbuhan penduduk terhadap kualitas pendidikan di Indonesia Suatu
wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah- masalah
pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah
penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut
meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya
maka akan menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan
yang rendah dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian
juga memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat

dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi.
Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak di
bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat tindakan
kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat. Generasi muda dan anak-anak yang cerdas
adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal
negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk merupakan
pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju
pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk
melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin
pertama. Di negara-negara yang anggaran pendidikannya paling rendah, biasanya
menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi
komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga
berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah akan terus
berkurang. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat, karena
kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya fasilitas secara kualitatif
dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada
pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung untuk menghambat
perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan menghambat program persamaan
atau perimbangan antara pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan
miskin. Oleh karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit
sekali. Hal ini disebabkan karena : a. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
b. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan. c.
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat memenuhi
Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah. Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya
tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah: a. Rendahnya penguasaan teknologi maju,
sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di
mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan
tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan. b. Rendahnya tingkat pendidikan
mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan
ketidak mampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak
fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat.
Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga.
Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang
berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah
anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anakanak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah
ini. Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu pertambahan
penduduk dan penyebaran penduduk. 1. Pertambahan Penduduk dan Tingkat Pendidikan.
Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalahmasalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya.
Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial, pendidikan dan
pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi
fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah
tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengangguran sehingga
dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka
kemerosotan negara tidak dapat dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat
menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan

yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah
ini bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa
kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan
semakin jauh. Dengan bertambah jumlah penduduk maka penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan beserta komponen penunjang terselenggara pendidikan harus ditambah. Dan itu
berarti perubahan pembangunan nasional menjadi bertambah. Pertumbuhan penduduk yang
dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan
berubahnya struktur kependudukan yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun
sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dimana penduduk usia
tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. 2. Penyebaran peduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang padat
penduduk , terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah
pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di pegunungan dan pulau-pulau
sebaran penduduk seperti seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan
sarana pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunnya SD kecuali untuk melayani
kebutuhan akan pendidikan di daerah terpencil pada pelita V. Di samping SD yang reguler.
Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Di samping sebaran
penduduk seperti digambarkan itu dengan pola yang statis (di kota padat, di desa jarang) juga
perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang
terus menerus terjadi peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan laibel yang lebih
menyulitkan perencanaan penyediaan kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan
tenaga kerja. Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan Usaha-usaha
tersebut di antaranya: a. Pencanangan wajib belajar 9 tahun. b. Mengadakan proyek belajar
jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka. c. Meningkatkan sarana dan
prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain). d.
Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran. e. Menyempurnakan kurikulum sesuai
perkembangan zaman. f. Mencanangkan gerakan orang tua asuh. g. Memberikan beasiswa
bagi siswa yang berprestasi. C. ASPIRASI MASYARAKAT Dalam dua dasa warsa terakhir
ini aspirasi masyarakat dalam berbagai hal mengingat, khususnya aspirasi terhadap
pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi
peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang melalui melihat bahwa untuk dapat hidup
yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidkan
memberi jaminan untuk memperoleh hidup yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap
memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai
akibat dari aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk
bersekolah, agar nanti anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih layak dari pada orang
tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini terdapat pada anak-anak sendiri. Mereka (orang tua
dan anak-anak) merasa susuah jika mendapat rintangan dalam bersekolah dan melanjutkan
studi. Mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator tentang betapa besarnya aspirasi orang
tua dan anak terhadap pendidikan itu. Belakngan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat
sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap informasi. Aspirasi tersebut
menyangkut kesempatan pendidikan. Kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup
setelah mereka menjalani proses pendidikan. Keterbelakangan budaya adalah istilah yang
diberikan oleh sekelompok masyarakat kepada masayarakat lain pendukung suatu budaya.
Peningkatan aspirasi masayarakat terhadap pendidikan ini akan meningkatkan anak-anak
menyerbu dan membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). Kondisi seperti ini akan
menimbulkan berbagai masalah seperti sistem siswa, mahasiswa baru, ratio guru-siswa,
waktu belajar, permasalahan akan terus berkembang karena saling terkait. Gejala yang timbul
ialah membanjirnya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-

kota, disamping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan


nonformal Beberapa hal yang tidak dikendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada
berbagai jenis dan jejang pendidikan kurang menjadi obyektif, jumlah murid dan siswa
perkelas menjadi kurang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diadakan
kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar, kekurangan
sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari
kondisi sebagaimana digambarkan itu ialah terjadinya penurunan kadar efektifitas. Dengan
kata lain, massalisasi pendidikan menghambat pemecahan mutu pendidikan. Massalisasi
pendidikan ibarat perusahaan konveksi pakaian yang hanya melayani ukuran (large, medium,
dan small). Kebutuhan individu yang khusus tidak terlayani. Namun demikian tidak berarti
bahwa aspirasi terhadap pendidikan harus diredam, justru sebaliknya harus tetap
dibangkitkan dan ditingkatkan, umumnya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat
didaerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajuan. D.
KETERBELAKANGAN BUDAYA dan SARANA Keterbelakangan budaya adalah istilah
yang diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada
masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya,
kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Sesungguhnya tidak
ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg, tidak mengalami perubahan.
Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya yang berubah jika tidak seluruhnya secara utuh.
Perubahan kebudayaan terjadi karena ada penemuan baru dari luar maupun dari dalam
lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan baru itu baik bersifat material seoerti peralatanperalatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat non
matreial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,
penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena: a. Letak
geografis tempat tinggal suatu masyarakat (misal terpencil) b. Penolakan masyarakat
terhadap datangnya unsur budata baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan
merusak sendik masyarakat. c. Ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut
unsur kebudayaan tersebut. d. Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya
keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh: e. Masyarakat daerah terpencil. f.
Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis. g. Masyarakat yang kurang terdidik. Yang
menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang budayanya tidak ikut
berperan serta dalam pembangunanmsebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju.
Jadi inti permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana
cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan
mereka. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaanya
berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan Masyarakat yang
umumnya beradah di daerah terpencil, yang ekonominya lemah, dan kurang terdidik akan
mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keadaan seperti ini, sudah jelas
akan menimbulkan masalah bagi pendidikan. Permasalahannya antara lain bagaimana
menyadarkan mereka akan keterbelakangan/ketinggalannya bagaimana cara menyediakan
sarana kehidupan dengan lebih baik, khususnya bagaimana sistem pendidikan dapat
menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut.
Penanggulangan Permasalahan Pendidikan Penanggulangan (pemecahan masalah) sebagai
pengaruh ke 4 faktor tersebut ialah: a. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi)
sesuai dengan perkembangan yang terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya
kurikulum harus fleksibel, jika perlu dibaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para
pelakunya (siswa atau anak didik) selalu tertinggal dibidang dengan kemajuan IPTEK di luar
dunia pendidikan tersebut. b. Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju
pertumbuhan penduduk atau pendidikan harus mencari system baru yang dapat melayani
semua orang yang memerlukan pendidikan. c. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan

didukung dan didorong terus agar lebih meningkat lagi. Sementara itu system pendidikan
dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi aspirasi tersebut. d. Sistem pendidikan
meningkatkan peran /fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan diseluruh plosok tanah
air. Sejalan dengan itu pihak lain yang terkait harus dapat membuka keterisolasian
dan/membuka sarana kehidupan yang lebih baik. PENUTUP A. Rangkuman 1. SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN/ SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM
KEHIDUPAN MANUSIA : a. Zaman Purba b. Zaman Yunani Romawi c. Zaman Kekuasaan
Romawi d. Zaman Modern 2. Perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi telah
menimbulkan cabang ilmu pengetahuan yang baru antara lain : Teknik modern, teknologi
gedung dan teknologi hutan 3. Dilihat dari segi dari tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya
manusia seutuhnya aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi
pengembangan dominan efektif khususnya emosi yang positif dan konstruksi serta
keterampilan disamping domain kognitif yang sudah diagram melalui program atau bidang
studi lain. 4. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan perkembangan
masalah pendidikan misalnya masalah pemerataan 5. Pertumbuhan penduduk yang dibarengi
dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan
berubahnya struktur kependudukan yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun
sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dimana penduduk usia
tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. 6. Peningkatan aspirasi
masayarakat terhadap pendidikan ini akan meningkatkan anak-anak menyerbu dan
membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). 7. kelompok masyarakat yang terbelakang
budayanya tidak ikut berperan serta dalam pembangunanmsebab mereka kurang memiliki
dorongan untuk maju. B. Tes Formatif 1. Jelaskan faktor perkembangan IPTEK dan Seni
menjadi salah satu permasalahan pendidikan! 2. Jelaskan upaya dalam menanggulangi
permasalahan pendidikan! 3. Jelaskan dengan lebih rinci faktor aspirasi masyarakat
mempengaruhi berkembanganya masalaha pendidikan! 4. Jelaskan faktor-faktor penyebab
keterbelakangan budaya dimasyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan! 5. Jelaskan
permasalahan dilingkungan anda yang berhubungan dengan faktor keterbelakangan budaya!
Daftar Pustaka Ebekunt. 2009. Masalah Efisiensi, Efektivitas, dan Relevansi Pendidikan
dalam Perspektif Manajemen Pendidikan dalam
http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/14/masalah-efisiensi-efektivitas-dan-relevansipendidikan-dalam-perspektif-manajemen-pendidikan/ Hartoto. 2008. Bab VII Permasalahan
Pendidikan dalam http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/22/bab-vii-permasalahanpendidikan/ Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan. 2008. Bahan Ajar Pengantar
Pendidikan. Padang: FIP UNP Tirtahardja, Umar dan SL La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN


UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH PENDIDIKAN

1. PERUBAHAN KURIKULUM
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan berbagai upaya dalam pelaksanaan proses pendidikan
di sekolah terus diupayakan. Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi bahan pelajaran dan proses selama kegiatan belajar mengajar, memiliki fungsi
yang sangat penting. Rencana dan pengaturan yang baik sangat berpengaruh pada pencapaian
visi dan misi dalam target pendidikan kita. Harapan-harapan untuk pencapaian kemajuan di
masa depan sangat dipengaruhi oleh mutan-muatan yang terkandung didalam kurikulum.
Perubahan kurikulum yang sudah beberapa kali dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan di
Negara kita mulai dari tahun 1975 sampai tahun 2004, dalam kenyataannya belum mampu
mengakomodir setiap tujuan yang ingin di capai. Padatnya jumlah bahan ajar ternyata cukup
membebani para peserta didik. Efek dari beban ini siswa tidak dapat mengembangkan
dirinya sesuai kompetensi yang dimilikinya secara maksimal. Pada kurikulum tahun 2004
lahirlah KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan jumlah beban yang agak longgar.
Tetapi sayangnya kurikulum ini tidak dapat bertahan lama, sebelum menunjukan hasil yang
signifikan perubahan kurikulum kembali terjadi. Sosialisasi dilapangan yang baru saja usai
hanya menambah kebingungan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau lebih dikenal dengan KTSP yang memasukan
unsur muatan lokal dan pengembangan diri yang mulai digulirkan tahun 2006, juga belum
mampu menampung aspirasi sesuai dengan fungsi dari kurikulum itu sendiri. Kecenderungan
guru untuk menyelesaikan bahan/materi ajar dengan cepat juga ternyata tidak memberikan
ruang bagi siswa untuk mengembangkan dirinya hingga memiliki kompetensi yang
maksimal. Disamping itu keterlibatan orang tua dan pihak-pihak yang berperan sebagai
stakeholders juga belum menunjukan perannya secara maksimal. Hal ini semakin menambah
biasnya pelaksanaan dari fungsi-fungsi kurikulum yang digulirkan di Negara kita.
Pembentukan kasta baru dalam system pendidikan kita (meminjam istilah dari kolom
editorial Harian Media Indonesia, salah satu edisi di bulan mei), yang muncul sebagai efek
dari adanya Sekolah Berstandar Internasional, dalam satu sisi mungkin berdampak posistif
untuk penempatan kurikulum sesuai fungsinya. Tetapi ini sepertinya hanya berlaku bagi
sekolah yang sudah berstandar Internasional, tetapi bagaimana untuk sekolah yang belum
termasuk kategori ini?. Pada umumnya sekolah ini rata-rata memiliki alokasi biaya yang
kurang mendukung, berbagai keterbatasan menjadi pembatas bagi mereka dalam
mengembangkan potensi anak didik secara maksimal.
2. PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Kegiatan dalam sistem pendidikan nasional secara umum meliputi dua jenis yaitu
pengelolaan pendidikan dan kegiatan pendidikan. Pengelolaan pendidikan berasal dari kata
manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi ( Oteng
Sutisna:1983). Dapat diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan
kaidah-kaidah adiministrasi dalam bidang pendidikan.
Pengelolaan pendidikan meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan dan pengembangan. Pengelolaan pendidikan. Pengelolaan adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi
dimana keempat proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu
tujuan organisasi. Menurut Griffin pengelolaan adalah sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa fungsi dari pengelolaan itu sendiri adalah
sebagai berikut:
Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang

diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencanaan merupakan penetapan pada


tindakan apa yang harus dilakukan? Apakah sebab tindakan itu harus dikerjakan? Dimanakah
tindakan itu harus dikerjakan? Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? Siapakah yang akan
mengerjakan tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Pengorganisasian (Organizing)
Oganisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk
mencapai sasaran specific atau sejumlah sasaran. Dalam sebuah organisasi membutuhkan
seorang pemimpin, pekerjaan pemimpin meliputi beberapa kegiatan yaitu mengambil
keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara atsan dan bawahan,
memberi semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar supaya mereka
melaksanakan apa yang diperintahkan.
Pengarahan (Directing )
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,
saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masingmasing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang
telah ditetapkan semula.
Pengawasan
Pengawasan adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha pemantauan kinerja
agar supaya kinerja tersebut terarah dan tidak melenceng dari aturan yang sudah ditetapkan
dan pemantauan berfungsi sebagai media agar kinerja tersebut terarah dan tersampaikan
secara tepat.
Pengembangan
Pengembangan adalah fungsi pengelolaan yang harus dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu
pengelolaan, dengan adanya pengembangan pengelolaan akan berjalan sesuai dan melebihi
target yang akan diperoleh.
Tanpa suatu program yang baik sulit kiranya tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena
itu, pengelolaan harus disusun guna memenuhi tuntutan, kebutuhan, harapan dan penentuan
arah kebijakan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Pengelolaan kerja SMP
merupakan penjabaran tugas dan pelaksanaan kebijakan Depdiknas yang di sesuaikan dengan
kondisi obyektif. Dalam pelaksanaannya setiap kegiatan mengacu pada pengelolaan yang ada
sehingga proses dan pelaksanaan aktifitas di sekolah lebih terukur, terpantau dan terkendali.
Pengelolaan pendidikan berfungsi sebagai acuan bagi sekolah dalam mengukur,
mengevaluasi dan merevisi kegiatan-kegiatan yang di anggap perlu. Selain itu pengelolaan
pendidikan bertujuan sebagai upaya sekolah dalam mendukung dan menjabarkan wajib
belajar 9 tahun.

INOVASI PENDIDIKAN
Posted on Maret 28, 2013 by arassh

A. Arti Inovasi Pendidikan


S Wojowasito, 1992: segala hal yang baru atau pembaharuan disebut Innovation dalam
bahasa indonesia disebut inovasi. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru, bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena
hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk
menterjemahkan kata dari bahasa Inggris discovery dan invention.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Santoso S. Hamidjojo seperti dikutip Abdulhak (2002) menyatakan bahwa inovasi pendidikan
sebagai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal (yang ada)
sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan
tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya
perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong
inovasi disamping terjadi yang baru mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang
lebih baik dari sebelumnya dan terarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan
masalah pendidikan. Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun
pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktikpraktik pendidikan tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olahteknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk
memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan
ataupun proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
B. Contoh Inovasi Pendidikan
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau
komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan perubahan
isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
1. Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu
menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan
komponen personal misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata
tertib siswa, dan sebagainya.
2. Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa
jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya. Inovasi
pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya: berapa rasio guru siswa pada satu
sekolah dalam sistem PAMONG pernah diperkenalkan ini dengan rasio 1 : 200 artinya satu
guru dengan 200 siswa. Sekolah Dasar di Amerika satu guru dengan 27 siswa, perubahan
besar wilayah kepemilikan, dan sebagainya.
3. Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai
sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan
komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja),

perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka,
sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium
bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
4. Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan
waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar
(semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan
siswa/mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya).
5. Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi
yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan
tujuan TK, SD, SMP, SMU, SMK disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan
tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
6. Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi
pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara
membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
7. Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan
kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan. Inovasi yang
relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pengguna media (maka
diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai
pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
8. Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan
perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan
dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah
ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini
misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses,
perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan kurikulum pendidikan yang disempurnakan, dan sebagainya.
9. Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada
kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya:
diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan
mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara
jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan
sebagainya.
10. Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam
beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang
relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama
atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama
dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
11. Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi
yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya
menggunakan pola urutan sebagai berikut:
a. Desain.
b. Kesadaran dan perhatian.

c. Evaluasi.
d. Percobaan.
Daftar Pustaka:
Hamalik, Oemar. (1993). Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs
Universitas Pendidikan Indonesia.
Ibrahim, R. & Kayadi, B. (1994). Pengembangan Inovasi dalam Kurikulum. Jakarta : UT,
Depdikbud.
Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Saud, U.S. (2008). Inovasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI.
Tim Pengembang, (2002), Kurikulum dan Pembelajaran, Jurusan Kurtek FIP Universitas
Pendidikan Indonesia.

PRAKTEK PENDIDIK DI BEBERAPA NEGARA


PRAKTEK PENDIDIK DI BEBERAPA NEGARA
1. SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA TERBELAKANG
gambaran suatu negara yang terbelakang adalah suatu negara yang ditandai oleh kemiskinan,
kota yang dipadati oleh pengemis, yang jarang memiliki industri, persediaan tenaga listrik
yang tidak memadai, tidak memiliki jalan raya dan jalan kereta api yang cukup, pemerintah
belum dapat memberikan pelayanan yang memadai, komunikasi yang buruk, Rumah sakit
dan lembaga pendidikan tinggi sangat sedikit, Sebagian besar penduduk buta huruf dan
miskin, sistem perbankan jelek, dan ekspornya ke negara lain sama sekali terdiri bahan
mentah, hasil tambang, atau buah-buahan dan beberapa bahan makanan.
2. SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA BERKEMBANG
KARAKTERISTIK NEGARA YANG SEDANG BERKEMBANG
Michael P Todaro dan Burhanuddin Abdullah
Meskipun setiap negara sedang berkembang memiliki perbedaan antar negara dan
klasifikasinya, namun sebagian besar memiliki tujuan yang sama. Tujuan mereka diantaranya
adalah :
Memerangi Kemiskinan
Mengurangi Ketidak merataan
Mengurangi Pengangguran
Memenuhi Standar minimum pendidikan, kesehatan, perumahan dan makanan bagi
masyarakat
Memperluas kesempatan di bidang ekonomi dan sosial serta menempa persatuan bangsa
Selain tersebut di atas terdapat pula kesamaan masalah yang dihadapi tetapi dengan kadar
yang berbeda-beda yaitu :
1. Kemiskinan yang kronis dan meluas
2. Tingkat pengangguran yang tinggi dan cenderung meningkat terus
3. ketidakmerataan distribusi pendapatan yang semakin melebar
4. Rendahnya tingkat produktivitas di sektor pertanian
5. Kesempatan ekonomi antara desa dan kota
6. Kurangnya pelayanan kesehatan dan pendidikan
7. Memburuknya neraca pembayaran dan hutang luar negeri
8. meningkatnya ketergantungan teknologi terhadap luar negeri
9. Lemahnya kelembagaan dan sistem penilaian
Tinjauan tentang perbedaan struktur ekonomi dunia ketiga
Terdapat tujuh komponen utama perbedaan diantara negara sedang berkembang :

1. Ukuran Negara (Geografis, Penduduk dan pendapatan)


2. Evolusi Sejarah
3. Sumberdaya manusia dan fisik
4. Kepentingan relatif sektor pemerintahan dan swasta
5. Sifat struktur industri
6. Tingkat ketergantungan terhadap ekonomi luar negeri dan kekuasaan politik
7. Pembagian kekuasaan, kelembagaan dan politik luar negeri
Ukuran negara dan Tingkat Pendapatan
Luasnya suatu negara, penduduk serta tingkat pendapatanperkapita merupakan determinan
potensi ekonomi yang penting dan faktor yang membedakan antar negara sedang
berkembang. Diantara 143 negara berkembang anggota PBB, 104 negara diantaranya
berpenduduk kurang dari 15 juta jiwa dan 75 negara berpenduduk kurang dari 5 juta jiwa.
Negara besar yang padat penduduknya hidup berdampingan dengan negara kecil yang
berpenduduk sedikit, negara dengan wilayah yang luas biasanya memiliki keuntungan dari
tersedianya macam-macam sumber daya, potensi pasar yang luas dan kurang bergantung
kepada produk dan bahan baku dari luar, tetapi meski demikian timbul permasalahan dari
pengawasan administratif kesatuan nasional dan ketidak sinambungan regional dimana
ketidakmerataan pendapatan nasional menjadi persoalan. Sehingga tidak menjamin bahwa
negara dengan luas wilayah yang besar akan menciptakan pendapatan yang besar bagi
masyarakatnya misalnya saja India dengan penduduk sekira 140 juta jiwa ternyata tingkat
pendapatan perkapita pertahun sebesar $265 US, sedangkan Singapura dengan penduduk
sekira 2,6 juta jiwa berpendapatan perkapita pertahun mencapai $5.900US (data tahun 1993)
Latar Belakang Sejarah
Kebanyakan negara Asia dan Afrika pernah dijajah oleh negara Erofa seperti Inggris,
Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, Portugal dan Spanyol. Struktur Perekonomian, pendidikan
dan lembaga sosial negara tersebut dibentuk oleh bekas negara penjajah. Sehingga setiap
negara yang pernah dijajah oleh negara yang berbeda-beda akan memiliki kebudayaan,
pembentukan kelembagaan dan sosial yang berbeda-beda pula. Seperti India yang dijajah
oleh Inggris, Philipina yang dijajah Spanyol dan Amerika, Vietnam dijajah oleh Perancis dan
Indonesia yang dijajah oleh Belanda.
Sumber Fisik dan Manusia
Potensi pertumbuhan ekonoi suatu negara sebagian besar dipengaruhi oleh sumberdaya fisik
(tanah, mineral, dan bahan mentah lainnya) serta sumber daya manusia (baik jumlah maupun
tingkat pendidikan). Sumber daya manusia tidak terbatas pada jumlah dan pendidikannya saja
tetapi juga meliputi pandangan kebudayaan mereka, sikap terhadap pekerjaan dan keinginan
untuk memperbaiki diri. selanjutnya tingkat kecakapan administratif seringkali menentukan
kemampuan sektor pemerintah dalam mengubah struktur produksi dalam waktu yang tepat.
Disini seseorang akan terlibat dengan masalah rumitnya hubungan antar kebudayaan, tradisi,
agama, kesukuan dan pemecahan atau penyatuan suku. Jadi, bentuk sifat sumberdaya
manusia dalam suatu negara merupakan determinan struktur ekonomi yang penting.
Peranan Sektor Pemerintah dan Swasta
Sebagian besar negara berkembang menganut sistem ekonomi campuran, yaitu sektor
pemerintah dan swasta ikut campur dalam menggunakan sumber daya. Pembagian antar dua
sektor tersebut masing-masing secara relatif umumnya ditentukan oleh situasi historis dan
politis.
Besarnya pemilikan oleh pihak asing disektor swasta merupakan variabel yang penting untuk
menentukan perbedaan diantara negara negara berkembang, Sektor swasta besar yang
dimiliki oleh pihak asing biasanya mendorong timbulnya masalah serta kesempatan politis
dan ekonomis yang ditemui. Misalnya negara Afrika yang seringkali mengalami kekurangan

sumber daya manusia terdidik cenderung lebih menitik beratkan aktivitas sektor
pemerintahan dan perusahaan negara berdasarkan asumsi bahwa kekurangan sumber daya
terdidik dapat diatasi dengan koordinasi daripada melalui pemecahan administratif dan
kewirausahaan.
Struktur Industri
Sebagian besar negara berkembang merupakan negara agraris, pertanian baik untuk
keperluan konsumsi sendiri maupun komersial, merupakan aktivitas ekonomi utama ditinjau
dari sudut distribusi penggunaan angkatan kerja maupun ditinjau daru proporsi sumbangan
dalam GNP.
Peranan sektor manufaktur dan jasa diantara negara berkembang juga memperlihatkan
perbedaan yang besar. Walaupun terdapat persamaan masalah namun strategi pembangunan
di negara berkembang berbeda-beda, tergantung kepada sifat alam, struktur dan tingkat saling
ketergantungan antara sektor primer (pertanian, kehutanan, perikanan), sektor industri
sekunder (umumnya bidang manufaktur) dan sektor industri tersier (perdagangan, keuangan,
transportasi dan jasa).
Ketergantungan Terhadap Luar negeri; Ekonomi, Politik dan Kebudayaan
Bagi negara berkembang, ketergantungan tersebut sangat tinggi tingkatnya, bahkan beberapa
kasus menyentuh pada hampir semua tingkat kehidupan. Kebanyakan negara kecil sangat
tergantung pada perdagangan luar negeri dengan negara maju. Hampir semua negara kecil
tergantung pada impor teknologi produksi yang umumnya tidak cocok dengan kondisi negara
tersebut.
Walaupun tingkat ketergantungan ekonomi sangat tinggi, yakni dalam bentuk transfer barang
dan teknologi, namun ada juga keuntungannya yaitu berupa transmisi kelembagaan
(umumnya sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan), nilai-nilai, pola konsumsi, serta
sikap hidup, bekerja dan bersikap diri.
Struktur Politik, Kekuasaan dan Kelompok Penekan
Konstelasi kepentingan dan kekuasaan diantara berbagai kelompok masyarakat dikebanyakan
negara berkembang lahir sebagai akibat sejarah politik ekonomi dan sosial yang berbeda satu
dengan lainnya. Tanpa memandang pembagian kekuasaan diantara angkatan bersenjata, kaum
industrialis, dan tuan tanah Amerika Latin, kaum politisi dan pejabat tinggi pemerintahan di
Afrika, para raja minyak dan mogul-mogul keuangan di Timur Tengah, rentenir dan
industrialis Asia yang kaya, kebanyakan negara berkembang secara langsung atau tidak
langsung diperintah oleh segelintir elit dibandingkan dengan apa yang terjadi dinegara maju.
Oleh karena itu, setiap perubahan ekonomi dan sosial memerlukan dukungan dari kelompok
elit, baik melalui persuasi meupun paksaan dan jika perlu menyingkirkan mereka dengan
kekuatan. Jalan manapun yang ditempuh, pembangunan ekonomi dan sosial tidak mungkin
dilakukan tanpa mengubah lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi suatu negara
(misalnya sistem sewa tanah, struktur pendidikan, hubungan pasar tenaga kerja, undangundang hak milik, pembagian dan pengawasan harta keuangan dan fisik, undang-undang
perpajakan dan warisan dan peraturan perkreditan).
CIRI-CIRI UMUM NEGARA BERKEMBANG
Ciri-ciri umum negara berkembang diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Standar Hidup yang Rendah
2. Produktivitas yang rendah
3. Tingkat Pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi
4. tingkat pengangguran yang meningkat serta kekurangan pekerjaan
5. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan barang ekspor primer
6. Tingkat ketergantungan dan kepekaan dalam hubungan internasional
Soal Untuk Latihan

3.

SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di abad ini. Pendidikan juga bisa digunakan
sebagai tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Kita tidak bisa menutup mata bahwa pendidikan
di Indonesia memang jauh dari sempurna. Untuk itu kita perlu mengetahui sistem-sistem
pendidikan di negara lain untuk membandingkannya dengan sistem pendidikan di
Indonesia.Yang nantinya jika kita mengetahui sistem pendidikan di negara lain diharapkan
dapat mendorong kita untuk lebih memajukan pendidikan Indonesia
Sistem Pendidikan di Inggris

Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan Inggris telah
banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa universitas terkenal.

Sekolah Dasar

Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa naik dari
kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun. Penekanan
ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata pelajaran inti
seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah, geografi, musik,
seni dan olahraga.

Sekolah Menengah Atas

Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban untuk lima
tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka pada mata
pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka mulai bersiap
untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary Education atau
GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.

A-Levels di Sekolah Menengah Atas

Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan sekolah
untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau melanjutkan
2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal dengan ALevels. Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4 subyek untuk

ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form Colleges. Makin
tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke universitas pilihannya.

Program Sarjana

Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan art dan sciences. Program
biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan pelajaran
dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian
akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa Inggris (min
IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University Foundation
Year atau nilai A-Level.

Pasca Sarjana atau PhD

Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana
tradisional biasanya dibidang Arts (MA) atau Sciences (MSc). Gelar pasca sarjana yang
makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master
berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat
kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk
mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun
di sekolah dan riset serta disertasi.

Sistem Pendidikan di Amerika Serikat

Sistem pemerintahan di AS hampir mirip dengan di Indonesia. Terdiri dari 3 lapis


pemerintahan yaitu pusat disebut Federal atau Sentral Goverment, pemerintah provinsi atau
negara bagian yang disebut State goverment dan yang ketiga pemerintah kota atau kabupaten
yang disebut Local Goverment. Ada 51 negara bagian atau state di AS, dan ada sekitar 10
sampe 30 kota/kabupaten atau disini disebut Town / City disetiap negara bagian.
Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam sejarah AS bahwa
pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh karena itu masyarakat tidak
mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat, bahkan oleh pemerintah negara bagian,
bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat merasa memiliki hak yang sangat kuat
untuk menentukan sistem pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk masyarakat mereka.
Mereka menganggap tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi
sistem pendidikan juga tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota
lain, antara satu state dengan state lain.

Sistem pemerintahan di tiap lapis juga hampir mirip dengan di Indonesia. Ada lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif. Lembaga legislatif ditingkat pusat menggunakan
sistembikameral atau sistem dua kamar, sama dengan di Indonesia ada DPR dan DPD, jumlah
DPR plus DPD sama dengan MPR, disini MPR disebut Congress beranggota sebanyak 535
orang yang terdiri dari House (semacam DPR-RI) beranggota 435 orang dan Senate
(semacam DPD)beranggota sebanyak 100 orang. Ditingkat state atau negara bagian atau
provinci juga terdiri dari Representative (=House) dan Senate. Sedangkan ditingkat lokal
hanya adarepresentative. Ditingkat lokal disetiap 200 orang penduduk ada 1 orang
representatif, jadi contohnya ditempat kami tinggal di kota Amherst penduduknya ada 22.000
orang, maka wakil rakyatnya (representatif) ada 110 orang. Wakil rakyat ini kemudian
memilih perwakilan mereka lagi atau bisa juga disebut tim formatur atau disini disebut
selectman atau Selectboard sebanyak kurang lebih 5 orang yang mempunyai tugas memilih
walikota (Mayor) atau Bupati (Town manager). Tidak terkait dengan itu, masyarakat juga
memilih melalui pemilu lokal yang disebut wakil-wakil mereka yang akan mengurus urusan
pendidikan, yaitu yang disebut school commitee atau komite sekolah. Bedanya dengan di
Indonesia komite sekolah adanya ditiap sekolah, tapi di AS komite sekolah adanya ditingkat
kota/kab. Jadi mungkin mirip dengan Dewan Pendidikan di Indonesia, hanya bedanya komite
sekolah di AS dipilih langsung oleh rakyat.

Komite sekolah ini berjumlah berkisar 5-7 orang tergantung jumlah penduduk, dan mereka
akan memilih yang disebut Super Intendants sebanyak 1 orang. Maka untuk urusan
pendidikan komite sekolah berfungsi sebagai legislatifnya dan super intendant sebagai
eksekutifnya atau kepala dinasnya. Jadi semacam ada 2 pemerintahan ditingkat lokal, yaitu
pemerintahan yang mengurus pendidikan, dan pemerintahan yang mengurus selain
pendidikan. Eksekutif yang mengurus pendidikan disebut super intendant dan eksekutif yang
mengurus selain pendidikan disebut mayor atau town manager. Pendapatan pemerintah lokal
berasal dari pajak property yang dipungut dari masyarakat, uang ini dipegang oleh
mayor/town manager dan 60% dari uang ini diserahkan kepada Super Intendant. Ketika kami
sempat bertemu dengan seorang mantan walikota Amherst, beliau menyatakan pusing dengan
komite sekolah, karena uang saya sebagian besar dipakai buat mengurus pendidikan.

Amerika Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negar lain didunia.
makanya AS sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun imigran tapi mereka
diperlakukan sama. Demokrasi dan hak setiap individu dijunjung tinggi. Keberhasilan
letaknya pada individu masing2 bukan pada sistemnya. Ketika di Newyork saya melihat
banyak gelandangan berkeliaran dikota yang sangat padat, lebih padat dari jakarta. Lebih
padat dari pusat pertokoan di kota Sukabumi. Dan orang miskin juga banyak, tetapi itu bukan
lantaran mereka tidak diperhatikan pemerintah, tetapi karena mereka sendiri yang mau seperti
itu, dan sebagiannya lagi karena sudah dirusak oleh obat-obat bius. Ternyata etnik yang
tergolong kaya di AS adalah etnik kulit putih asli AS dan orang Asia, dan yang miskin
kebanyakan orang kulit hitam, suku African American dan orang Hispanik (Amerika Latin).
Kalo dari sisi agama, yang kaya adalah orang Yahudi dan Muslim. Ada sekitar 10% dari
seluruh penduduk AS yang paling kaya. penghasilan pemerintah pusat atau federal adalah
dari pajak penghasilan atau PPH (kalo tadi pemerintah lokal penghasilannya dari pajak

proverty atau PBB). Dari keseluruhan pendapatan banyak 70%nya berasal dari 10% orang
paling kaya di AS.

Tugas dari Komite Sekolah adalah : mengurus anggaran pendidikan, mengangkat Super
Intendant (SI), membuat kebijakan pendidikan termasuk kurikulum, dan melaporkan ke
publik (masayarakat). Tugas SI adalah :
Mengangkat Principals atau Kepala Sekolah, mengangkat staf dan direktur-direktur
pendidkan (subdin-subdin), melaksanakan pengelolaan pendidikan, dan melaporkan ke
komite sekolah. Tugas dari Principals adalah : Sebagai manager di sekolah, mengangkat
guru-guru, melaksanakan kurikulum dan melaporkan ke SI. Tugas guru adalah membuat draft
kurikulum, menentukan buku (tapi tidak boleh menjual), mengajar, melaporkan ke principals.

Keuangan untuk pendidikan yang diberikan ke SI melalui komite sekolah berasal dari 60%
kekayaan pemerintah lokal, 40% kekayaan pemerintah state dan 10% kekayaan pemerintah
pusat. Tetapi ketika pemerintah state dan pusat memberikan kekayaannya ke komite sekolah,
maka komite sekolah wajib menerima kebijakan-kebijakan pendidikan pemerintah pusat dan
state yang terkait dengan jumlah uang yang diberikannya itu.

Di Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP. Di Amerika kesempatan memperoleh
pendidikan bagi seluruh warga sudah lama diberlakukan. wajib belajar di AS mulai dari SD
sampai SMA. Tapi pemerintah menggratiskan biaya sekolah sejak TK sampai SMA untuk
sekolah-sekolah negri. Untuk sekolah swasta, pemerintahan dipusat sampai lokal tidak
memberikan anggaran apapun, dan sebaliknya sekolah itupun tidak diwajibkan mengikuti
seluruh kebijakan pemerintah dibidang pendidikan.

Pada tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang pendidikan dengan
meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left Behind atau Tak ada satupun anak yang
tertinggal dibelakang. Kebijakan ini terkait dengan mutu atau kualitas anak didik. Negara
bagian Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan telah lebih dulu mengawali
kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini antara lain dilakukan dalam bentuk
penciptaan standar-standar mutu hasil didik dan pelaksanaan Ujian Nasional. Pemerintah
pusat memerintahkan pemerintah negara bagian untuk membuat standar pendidikan,
membuat kurikulum, membuat soal Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian nasional.
materi yang diujikan samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris, tapi tahun depan
akan ditambah Sejarah AS dan IPA.

Intervensi pemerintah pusat dalam pendidikan dilakukan karena melihat kualitas pendidikan
anak-anak SMA sangat menurun. Angka Drop Out (tidak meneruskan sekolah) sebesar ratarata 50%, dari 50% yang ikut Ujian nasional lulus 90%, dari yang lulus ini sebagian

meneruskan kuliah dan sebagian lagi bekerja. Sebelum masuk perguruan tinggi atau bekerja
mereka juga di tes, dan hanya 50% dari yang ikut tes lulus masuk perguruan tinggi atau
bekerja. akibatnya banyak pengangguran atau bekerja ditempat yang dibayar murah, dan
akibatnya angka kemiskinan makin meningkat, seterusnya pembayar pajak semakin sedikit
dan pendapan negara semakin berkurang
Sistem Pendidikan Jepang

Pendidikan Prasekolah

Pendidikan prasekolah dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu Kelompok Bermain (KB) atau
Play Group (PG) dan Taman Kanak-Kanak (TK).
Play Group (PG) adalah merupakan fasilitas yang disediakan bagi para orang tua yang
bekerja sehingga tidak dapat mengasuh anaknya di siang hari. Pendaftaran murid baru
dimulai setiap awal Januari. Permohoman untuk masuk ke PG ini dilakukan di kantor
pemerintahan setempat karena terbatasnya jumlah tempat untuk masuk ke kelompok bermain
ini.

Abd. Rahman Assegaf memaparkan bahwa TK di Jepang menerima murid berusia 3 sampai 5
tahun untuk lama pendidikan 1 sampai 3 tahun. Anak berusia 3 tahun diterima dan mengikuti
pendidikan selama 3 tahun, sedangkan anak berusia 4 tahun mengikuti pendidikan selama 2
tahun dan bagi pendaftar berusia 5 tahun hanya menempuh pendidikan prasekolah selama 1
tahun. Lebih dari 50% TK di Jepang dikelola oleh swasta, sisanya oleh pemerintah kota dan
hanya sebagian kecil yang merupakan TK Negeri. Meski demikian, semua TK adalah
pendidikan prasekolah di bawah naungan Departemen Ilmu Pengetahuan Pendidikan dan
Kebudayaan yang dikelola berdasarkan hukum pendidikan.

TK atau yang disebut youchien bertujuan untuk mengasuh anak-anak usia dini dan
memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak. Untuk mencapai tujuan
tersebut, ada beberapa cara yang dilakukan, antara lain:
(1)Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni
melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman, dan menyenangkan; (2) Menumbuhkan
semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama; (3)
Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi; (4) Mengarahkan
penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesama;
(5) Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan,
menggambar dan lain-lain.

Pendidikan Wajib

Wajib sekolah berlaku bagi anak usia 6 sampai 15 tahun, tetapi kebanyakan anak bersekolah
lebih lama dari yang diwajibkan. Tiap anak bersekolah di SD pada usia 6 tahun hingga 12
tahun, lalu SMP hingga usia 15 tahun. Pendidikan wajib ini bersifat cuma-cuma bagi semua
anak, khususnya biaya sekolah dan buku. Untuk alat-alat pelajaran, kegiatan di luar sekolah,
piknik dan makan siang di sekolah perlu membayar sendiri. namun bagi anak-anak dari
keluarga yang tidak mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat dan daerah. Di
samping itu ada juga bantuan untuk kebutuhan belajar, perawatan kesehatan, dan lain-lain.
Seorang anak yang telah tamat SD diwajibkan meneruskan pendidikannya ke jenjang SMP.
Dengan demikian, sekolah wajib ditempuh selama 9 tahun; 6 tahun di SD dan 3 tahun di
SMP.[7]

Hampir semua siswa di Jepang belajar bahasa Inggris sejak tahun pertama SMP, dan
kebanyakan mempelajarinya paling tidak selama 6 tahun. Mata pelajaran wajib di SMP
adalah bahasa Jepang, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, seni rupa, pendidikan
jasmani, dan pendidikan kesejahteraan keluarga. Berbagai mata pelajaran tersebut diberikan
pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu sehingga jarang ada jadwal pelajaran
yang sama pada hari yang berbeda. [8]
Pendidikan Menengah Atas

Ada tiga jenis SMA, yaitu: full time, part time (terutama malam hari), dan tertulis. Sekolah
menengah yang full time berlangsung selama 3 tahun, sedangkan kedua jenis sekolah lainnya
menghasilkan diploma yang setara. Bagian terbesar siswa mendapat pendidikan menengah
atas di SMA full time. Jurusan di SMA dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis
berdasarkan pola kurikulum, yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan,
perikanan, home economic, dan perawatan. Untuk masuk ke salah satu jenis sekolah tersebut,
siswa harus mengikuti ujian masuk dan membawa surat referensi dari SMP tempat ia lulus
sebelumnya.

Hampir semua SMP dan SMA serta Universitas swasta menentukan penerimaan siswa
melalui ujian masuk, dan setiap sekolah menyelenggakan ujian masuk sendiri. Siswa yang
ingin masuk sekolah yang bersangkutan harus mengikuti ujian. Karena ujian masuk sangat
sulit, siswa kerap mengikuti les tambahan (bimbingan belajar) di juku atau yobiko pada akhir
pekan atau pada sore/malam hari biasa, selain pelajaran sekolahnya [9]
Pendidikan Tinggi

Ada tiga jenis lembaga pendidikan tinggi, yaitu: universitas, junior college (akademi), dan
technical college (akademi teknik). Di universitas terdapat pendidikan sarjana (S-) dan

pascasarjana (S-2 dan S-3). Pendidikan S-1 berlangsung selama 4 tahun, menghasilkan
sarjana bergelar Bachelors degree, kecuali di fakultas kedokteran dan kedokteran gigi yang
berlangsung selama 6 tahun. Pendidikan pascasarjana dibagi dalam dua kategori, yakni
Masters degree (S-2) ditempuh selama 2 tahun sesudah tamat S-1dan Doctors degree (S-3)
ditempuh selama 5 tahun.

Junior college memberikan pendidikan selama dua atau tiga tahun bagi para lulusan SMA.
Kredit yang diperlukan di junior college dapat dihitung sebagai bagian dari kredit untuk
memperoleh gelar Bachelors degree (S-1). Lulusan sekolah menengah (setingkat SMP) dapat
masuk ke technical college (akademi teknik). Pendidikan di lembaga ini berlangsung selama
5 tahun (full time) untuk mencetak tenaga teknisi. Universitas dan junior college memilih
mahasiswanya berdasarkan hasil ujian masuk serta hasil prestasi belajar dari SMA. Untuk
sekolah negeri dan umum daerah, sejak tahun 1979 diberlakukan tes gabungan kecakapan
yang seragam, sebagai tahap pertama dari sistem ujian masuk. Tahap kedua berupa ujian
masuk universitas yang bersangkutan sebagai seleksi final.
Pendidikan tinggi di Jepang berada di bawah pengelolaan tiga lembaga, yaitu pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta. Ada lima jenis pendidikan tinggi yang bisa
dipilih mahasiswa asing di negara Jepang ini, yaitu: program sarjana, pascasarjana, diploma
(non gelar), akademi, dan sekolah kejuruan.
Program sarjana menerima tiga macam mahasiswa, yaitu: mahasiswa reguler, mahasiswa
pendengar, dan mahasiswa pengumpul kredit. Mahasiswa reguler adalah mereka yang belajar
selama 4 tahun, kecuali jurusan kedokteran yang harus menempuh 6 tahun. Mahasiswa
pendengar adalah mahasiswa yang diijinkan mengambil mata kuliah tertentu dengan syarat
dan jumlah kredit yang berbeda di setiap universitas tetapi kredit itu tidak diakui. Adapun
mahasiswa pengumpul kredit hampir sama dengan mahasiswa pendengar, tetapi kreditnya
diakui.

Sedangkan program pascasarjana terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti,
Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit. Mahasiswa Peneliti adalah mahasiswa yang
diijinkan melakukan penelitian dalam bidang tertentu selama 1 semester atau 1 tahun tanpa
tujuan mendapatkan gelar. Program ketiga adalah diploma, yang lama pendidikannya 2 tahun.
Enam puluh persen dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan
bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan
kesejahteraan. Akademi atau special training academy adalah lembaga pendidikan tinggi
yang mengajarkan bidang-bidang khusus, sepertiketerampilan yang diperlukan dalam
pekerjaan atau kebidupan sehari-hari dengan lama pendidikan antara 1 sampai 3 tahun.
Adapun sekolah kejuruan adalah program khusus untuk lulusan SMP dengan lama
pendidikan 5 tahun dan bertujuan membina teknisi yang mampu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai